Tuesday, February 27, 2007

Off dulu ya ....

Night flags ..


Akhir minggu kemarin saya sukses terkapar .... hari ini pun rasa-rasanya 'mesin' belum sepenuhnya siap untuk 'digunakan' kembali ... :) Rasa-rasanya gara-gara digas terus-menerus sejak 2 Januari 2007 hehehe ....

Semalam bikin janji deh jadinya ama diri sendiri. Minggu ini nggak ngeblog ataupun ngurusin foto. Istirahat, rileks, santai, relaksasi ... semalam duduk dengan buku di depan sistem audio ... hmmm ... baru terasa udah lama banget nggak begini. Terduduk di depan sistem audio, membaca, terkantuk-kantuk ... mendapat ilham ... mau nulis ... tapi malas nulis ... karena musik enak ... badan selonjoran .... terkantuk-kantuk ... :)

Ah ... seminggu ini harus ngaso' dulu ... santai di depan sistem audio atau TV atau pencerahan lainnya ... dan jauh-jauh dari komputer ... :)

Jadi ... libur dulu ngeblog ya .... :)

Friday, February 23, 2007

Seri Kehidupan Suami/Istri - Istri (4 -habis)

Lazy ...


Dikutip dari buku Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami – Istri oleh Ibrahim Amini – Al Bayan. Ini adalah kutipan terakhir, semoga ada manfaatnya ... :)

Seri Kehidupan Suami Istri
Jangan Mengeluh dan Mengumbar Penderitaan Sembarangan

Tak ada seorang pun yang tidak mempunyai persoalan dan penderitaan yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. Siapa pun ingin mempunyai teman yang penuh perhatian tempat ia mengadu dan mau mendengarkan persoalan-persoalannya. Tetapi yang harus diingat adalah bahwa segala sesuatu itu ada tempat dan waktunya sendiri-sendiri. Orang harus menyadari waktu dan kesempatan yang tepat untuk mengeluh. Ada wanita yang tidak peduli bahwa suaminya sedang dalam keadaan lelah dan letih Setelah bekerja sepanjang hari. Ia bukannya menunggu satu atan dua jam agar suaminya segar kembali, tapi bahkan menyerangnya dengan serentetan keluhan.

Sebagai contoh, sang istri mungkin berkata:
"Kau meninggalkan aku dengan anak-anak yang nakal-nakal ini lalu pergi. Ahmad memecahkan gelas di muka pintu ruang depan, anak perempuan kita berkelahi, rasanya aku akan nenjadi gila dengan suara anak-anak di luar. Rasanya tidak mau belajar sama sekali dan ia mendapat nilai-nilai yang jelek."

"Anak-anak ini tidak mau membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kalau saja aku tak mempunyai seorang anak pun!"

"Omong-kosong dengan sandara perempuanmu yang datang lagi untuk membantuku. Aku tak tahu apa yang terjadi dengannya. Dia berkelakuan seolah-olah aku telah menelan uang peninggalan ayahnya."

"Mudah-mudahan Tuhan menyelamatkan aku dari ibumu! Ia telah menjelek-jelekkan aku di belakangku. Aku sudah kenyang dengan mereka semua. Selain itu tadi, jariku teriris. Aduh sakitnya!"

"Sayang sekali, aku pergi ke pesta perkawinan Muhammad, kemarin. Pasti kau melihat istri Rashid. Betapa cantiknya! Seharusnya Allah menganugerahkan nasib yang sama kepadaku. Memang ada pria-pria yang begitu mencintai istrinya. Mereka membelikan istrinya barang-barang yang indah-indah. Mereka adalah suami yang sejati. Ketika Rashid memasuki ruangan, semua orang menghormatinya. Memang benar orang hanya tertarik kepada orang lain dari pakaian luarnya saja. Apa sih yang dimilikinya yang tidak kumiliki ? Mengapa ia pamer di hadapanku? Oh ya, ia beruntung mempunyai suami yang mencintainya, ia tidak seperti aku!"

Sikap yang demikian ini tidak benar. Wanita semacam itu tentu berpikir bahwa suaminya pergi pesiar atau bersenang-senang setiap hari. Kaum laki-laki menjumpai beratus-ratus persoalan setiap hari. Ibu yang baik ! Anda tidak tahu apa yang dikerjakan suami anda bila ia sedang bekerja. Anda tidak mengerti orang-orang kasar dan licik macam apa yang ia jumpai sepanjang hari. Maka bila ia pulang, anda selayaknya tidak boleh menyuguhkan semua keluhan anda pada waktu yang sama. Jangan sampai ia merasa bersalah sebagai seorang pria. Berlaku baik dan bijaksanalah kepadanya. Bila anda menambah kecemasannya dengan mengomel dan merengek-rengek, maka ia akan memulai percekcokan atau pergi begitu saja meninggalkan rumah ke tempat hiburan, bioskop atau bahkan mondar-mandir di jalanan.

Karena itu, ibu yang baik! Demi Allah, hentikanlah kebiasaan mengeluh dalam waktu yang tidak tepat itu. Carilah saat yang tepat dan kemudian ceritakanlah masalah anda yang sebenar-benarnya, tidak dengan mengeluh tetapi dengan cara meminta bantuan pemecahan. Dengan cara ini anda tidak menciptakan perasaan bermusuhan dalam dirinya dan ikatan keluarga tetap aman.

Rasulullah SAW bersabda: "Shalat seorang wanita yang mengganggu suaminya dengan lidahnya, tidak diterima oleh Allah, walaupun dia berpuasa setiap hari, bangun untuk melakukan shalat di waktu malam, membebaskan beberapa budak dan membelanjakan uangnya di jalan Allah. Wanita dengan lidah busuk yang mengganggu suaminya dengan cara seperti ini adalah orang pertama yang akan memasuki neraka."

Duhai Ibu yang baik! Bila anda menyayangi suami dan anak-anak anda, maka anda harus menghentikan sikap yang tidak pantas dan tidak masuk akal ini. Apakah anda pernah berpikir bahwa kelakukan anda yang salah ini akan mengakibatkan pecahnya kehidupan keluarga anda ?

Seorang dokter memberikan kesaksiannya di pengadilan:
"Saya belum pernah melihat istri saya berkelakuan seperti layaknya searang istri selama kami menikah. Rumah kami selalu berantakan. Dia selalu berteriak-teriak dan marah-marah. Saya tak tahan hidup dengannya. Setelah saya memberinya uang saya menceraikannya."

Dokter itu berkata, "Bila dia menginginkan dan meminta semua kekayaan saya dan bahkan titel saya sebagai dokter, saya akan memberikannya asalkan bisa lebih cepat berpisah dengannya."

Kajian 23 Februari 2007

Dan berdoalah: "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat." QS Al Mu'minuun 29.

Thursday, February 22, 2007

Ten Ways to Inject Fun Into the Workplace

Green ... as far as the horizon ...

Ten Ways to Inject Fun Into the Workplace
Tom Stern - Fastcompany

When I first heard that there was a book called "Work Like Your Dog," I had some unsavory visions of excusing myself from an important meeting to drink out of the toilet bowl, taking a moment out of a client lunch to rub against their leg, or simply getting caught cleaning myself when my assistant walked in. It turns out, Matt Weinstein and Luke Barber had something completely different in mind, and it concerns the notion that dogs are actually really energetic and good at play. My ongoing vision for my radio show "Opportunity Knocks" has been to combine business with a sense of humor, two things that are often mutually exclusive in our society.

According to a William M. Mercer survey, only 29 percent of employers nationwide encourage humor as part of their company culture, and only eight percent have a policy of using fun to reduce employee stress. Yet, research at California State University Long Beach showed that people who have fun at work are more creative, more productive, work better with others and call in sick less often. Indeed, we were privileged to have as our guest on the show recently Paul Orfalea, the founder of Kinko's, who encouraged a whole lot of wild stuff in the workplace to make his staff happier. Check out his book, "Copy This!" for the juicy details.

So what's everybody waiting for? Those who are ready to shake things up can take advantage of the Tom Stern, work-life balance, ten-point plan for making the job you go to every day a zanier, more exciting place to be.

1. Casual Friday has been done to death. Start instituting casual dress on any day of the week you like, but only from either nine to noon or one to five. Having people change into or out of a set of clothes in the middle of the day will be stimulating, and the sense of anticipation about what "casual dress" means to some of the bozos you work with will keep everyone on their toes.

2. Select an area of the office in front of which will be placed a piece of gymnastic equipment. In order to get to, say, Human Resources, you have to vault over a horse. Keeps everyone in shape, and if you set up a video camera, your office could amass quite a "blooper reel."

3. Bring a karaoke machine to the office and stage "American Idol" contests at lunch break. NOTE: For maximum fantasy element (not to mention the chance to vent), make the bosses the contestants and the employees the judges.

4. As an incentive to timeliness, whoever gets to work before upper management gets to park in their reserved space.

5. Inter-office e-mails will all now feature the subject heading "FEEL FREE TO IGNORE THIS USELESS DRIVEL."

6. Make a point to be more specific when exchanging pleasantries with your co-workers. For example, skip the overused "how was your weekend?" and replace it with "did you gamble away your first born again?" or "say, did your boyfriend ever find out what you did?"

7. In a variation of a college drinking game, every time anyone calls Wednesday "hump day" they get pummeled with the candy from the jar on the receptionist's desk.

8. Once a month, the entire office takes a long lunch and goes out to a movie matinee. (This suggestion on hold until Hollywood actually makes some good movies again.)

9. Everyone swears off coffee for one day. (NOTE: only use this idea if things are getting so bad at your workplace that they can only be remedied with a sudden outbreak of irrational violence.)

10. One time every day, whoever answers the phone gets to do so by going "thank you for calling Bunch of Dysfunctional Losers, how may I direct your call?"

My hope is that this list of fun-inducers will get your mind going, too. Let's hope that the next time the William A. Mercer company surveys us, we'll jack up that percentage of humor in the workplace to well over half this dang country. We can dream, can't we?

Top Three Takeaways
There is no limit to the ways in which you can inject some fun into the workplace. However, please note that nobody wants or needs to see you in a thong ever again.

Think twice the next time you use the phrase "work like a dog." Use "work like an ox" instead...now there's a creature that’s about as much fun as a rubber crutch.

You’ve just gone through my ten-point plan, and still you wanted Top Three Takeaways. Clearly, you appetite for lists is insatiable.

Kajian 22 Februari 2007

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?" QS Al Mu'minuun 23.

Wednesday, February 21, 2007

Melompat pada Kesimpulan

Indonesia!


Judul di atas diambil dari salah satu bab buku Staying Sane in a Crazy World racikan Arnold dan Clifford (bapak anak) Lazarus. Cek catatan di blog ini, terakhir saya buka buku ini adalah bulan Januari tahun lalu soal Melawan Penundaan. Ck ck ck ... udah lama juga ya ... jadi malu sendiri ... :-P

Terlalu cepat mengambil kesimpulan ... di kantor - sebagai contoh - sering kali kita melihat hal ini terjadi. Bawahan bicara pada atasan, baru saja mulai, sang atasan dengan 'bijaknya' langsung memotong dan memberikan saran/ instruksi/ perintah. Padahal, kalau ceritanya 3 halaman, itu 1 paragraf pun belum selesai diutarakan ....

Ada teman curhat ke kita. Berhubung kita lagi sibuk, dia belum selesai curhat, kita sudah ngambil kesimpulan, ah masalahnya ini ... itu ... udah deh, mending dengerin ane .. ini resepnya ... begini ... begitu ... dst .. dst. Tinggal teman kita yang bingung. Belum lega karena curhat belum selesai, nasehat yang dikasih nggak nyambung ... tinggallah dia mengangguk-angguk kebingungan ... :-P

Memang tidak mudah sih ya ... kita punya kecenderungan untuk cepat memotong pembicaraan. Apalagi lawan bicara cenderung bertele-tele, mutar kemana-mana dan tidak kian sampai pada inti permasalahan.

Menurut saya, setidaknya di sini kita belajar 3 hal. Yang pertama, belajar mendengarkan dengan empati. Tunjukkan simpati dengan mendengarkan secara tulus. Ini penting sekali, dan menurut saya inilah inti pembelajaran ini. Yang kedua, belajar mendengar. Jangan putuskan pembicaraan, dan gunakan bahasa tubuh untuk membuat lawan bicara merasa didengarkan. Misalnya dengan posisi badan dan wajah yang sepenuhnya menghadapnya, mata yang terus menatapnya, anggukan kepala, kata-kata sederhana seperti, "Ya ... hmmm ... begitu ....". Yang ketiga, adalah belajar menggali lebih dalam. Cerna semua fakta yang dikemukakan dan lontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk memvalidasi atau memperluas fakta tersebut. Olah semua keping puzzle yang disodorkan menjadi suatu gambar yang lengkap.

Ada konsekuensi yang jelas dari 3 hal di atas. Yang pertama, butuh waktu. Sesuatu yang sering kali langka di jaman ini. Namun ini adalah hal yang mutlak untuk melakukan 3 hal di atas. Yang kedua, konsentrasi yang penuh. Tanpa ini - meminjam kata-kata bahasa Inggris - kita itu seperti hearing (suara kereta lewat, bunyi printer, suara angin yang hanya numpang liwat) dan bukan listening.

Dari pengalaman, dengan mempraktekkan 3 hal di atas, sering kali lawan bicara kita 'menemukan' sendiri jawaban dari pertanyaannya. Dia bisa melepaskan uneg-unegnya dengan teman bicara yang penuh empati. Pertanyaan-pertanyaan yang kita lontarkan akan mengarah pada bentuk diskusi dan bukan sekedar nasihat yang menggurui. Dan dengan lepasnya uneg-uneg itu perlahan-lahan ia sendiri bisa berfikir secara jernih dan menganalisis kembali permasalahan yang ia hadapi.

Kembali pada soal melompat pada kesimpulan, salah satu saran dari teman-teman kantor pada saya, adalah saya punya kecenderungan untuk terlalu lama berfikir sebelum mengambil satu tindakan/keputusan. Sebagai suatu saran, tentunya ini adalah satu hal yang sangat berharga untuk kemajuan diri. Cuma dipikir-pikir rasanya sih nggak juga ... :)

Belajar dari metode stop, look, and think, kalau ada sesuatu, pertanyaan saya yang pertama biasanya, kapan batas akhir (deadline) ini harus dilakukan? Kalau masih ada waktu, biasanya memang saya akan masuk fase analisis, tidak terburu-buru mengambil kesimpulan. Tapi kalau tidak ada waktu, memang pada saat itu juga kita harus bisa membuat keputusan, apapun keputusan itu. Lebih baik membuat keputusan yang salah, ketimbang tidak memutuskan apa-apa ... kalaupun itu salah, kita bisa belajar darinya ... :)

Memang sih ... memang ... saya punya kecenderungan untuk menganalisis segala hal. Kurang nikmat rasanya kalau maen langsung bikin kesimpulan .... :-P

Bagaimana dengan anda? :)

Kajian 21 Februari 2007

Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian darinya kamu makan. QS Al Mu'minuun 21.

Tuesday, February 20, 2007

Resensi musik


Gambar dari Wikipedia


Udah lama juga ya nggak bahas musik ... apa kabar semua, masih suka dengar musik? :)

MInggu lalu saya 'menemukan' satu situs yang menyediakan aneka macam film seri. Sangat menarik karena selain film seri yang 'masa kini' seperti 24, CSI, the Office, Desparate Housewives, yang jaman dulu seperti A Team, Miami Vice, Remington Steele, Mc Gyver, sampai pada film jaman saya masih muda seperti Growing Pains, House M. D., Fresh Prince of Bel Air (ayo coba siapa yang main di sini), the Muppet Show (nulis ini sambil tersenyum membayangkan Miss Piggy dan Kermit), dan Whose Line Is It Anyway (komedi favorit saya yang cuma bisa ditonton ini kalau pas ke US), serta American Idol!

Sayang kebanyakan format yang diberikan divx, jadi nggak bisa diputar di pemutar DVD biasa. Sempat saya coba konversi ke DVD, cuma jumlah kepingnya jadi membengkak. Sesi 1-17 American Idol session 2 yang dengan divx muat di 1 buah keping DVD, jika dirubah ke format DVD jadinya 9 keping. Ya sudah ... nonton di komputer aja deh ... :)

Akhir minggu kemarin saya dan anak-anak dan ibunya akhirnya rame-rame nonton American Idol session 2. Bersempit-sempit di depan layar komputer ... :-P Asyik banget nonton American Idol tanpa iklan dan bisa dimaju-mundurkan sesuka hati kita hehehehe .... melihat lagi bagaimana Clay Aiken dan Ruben Studdard memulai usahanya. Suara mereka memang luar biasa. Sayang sekali saya tidak terlalu suka album-album Ruben ... musiknya kurang nyambung dengan hati dan jiwa saya ... :-P

Melenceng lagi, beberapa waktu yang lalu saya juga 'mengisi' koleksi MP3 saya. Biasa, review awal sebelum memutuskan beli albumnya. Kali ini mencoba penyanyi yang menurut review di internet bagus-bagus, tapi belum pernah saya dengar. Mulai dari jaman dulu sampai sekarang. Mereka seperti A Perfect Circle, Alain Caron, Albert King, Alice Coltrane, Allan Holdsworth, Anja Garbarek, Archive, Arctic Monkeys, Art Blakey, Badly Drawn Boy, Bebel Gilberto, Beck, Bela Fleck & The Fleckstones, Ben Harper, Ben Kweller, Bertine Zetlitz, Beth Orton, Bic Runga, sampai Bill Evans dan seterusnya.


Gambar dari Wikipedia


Sejauh ini yang membuat saya sangat terkesan adalah Bill Evans. Dikutip dari Wikipedia Bill adalah "was one of the most famous jazz pianists of the 20th century; he remains one of the major influences on post-1950s jazz piano". Dengerin albumnya But Beautiful bersama trionya plus Stan Getz, peniup saxophone tenor legendaris, bener-bener bikin merinding. Musiknya standar jazz, namun penjelajahan musik yang terbentuk benar-benar klas dunia. Membuai, melenakan, mencengangkan. Sekali lagi, musiknya standar jazz, jadi kalau anda mencari aroma pop, akan sulit menemukan. Tapi kalau anda penggemar jazz standar, saya yakin banget anda akan keracunan album ini. Nikmat banget dah ... :)

Lagi suka denger apa nih?

Kajian 20 Februari 2007

Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan. QS Al Mu'minuun 19.

Monday, February 19, 2007

Belajar membuat foto (bagian 2) ...

Abandon ....


Pada awalnya, hobi ini cukup bikin frustrasi. Terlalu banyak pilihan, terlalu banyak yang harus dipikirin sebelum jepret! Beda dengan kamera saku, yang tinggal bidik dan jadi ... :) Belum lagi berbagai teori, mulai teori komposisi, rule of third, depth of field (DOF), Point of Interest, White Balance, sampai pada konsep metering. Mumet dah!

Saya juga baru tahu kalau di dunia penggemar fotografi ada istilah hunting. Kalau di dunia Linux ada istilah installafest, di media yang anda sedang baca ini istilah nge-blog (he3x), hunting rupanya artinya adalah bersama-sama pergi ke suatu tempat atau suatu obyek tertentu untuk mencari sasaran pemotretan. Untuk yang baru belajar, inilah kesempatan untuk belajar dari yang senior.

Jadi begitulah di acara hunting yang pertama, saya turut dengan hati yang masih galau membawa kamera raksasa, gelagapan memilih pengaturan di kamera, pusing mengingat-ingat teori-teori yang sudah dikasih tahu senior maupun yang sudah dibaca. Mau foto apa? Udah nggak penting lagi ... udah kadung puyeng hehehe ....

Waktu itu kami ke Kebun Raya Bogor. Sempat diajari sebentar, sehabis itu masing-masing mulai sibuk sendiri-sendiri. Ada yang ngejar foto pemandangan kebun, ada yang ngejar capung di kolam, ada yang udah lenyap entah kemana. Tinggal saya yang bengong, jalan paling belakang, "Foto apa ya?" Hiks ... :-P

Akhirnya jepret sana, jepret sini. Sesekali ngintip yang dikerjain senior sambil nanya, foto apa dan pengaturan apa yang dibuat di kamera. Jepret pemandangan, jepret capung, jepret kolam, jepret pohon, orang, jembatan, air sungai, jepret, jepret, jepret!

Acara selesai, pulang, buka foto di komputer. Bagus? Mana tahu ... Akhirnya mengikuti kebiasaan di dunia Linux dulu, saya coba tampilkan hasil hunting ini ke teman-teman. Mereka juga menampilkan hasil mereka. Nah, di situ baru saya pelan-pelan bisa 'menangkap'. Kenapa foto mereka lebih bagus?

Obyek yang difoto sama, sudut pengambilan kurang lebih sama, tapi kenapa punya mereka jauh lebih indah? Kenapa wajah orang bisa terang sementara punya saya gelap? Kenapa foto saya goyang? Kenapa latar belakang foto mereka bisa kabur sehingga efek 3D sangat kental? Kenapa foto mereka warnanya indah sementara saya datar saja? Banyak lagi pertanyaan yang perlahan terjawab dengan proses di atas. Membandingkan dan menerima saran dan kritik.

Berangkat dari situ saya pun rajin mengeluarkan foto saya untuk dikritik. Memang nggak enak dan agak memalukan hehehe .... cuma rasa-rasanya inilah metode belajar yang paling efektif, murah lagi, alias nggak ada biayanya :-P

bersambung ...

Kajian 19 Februari 2007

Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. QS Al Mu'minuun 18.

Friday, February 16, 2007

Seri Kehidupan Suami/Istri - Suami (4)

House on the hill ..


Dikutip dari buku Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami – Istri oleh Ibrahim Amini – Al Bayan. Semoga ada manfaatnya ...

Seri Kehidupan Suami Istri
Keluhan yang Tidak Perlu

Persoalan hidup ini begitu banyak. Tak ada orang yang merasakan kebahagiaan secara sempurna, tetapi ada orang-orang yang lebih sabar daripada orang lain. Mereka merekam persoalan-persoalan mereka di dalam pikiran mereka dan tidak mengungkapkannya kecuali bila ada alasan untuk itu.

Di lain sisi, ada orang yang begitu lemah sehingga tidak dapat menyimpan persoalan di dalam hati mereka.

Mereka begitu terbiasa mengeluh sehingga begitu mereka bertemu seseorang, mereka mulai mengeluh. Ke mana pun mereka pergi dan di mana pun mereka, mereka mengeluh tentang kejadian sehari-hari yang terjadi dalam hidup mereka. Mereka seolah-olah diutus oleh setan untuk merusak kebahagiaan orang lain. Itulah sebabnya banyak teman dan keluarga yang tidak mau diganggu dengan sifat-sifat ini ; dan berusaha untuk menjauhi mereka sedapat mungkin.

Akan tetapi, orang seharusnya merasa kasihan terhadap istri dan anak-anaknya dalam menerima masalah ini. Karena tak ada lagi orang lain yang mau mendengarkan keluhan mereka, dan orang semacam ini akhirnya hanya menumpahkan persoalan mereka kepada keluarganya.

Kadang-kadang mereka mengeluh tentang pengeluaran mereka, pajak-pajak yang harus dibayar, ulah teman-teman, dan kadang-kadang mereka mengeluh tentang rekan sekerja, pekerjaan mereka, penyakit, dokter, dan sebagainya. Pria semacam itu bersifat pesimistis dan tidak mau melihat kebaikan-kebaikan yang ada di dunia. Mereka menderita dan membuat orang lain menderita, dan terutama keluarga mereka juga menderita.

Bapak yang baik ! Apa gunanya mengeluh setiap waktu ? Apa yang anda dapatkan dan mengeluh? Mengapa keluarga anda harus menderita bila marah dengan supir taksi? Mengapa anda menyalahkan istri anda bila pekerjaan anda tidak lancar?

Jangan lupa bahwa sikap anda akan menjauhkan keluarga anda dan anda. Mereka akan menjadi kecewa terhadap anda dan akan membenci rumah. Mereka mungkin bahkan akan lari dari rumah dan akan terjebak dalam penyelewengan dan kejahatan. Paling sedikit hal ini akan meninggalkan bekas dalam jiwa mereka.

Apakah tidak lebih baik Anda menghindari untuk tidak merusak kebahagiaan keluarga anda ? Bila anda pulang ke rumah, cobalah berusaha untuk melupakan persoalan anda. Berbahagialah dengan keluarga anda. Makanlah bersama mereka dan nikmatilah kebersamaan dengan mereka.

Islam juga telah menganggap kesabaran dan sifat tidak mengeluh sebagai sifat yang baik dan juga telah menyediakan ganjaran untuk itu.

Imam Ali a.s. mengatakan: "Bila kesulitan datang menghampiri seorang Muslim, ia tidak boleh mengeluh tentang Allah kepada orang lain, tetapi harus membawa persoalan itu kepada Allah yang memiliki segala kunci bagi setiap persoalan."

Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mengalami kesulitan dengan kesehatannya dan tidak mengeluhkan hal itu kepada orang lain, maka Allah akan mengampuni segala dosanya."

Kajian 16 Februari 2007

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). QS Al Mu'minuun 17.

Thursday, February 15, 2007

Sudahlah, Maafkan Saja!

Clouds decorate the sky ...


Sudahlah, Maafkan Saja!
Arvan Pradiansyah - Republika

Bayangkan Anda sedang menghadiri pesta yang amat meriah. Semua orang tampil dengan pakaian terbaik. Makanan yang dihidangkanpun tampak lezat dan mengundang selera. Saat Anda antre untuk mengambil makanan, tiba-tiba seseorang yang sangat Anda percaya berbisik di telinga Anda, "Hati-hati, banyak makanan tak halal disini, bahkan ada beberapa yang beracun!"

Saya berani menjamin Anda akan mengurungkan niat mengambil makanan. Boleh jadi Anda pun langsung pulang ke rumah. Anda benar, hanya orang bodohlah yang mau menyantap makanan tersebut. Kita tak mau makan sembarangan. Kita sangat peduli pada kesehatan kita.

Anehnya, kita sering - bahkan dengan sengaja - memasukkan "makanan-makanan beracun" ke dalam pikiran kita. Kita tak sadar bahwa inilah sumber penderitaan kita. Salah satu makanan yang paling berbahaya tersebut bernama: ketidakmauan kita untuk memaafkan orang lain!

Ketidakmauan memaafkan adalah penyakit berbahaya yang menggerogoti kebahagiaan kita. Kita sering menyimpan amarah. Kita marah karena dunia berjalan tak sesuai dengan kemauan kita. Kita marah karena pasangan, anak, orang tua, atasan, bawahan, dan rekan kerja, tak melakukan apa yang kita inginkan. Lebih parah lagi, kita memendam kemarahan ini berhari-hari, bahkan bertahun-tahun.

Memang banyak sekali kejadian yang memancing emosi kita. Pengendara motor yang memaki kita, mobil yang menyalib dan hampir membuat kita celaka, orang yang membobol ATM kita, politisi yang hanya memperjuangkan perutnya sendiri, adik yang sering minta bantuan tapi tak pernah mengucapkan terima kasih, pembantu yang membohongi kita, maupun bos yang pelitnya luar biasa. Kita mungkin berpikir bahwa orang-orang tak tahu diri ini sudah sepantasnya kita benci. Tapi kita lupa bahwa kebencian yang kita simpan hanyalah merugikan kita sendiri.

Penelitian menunjukkan ketidakrelaan memaafkan orang lain memiliki dampak hebat terhadap tubuh kita: menciptakan ketegangan, mempengaruhi sirkulasi darah dan sistem kekebalan, meningkatkan tekanan jantung, otak dan setiap organ dalam tubuh kita. Kemarahan yang terpendam mengakibatkan berbagai penyakit seperti pusing, sakit punggung, leher, dan perut, depresi, kurang energi, cemas, tak bisa tidur, ketakutan, dan tak bahagia.

Baru-baru ini saya sempat berinteraksi dengan sekelompok mahasiswa yang mengeluhkan perasaan tertekan dan tak bahagia. Ternyata, kebanyakan dari mereka memendam berbagai kemarahan, baik kepada orang tua maupun orang-orang di sekitar mereka. Salah seorang mengaku telah 10 tahun memendam kebencian kepada wanita yang menjadi istri kedua ayahnya. Si ayah yang dijuluki orang paling sholeh di kantornya tanpa diduga mempunyai "simpanan." Wanita ini kemudian dinikahinya, dan akhirnya meninggal karena stroke lima tahun lalu. Tapi, kemarahan dan kebencian si anak hingga kini belum juga mereda.

Musuh kita sebenarnya bukanlah orang yang membenci kita tetapi orang yang kita benci. Ada cerita mengenai seorang lelaki bekas tapol di zaman Orde Baru yang mengunjungi kawannya sesama eks tapol. Sambil mengobrol si kawan bertanya, "Apakah kamu sudah melupakan rezim Orde Baru?" Jawabnya, "Ya, sudah." Si kawan kemudian berkata, "Saya belum. Saya masih sangat membenci mereka." Lelaki itu tertawa kecil dan berkata, "Kalau begitu, mereka masih memenjara dirimu."

Untuk mencapai kebahagiaan, kita perlu mengubah cara pandang kita. Sumber kebahagiaan ada dalam diri kita sendiri, bukan di luar. Karena itu jangan terlalu memusingkan perilaku orang lain. Sebaliknya, belajarlah memaafkan. Kunci memaafkan adalah memahami ketidaktahuan. Banyak orang yang melakukan kesalahan karena ketidaktahuan. Kalaupun mereka sengaja melakukannya, itupun karena mereka sebenarnya tak tahu. Mereka tak tahu bahwa kejahatan bukanlah untuk orang lain tetapi untuk mereka sendiri.

Orang yang suka memaki dan bersikap kasar sebenarnya tak menyadari bahwa mereka sedang menzalimi dirinya sendiri. Suatu ketika ia akan kena batunya. Inilah konsekuensi logis dari hukum alam.

Mempraktikkan konsep memaafkan akan membuat hidup lebih ringan. Saya ingat, saat sedang duduk menunggu anak saya sekolah pada minggu lalu, seorang ibu yang lewat menubrukkan tasnya yang cukup berat ke kepala saya, tanpa permisi apalagi minta maaf. Orang-orang yang melihat kejadian itu menggeleng-gelengkan kepala sambil mencela kecerobohannya. Saya mencoba mempraktikkan konsep ini, dan langsung memaafkannya. Ibu itu kelihatannya sedang kalut. Tak mungkin ia sengaja menabrak saya begitu saja.

Untuk mencapai kebahagiaan, berikanlah maaf kepada orang lain. Hentikan kebiasaan menyalahkan orang lain. Ingatlah, kesempurnaan manusia justru terletak pada ketidaksempurnaannya. Hanya Allah-lah yang Maha Suci dan Maha Sempurna. Saya menyukai apa yang dikemukakan Gerarld G Jampolsky dalam bukunya Forgiveness, The Greatest Healer of All. "Rela memaafkan adalah jalan terpendek menuju Tuhan."

Kajian 15 Februari 2007

Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. QS Al Mu'minuun 15-16.

Wednesday, February 14, 2007

New Year, New You

Louvre and its pyramid


Jangan pernah berhenti bermimpi dan berusaha menggapai mimpi itu ... tapiii ... jangan ngoyo hehehe ...

New Year, New You
Lay the groundwork for your next career move by mastering the skills to succeed as CIO.
MARTHA HELLER - CIO.com

A generation ago, if you could claim a 10-year career as CIO, you were probably nearing retirement. After all, the position was only really formalized in the mid-1980s.

Today, however, an entire generation of CIOs exist who have spent a decade or more in the role but who are only 46, or 41 or (gasp!) 35. Retirement is not on the horizon for these executives, who still have a whole leg of their career ahead. So what does the future hold for these IT leaders? Some will maintain their CIO title and progress to larger and more complex organizations. Others will move across the enterprise and into the business. A handful will push the boundaries of what it means to be a CIO.

As the new year unfolds, it is clear that there has never been a better time to be a CIO. Most of you have a seat at the table. The line between the business and IT is blurring. New career trajectories are open to you. But you can capitalize on these opportunities—traditional or otherwise—only if you are strategic about your career.

And that's what we'll talk about each month in Career Strategist, a new column whose goal is to help the CIO build a strategic career plan. In this column, we will codify the career trajectories and offer case studies of CIOs pioneering these roles. We will talk with CEOs and others who influence who gets hired and why. We will offer advice for positioning yourself for the future while in your current role. In short, we will provide practical guidance for achieving your career goals.

I speak to CIOs every day who confide that they would like their next opportunity to be something "challenging" with a "growing company" where they can provide "leadership." They have a generic understanding of what they want but no plan, no strategy, for achieving it. This never fails to amaze me. CIOs work so hard to be strategic in their technology leadership. Why not be strategic about your career?

Of course, a strategic career plan is a moot point if you're not cutting it in your current job. So let's set that foundation first by reviewing the basics: What are the top skills you need to be a successful CIO? To find out, we asked several CIOs for their thoughts and have listed the results by priority.

Change management. Whether it is business process reengineering, organizational restructuring or a new strategic direction, change can wreak havoc on a company. Leading through that change is probably the most critical skill a CIO can possess. Says Jody Davids, CIO of Cardinal Health, "This is the skill my staff, my peers, and my manager all value in me the most. And it is the skill I've worked the hardest to acquire. Our company is changing all the time, so I need to keep the IT organization moving forward."

Organizational leadership. Leadership is about modeling the way, creating a compelling strategic vision, and prioritizing the development of your staff. "Without developing a real competency in leadership, you will not be successful," says Jeff Campbell, CIO of BNSF Railway.

Relationship building. In every company, there is opportunity for tension between IT and other departments. The CIO's ability to build a bridge between IT and sales, marketing, and other lines of business can make or break an IT strategy. "You can only build real relationships on credibility," says Davids. "Credibility comes from the consistent ability to deliver on your promises."

Knowledge of the business. While the business may "own" its individual processes, it is the CIO's responsibility to understand the business and how its processes integrate across the enterprise and how employees engage in them. An effective technology strategy cannot exist without business process expertise. "As CIOs, we are in a unique position to understand the operations of a company," says Rebecca Rhoads, VP and CIO of Raytheon. "Our responsibility is to pop the hood of the car, understand how the engine is designed and fine-tune it."

Running IT like a business. According to Accenture CIO Frank Modruson, this is more than sitting in on business strategy meetings and learning to speak in business terms. "We are a service provider and need to act like one. If you do things like presenting IT as a menu of products and services from which the business heads choose their service and pricing, you will create a real partnership with your business peers."

Financial acumen. It all starts and ends with financials. "You need to understand the revenue stream of the company and where IT fits into it," says Modruson. "Every IT investment should have an ROI."

Accountability. Delivering on your promises and owning up when you cannot is key to establishing the credibility to succeed as CIO. "I've seen time and again where IT projects are late and CIOs neither accept nor enforce accountability," says Campbell. "If you do not have the courage to hold your people accountable and deal out the consequences, you will not be successful."

Risk management. Every new technology investment brings an element of risk—in security, availability and change—to an organization. Yet companies that avoid risk entirely may miss out on critical technology innovation. "I used to think that we needed to be better systems engineers so that we could prevent any possibility of risk," says Rhoads. "But with today's pace of innovation, we need to focus just as intensely on responsiveness and adaptability. It's not just working to prevent risk, it's learning to deal with it."

Learning. Technology and its application to business are in constant flux. A CIO needs to learn from each new experience and embed that learning into the IT group. "Today's iterative nature of cutting in new technologies and layering innovation on top of innovation necessitates that we build an organization that is constantly learning," says Rhoads. "If we are not always learning from our successes and mistakes, we cannot exploit new technologies in the best interest of our companies."

Core knowledge of IT. For Campbell, "This is the price of admission. CIOs who grew up in technology have already mastered this skill, but new CIOs—40 percent of whom now come from the business—need to surround themselves with people who have that deep domain knowledge. They need to learn the core technology issues and not fall for smoke screens."

If you can place a check mark next to each item, you're ready for a new career opportunity. But before taking that next step, says Raytheon's Rhoads, "stay in a CIO role long enough to make a significant contribution to the organization and to acquire all of the experience and learning that the role has to offer. You are going to rely on it again someday."

Kajian 14 Februari 2007

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. QS Al Mu'minuun 12-14.

Tuesday, February 13, 2007

Belajar membuat foto (bagian 1) ...

The Sea ... The Ship


Kalau nggak salah rasa-rasanya saya mulai menekuni hobi fotografi sekitar bulan Maret - April 2007. Udah hampir setahun ya? :) Ini semua dimulai sebenarnya dari keinginan saya mengganti kamera saku digital saya yang telah berumur 3 tahun. Karena saran, 'bujukan', dan 'racun' teman-teman, keinginan ini berakhir dengan sebuah kamera DSLR ... :-P Meski belinya barang bekas, tetap saja sebuah kamera DSLR ....

Pencarian dimulai dengan kebingungan memilih berbagai parameter yang ada di kamera DSLR. Berbagai teknik pemotretan yang harus dipelajari, racun-racun filter dan lensa yang ditawarkan sebagai obat mujarab untuk langsung menjadi seorang fotografer professional. Tentunya saya juga harus memilih bidang spesialiasi, apa mau foto-foto pemandangan? Atau binatang? Atau foto makro? Atau kehidupan manusia, atau foto produk?

Kalau diingat, di awal pencarian ini, hampir setiap Sabtu jam 6 pagi saya sudah siap di depan rumah. Berbekal sepeda kesayangan, ransel, dan topi, untuk kemudian menyusuri pelosok-pelosok Depok untuk mencari obyek foto. Kalau diingat dulu itu (sampe sekarang sih he3x) gemetar kalau udah membidik dengan kamera ini. Maklum, gede banget, bukan seperti kamera saku. Kenapa gemetar? Takut diomelin orang ... :-P

Usai jepret-jepret, kegiatan selanjutnya adalah nongkrong di depan komputer. Dari ngutak-ngutik JPG hasil jepret di Picassa, sampai merembet memfoto dengan RAW yang kemudian 'naik cetak' pakai Nikon Picture Editor atau keluarga Adobe. Untuk keluarga Adobe saja saya coba-coba Photoshop, Image Ready, sampai Aperture. Ini belum ngitung berbagai 'teknik' yang juga harus dipelajari di Adobe, mulai dari berbagai filternya sampai pada memakai Action yang sudah jadi dari internet ...

Semua ini tentunya berujung pada publikasi. Entah dengan mengirim hasil-hasil foto ke teman-teman untuk dikomentarin/kritik. Atau 'naik cetak' di internet ... :) Dulu sempat coba-coba di forumkamera.com dan sekarang sibuk di flickr ... :)

bersambung ...

Kajian 13 Februari 2007

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. QS Al Mu'minuun 8-11.

Monday, February 12, 2007

Alangkah Indahnya

Fresh morning time ...


Alangkah indahnya
ketika matahari dengan ramah menyapa pagi
dengan sinarnya
yang hangat dan gembira

      Alangkah indahnya
      ketika udara pagi menghembuskan kesegaran
      dan bertutur lembut
      'ntuk raga dan jiwa

Alangkah indahnya
perjalanan di pagi hari
Menembus pepohonan dan dedaunan
yang basah oleh embun pagi

      Kita pun lantas tersadar
      untuk kesekian kalinya
      kalau hidup ini sederhana
      namun indah

dan bahwa kita
hanyalah sebuah titik
dibandingkan dengan Sang Maha Pencipta
yang menciptakan ini semua ....

Kajian 12 Februari 2007

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. QS Al Mu'minuun 1-7.

Friday, February 09, 2007

Seri Kehidupan Suami/Istri - Istri (3)

Just you and me


Dikutip dari buku Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami – Istri oleh Ibrahim Amini – Al Bayan. Semoga ada manfaatnya ...

Seri Kehidupan Suami Istri
Bersikaplah yang Menyenangkan

Seseorang yang memiliki sifat-sifat yang baik dengan sikap yang menyenangkan juga tetap akan menghadapi kesulitan dan permasalah hidup yang sama. Namun inilah jenis kepribadian yang menarik yang dicari orang. Sikap dan sifat seseorang yang menyenangkan akan membuatnya kebal terhadap kekacauan jiwa karena sikap hidup mereka adalah mengatasi kesulitan dengan cara yang terbaik dan layak.

Imam Shadiq a.s. mengatakan: "Tak ada hidup yang lebih enak daripada yang menyenangkan.”

Tetapi sebaliknya, seseorang yang memiliki sifat-sifat jelek akan mendapati hidup ini tidak menyenangkan karena hubungan orang-orang semacam ini menimbulkan kecemasan dan ketidakbahagiaan hidupnya. Sikap semacam ini dihindari oleh kebanyakan orang karena akan mengakibatkan semuanya berakhir dengan hanya sedikit teman yang tersisa. Kemudian ini semua menjadi suatu keadaan yang diikuti oleh masalah-masalah psikologis dan penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh kecemasan dan kekosongan yang membuatnya bersikap tidak baik terhadap hidup.

Rasulullah saw. bersabda: "Orang yang memilih sikap dan sifat jelek akan selalu mendapatkan permusuhan dan penderitaan.”

Sikap yang baik dan menyenangkan merupakan sesuatu yang penting di kalangan semua orang pada umumnya dan di kalangan pasangan khususnya karena pasangan harus hidup hersama dan membangun kehidupan yang saling berhubungan.

Ibu yang baik! Bila anda ingin menikmati kehidupan yang menyenangkan bersama suami dan anak-anak, jadikanlah sikap anda menyenangkan dan dapat diterima. Bersifat baik dan tidak selalu bertengkar. Anda mampu menjadikan rumah anda sebagai surga yang agung ataupun neraka yang menyala. Anda bisa menjadi bidadari yang penuh kasih di mana anak-anak dan suami akan mendapatkan kedamaian pada diri anda. Tahukah anda betapa indahnya kesan yang anda tinggalkan di dalam hati mereka lewat senyum yang manis dan bahasa yang halus. Kesan yang menyenangkan itu selalu segar dalam ingatan mereka ketika mereka berangkat bekerja atau ke sekolah dan membantu mereka untuk memulai hari yang indah.

Karena itu, bila anda menyayangi kualitas kehidupan anda dan hubungan anda dengan suami, jangan bersikap tidak baik. Bersikap baiklah, karena pilar pendukung yang utama untuk keamanan perkawinan adalah etika yang diatur dengan baik yang menjurus kepada sikap yang menyenangkan.

Kebanyakan perceraian yang terjadi disebabkan karena perbedaan sifat antara suami istri. Dari data statatistik dapat disimpulkan bahwa pada pasangan-pasangan yang melakukan perceraian tidak terdapat adanya kesamaan dalam sikap, nilai-nilai moral, dan watak. Sumber utama percekcokan dan pertengkaran keluarga adalah perbedaan watak dan nilai-nilai dan prinsip-prinsip etika.

Scorang wanita mengeluh di pengadilan bahwa suaminya selalu makan siang dan makan malam di luar. Lalu suaminya menjelaskan bahwa alasan mengapa Ia selalu makan di luar adalah karena sang istri sama sekali tidak menimbulkan keinginan untuk makan dan bahwa ia adalah wanita yang berwatak paling jelek di dunia. Tiba-tiba sang istri bangkit dan mulai memukuli suaminya di hadapan para jaksa.

Wanita bodoh itu berpikir bahwa dengan mengeluh, menyakiti dan memukuli suaminya ia dapat membawanya pulang ke rumah kembali. Namun, Ia tidak menggunakan cara yang sederhana dan cerdas yaitu dengan lebih berhati-hati dan mencari cara yang Iebih wajar.

Wanita lain melaporkan kepada pengadilan bahwa suaminya sudah tidak pernah berbicara kepadanya selama 15 bulan dan bahwa ia memberikan belanja rumah tangganya melalui ibunya. Suaminya menjawab bahwa ia sudah cukup menahan watak istrinya yang jelek itu yang membuatnya memutuskan untuk tidak berbicara kepadanya selama 15 bulan.

Kebanyakan pertengkaran keluarga dapat diatasi dengan kebaikan hati, kasih sayang dan watak yang baik. Bila suami anda tidak baik hati, bila ia pergi makan malam sendiri, bila ia suka menyakiti, menghambur-hamburkan semua kekayaannya, mengatakan hal-hal tentang perpisahan dan perceraian atau sejumlah penyebab pertengkaran keluarga, hanya ada satu jalan untuk mengatasinya. Caranya adalah dengan berbaik hati dan bersikap baik. Hasil daripada perbuatan ini menakjubkan.

Imam Shadiq a.s. mengatakan: "Allah SWT akan mengganjar orang yang berwatak seperti orang-orang yang berjihad. Ia akan mengaruniakan berkahNya kepada orang itu siang dan malam."

Imam Shadiq a.s. mengatakan: "Wanita yang mengganggu dan membuat suaminya cemas, dijauhkan dari berkah Allah, dan wanita yang menghormati suaminya, patuh dan tidak membuatnya menderita, akan mendapat berkah dan kemakmuran."

Ada suatu hadist yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW diberitahu tentang adanya seorang wanita yang berpuasa setiap hari, dan melakukan shalat di waktu malam, tetapi ia mempunyai watak yang jelek dan selalu menyakiti tetangganya dengan lidahnya yang tajam. Nabi menjawab: “Tidak ada kebaikan padanya dan ia adalah penghuni neraka."

Kajian 9 Februari 2007

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. QS Al Hajj 78.

Thursday, February 08, 2007

Bekerja: Untuk Apa?

Membaca

Bekerja: Untuk Apa?
Imam S - PortalHR.com

"Saya bekerja di sebuah perusahaan swasta sejak sepuluh tahun lalu. Namun saya merasa hidup saya tidak mengalami peningkatan. Di kantor, karir saya tidak naik-naik. Padahal, saya merasa sudah sibuk bekerja keras, pergi pagi dan pulang malam. Saya seperti disibukkan dengan pekerjaan yang tiada henti-hentinya namun tak kunjung mendapatkan hasil yang diinginkan."

Pernahkah Anda mendengarkan keluhan seperti itu? Atau, jangan-jangan itu lagu favorit yang Anda dendangkan setiap kali bertemu dengan teman lama yang tampak sudah lebih sukses. Siapa tahu?

Tapi, pernahkah Anda mencari tahu "rahasia" teman atau orang lain yang jauh lebih sukses dari Anda? Barangkali Anda memang perlu belajar dari mereka agar bisa berhasil seperti mereka. Tak ada salahnya bertanya kepada mereka resep sukses bekerja sehingga, katakanlah, disukai atasan dan teman satu tim, mendapatkan promosi, dan ide-idenya selalu didengar perusahaan.

Jika telaten Anda akan menemukan bahwa mereka yang sukses bukan orang biasa. Mereka bukan orang yang hanya mengerjakan tugas-tugas rutinitas kantor. Dengarkanlah, bahwa mereka punya mimpi dengan karir mereka. Mereka punya tujuan yang jelas yang ingin diraih dan diwujudkan. Bahkan mereka tahu bagaimana mencapai tujuan itu dan kapan akan sampai di sana.

Jangan heran apabila apa yang mereka kerjakan didedikasikan untuk tujuan besar yang sudah dibuatnya. Mereka bekerja tidak sekadar memikirkan gaji yang akan diterimanya pada akhir bulan. Mereka bekerja bukan sekadar mengisi waktu, dari pukul 9 pagi sampai pukul 5 petang lalu berkemas pulang ke rumah. Mereka sibuk karena mengejar target.

Saksikanlah, mereka yang mempunyai tujuan hidup yang jelas, setiap langkah yang dilakukan merupakan realisasi dari tujuan hidupnya, hasil dari sebuah perencanaan yang sistematis. Target jangka panjangnya telah dibikin menjadi tujuan-tujuan jangka pendek, yang dapat dicapai secara realistis dan dalam jangka waktu tertentu. Mereka selalu komit dengan tujuan hidup yang telah dibuatnya sehingga tujuan hidup atau visi tersebut sudah menjadi semacam kompas yang membimbingnya menuju arah yang tepat.

Sukses dan tidak sukses boleh jadi sudah merupakan takdir. Dengan kata lain, memang ada orang yang ditakdirkan untuk berhasil dalam hidupnya, namun ada pula yang gagal. Apakah persoalan menjadi selesai hanya dengan mengkambinghitamkan takdir? Obrolan bisa bertakik-takik kalau sudah sampai ke tataran ini. Tapi satu hal, takdir merupakan resultan dari usaha kita plus campur tangan Yang Maha Kuasa. Orang bijak berkata; manusia berusaha Tuhan yang menentukan.

Sederhananya, untuk urusan yang menjadi bagian Tuhan biarlah Dia yang mengurus; kita tak usah repot-repot memikirkannya. Kita lakukan saja bagian kita, yaitu berusaha dan bekerja dengan bersungguh-sungguh mengerahkan segenap potensi yang kita miliki.

Jadi, kalau Anda sudah merasa bekerja keras namun hasilnya masih nol besar, tentu ada sesuatu yang tidak beres. Mungkin karena kerja keras yang Anda lakukan belum memadai. Atau, jangan-jangan itu terjadi karena Anda memang tidak tahu untuk apa Anda bekerja. Untuk menjadi sukses, Anda harus memutuskan dengan tepat apa yang Anda inginkan.

Saatnya bekerja dengan tujuan yang jelas!

Kajian 8 Februari 2007

Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapat kemenangan. QS Al Hajj 77.

Tuesday, February 06, 2007

Banjir ....

Watching the flood ...


Hari ini coba masuk kantor. Meski was-was ... apa aman?

Sejak banjir kemarin, ADSL Telkom macet. Lumayan juga berhari-hari di rumah tanpa internet ... :-P

Friday, February 02, 2007

Banjirrrr!!

Bikin ini dari rumah ... :) Tadi pagi berangkat seperti biasa. Eh, kena banjir dimana-mana, ya udah pulang lagi. Untung cuma nggak bisa ke kantor. Bagaimana rasanya yang terjebak kemacetan ya? Yang kena macet dan basah kuyup? Belum lagi yang rumahnya kebanjiran ...

Semoga kita semua sabar ya ... dan turut mendoakan untuk saudara-saudara yang saat ini terkena dampak banjir ini, semoga lekas surut dan bisa segera kembali beraktivitas ...

Thursday, February 01, 2007

Tiga Kunci Hidup yang Bahagia

Kids at play

Tiga Kunci Hidup yang Bahagia
Arvan Pradiansyah - Republika

Apakah rahasia hidup yang bahagia itu? Banyak orang yang mengidentikkan kebahagiaan dengan segala sesuatu yang berada di luar kita, seperti harta benda yang kita miliki. Apakah Anda akan berbahagia jika mempunyai rumah yang indah, mobil mewah, penghasilan yang berlimpah, dan pasangan hidup dan anak-anak yang tampan dan cantik? Mungkin Anda akan mengatakan "ya." Tapi, percayalah itu tidak akan berlangsung lama.

Kebahagiaan yang disebabkan hal-hal di luar kita adalah kebahagiaan semu. Kebahagiaan itu akan segera hilang begitu Anda berhasil memiliki barang tersebut. Anda melihat kawan Anda membeli mobil mewah, handphone yang canggih, atau sekadar baju baru. Anda begitu ingin memilikinya.

Anehnya, begitu Anda berhasil memilikinya, rasa bahagia itu segera hilang. Anda merasa biasa-biasa saja. Bahkan, Anda mulai melirik orang lain yang memiliki barang yang lebih bagus lagi daripada yang Anda miliki. Anda kembali berangan-angan untuk memilikinya. Demikianlah seterusnya. Dan Anda tidak akan pernah bahagia.

Budha Gautama pernah mengatakan, "Keinginan-keinginan yang ada pada manusialah yang seringkali menjauhkan manusia dari kebahagiaan." Ia benar. Kebahagiaan adalah sebuah kondisi tanpa syarat. Anda tidak perlu memiliki apapun untuk berbahagia. Ini adalah sesuatu yang sudah Anda putuskan dari awal.

Coba katakan pada diri Anda sendiri, "Saya sudah memilih untuk bahagia apapun yang akan terjadi." Anda akan merasa bahagia walaupun tidak memiliki harta yang banyak, walaupun kondisi di luar tidak sesuai dengan keinginan Anda. Semua itu tidak akan mengganggu karena Anda tidak menempatkan kebahagiaan Anda disana.

Kebahagiaan yang hakiki terletak di dalam diri Anda sendiri. Inti kebahagiaan ada pada pikiran Anda. Ubahlah cara Anda berpikir dan Anda akan segera mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman batin.

Ada tiga pikiran yang perlu senantiasa Anda tumbuhkan. Saya mendapatkan gagasan mengenai tiga kunci kebahagiaan ini setelah merenungkan arti tasbih, tahmid dan takbir yang kita ucapkan tiap hari tapi sering tanpa makna yang mendalam. Saya kira ajaran seperti ini bukan hanya kita temukan dalam Islam saja, tetapi juga dalam ajaran agama yang lain.

Kunci pertama kebahagiaan adalah rela memaafkan. Coba renungkan kata Subhanallah. Tuhanlah yang Maha Suci, sementara manusia adalah tempat kesalahan dan kealpaan. Kesempurnaan manusia justru terletak pada ketidaksempurnaannya. Dengan memahami konsep ini, hati Anda akan selalu terbuka untuk memaafkan orang lain.

Seorang dokter terkenal Gerarld Jampolsky menemukan bahwa sebagian besar masalah yang kita hadapi dalam hidup bersumber dari ketidakmampuan kita untuk memaafkan orang lain. Ia bahkan mendirikan sebuah pusat penyembuhan terkemuka di Amerika yang hanya menggunakan satu metode tunggal yaitu, rela memaafkan!

Kunci kedua adalah bersyukur. Coba renungkan kata Alhamdulillah. Orang yang bahagia adalah orang yang senantiasa mengucapkan alhamdulillah dalam situasi apapun. Ini seperti cerita seorang petani miskin yang kehilangan kuda satu-satunya. Orang-orang di desanya amat prihatin terhadap kejadian itu, namun ia hanya mengatakan, alhamdulillah.

Seminggu kemudian kuda tersebut kembali ke rumahnya sambil membawa serombongan kuda liar. Petani itu mendadak menjadi orang kaya. Orang-orang di desanya berduyun-duyun mengucapkan selamat kepadanya, namun ia hanya berkata, alhamdulillah.

Tak lama kemudian petani ini kembali mendapat musibah. Anaknya yang berusaha menjinakkan seekor kuda liar terjatuh sehingga patah kakinya. Orang-orang desa merasa amat prihatin, tapi sang petani hanya mengatakan, alhamdulillah. Ternyata seminggu kemudian tentara masuk ke desa itu untuk mencari para pemuda untuk wajib militer. Semua pemuda diboyong keluar desa kecuali anak sang petani karena kakinya patah. Melihat hal itu si petani hanya berkata singkat, alhamdulillah.

Cerita itu sangat inspiratif karena dapat menunjukkan kepada kita bahwa apa yang kelihatannya baik, belum tentu baik. Sebaliknya, apa yang kelihatan buruk belum tentu buruk. Orang yang bersyukur tidak terganggu dengan apa yang ada di luar karena ia selalu menerima apa saja yang ia hadapi.

Kunci ketiga kebahagiaan adalah tidak membesar-besarkan hal-hal kecil. Coba renungkan kalimat Allahu Akbar. Anda akan merasa bahwa hanya Tuhanlah yang Maha Besar dan banyak hal-hal yang kita pusingkan setiap hari sebenarnya adalah masalah-masalah kecil. Masalah-masalah ini bahkan tidak akan pernah kita ingat lagi satu tahun dari sekarang.

Penelitian mengenai stres menunjukkan adanya beberapa hal yang merupakan penyebab terbesar stres, seperti kematian orang yang kita cintai, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini bolehlah Anda anggap sebagai hal yang "agak besar." Tapi, bukankah hal-hal ini hanya kita alami sekali-sekali dan pada waktu-waktu tertentu? Kenyataannya, kebanyakan hal-hal yang kita pusingkan dalam hidup sebenarnya hanyalah masalah-masalah kecil.

Kajian 1 Februari 2007

Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. QS Al Hajj 74.