Dua Dimensi Syukur
Arvan Pradiansyah - Swa Online
Dalam berbagai pelatihan dan seminar The 7 Laws of Happiness, saya mendapat banyak pertanyaan mengenai penerapan The 7 Laws untuk bisnis. Salah satu yang paling sering ditanyakan para profesional dan pelaku bisnis adalah mengenai bersyukur. Mereka sepakat bahwa bersyukur memang penting untuk hidup yang bahagia, tetapi apakah bersyukur itu cocok bagi dunia bisnis? Bukankah bersyukur identik dengan cepat puas yang tentu saja bertentangan dengan formula bisnis? Bukankah dalam berbisnis kita justru harus terus memasang target yang meningkat dari waktu ke waktu? Bukankah bersyukur dapat mengurangi semangat dan keinginan kita untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak lagi?
Kekhawatiran tersebut tentu saja beralasan karena selama ini syukur sering dimaknai “melihat ke bawah”, sedangkan bisnis senantiasa “melihat ke atas”. Bukankah, hanya melihat ke ataslah yang akan menghasilkan kemajuan dalam bisnis dan kehidupan kita? Melihat ke atas akan membuat kita terpacu untuk meningkatkan prestasi. Namun, di lain pihak, ini membuat kita tidak puas terhadap pencapaian kita. Kita akan selalu merasa kurang. Bila demikian, bagaimana kita bisa bersyukur dan berbahagia?
Para pembaca yang budiman, memahami syukur sebagai “melihat ke bawah” sesungguhnya kurang tepat. Pemahaman itu baru mengungkapkan satu dimensi bersyukur yaitu penerimaan (acceptance). Padahal bersyukur mengandung satu dimensi lain yang sangat penting yaitu melakukan eksplorasi (exploration). Bersyukur sejatinya bukanlah sekadar menerima apa yang diberikan Tuhan kepada kita, melainkan juga “melihat ke dalam” diri untuk menjelajahi potensi dan bakat kita yang terdalam, menemukan kemudian memanfaatkannya semaksimal mungkin.
Untuk mempermudah, saya memberikan sebuah analogi. Misalkan, Anda memperoleh hadiah sebuah telepon genggam yang canggih dari sahabat Anda. Bagaimana Anda menunjukkan bahwa Anda sangat berterima kasih kepadanya? Pertama, tentu saja dengan senang hati menerima pemberian itu. Namun bila Anda kurang memahami teknologi dan menggunakan telepon itu hanya buat menelepon dan mengirim SMS, sesungguhnya Anda belum benar-benar bersyukur. Anda baru bisa dibilang bersyukur bila Anda mau menjelajahi fungsi lain telepon genggam itu, misalnya fungsi browsing, mengecek e-mail, video, kamera, multimedia, dan sebagainya.
Dengan menjelajahi berbagai fungsi yang ada, Anda akan merasa bahwa telepon genggam yang diberikan sahabat Anda itu memang luar biasa. Anda akan lebih berterima kasih kepadanya. Selain itu, sahabat Anda pun merasa bahwa Anda benar-benar menghargai pemberiannya karena Anda memanfaatkan semua fungsi telepon itu. Coba Anda bayangkan apa yang dirasakan sahabat Anda bila ia tahu bahwa Anda memanfaatkan telepon genggam yang canggih itu hanya buat bertelepon dan SMS. Bila ia tahu, mungkin ia membelikan Anda telepon yang standar saja dengan fungsi terbatas.
Dengan dua dimensi ini maka kita dapat membedakan orang ke dalam empat perilaku. Perilaku pertama adalah tidak menerima apa yang diberikan dunia kepadanya dan juga tidak mengeksplorasi ke dalam diri sendiri untuk menemukan potensi yang masih tersembunyi. Perilaku ini menghasilkan rasa frustrasi yang mendalam.
Perilaku kedua, menerima apa yang diberikan dunia tetapi tidak mengeksplorasi untuk menemukan potensi diri yang masih tersembunyi. Orang seperti ini memang akan puas dan menikmati hidup, tetapi prestasinya tidak berkembang. Ia senantiasa melihat ke bawah dan ini akan membuatnya berada dalam kondisi stagnan. Ia tidak merasa terdorong untuk menemukan potensi tersembunyi dan meningkatkan dirinya.
Perilaku ketiga, tidak menerima apa yang diberikan dunia, tetapi senantiasa “melihat ke atas”. Orang ini selalu tidak puas dengan pencapaiannya, dan berusaha mencapai hasil terbaik melebihi orang-orang yang ia temui. Mereka sangat kompetitif dan selalu merasa tertantang.
Perilaku keempat, menerima apa pun yang diberikan dunia kepadanya, tetapi sekaligus mengeksplorasi hal-hal yang masih tersembunyi dan memanfaatkannya semaksimal mungkin.
Perilaku inilah yang disebut bersyukur. Orang yang bersyukur menikmati segala yang ia dapatkan dengan penuh sukacita. Ia beristirahat sebentar untuk menyelami, menghayati dan mendalami nikmat yang telah ia dapatkan. Namun kepuasan itu tidak membuatnya berhenti untuk meningkatkan diri dan menjelajahi potensi terbesar yang masih tersembunyi dalam dirinya. Ia tak henti-henti melakukan “perjalanan ke dalam” sehingga di akhir hidupnya ia dapat mengatakan, ”Ya Tuhan, apa pun yang Engkau anugerahkan kepadaku sudah aku manfaatkan semaksimal mungkin. Tidak ada sedikit pun potensi yang Kau berikan padaku tersia-sia.”
No comments:
Post a Comment