Monday, October 31, 2005

Kalau Anda Punya Masalah, Berbahagialah!

Arvan Pradiansyah

Membaca judul di atas mungkin Anda bertanya-tanya, apakah saya tak salah tulis. Anda mungkin berkata, ''Bukankah akan lebih berbahagia kalau kita sama sekali tak punya masalah?'' Kalau demikian, Anda salah besar! Dimana ada kehidupan, disitu pasti ada permasalahan. Namun, tahukah Anda bahwa di balik setiap masalah terkandung suatu peluang emas dan kesempatan yang besar untuk maju?

Ada kata-kata bijak dari Norman V Peale yang patut Anda renungkan. Dalam bukunya You Can If You Think You Can, ia mengatakan, ''Apabila Tuhan ingin menghadiahkan sesuatu yang berharga, bagaimanakah Ia memberikannya kepada Anda? Apakah Ia menyampaikan dalam bentuk suatu kiriman yang indah dalam nampan perak? Tidak! Sebaliknya Tuhan membungkusnya dalam suatu masalah yang pelik, lalu melihat dari jauh apakah Anda sanggup membuka bungkusan yang ruwet itu, dan menemukan isinya yang sangat berharga, bagaikan sebutir mutiara yang mahal harganya yang tersembunyi dalam kulit kerang.''

Pernyataan di atas bukan sekedar kata-kata indah untuk menghibur Anda yang sedang kalut menghadapi suatu masalah. Ini adalah perubahan paradigma dan cara berpikir. Keadaan apa pun yang kita hadapi sebenarnya bersifat netral. Kita lah yang memberikan label positif atau negatif terhadapnya. Seperti yang dikatakan filsuf Cina, I Ching, ''Peristiwanya sendiri tidak penting, tapi respon terhadap peristiwa itu adalah segala-galanya.''

Berikut ini contoh sederhana. Sebagai seorang fasilitator yang memberikan pelatihan di berbagai perusahaan, saya pernah menghadapi penolakan dari klien semata-mata karena usia saya yang dianggap terlalu muda. Saya pernah menganggap ini masalah besar. Bagaimana tidak? Ini menyangkut kredibilitas saya. Saya kemudian memikirkannya berhari-hari. Kepercayaan diri saya mulai terganggu.

Lama-kelamaan saya sadar bahwa penolakan semacam ini adalah hal biasa. Justru ini adalah kesempatan untuk berkembang. Karena itu, saya segera menggali kebutuhan klien dan mencari pendekatan yang lebih dapat diterima. Saya terus meningkatkan kompetensi, sampai akhirnya saya dapat diterima oleh perusahaan tersebut. Kalau demikian, penolakan awal itu sama sekali bukan sebuah masalah, tapi sebuah peluang yang sangat berharga.

Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh. Sayang, lebih banyak orang yang menganggap masalah sebagai sesuatu yang harus dihindari. Mereka tak mampu melihat betapa mahalnya mutiara yang terkandung dalam setiap masalah. Ibarat mendaki gunung, ada orang yang bertipe Quitters. Mereka mundur teratur dan menolak kesempatan yang diberikan oleh gunung.

Ada orang yang bertipe Campers, yang mendaki sampai ketinggian tertentu kemudian mengakhiri pendakiannya dan mencari tempat yang datar dan nyaman untuk berkemah. Mereka hanya mencapai sedikit kesuksesan tapi sudah merasa puas dengan hal itu.

Tipe ketiga adalah Climbers yaitu orang yang seumur hidupnya melakukan pendakian, dan tak pernah membiarkan apapun menghalangi pendakiannya. Orang seperti ini senantiasa melihat hidup ini sebagai ujian dan tantangan. Ia dapat mencapai puncak gunung karena memiliki mentalitas yang jauh lebih tinggi, mengalahkan tingginya gunung. Orang dengan tipe ini benar-benar meyakini apa yang pernah dikatakan Dag Hammarskjold, ''Jangan pernah mengukur tinggi sebuah gunung sebelum Anda mencapai puncaknya. Karena begitu ada di puncak, Anda akan melihat betapa rendahnya gunung itu.''

Semua masalah sebenarnya adalah rahmat terselubung bagi kita. Mereka ''berjasa'' karena dapat membuat kita lebih baik, lebih arif, lebih bijaksana, dan lebih sabar. Anda baru dapat disebut manajer yang baik kalau Anda mampu memimpin seorang bawahan yang sulit, yang membuat para manajer lain angkat tangan. Anda baru menjadi orang tua yang baik kalau Anda dapat menangani anak yang bermasalah, atau pun menantu yang keras kepala, yang melakukan sesuatu melebihi batas kesabaran Anda. Anda baru dapat disebut profesional kalau Anda mampu menangani pelanggan yang cerewet yang sering mengeluh dan banyak maunya.

Untuk mencapai kesuksesan Anda perlu memiliki adversity quotient, yaitu kecerdasan dan daya tahan yang tinggi untuk menghadapi masalah. Kecerdasan tersebut dimulai dari merubah pola pikir dan paradigma Anda sendiri. Mulai lah melihat semua masalah yang Anda hadapi sebagai peluang, kesempatan, dan rahmat. Anda akan merasa tertantang, namun tetap mampu menjalani hidup yang tenang dan damai.

Berbahagialah jika Anda memiliki masalah. Itu artinya Anda sedang hidup dan berkembang. Justru bila Anda tak punya masalah sama sekali, saya sarankan Anda segera berdoa, ''Ya Tuhan. Apakah Kau tak percaya lagi padaku, sehingga Kau tak mempercayakan satu pun kesulitan hidup untuk saya atasi?'' Dengan berdoa demikian Anda tak perlu khawatir. Tuhan amat mengetahui kemampuan kita masing-masing. Ia tak akan pernah memberikan suatu beban yang kita tak sanggup memikulnya.

Monday, October 24, 2005

Mandarin Oriental Hotel, Kuala Lumpur

Menurut review yang saya baca, ini adalah salah satu hotel terbaik di dunia. Jadi penasaran ya seperti apa … so, berikut adalah hasil review menginap di hotel ini.

Kemarin saya check-in (repot memang puasa begini kok malah melantur ke negeri orang ... oh well). Hotelnya bagus, pelayanannya cekatan. Namun tidak ada yang istimewa sampai urusan check-in selesai. Ternyata saya langsung diantar secara personal ke lift (meski senang mikir juga … apa takut bakal kabur? Hehehe). OK, 1 point.

Masuk kamar, bagus, kelas bintang 5 lah. Kasur enak, bantal nyaman, ada meja kerja. Ada fasilitas internet yang cukup kencang ... bagus, tapi belum ada yang istimewa sekali. Saya cek perlengkapan kamar mandi, OK dapat setengah point karena memang komplit sekali. Saya periksa colokan listrik, banyak sekali, dan ada 1 titik yang sudah sudah ada converternya .... hmm setengah point lagi, jadi 1 point penuh. Mutar-mutar lagi, ada set menu khusus untuk sahur, koleksi majalah yang lengkap, plus ada meja kecil di dekat pintu masuk untuk menaruh surat-surat. Hmmm ... 1 point lagi ... 

Pagi ini saya masukkan laundry dan sebelum meninggalkan kamar saya tulis di secarik kertas, pesan sajadah (lupa bawa) dan menu untuk makan di kamar (kelihatannya lupa di taruh). Kertas ini saya taruh di atas kasur. Dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, bahkan di hotel bintang lima, biasanya pesan ini lenyap bersama angin. Tapi tadi siang pas balik ke kamar untuk sholat, eh, kedua pesanan itu sudah ada terlipat dengan rapi. Jempol! Dua point ...

Saya keluar sore untuk berbuka sekalian lihat-lihat kota Kuala Lumpur. Pas balik kaget banget! Pas masuk ada kertas sebesar kartu nama diletakkan di meja kecil dekat pintu masuk. Kartu itu beserta sekuntum melati putih, isinya pesan laundry sudah ada. Masuk ke kamar, TV otomatis menyala dan mengumandangkan lagu klasik sayup-sayup ... ada buah di meja lengkap dengan 2 set pisau+garpu+serbet. Dekat meja tidur disiapkan 1 botol air berikut gelas dengan menu makan diletakkan berdiri. Di samping tempat tidur disiapkan sandal kamar di atas kain putih. Sementara di atas bantal disiapkan kertas untuk memesan sarapan plus sebuah kartu kecil yang berisikan kata-kata mutiara ... Saya lihat sekeliling ... semua perlengkapan saya seperti buku-buku, catatan-catatan, dll semuanya dirapikan dan diletakkan secara professional. I must say ... I am impressed ....

Luar biasa .... Saya setuju, hotel ini layak menjadi salah satu hotel terbaik di dunia.

Saturday, October 22, 2005

Hooooi!!!

Apa sih yg terjadi di negeri ini? Ada yang membakar kantor karena di-PHK. Ada yang mencekik anak tirinya karena memuntahkan makan. Orang ribut soal Bantuan Langsung Tunai (BLT). Yang kebagian langsung membelanjakannya. Yang tidak dapat tapi berhak protes. Antrean panjang. Ada yang pingsan karena tidak tahan berdesakan antri. Orang merusak kantor Kepala Desa karena urusan BLT. Ini ... Itu ... Ini ... Itu ...

Minggu lalu ada berita kalau gaji anggota DPRD DKI Jakarta dinaikkan supaya tidak korupsi. Kemarin ada berita kalau gaji DPR dinaikkan 10 juta.

Menaikkan BBM memang enak. Apa susahnya? Paling yang protes rakyat kecil yang sudah terbiasa ikhlas dan pasrah. Paling ada demo sana-sini, tapi bisa lah itu diatasi. Soalnya sudah tidak bisa terhindarkan, daripada menanggung defisit anggaran yang besar.

Menangkap koruptor? Wah itu susah. Entah bagaimana, pokoknya susah deh. Jadi ya maklum aja udah sekian tahun koruptor yang tertangkap bisa dihitung dengan jari dan semuanya kelas teri. Mohon maklum ya? Kan sudah biasa ikhlas dan pasrah, jadi untuk yang ini juga pasti bisa.

Gaji pegawai pemerintah (baca DPR/D) naik? Ya supaya mereka tidak korupsi. Supaya mereka bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Supaya mereka bisa menemui rakyat yang memilihnya dan bisa melaksanakan amanah dari yang memilihnya. Jadi, mohon maklum juga ya?

Di Kompas hari ini ada kartun Om Pasikom. Ada seorang pengemis(?) dan Om Pasikom yang lewat di depannya. Sang pengemis, baju compang camping, perut kembung, badan kurus kerontang, dengan piring diletakkan di depannya dengan uang 100rb di atasnya berkata, "Kasihani saya pak ... saya benar-benar miskin .. miskin sembako .. miskin pendidikan .. miskin kesejahteraan ..."
Om Pasikom dengan logo DPR di dadanya, baju keren, dan uang 10 jt terselip dikantongnya langsung menghardik, "SAYA JUGA MISKIN! MISKIN HARGA DIRI! MISKIN KEPEDULIAN! MISKIN HARGA DIRI! ... TAUK!!

Yakh paling setelah ribut-ribut ini rencana kenaikan gaji ini dibatalkan (mungkin). Dan setelah kehidupan kembali berlangsung seperti biasa. Yang biasa digenjet ... ya digenjet terus. Yang biasa enak ... ya terus enak dong ... masa' harus dirubah?

Hooooi!!! hoi, yang di atas sana. Turun semua tuh!!! Hooooi, turunnnnnnn!!!!!

Wednesday, October 19, 2005

Malu Aku!

Semalam habis tarawih iseng (maksudnya lapar hehehe) beli nasi goreng cek-cek yang lewat depan rumah. Biasanya harganya sepiring 4 ribu rupiah. Berhubung BBM naik, saya sudah siap-siap dengan uang tambahan, jadi 6 ribu rupiah. Eh pas bayar, saya tanya,"Berapa bang?"
"Lima ribu pak", katanya.
Bengong saya .... oh ... cuma naik seribu.

Tadi sore pas pulang mampir beli es cendol (wuiih ... enak lho). Pas abangnya bikin saya lirik, wah banyak amat. Itu kantong plastik sampai susah membungkusnya. Dalam hati sudah berguman,"Minimal 2 ribu nih kelihatannya, maklum BBM naik".
"Berapa pak?"
"Seribu lima ratus pak", jawab sang tukang.
Bengong lagi .... naiknya cuma lima ratus perak ...

Malu aku. Ribut-ribut soal naik BBM, ribut sana sini soal anggaran rumah tangga yang jadi naik, BBM buat mobil yang jadi 2x lipat, dst dst. Eh, ternyata orang-orang kecil seperti tukang nasi goreng dan es cendol itu tidak kalap dan hanya menaikkan dagangannya secukupnya. Mereka merasa cukup dan tidak merasa perlu untuk menggunakan kesempatan ini untuk menangguk untung yang lebih besar.

Malu aku. Ternyata masih saja harus belajar dengan mereka. Belajar bagaimana menghadapi hidup. Benar memang kata Aa Gym, kalau belanja sama orang kecil kalau bisa jangan ditawar lah. Selisih seratus dua ratus perak (yang notabene buat kita tidak ada artinya) bisa ngotot kemana-mana. Buat kita tidak ada apa-apanya, sementara buat mereka itulah (sedikit) keuntungan yang mereka harapkan.

Malu aku ...

Monday, October 17, 2005

Kemandirian

Emha Ainun Najib

Kereta Purbaya mbludag penumpangnya. Ketika itu 'bau' lebaran memang belum usai. Orang tumpah-ruah sampai ke daerah pintu masuk. Namun Tuhan Maha Baik. Saya dapat tempat duduk.

Ada toilet yang tak beres. Air luber sampai keluar sehingga tempat sekitar sebuah pintu masuk jadi becek dan menjijikkan. Belum lagi 'aromanya'. Disitulah saya berdiri sambil berpegangan daun pintu. Sendirian. sebab orang lain memilih berdesakan ditempat lain dari pada 'berdomisili' di tempat seperti itu.

Tetapi pada dasarnya saya tak bersedia untuk terpaksa berdiri selama '6 jam' dari Yogja ke Jombang. Saya mau berdiri sepanjang perjalanan, tetapi tak mau terpaksa. Maka saya harus mencari semacam makna atau alasan kenapa 'perjuangan berdiri' ini mesti saya lakukan. Dengan demikian 'kalau saya lelah' itu bukanlah kelelahan oleh keterpepetan keadaan, melaikan karena perjuangan.
Tapi apa makna ? Melatih otot dan ketahanan kaki ? Belajar sabar ? Menguji stamina ? Memakai keadaan itu untuk mengolah pemikiran tentang sesuatu hal, misalkan kenapa khalayak ramai jarang yang ingat bahwa negara kita punya utang yang luar biasa banyaknya.

Nah, sampai Prambanan, perjuangan saya adalah menentukan apa tema perjuangan yang sebaiknya saya lakukan.

Kemudian Klatenpun menjelang. Dan saya diperintah oleh seorang Ibu tua untuk pindah tempat agak ke dalam menjauhi pintu. Kaget saya, tentu saja. Sedang Bupati Jombang pun belum tentu memerintahkan sesuatu pada saya.

Rupanya Ibu itu mempersiapkan sesuatu. Ia, tampaknya, seorang bakul. Mungkin ia 'mracang', dan kulakan macam-macam di pasar Beringharjo atau entah dimana. Ada tiga paruh karung entah berisi apa disandingnya. Beberapa onggok kayu bakar. Dua tumpukan kardus. Belum lagi semacam tenggok yang, saya lihat, segera digendongnya dengan jarit di punggung. Tentulah ia akan turun di Klaten.

Saya bilang saya tak usah pindah, nanti saya bantu menurunkan itu semua dari kereta. Tapi sang Ibu, atau lebih tepat Nenek, begitu acuh tak acuh terhadap tawaran saya. Ia bersikeras agar meminta saya bergeser ke tengah. Dan sebelum kereta berhenti, ia lemparkan karung itu satu persatu, juga kardus dan kayu.

Sedemikian rupa sehingga satu karung sudah tertinggal di sebuah gerbong terakhir, karung kedua di gerbong tengah dan seterusnya. Baru ketika kemudian kereta berhenti, ia turun dengan tenggoknya, lantas berjalan menyusuri rel sebelah menghampiri barang-barangnnya yang tertinggal.

Jelaslah bagi saya, nenek itu sedang menerapkan kemandirian, disetiap detik dan jengkal ruang kehidupannya. Mripatnya yang acuh kepada saya tentulah sebenarnya berkata, "Kalau memang mau membantu, kenapa cuma menurunkan barang-barang ini dari kereta ?"

Nenek udik itu memang lebih rasional dan independen dibanding seorang dekan yang ketika pagi-pagi ia sampai di kantor kerjanya berkata kepada bawahannya: "Ambil kan tas saya di mobil, ini kuncinya!"

Ia juga lebih tinggi derajatnya dibanding sementara pejuang rakyat yang canggih membikin proposal tentang orang-orang semacam Nenek ini, untuk diajukan dan ditukar dengan dana milyaran rupiah, dan untuk itu ia peroleh persentase untuk beli mobil atau peralatan rumah dengan segala kenikmatannya.

Tapi nenek itu tak akan pernah berkata, "Tak usah menolong saya,. Mulailah saja selenggarakan keadilan ekonomi sehingga di negeri kaya raya ini tak usah ada seorang nenek bekerja seperti saya .."

Nenek itu tak akan pernah berkata demikian, meskipun para cendekiawan atau para pejuang yang mewakili nasibnya juga belum tentu akan berkata demikian.

Saturday, October 15, 2005

Headphone Sennheiser PX200

Jum'at kemarin saya beli headphone ini. Udah lama mikir-mikir pingin tahu seperti apa sih kualitas headphone audiophile. Tapi berhubung tidak ada anggaran ke situ ya mikir-mikir melulu ... nggak pernah beli. Cuma entah kenapa akhirnya kemarin saya memutuskan beli juga :-D.

Belum pantas disebut kelas audiophile, namun headphone ini menurut review-review sudah memberikan suara yang 'berbeda'. Bassnya empuk, detil, tidak ada interfensi suara dari luar, dstnya.

Hari ini saya coba pasang di MP3 player (Creative) maupun di PDA (Tungsten). Ipod? Hehehe ... muahal ... hasilnya memang seperti kata review. Bassnya enak, banyak detil suara yang tadinya tidak terdengar jadi muncul. Suara dari luar nyaris tidak terdengar, udah seperti tuli aja hehehe ... memang belum seperti suara ampli tabung, namun jelas sudah sangat berbeda dengan earphone standar maupun seperti sekelas Sennheiser MX500 yang pernah saya pakai ...

Yang repot menggunakan headphone ini saya jadi mikir-mikir apakah jika bit rate MP3 musiknya diperbaiki atau memakai metode kompresi yang berbeda, kualitas suaranya akan semakin bagus? Jadi nambah pikiran ngutak-ngutik sourcenya ... bagaimana jika pakai Ipod, apakah suaranya akan lebih bagus?

Satu lagi ialah memakai headphone ini konsentrasi kita akan gampang terpecah, otaknya jadi lebih banyak fokus mendengarkan lagu ketimbang untuk yang lain. Soale suaranya jadi tebal, renyah, detil, hidup ... :-). So, jangan pakai barang ini kalau lagi mengemudikan kendaraan (bisa nabrak), lagi kerja (jadi nggak kerja), lagi baca buku (jadi melamun), atau mau tidur (bisa-bisa jadi nggak tidur) ... hehehe

Thursday, October 13, 2005

The Impossible Dream (The Quest)

Lirik lagu ini sangat mengesankan ... saya pertama kali mendengarkannya ketika dinyanyikan Andy Williams. Musiknya mulai dengan tempo lambat, tapi kemudian perlahan-lahan naik, menyuarakan keinginan hati untuk mencapai yang terbaik ... bahkan yang dikatakan orang mustahil ....

The Impossible Dream (The Quest)
Words and Music by Joe Darion and Mitch Leigh
From the Broadway musical "Man Of La Mancha"


To dream the impossible dream,
To fight the unbeatable foe,
To bear with unbearable sorrow,
To run where the brave dare not go.

To right the unrightable wrong,
To love pure and chaste from afar,
To try when your arms are too weary,
To reach the unreachable star.

This is my quest,
To follow that star --
No matter how hopeless,
No matter how far.

To fight for the right
Without question or pause,
To be willing to march
Into hell for a heavenly cause.


And I know if I'll only be true
To this glorious quest
That my heart will be peaceful and calm
when I'm laid to my rest.

And the world will be better for this,
that one man scorned and covered with scars
still strove with his last ounce of courage.
To fight the unbeatable foe.

To reach the unreachable star ....

Tips menjaga emosi

Aa Gym di kuliah subuh hari ini memberikan tips sederhana. Bagaimana supaya emosi kita tidak gampang meledak? Sederhana sekali tipsnya, berhenti berharap pada manusia ...

Dipikir-pikir betul sekali. Dalam hidup ini kita banyak berharap. Berharap orang di jalan mengemudi dengan benar, berharap teman kantor semuanya baik-baik, berharap dapat bonus banyak, berharap harga-harga tidak naik, berharap ini ... berharap itu ... padahal kita tahu tidak semua harapan itu akan terjadi. Akibatnya ya kita akan marah, kesal, dendam, benci .....

Berharap hanyalah kepada Yang Di Atas sana ... yang kita tahu tidak pernah lalai akan janjiNya. Hidup pun rasanya jadi ringan dan indah ....

Wednesday, October 12, 2005

Remote Control

Ada tulisan menarik dari Arvan Pradiansyah, "Anda sudah Merdeka?". Berikut kutipannya:

Ada cerita menarik mengenai seorang pesulap yang bisa menyulap anda menjadi orang yang ia inginkan. Ia mengucapkan mantra tertentu dadn sekejap anda menjadi senang dan bahagia. Ia bisa juga mengucapkan mantra lain dan sekejap itu pula anda menjadi sedih dan gundah gulana.

Pesulap seperti ini ada di sekitar anda. Persoalannya, andalah yang mengijinkan mereka untuk menjadi pesulap. Andalah yang mengijinkan mereka mengendalikan anda. Begitu ada orang memuji, anda senang dan bahagia. tapi begitu dikritik kita tersinggung. Begitu ada yang mencaci kita sedih sepanjang hari. Begitu orang membantah kita marah dan sakit hati. Ini artinya anda mengijinkan orang lain menentukan apa yang anda rasakan. Anda membiarkan orang membawa 'remote control' anda dan menekan tombolnya sekehendak hati. Dengan demikian anda belum bisa disebut merdeka karena anda bahkan belum bebas menentukan perasaan anda sendiri. Anda sangat tergantung kepada orang lain untuk menentukan apakah anda bahagia ataukah gundah gulana.

===
Luar biasa penggambaran ini. Tepat sekali, inilah yang terjadi pada kita. Kita masih 'terjebak' pada stimulus dan respons. Cara kita menghadapi hidup ini tergantung pada situasi yang kita hadapi. Kita belum bisa bebas dan menentukan arah kita, terlepas dari berbagai situasi dan orang-orang yang kita temui.

Sedang membayangkan ... kita seperti televisi ... banyak orang di sekeliling kita ... mereka mencet-mencet remote control sesuka hati kita ... televisi pindah saluran ... suara membesar ... mute ... kontras turun ... mati ... menyala ... :-P

Monday, October 10, 2005

Book Tag again

Kemarin menjelang puasa sempat belanja buku. Sebagian beli online di inibuku.com, they are:

1. Menjadi Manusia Haji - Ali Syari'ati
Ini buku lama, namun diterbitkan dalam bentuk baru. Sangat bagus, baik untuk yang mau naik haji maupun yang sudah. Isinya tidak lazim, lebih mengedepankan pemahaman sosial dan spiritual naik haji. Highly recommended, bisa membuat anda tercenung dan menangis ... (tercenung dan menangis dalam arti positif lho ...)

2. Buah-buah Ketekunan - Kompas
Bercerita tentang kisah-kisah perjalanan dan karya kehidupan dengan segala suka duka, jatuh bangun, keringat, dan airmata - dalam meraih kesuksesan sekaligus kebahagian. Yang ini belum dibuka bungkus plastiknya ... :-)

3. 70 tahun Emil Salim - Revolusi Berhenti Hari Minggu
Ini juga belum dibuka bungkus plastiknya ....

4. Setengah Isi - Setengah Kosong - Parlindungan Marpaung - MQS Publishing
Isinya mengenai kisah-kisah inspiratif sarat hikmah untuk bisnis dan karir ... baru baca 1-2 bab, bagus! Bakal jadi bahan untuk mengisi blog ini ... ;-P

5. Staying Sane in a Crazy World - Arnold A Lazarus Ph D
Belum dibuka juga bungkus plastiknya tapi dari baca-baca sekilas di Gramedia isinya bagus ...

6. Rampokan Jawa - Peter Van Dongen
Buku komik yang tokoh-tokohnya mirip tokoh-tokoh di serial Tintin. Cerita mengenai kehidupan di tahun 1946, masa pergolakan di Indonesia. Juga masih dalam bungkus plastik.

7. Pemilu yang Rileks - Kompas
Juga masih dalam bungkus plastik.

Sunday, October 09, 2005

Menikmati blog sendiri

Hari Jum'at kemarin saya sempat mutar-mutar di blog ini dan takjub juga melihat isi tulisan-tulisan yang ada di situ. Sampai saat ini saya menggunakan blog untuk mencatat pemikiran-pemikiran saya, tulisan-tulisan yang bagus dan sejenisnya. Namun Jum'at kemarin saya sempat tercenung juga membaca tulisan-tulisan yang ada ... banyak hal yang ternyata sudah saya lupakan. Jum'at kemarin saya seakan membaca tulisan orang lain dan manggut-manggut sendiri ... ya pak, ya bu, saya mengerti, terima kasih atas nasihatnya ... :-)

So, jadi semangat timbul lagi nih ngisi blog selama bulan puasa. Ya tetap jadi prioritas rendah sih dibandingkan yang lain, tapi setidaknya musti tetap mengalir ... semakin jelas manfaatnya buat saya!

:-)

Tuesday, October 04, 2005

Here we go ...

Wekeend kemarin sudah sibuk belanja hadiah puasa dan lebaran untuk anak-anak dan keluarga. Sudah ngitung-ngitung juga rencana sedekah, zakat dsbnya. Rumah sudah dihias dari minggu lalu, anak-anak sudah nggak sabar untuk puasa ... hmm rasanya secara fisik sudah siap ...

Buat kang, mbak Blog, mohon maaf ya selama bulan puasa ane bakal nggak rajin ngisi maupun ngupdate, harus fokus dengan bulan penuh rahmat ini ...

Tinggal mental nih ... alhamdulillah hari ini bisa siap-siap juga, mudah-mudahan bisa maksimal kali ini.

Bagaimana dengan anda semua yang menjalankan ibadah puasa? Semoga sukses ya ....

Tuhan
Bimbo

Tempat aku berteduh
Dimana aku mengeluh
Dengan segala peluh

Tuhan
Tuhan Yang Maha Esa
Tempat aku memuja
Dengan segala do'a

Aku jauh, engkau jauh
Aku dekat, engkau dekat
Hati adalah cermin
Tempat pahala dosa berpadu