Tuesday, October 31, 2006

Big Bang Internet (bagian 1)

Suasana di bawah Eiffel


Sudah sering orang bicara tentang perubahan yang terjadi karena adanya internet. Sudah banyak buku, tulisan ditulis mengenai ini. Namun entah kenapa baru tadi saya perlahan-lahan sadar akan dahsyatnya perubahan yang terjadi ... agak memalukan ... :(

Tentunya kita tahu dengan adanya internet arus informasi jadi terbuka lebar. Website, email, chatting, video conference, IP-Phone, dan banyak lagi teknologi yang sudah jadi makanan sehari-hari.

Di tahap selanjutnya, kita lihat banyak perusahaan dot-com. Banyak memang yang gulung tikar. Namun banyak pula yang sukses. Google salah satu contohnya. Padahal apa sih yang dijual? Cuma search engine?

Kita lihat juga perkembangan dunia open-source yang dimotori Linux yang juga meledak. Setiap orang bisa memperoleh piranti lunak, mengembangkan, tukar-menukar, dan seterusnya dan seterusnya. Tanpa perlu tenaga kerja, tanpa perlu peraturan-peraturan ketat, Linux berkembang sedemikian dahsyatnya.

eBay, Amazon jadi fenomena tersendiri. Perusahaan-perusahaan di Cina misalnya memanfaatkan betul eBay untuk berjualan, mendobrak batas negara dan hukum. Kita pun bisa beli barang bekas dari California misalnya dan dikirim ke Jakarta.

Game online adalah fenomena lain. Bertempur di dunia maya, menjadi makhluk ajaib dengan kesaktiannya, atau sampai pada kegilaan bermain SIMS (sudah pernah mampir ke komunitasnya? Saya sih belum ... hehehe)

Blog, flickr, friendship, multiply, banyak lagi adalah salah satu media berkomunikasi. Kalau untuk jual-beli namanya marketplace, kalau ini apa ya? Terus Nepster, Limewire, bitTorrent, iTunes .... walah ...

Rasanya masih banyak yang terlupa. Yang jelas semua di atas ini belum apa-apa. Semua hal di atas adalah hal-hal tradisional. Banyak hal baru, terobosan luar biasa, kreativitas yang tidak terbayangkan oleh saya sama sekali ...

Kajian 31 Oktober 2006

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. QS Al Kahfi 54.

Monday, October 30, 2006

Jati Diri: Jati+Diri

Duduk termangu di sore yang muram

Jati Diri: Jati+Diri
Jennie S. Bev - pembelajar.com

Mari kita telaah frase “jati diri”. Sinonimnya adalah identitas diri. Namun, saya ingin pelesetkan sedikit menjadi “jati” plus “diri”. Anda tahu pohon jati? Beberapa dekade lalu, kayunya sering digunakan sebagai bahan untuk perabotan rumah tangga, seperti lemari dan meja serta kursi. Sekarang sudah semakin langka di alam karena penggunaan yang eksesif. Sungguh sayang.

Mari kita mempermasalahkan soal konservasi pohon jati, namun kita kembali ke istilah yang kita pelesetkan itu. Identitas diri = jati + diri.

Oke, kita semua tahu bahwa “diri” berarti diri kita sendiri, sedangkan “jati” (bayangkan kayu jati) adalah contoh dari keteguhan dan kemampuan alias fleksibilitas untuk membentuk diri. Dari sepotong kayu yang keras, ia mampu bermetamorfosa menjadi perabotan rumah tangga yang berkualitas tinggi.

Idealnya, “jati diri” kita pun demikian. Kita tetap tidak kehilangan kepribadian sebagai “jati” namun selalu siap untuk berubah menjadi sesuatu yang lebih berguna. Tentu saja, tetap dikenal sebagai “jati”. Kita perlu tetap dikenal sebagai diri kita sendiri. Jadi, jika nama Anda adalah Budi, Anda tetaplah seorang Budi, namun mempunyai ketrampilan dan kelebihan yang selalu bertambah dan selalu berubah dari satu kualitas menjadi kualitas yang lebih baik.

Sebagai manusia pembelajar, kita selalu berubah. Semakin banyak belajar, tambah banyak informasi yang diserap, dan semakin mampu menghubung-hubungkannya sehingga menjadi tambah berarti dalam suatu kerangka berpikir yang semakin matang pula. Tidak ada yang konstan di dunia ini, kecuali bahan dasar dari suatu substansi. Sebagai manusia, kita terdiri dari fisik, psikis, dan emosi. Ketiga hal ini merupakan bahan dasar alias substansi kita.

Bagaimana cara mempertahankan “kejatian” kita namun selalu siap menerima perubahan dan bahkan ikut berubah sesuai dengan tuntutan zaman?

Pertama, selalu camkan di dalam hati bahwa saya adalah saya, bagaimana pun keadaan fisik, psikis, emosi, dan finansial saya, saya tetaplah saya. Saya tidak akan menjadi merasa berkekurangan di tengah-tengah kebingungan dan keraguan. Saya punya sahabat setia yaitu saya sendiri. Saya cukup dengan apa yang saya miliki, namun saya membuka hati dan pikiran untuk menjadi lebih baik daripada hari kemarin.

Kedua, saya siap menghadapi tantangan dengan hati yang lapang. Tidak ada rasa ragu dan takut. Toh, apa pun terjadi, I am who I am and what I am. Tidak akan ada perubahan soal siapa saya dan seperti apa identitas alias “jati diri” saya.

Ketiga, saya sadar bahwa untuk bisa bertahan hidup di tengah-tengah perubahan, saya perlu mengikuti perubahan di lingkungan internal (hati dan pikiran) serta eksternal (pekerjaan dan proses pembentukan diri). Untuk itu, saya siap untuk selalu berkembang sepanjang yang diperlukan. Tidak ada yang konstan di dunia dan saya menerima ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari diri saya.

Siap?

Kajian 30 Oktober 2006

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. QS Al Kahfi 46.

Sunday, October 29, 2006

Leadership and Management

The one


Leadership and Management

Apa kabar nih semuanya seusai Ramadhan? Semoga liburnya, ketupatnya, silaturahminya, menyegarkan. Semoga Allah SWT meridhoi apa-apa yang kita kerjakan selama bulan Ramadhan dan menjadikannya kekuatan baru bagi kita dalam mengarungi hidup ini ... amien.

Berikut kutipan beberapa paragraf dari buku Covey, 7 Habits. Cukup menarik dalam melihat beda antara pemimpin dan manajer ... baru mulai baca lagi nih ... *-)

Management is a bottom-line focus: How can I best accomplish certain things? Leadership deals with the top line: What are the things I want to accomplish? In the words of both Peter Drucker and Warren Bennis, "Management is doing things right; leadership is doing the right things." Management is efficiency in climbing the ladder of success; leadership determines whether the ladder is leaning against the right wall.

You can quickly grasp the important difference between the two if you envision a group of producers cutting their way through the jungle with machetes. They're the producers, the problem solvers. They're cutting through the undergrowth, clearing it out.

The managers are behind them, sharpening their machetes, writing policy and procedure manuals, holding muscle development programs, bringing in improved technologies, and setting up working schedules and compensation programs for machete wielders.

The leader is the one who climbs the tallest tree, surveys the entire situation, and yells, "Wrong jungle!"

But how do the busy, efficient producers and managers often respond? "Shut up! We're making progress."

As individuals, groups, and businesses, we're often so busy cutting through the undergrowth we don't even realize we're in the wrong jungle. And the rapidly changing environment in which we live makes effective leadership more critical than it has ever been -- in every aspect of independent and interdependent life.

We are more in need of a vision or designation and a compass (a set of principles or directions) and less in need of a road map. We often don't know what the terrain ahead will be like or what we will need to go through it; much will depend on our judgment at the time. But an inner compass will always give us direction.

Efficient management without effective leadership is, as one individual phrased it, "like straightening deck chairs on the Titanic." No management success can compensate for failure in leadership. But leadership is hard because we're often caught in a management paradigm.

At the final session of a year-long executive development program in Seattle, the president of an oil company came up to me and said, "Stephen, when you pointed out the difference between leadership and management in the second month, I looked at my role as the president of this company and realized that I had never been into leadership. I was deep into management, buried by pressing challenges and the details of day-to-day logistics. So I decided to withdraw from management. I could get other people to do that. I wanted to really lead my organization.

"It was hard. I went through withdrawal pains because I stopped dealing with a lot of the pressing, urgent matters that were right in front of me and which gave me a sense of immediate accomplishment. I didn't receive much satisfaction as I started wrestling with the direction issues, the culture-building issues, the deep analysis of problems, the seizing of new opportunities. Others also went through withdrawal pains from their working style comfort zones. They missed the easy accessibility I had given them before. They still wanted me to be available to them, to respond, to help solve their problems on a day-to-day basis.

"But I persisted. I was absolutely convinced that I needed to provide leadership. And I did. Today our whole business is different. We're more in line with our environment. We have doubled our revenues and quadrupled our profits. I'm into leadership."

Kajian 29 Oktober 2006

Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan ini menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. QS Al Kahfi 45.

Monday, October 23, 2006

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1427 H

Nikmat ...

TaqaballAllahu Minnaa Wa Minkum
Semoga Allah menerima amal kita dan amal kalian.


Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1427 H
Mohon Maaf Lahir Batin


Undur diri sejenak dari 'belantara' blog ... insya Allah nyambung lagi ... :)

Friday, October 20, 2006

Ujung

Ranting pohon di Tulsa


Makin dekat ke ujung
Makin tertatih
Makin dekat ke ujung
Makin jauh rasanya

       Sibuk mengejar dunia
       Makin jauh tak terkejar
       Sibuk mengejar dunia
       Semakin jauh semakin fana

Penuh dengan
tipu daya
Tumpah dengan
Muslihat

       Ujung semakin dekat
       Perjalanan hampir usai
       Sudahkah kau dapat yang kau cari?
       Sudahkan kau temukan yang kau butuhkan?

Kajian 19 Oktober 2006

Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik. QS Al Kahfi 30.

Thursday, October 19, 2006

Mulai Sekarang, Berhentilah Bekerja!

Burung yang kedinginan


Mulai Sekarang, Berhentilah Bekerja!
Arvan Pradiansyah - Majalah Swa

Ernie J. Zelinski, seorang penulis Kanada menulis sebuah buku yang sangat provokatif. Judulnya, The Joy of Not Working. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengajak para pembacanya untuk menikmati hidup secara lebih penuh. Ini diinspirasi oleh pengalaman Zelinski sendiri yang dipecat oleh bosnya gara-gara ia terlalu lama berlibur. Anda mau tahu berapa lama ia berlibur? Tidak tanggung-tanggung, 10 minggu! Hal ini ia lakukan setelah bekerja keras tanpa pernah mengambil cuti selama tiga tahun terakhir.

Sebagai penulis yang baik sudah tentu Zelinski menjalankan nasihatnya sendiri. Setelah dipecat ia bersenang-senang selama dua tahun penuh. Kemudian ia menghindari bekerja rutin sejak berusia 29 tahun, dan hanya bekerja 8 bulan dalam setahun. Ia mengisi hidupnya dengan membaca buku, bersepeda, berlari, bepergian dan membawa laptop ke kedai-kedai kopi. Pengalaman bersenang-senang inilah yang dituliskannya dalam buku yang diterjemahkan dalam bahasa Jepang sebagai The Zelinski Way.

Para pembaca yang budiman, inginkah Anda menikmati hidup seperti Zelinski? Tentu saja, siapa sih yang tak ingin menikmati hidup seperti itu. Namun sayangnya setelah menamatkan bukunya itu, saya sama sekali tidak menemukan bagaimana cara menyiasati hidup seperti ini. Zelinski memang banyak membahas mengenai bagaimana cara menikmati waktu luang termasuk dengan menggunakan pendekatan Zen yang telah lama saya praktikkan. Namun untuk berhenti dari pekerjaan dan menikmati hidup dengan bersenang-senang saja? Tunggu dulu. Dari mana kita dapat membiayai kehidupan kita? Bukankah biaya hidup kita menjadi sangat mahal akhir-akhir ini? Jadi, apa boleh buat, walaupun buku ini telah dipublikasi dalam 14 bahasa dan telah terjual lebih dari 150 ribu eksemplar di seluruh dunia, gagasan Zelinski terpaksa saya tinggalkan dulu, karena tidak praktis dan tidak aplikatif – paling tidak bagi saya sendiri.

Lagi pula siapa bilang Anda tak dapat bahagia dengan bekerja? Saya sudah membuktikannya. Saya telah bekerja setiap hari tanpa pernah merasa bahwa saya sedang bekerja. Ini saya rasakan sejak lima tahun lalu, apalagi setelah saya mendirikan perusahaan sendiri. Orang boleh saja mengatakan bahwa saya bekerja ekstra keras. Namun yang penting, saya tidak merasakan demikian. Saya membayangkan pekerjaan saya seperti para diva kita yang mendefinisikan pekerjaan seperti Abraham Maslow, "Work is not work. It’s a hobby you happen to get paid for."

Rahasianya saya temukan dalam buku Jim Collins berjudul "Good to Great". Menurut Collins, sebuah pekerjaan yang membahagiakan haruslah merupakan irisan dari tiga hal. Pertama: minat atau bakat. Sebuah pekerjaan haruslah pekerjaan yang kita sukai. Kedua: expertise. Sebuah pekerjaan haruslah sesuatu yang benar-benar kita kuasai, dan dapat kita lakukan dengan sangat baik. Ketiga: economic engine, yaitu pekerjaan yang dapat memungkinkan kita hidup secara layak.

Dalam banyak kesempatan, konsep ini sering saya sebut sebagai surga dunia. Akan tetapi mencapainya bukanlah hal yang mudah. Saya sering berjumpa dengan para profesional yang bekerja semata-mata untuk mencari nafkah. Mereka mungkin mempunyai kinerja yang lumayan, tapi mereka tak bisa menikmati pekerjaan karena mereka tak menyukainya. Pekerjaan mereka tidaklah sesuai dengan minat dan bakat mereka, tidak memberikan kesempatan pada mereka untuk menggali potensi yang terdalam, serta tidak memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi diri dan jiwa mereka sepenuhnya. Ini membuat mereka tak berbeda dari robot yang hanya menjalankan apa yang disuruh, yang tak mempunyai kehendak, keinginan dan aspirasi untuk maju.

Maslow -- ilmuwan brilian tapi sering disalahpahami orang -- mempunyai kritikan yang cukup keras terhadap orang-orang semacam ini. Ia menyebut mereka salvation seeker, orang-orang yang bekerja hanya untuk mencari makan. Menurut Maslow, orang-orang seperti ini sangat selfish dan tidak melakukan kontribusi apa pun untuk orang lain dan untuk dunia.

Orang yang tidak selfish, dalam pandangan Maslow, adalah orang yang memberikan kontribusi kepada orang lain dalam pekerjaannya. Ini baru dapat dicapai kalau seseorang benar-benar menyatu dengan pekerjaannya. Suatu kondisi di mana the world and the self are no longer different. Ini hanya bisa dicapai bila seseorang menyerahkan diri, pikiran dan hatinya secara total dalam pekerjaan. Namun tentunya ini sulit bahkan mustahil bisa dicapai kalau orang tidak merasa menyatu dengan pekerjaannya. Melalui pekerjaan kita seharusnya dapat menemukan diri kita yang terdalam. Inilah yang disebut Maslow sebagai aktualisasi diri (self actualization) – sebuah cara untuk melebur dalam pekerjaan, sehingga Anda dapat bekerja tanpa perlu merasa stres dan tertekan.

Jadi mulai sekarang, temukanlah sesuatu yang Anda cintai, dan Anda tak perlu bekerja walaupun hanya sehari. Sebagai penutup, marilah kita nikmati kata-kata indah dari Kahlil Gibran dalam bukunya The Prophet:

"Bila engkau bekerja dengan cinta. Itu berarti engkau menenun sutra dari jantungmu, seolah-olah kekasihmulah yang akan mengenakan kain itu. Kerja adalah cinta yang nyata. Dan jika engkau tiada sanggup bekerja dengan cinta, hanya dengan enggan, maka lebih baiklah jika engkau meninggalkannya, lalu duduk di pinggir jalan sambil meminta sedekah.

Sebab apabila engkau memasak roti dengan rasa tertekan, maka pahitlah jadinya dan tidak akan membuatmu kenyang. Bilamana engkau menggerutu ketika memeras anggur, maka gerutumu akan menjadi racun di dalam anggur itu. Dan walaupun engkau menyanyi seindah lagu bidadari, tetapi jika engkau berdendang tanpa cinta, maka nyanyianmu hanya akan membuat orang merasa bising."

Kajian 18 Oktober 2006

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoanNya; dan jangalah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. QS Al Kahfi 28.

Wednesday, October 18, 2006

Loket ke Neraka Penuh Sesak ...

Lorong Kota Paris


Puisi yang saya dapat dari salah satu milis. Mohon izin kepada penulisnya untuk memasangnya di sini, agar saya bisa selalu ingat ...

Loket ke neraka penuh sesak ...
Ibnu Rasyid

Banyak manusia antri ...
Rebut rebutan, cakar cakaran ...
takut gak kebagian kursi ...

Tiket ke neraka mahal ...
Harus merogoh kantong berjuta juta ...
Untuk dapat ikut perjalan kesana ...

Maksiat itu mahal ...
Judi itu mahal ...
Zina itu mahal ...

Korupsi itu mahal ...
Dusta itu mahal ...
Tetap orang-orang berbondong menuju neraka ...

Jalan ke syurga sunyi ...
Sepiii ...
Jalannya lebar, mulus dan bersih ...

Tiketnya murah, tak perlu keluar uang banyak ...
Loketnya bersih, ada AC
pelayannya ramah ...

Tapi mengapa amat sedikit yang antri di loket ini???
Puasa itu murah ...
Sholat itu murah ...

Sedekah itu murah ...
Senyum itu murah ...
Jujur itu murah ...

Ternyata Nafsu telah memutar balik semua tatapan ...
Yang buruk terlihat indah ...
Yang baik terlihat sukar ...

Di tempat ini aku baru sadar ...
Bahwa jalan ke syurga sepi ...
Jalan ke neraka ramai ...

Cibubur 10-10-06

Kajian 17 Oktober 2006

Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al Qur'an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merubah kalimat-kalimatNya. dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripadaNya. QS Al Kahfi 27.

Tuesday, October 17, 2006

Di Pasar ...

Di Pasar


Sudah beberapa hari ini kami di rumah mencoba bertukar menu buka dan makan malam. Jika biasanya masak sendiri, sudah beberapa kali saya berburu makanan di pasar kaget yang ramai menjelang buka puasa. Mulai dari donat, cakwe, nasi uduk, sate, soto ayam, roti bakar, batagor, es campur, es buah ... wuaah pokoknya enak, murah, dan seru!

Apalagi pas hari Minggu kemarin saya bersepeda dari rumah. Enak banget setelah berhari-hari di negeri orang dan pulang-pulang lebih banyak di rumah karena berpuasa. Keringat, ayuhan sepeda, semilir angin, tas ransel butut di punggung ... jauh lebih nikmat dari pada berjalan-jalan di mall Senayan City hehehe ...

Yang bikin makin seru itu kesibukan dan kegairahan orang berbelanja di sore hari. Antri beli makanan. Ada yang menunggui sate, ada yang melototi tukang es buah yang agak lambat, ada yang sedang berkhayal di depan penjual tahu gejrot, ada yang sibuk memilih kue basah, wah seru banget! Belum lagi para penjual yang meski kerepotan tapi asyik melayani para pembeli. Kok enak banget ya lihatnya ...

Kemarin sore saya sempat beli pisang goreng. Waktu beli udah agak ragu-ragu, beli berapa ya? Akhirnya, "Beli 10 Bu".
Pas bungkusan di kasih saya kasih uang 10 ribuan. Eh, beliau bilang, "Terima kasih ....
Sempat bengong saya. Wah di situ rupanya pisang goreng harganya seribu satu hehehe .... ndak papalah, hitung-hitung beramal ... :). Apalagi pas dicoba di rumah ternyata ueenak ... :-P

Bagaimana pengalaman berbuka puasa anda? Semoga nikmat dan berkah ... :)

Kajian 16 Oktober 2006

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. QS Al Kahfi 7.

Sunday, October 15, 2006

Kajian 15 Oktober 2006

Dan mereka berkata, "Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi." Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. QS Al Israa' 108-109.

Friday, October 13, 2006

Tahap Akhir Ramadhan

Hembusan malam dan ayunan perahu


Tidak terasa. Hari ini hari ke 20. Berarti nanti malam adalah malam ke 21. Selama 20 hari ini kita seperti lari marathon, lari pelan-pelan, kecepatan stabil, menyimpan tenaga. Saatnya untuk menaikkan kecepatan, mengeluarkan seluruh tenaga yang tersisa, kejar, raih, gapai. Kurva kecepatan makin naik, kelelahan makin terasa. Namun ujung semakin dekat. Terus! Jangan kendor! Semangat! Persembahkan yang terbaik ...

Pagi ini dengar kuliah subuh di radio, pesan Aa Gym, kita jangan sampai tertipu. Apa maksudnya? Mari luruskan niat. Perjuangan, pencarian kita adalah semata-mata untukNya. Bukan untuk yang lain. Persembahan untuk Allah SWT, cinta sejati kita. Rasanya dengan meluruskan niat itu, kita seperti mendapat tenaga baru, dan kelelahan ini berubah menjadi suatu kenikmatan yang sulit digambarkan dengan kata-kata.

Mari ... mari ... selamat berjuang saudaraku ...

Kajian 12 Oktober 2006

Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud. QS Al Israa' 107.

Thursday, October 12, 2006

Belajar meniru

Bangunan megah, langit cerah


Belajar meniru
Masrukhul Amri - Manajemen Qolbu

Ada sebuah pelajaran luar biasa dari Ki Hajar Dewantoro dengan konsep 3 N yaitu Niteni artinya mengamati orang lain atau mempelajari orang lain. Kedua, Neroake, artinya menirukan orang lain dan ketiga Nambahi artinya memberi nilai tambah. Atau value added dari apa yang kita tiru.

Hal ini sering juga dilakukan oleh bangsa Jepang, Negara ini sering melakukan peniruan-peniruan dalam segala hal termasuk pembuatan produk yang akhirnya punya nilai kompetitif dalam persaingan dunia.

Mie Sedaap meniru habis-habisan produk indofood dan mensponsori berbagai event di TV secara besar-besaran.. Akhirnya indofood membuat produk barunya yaitu supermi sedaaap dengan penambahan huruf "a" lebih panjang. Diharapkan bisa menunjukkan bahwa dirinya lebih sedap.

Tentunya ada banyak lagi peniruan-peniruan produk lainnya, misalnya ada oreo maka muncul rodeo, ada Akari maka muncul Akira, ada Ada Sony, maka muncul Suny. Ada Aqua, maka muncul Aquaria dan tentunya banyak produk-produk peniruan lainnya.

Peniruan, tentunya tidak hanya pada nama-nama saja yang mirip, tetapi ada juga pada bentuk kemasan yang betul-betul mirip dengan produk yang ditirunya.

Jadi bagi siapapun yang ingin mencoba meniru keberhasilan orang lain dalam bentuk apapun, baik produk maupun kualitas diri, maka belajarlah konsep Ki Hajar Dewantoro tadi.

Pertama, Niteni artinya kita harus punya kemampuan untuk mengamati dan mempelajari orang lain secara teliti dan tepat. Setelah mengamati dengan teliti, maka yang kedua adalah belajar "Neroake" yaitu menirukan apa yang sudah dilakukan orang lain. Apabila sudah sukses menirukan, dan agar tidak menjadi orang nomor dua terus, maka harus segera dilakukan langkah ketiga yaitu "Nambahi" artinya kita harus mampu memberi nilai tambah dari apa yang selama ini kita amati dan kita tiru. Tanpa itu, kita akan kesulitan untuk melakukan persaingan dalam kehidupan.

Contoh kasus sederhana dan unik adalah sabun diterjen "So Klin", keluaran "Wings" yang melakukan pengamatan dan mempelajari "Rinso", keluaran "Unilever" yang sudah dulu sukses. Ketika So Klin melakukan langkah awal yaitu mengamati, maka melakukan langkah kedua yaitu meniru, dan ketika sampai pada keyakinan bahwa dirinya mampu, maka So Klin melakukan "Nambahi" yaitu memberi nilai tambah dibanding yang ditiru. Salah satu bentuk nilai tambahnya adalah "So Klin" di tangan tidak panas.

Semoga kita berani belajar untuk mengamati fenomena kesuksesan orang lain, kemudian tidak malu untuk meniru dan yang lebih penting adalah setelah meniru harus punya keberanian untuk memberi nilai tambah.

Berani hadapi tantangan untuk mengamati dengan cermat, meniru dengan benar dan kemudian memberi nilai tambah optimal??? Bagaimana pendapat sahabat!!!

Kajian 11 Oktober 2006

Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. QS Al Israa' 106.

Wednesday, October 11, 2006

Kegigihan

Park Near Eiffel Tower


Baca ini jadi gimana gitu ... semangat!!

Kegigihan
Andrew Ho - pembelajar.com

Satu Hal yang Paling Membedakan antara Kegagalan dan Kesuksesan


Achievement seems to be connected with action. Successful men and women keep moving. They make mistakes, but they don't quit.
Prestasi terkait erat dengan tindakan. Orang-orang yang sukses akan terus berupaya. Mereka melakukan kesalahan, tetapi mereka tidak menyerah.

- Conrad Hilton

Orang sukses bukan tidak pernah gagal, melainkan mereka tidak pernah menyerah. Sikap tersebut memerlukan mentalitas yang gigih. Kegigihan adalah salah satu unsur kehidupan yang sangat penting bagi kita. Sebagian besar orang-orang yang sukses memiliki mental seperti itu.

Contoh, Laksamana Peary baru berhasil mencapai Kutub Utara setelah berupaya 8 kali. Sementara Thomas Alfa Edison melakukan eksperimen 1.000 kali sebelum berhasil menemukan bola lampu dan 1.000 paten terbanyak sepanjang masa. John Creasey ditolak 743 kali oleh penerbitnya, sebelum berhasil menerbitkan 560 judul buku, yang telah terjual lebih 60 juta kopi. Begitupun yang terjadi pada Albert Einstein, Abraham Lincoln, dan lain sebagainya. Mereka tidak memiliki kelebihan khusus kecuali kegigihan.

Presiden USA ke 30, Calvin Coolidge mengatakan, "Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat menggantikan kegigihan. Bakat? Sudah sangat umum orang yang tidak berhasil karena ia hanya mengandalkan bakat. Kecerdasan? Sangat banyak orang yang cerdas tetapi tidak punya apa-apa. Pendidikan yang tinggi? Di dunia ini sangat banyak orang terlantar yang berpendidikan cukup tinggi. Kegigihan dan tekad kuat saja yang memiliki kekuatan besar."

Ketika kita memutuskan untuk tetap melanjutkan upaya hingga tercapai tujuan, itulah kegigihan. Meskipun tidak mudah memilikinya, tetapi kehidupan ini sendiri sebenarnya dapat membentuk kegigihan kita. Sehingga tak menutup kemungkinan kitapun memiliki sikap mental yang gigih dan menjadi salah satu dari orang-orang sukses di dunia.

Langkah yang dapat kita tempuh untuk membangkitkan mentalitas kegigihan kita adalah membaca dan mendengar kisah tentang bagaimana orang-orang sukses di dunia mengatasi berbagai rintangan sampai akhirnya mereka berhasil menjadi pemenang. Bila kita mengorek informasi lebih jauh tentang perjuangan mereka, kita akan mendapati bahwa mereka tak jauh berbeda dengan kita. Jika kita memiliki kualitas kegigihan seperti mereka, berarti kitapun mampu melakukan sesuatu yang luar biasa.

Memiliki target yang jelas dan terukur juga dapat membangkitkan kegigihan. Ketika segalanya berjalan sulit atau tantangan semakin besar, baiknya fokuskan pada target yang ingin kita capai. Orang yang sukses pasti memiliki kreatifitas untuk menciptakan alternatif-alternatif mengatasi kesulitan di tengah proses pencapaian tujuan. Target yang jelas merupakan sumber kreativitas, keberanian dan energi untuk tetap gigih berupaya.

Melakukan visualisasi akan sangat mempengaruhi semangat dan suasana hari-hari kita. Caranya adalah mengosongkan pikiran terlebih dahulu. Kemudian pejamkan mata, dan lihatlah diri kita sejelas-jelasnya. Misalnya melihat diri kita mendapatkan sebuah penghargaan, lalu diminta memberikan kata sambutan di panggung sebagai seorang ilmuwan yang telah menemukan tehnologi terbaru dan efektif memajukan hasil pertanian 100 kali lipat.

Kemudian kita juga akan melihat disana kita berbicara dengan percaya diri dan profesional serta memberikan inspirasi kepada banyak orang yang menghadiri acara tersebut. Bayangkan bagaimana seumpama kita nanti benar-benar mengalaminya. Melakukan visualisasi sesering dan sejelas mungkin seperti itu dapat membangkitkan tekad kita untuk melakukan langkah-langkah yang luar biasa. "Ingatlah selalu bahwa tekad Anda untuk sukses adalah lebih penting daripada apapun," terang Abraham Lincoln.

Auto-suggestion atau afirmasi adalah melakukan ulangan dengan menulis atau mengucapkan sebuah harapan secara berulang-ulang. Misalnya menyatakan, "Aku akan selalu menyambut hari baru dengan penuh semangat dan senyum yang paling manis. Aku akan menikmati setiap tantangan." Itu hanya sebuah contoh afirmasi, dan semua orang bisa menuliskan atau mengucapkan harapan yang positif sesuai keinginan masing-masing untuk meningkatkan kegigihan.

Melakukan auto-suggestion atau afirmasi bagi orang lain yang tidak mengerti tujuan yang hendak kita capai mungkin akan menganggap kita gila. Tetapi menurut Albert Cray, "Salah satu penentu sukses yang umum adalah membiasakan diri melakukan hal-hal yang tidak dilakukan oleh orang-orang yang gagal." Karena auto-suggestion atau afirmasi dengan disertai keyakinan terbukti sangat berpengaruh terhadap pikiran dan kegigihan kita dalam melakukan langkah-langkah yang mendekatkan diri terhadap target yang ingin kita capai.

Lingkungan terdiri dari orang-orang, dan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kegigihan seseorang. Hyman Rickover mengatakan, "Great minds discuss ideas, average minds discuss events, small minds discuss people. – Orang-orang yang hebat mendiskusikan ide-ide, orang-orang biasa-biasa saja mendiskusikan situasi, orang-orang hidupnya susah akan cenderung membicarakan tentang kekurangan orang lain."

Kita harus pandai dan berhati-hati memilih komunitas, karena kekeliruan memilih dapat menyebabkan semangat kita turun drastis. Sebaliknya semangat atau kegigihan kita akan terpacu bila kita dikelilingi dengan orang-orang yang berpikir dan memiliki kebiasaan positif. Mereka terdiri dari orang-orang yang memiliki semangat luar biasa untuk lebih baik dan kemauan belajar yang tinggi.

Seorang yang sukses pasti memiliki program dan target kerja. Ia akan menyukai tantangan yang akan membawanya kepada kemenangan yang ia harapkan. Menghadiahi diri sendiri berdasarkan hasil tentu akan memacu kegigihan kita mewujudkan target yang lebih besar. Misalnya untuk pencapaian target jangka pendek kita nonton film terbaru atau belanja baju baru di pusat perbelanjaan. Sedangkan untuk prestasi jangka menengah kita sengaja mempersiapkan sebuah liburan ke luar kota selama 2-3 malam. Kitapun perlu memanjakan diri, misalnya melakukan wisata ke luar negri dan lain sebagainya setelah berhasil melampaui tantangan yang melelahkan untuk mencapai target jangka panjang.

Secara garis besar, kita harus belajar dari kehidupan yang terus berputar. Memang banyak diantara kita yang jatuh. Tetapi bila kita memilih untuk menang, sebenarnya mahkota kesuksesan itu berada sangat dekat dengan saat kita memulai. Jadi meskipun kecepatan kita rendah dalam menciptakan kemajuan, pastikan untuk tidak pernah menyerah dan tetap gigih melangkah.

Kajian 10 Oktober 2006

Dan Kami turunkan Al Qur'an itu dengan sebenar-benarnya dan Al Qur'an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. QS Al Israa' 105.

Tuesday, October 10, 2006

Where There is no Struggle, There is no Strength

Mercu suar San Fransisco


Where there is no struggle, there is no strength, demikian kata-kata mutiara dari Oprah Winfrey. Saya jadi tertarik karena teringat kata-kata teman kantor. Ketika itu saya berbagi ilmu dengan mengirimkan artikel yang berjudul "Jika anda punya masalah, berbahagialah!".

Kata teman saya, "Kalau saya sih, lebih bahagia lagi kalau tidak punya masalah ..." Saya tersenyum mendengar komentar beliau. Tidak saya jawab, karena tiap orang punya pendapat dan saat itu energi saya baru terbatas pada berbagi ilmu, belum pada usaha untuk meyakinkan orang kalau yang saya bagi itu benar. Emangnya bener, saya juga nggak tahu ... :)

Cuma kata-kata Oprah di atas mengingatkan saya kembali. Betul juga rasanya ... Misalkan hidup kita begitu-begitu saja, rutin, tidak ada kejutan, tidak ada kesulitan. Mungkin kita bahagia, mungkin juga kita merasa bosan karenanya. Namun yang pasti, kekuatan, daya tahan, kegigihan kita tidak akan teruji. Semakin lama kita semakin lembek. Otak kita tidak dipaksa bekerja keras, otot-otot hanya menjalani kegiatan rutin, paru-paru dan jantung bekerja sekadarnya. Akibatnya ketika kejutan datang, otak jadi lumpuh, otot-otot mengerang tak berdaya, dan bisa-bisa paru-paru serta jantung berhenti bekerja ...

Dalam salah satu buku yang saya baca (lupa judulnya, sempat nyari-nyari di rak buku waktu nulis ini tapi nggak ketemu :) ) di situ dijelaskan bahwa salah satu tahap menjadi seorang pemimpin adalah harus meluangkan waktu untuk melakukan sesuatu yang 'keras'. Misalnya berolahraga. Buku itu menekankan pentingnya 'keras', harus melakukannya sendiri, pada waktu yang tidak nyaman (pagi hari ketika orang masih tidur atau ketika makan siang ketika orang sibuk mengisi perutnya), memacu diri, dan melakukannya secara rutin.

Kalau kita perhatikan juga, para eksekutif itu rata-rata selalu memacu dirinya untuk tidak terlena dengan irama hidup ini. Entah dengan berolahraga seperti di atas, disiplin keras urusan makan, selalu meluangkan waktu untuk membaca, dan banyak hal lagi. Mereka senantiasa menempa dirinya, sehingga ketika badai itu datang, mereka kokoh seperti batu karang yang dihempas ombak lautan (ceile ... kok jadi puitis begini?).

Jadi ... where there is no struggle, there is no strength ... selamat berjuang ... :)

Kajian 9 Oktober 2006

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al Qur'an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari(nya). QS Al Israa' 89.

Sunday, October 08, 2006

Jagalah Hati

Menggambar Kehidupan


Makin dekat kita dengan akhir bulan Ramadhan. Mari ... kita makin bulatkan tekad, kuatkan hati, istiqomah, dan jadikan kesempatan ini untuk kian membersihkan hati kita ...

Jagalah Hati
Aa Gym

Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya Illahi

Bila hati kian bersih
pikiranpun akan jernih
Semangat hidup nan gigih
Prestasi mudah diraih

Namun bila hati keruh
Batin selalu gemuruh
Seakan di kejar musuh
Dengan Allah kian jauh

Bila hati kian suci
tak ada yang tersakiti
Pribadi menawan hati
ciri mu'min sejati

Namun bila hati busuk
Pikiran jahat merasuk
Akhlak kian terpuruk
Jadi makhluk terkutuk

Bila hati kian lapang
Hidup sempit terasa senang
Walau kesulitan datang
Dihadapi dengan tenang

Tapi bila hati sempit
Segalanya jadi rumit
Seakan terus menghimpit
Lahir batin terasa sakit

Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya Illahi

Kajian 8 Oktober 2006

Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia, dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. QS Al Israa' 83.

Friday, October 06, 2006

Mall oh Mall ...

Sosok bangunan khas Paris ...


Beberapa hari yang lalu saya dan teman-teman ke kantor berbuka puasa di salah satu restoran di Senayan City. Ceritanya kami baru saja menyelesaikan proyek dan ini adalah salah satu wujud apresiasi dari manajemen.

Saya sudah lama tidak masuk mall-mall di Jakarta. Paling-paling biasanya seputar Depok ... :) Kemarin itu, takjub betul melihat 'sang mall' ini. Gede dan mewah. Masuk ke dalam, silau, dan membuat hati 'kecut'. Lalu naik tangga berjalan ke restoran yang dituju, mata saya tertohok oleh tulisan-tulisan di dinding. Kata-katanya (dalam bahasa Inggris) Lebih baik belanja dari pada ke psikiater. Memangnya kita kurang waras ya? Ada pula yang mengutip kata-kata dari Bo Derek. Wah macam-macam lah ... yang intinya bilang kalau belanja (shopping) itu menyenangkan, menggembirakan hati, harus jadi pekerjaan rutin, dst dst.

Toko-toko kelihatan mewwwaaah sekali .... tapi sepi pengunjung. Apa karena bukan akhir pekan? Nggak jelas. Yang pasti bikin saya makin seram dan bergidik ....

Pas pulang, kami baru sadar kalo di lantai bawah depan itu ada toko mobil. Di dalamnya banyak macam-macam mobil dan ada Ferrari! Teman ada yang nyeletuk, "Kalau dibawa pulang kampung (ke Sumatra) gimana ya?" Hehehe ... belum selesai ke-udik-an kami. Pas jalan keluar cari taksi, eh di salah satu sisi mall ini ada rambu jalan yang bilang ini adalah tempat parkir Harley Davidson. Luarrrr biasaaaaaa ....

Cuma yang terbayang jadinya malah kenikmatan dan kehangatan mall-mall biasa atau malah pasar tradisional, pasar loak, pasar buku, orang-orang yang berjualan di sepanjang jalan. Wajah-wajah yang biasa tanpa kepalsuan, keringat dan keletihan yang terpancar di wajahnya, senyum dan tawanya yang leaps. Kok rasanya lebih nyaman dan bersahabat ya?

Begitulah ... sore itu saya mengalami kekejutan mall (mall shock) hehehe ...

Kajian 5 Oktober 2006

Dan Kami turunkan dari Al Qur'an, suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. QS Al Israa' 82.

Thursday, October 05, 2006

Review Musik: Clay Aiken dan Li Sheng Jie


Gambar dari Wikipedia


Saatnya review musik ... :). Mudah-mudahan anda tahu Clay Aiken, salah satu pemenang American Idol tahun 2003. Saya dulu sempat mengikuti acara American Idol ini di salah satu stasiun TV kita dan termasuk salah seorang penggemar berat Clay. Suaranya itu khas sekali dan sangat memanjakan telinga.

Selepas acara ini Clay langsung melepas albu pertamanya yang berjudul Measures of a Man. Saya mengkoleksi album ini. Di Amerika album ini ternyata cukup sukses, sempat masuk sebagai #1 di Billboard200. Buat saya sendiri, album ini tidak terlalu istimewa ... Album ketiganya (album kedua adalah album Natal) yang berjudul A Thousand Different Ways berisi sebagian lagu-lagu lama dan kalau tidak salah 4 buah lagu baru. Saya baru beli album ini beberapa hari yang lalu dan sangat puas menikmatinya. Memang isinya sebagian lagu-lagu lama seperti Sorry Seems to be the Hardest Word, When I See You Smile dll tapi Clay menyanyikannya dengan gaya dan ke-khas-annya sendiri. 'Cengkok'nya itu lho yang bikin kesengsem habis ... :)


Gambar dari yesasia.com


Lalu siapa ini? Namanya Lee Sheng Jie, penyanyi Taiwan. Sebelumnya nggak kenal sama sekali ... :-P Saya tahu karena sewaktu naik pesawat pulang sempat nyoba-nyoba album CD yang tersedia di pesawat. Albumnya yang berjudul The Songs About You (keren banget judulnya, romantis ... hehehe), direkomendasikan oleh majalah maskapai penerbangan itu. Iseng-iseng saya coba dengar dan ternyata rekomendasi yang tepat! Lagu-lagunya enak (meski nggak ngerti) dan suaranya juga enak, suara khas lelaki dengan 'cengkok' yang bikin gemes ....

Sewaktu berhenti sejenak di Seoul, saya sempat nyari album ini. Eh ternyata nggak ada toko CD di airport Seoul ini .... rada jengkel juga ... udah enak, eh susah nyari CD-nya. Ya udah, ntar nyari ah di sini ... :)

Kajian 4 Oktober 2006

Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). QS Al Israa' 72.

Tuesday, October 03, 2006

Tahap kedua Ramadhan

Lorong


Seperti kita tahu bulan Ramadhan dibagi menjadi 3 tahap spesial. Sepuluh hari pertama, tahap pelimpahan rahmat, 10 hari kedua tahap pengampunan, dan 10 hari ketiga tahap dimana setiap umat Islam dijanjikan akan terbebas dari api neraka.

Tidak terasa, kita sudah masuk tahap kedua. Ini adalah hari ke-11. Sedih juga rasanya 10 hari sudah berlalu. Sudah optimalkah kita di sepuluh hari kemarin? Apakah kita sudah melebur dan menikmati bulan yang indah ini? Bagaimana kualitas iman dan ibadah kita, apakah sudah dan makin meningkat? Semoga Allah memberkahi apa-apa yang telah kita usahakan di 10 hari pertama ini, amien ...

Memandang ke depan, sudah siapkah kita menyambut 20 hari yang tersisa? Jangan sampai ada detik yang terbuang untuk hal-hal yang tidak perlu. Sudah cukup disiplin kah kita? Sudah makin fokuskah kita?

Apakah kita sudah menyelesaikan masalah-masalah dunia yang justru biasanya makin banyak? Beli baju lebaran, kue lebaran, acara buka puasa, persiapan mudik, dll, dll yang bisa membuat kita lupa pada hikmah sebenarnya dari bulan ini.

Mari, sama-sama kita tingkatkan disiplin diri, meluruskan niat, dan berkonsetrasi penuh pada 20 hari terakhir ini. Semoga berkah ....

Kajian 3 Oktober 2006

Tuhanmu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu. QS Al Israa' 66.

Monday, October 02, 2006

Antara Kopi dan Cangkir

Secangkir


Antara Kopi dan Cangkir
Paulus Bambang W.S. - Majalah Swa

Sekelompok alumni sebuah universitas mengadakan reuni di rumah salah seorang profesor favorit mereka yang dianggap paling bijak dan layak didengarkan. Satu jam pertama, seperti umumnya diskusi di acara reuni, diisi dengan menceritakan (baca: membanggakan) prestasi di tempat kerja masing-masing. Adu prestasi, adu posisi dan adu gengsi, tentunya pada akhirnya bermuara pada berapa dollar yang mereka punya dan kelola, mewarnai acara kangen-kangenan ini.

Jam kedua mulai muncul guratan dahi yang menampilkan keadaan sebenarnya. Hampir semua yang hadir sedang stres karena sebenarnya pekerjaan, prestasi, kondisi ekonomi, keluarga dan situasi hati mereka tak secerah apa yang mereka miliki dan duduki. Bahwa dolar mengalir deras, adalah sebuah fakta yang terlihat dengan jelas dari mobil yang mereka kendarai serta merek baju dan jam tangan yg mereka pakai. Namun di lain pihak, mereka sebenarnya sedang dirundung masalah berat, yakni kehilangan makna hidup. Di satu sisi mereka sukses meraih kekayaan, di sisi lain mereka miskin dalam menikmati hidup dan kehidupan itu sendiri. They have money but not life.

Sang profesor mendengarkan celotehan mereka sambil menyiapkan seteko kopi hangat dan seperangkat cangkir. Ada yang terbuat dari kristal yang mahal, ada yang dari keramik asli Cina oleh-oleh salah seorang dari mereka, dan ada pula gelas dari plastik murahan untuk perlengkapan perkemahan sederhana. “Serve yourself,” kata profesor, memecah kegerahan suasana. Semua mengambil cangkir dan kopi tanpa menyadari bahwa sang profesor sedang melakukan kajian akademik pengamatan perilaku, seperti layaknya seorang profesor yang senantiasa memiliki arti dan makna dalam setiap tindakannya.

“Jika engkau perhatikan, kalian semua mengambil cangkir yang paling mahal dan indah. Yang tertinggal hanya yang tampaknya kurang bagus dan murahan. Mengambil yang terbaik dan menyisakan yang kurang baik adalah sangat normal dan wajar. Namun, tahukah kalian bahwa inilah yang menyebabkan kalian stres dan tidak dapat menikmati hidup?” sang profesor memulai wejangannya. “Now consider this: life is the coffee, and the jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life. Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee provided,” kali ini kalimatnya mulai menekan hati. “So, don't let the cups drive you, enjoy the coffee instead,” demikian ia berkata sambil mempersilakan mereka menikmati kopi bersama.

Sewaktu membaca email yang dikirim rekan saya Ucup, begitu panggilan akrabnya, saya ikut tertegun. Sesederhana itu rupanya. Profesor yang bijak selalu membuat yang sulit jadi mudah, sedangkan politikus selalu membuat yang mudah jadi sulit. Betapa banyak di antara kita yang salah menyiasati hidup ini dengan memutarbalikkan kopi dan cangkir. Tak jelas apa yang ingin kita nikmati, kopi yang enak atau cangkir yang cantik.

Ada tiga tipe pekerja (baca: profesional dan pengusaha) yang sering kita lihat dalam menyiasati kopi dan cangkir kehidupan ini. Pertama, pekerja yang sibuk mengejar pekerjaan, jabatan yang akhirnya hanya bertumpu pada kepemilikan jumlah dan kualitas cangkir kehidupan. Paradigmanya sangat sederhana, semakin banyak cangkir yang dipunyai, semakin bercahaya. Semakin bagus cangkir yang dimiliki akan mengubah rasa kopi menjadi enak. Fokus hidup hanya untuk menghasilkan kuantitas dan kualitas cangkir. Ini yang menyebabkan terus terjadinya persaingan untuk menambah kepemilikan. Sukses diukur dengan seberapa banyak dan bagus apa yang dimiliki. Kala yang lain bisa membeli mobil mewah, ia pun terpacu mendapatkannya. Alhasil, tingkat stres menjadi sangat tinggi dan tak ada waktu untuk membenahi kopi. Semua upaya hanya untuk bagian luar, sedangkan bagian dalam semakin ketinggalan.

Kedua, pekerja yang menyadari bahwa kopinya ternyata pahit -- artinya hidup yang terasa hambar; penuh kepahitan, dengki dan dendam; serta tak ada damai dan kebahagiaan -- mencoba menutupnya dengan menyajikannya dalam cangkir yang lebih mahal lagi. Pikirannya juga sangat mudah, kopi yang tidak enak akan terkurangi rasa tidak enaknya dengan cangkir yang mahal. Rasa kurang dicintai rekan kerja, dikompensasi dengan mengadopsi anak asuh dan angkat. Tak merasa diperhatikan, dibungkus dengan memberikan perhatian pada korban gempa di Yogyakarta. Tak menghiraukan lingkungan, ditutup halus dengan program environmental development yang harus diresmikan pejabat Kementerian Lingkungan Hidup. Tak memperhatikan orang lain dengan tulus, dibalut dengan program community development yang wah. Kalau tidak hati-hati, akan muncul pengusaha kaum Farisi yang munafik bagai kubur bersih, tapi di dalamnya sebenarnya tulang tengkorak yang jelek dan bau.

Ketiga, ada pula pekerja yang berkonsentrasi membenahi kopinya agar lebih enak, semakin enak dan menjadi sangat enak. Tipe ini tak terlalu pusing dengan penampilan cangkir. Pakaian yang mahal dan eksklusif tak mampu membuat borok jadi sembuh. Makanan yang mahal tak selalu membuat tubuh jadi sehat, malahan yang terjadi acap sebaliknya. Fokus pada kehidupan dan hidup menyebabkan ia dapat santai menghadapi hari-hari yang keras. Ia tak mau berkompromi dengan pekerjaan yang merusak martabat, sikap dan kebiasaan. Menyuap yang terus-menerus dilakukan hanya akan membuat dirinya tak mudah bersalah kala disuap. Fokus pada kopi yang enak, membuat ia tak mudah menyerah pada tuntutan pekerjaan, tekanan target penjualan yang mengontaminasi karakternya. Baginya, ini adalah kebodohan yang tak pernah dapat dipulihkan.

Profesor hidup lain lagi pernah berpetuah, ”Take no thought for your life, what you shall eat or drink, nor your body what you shall put on. Is not the life more than meat and the body than raiment?” Kalau kita tidak sadar, kita bakal terjerembab: mengkhawatirkan cangkir padahal seharusnya kita fokus pada kopi.

Enjoy your coffee, my friend!

Kajian 2 Oktober 2006

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. QS Al Israa' 44.

Sunday, October 01, 2006

100 Buah Foto di Flickr ...

Belantara Besi Eiffel


Tak terasa hari ini album foto di flickr sudah berisi 100 buah foto. Seperti halnya blog, dengan mengisi foto-foto di album ini saya belajar banyak hal. Satu perjalanan lagi yang menyenangkan dan membuka wawasan ... :)

Eh, mudah-mudahan ada yang bagus .... :)

Kajian 1 Oktober 2006

Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. QS Al Israa' 43.