Apa Bekal Anda?
Kubik Pembelajar
Jakarta, Awal tahun 2007, kita disuguhkan dengan berbagai berita kematian. Kondisi meninggalnyapun beragam. Ada yang meninggal diterjang luapan air, tertimbun tanah longsor, tengelam di laut ketika menumpang kapal Senopati. Adapula yang kabar meninggalnya simpang siur karena pesawat Adam Air yang ditumpangi sulit ditemukan. Selain itu, adapula yang tewas di tiang gantungan walau sebelumnya ia adalah penguasa tertinggi di Irak.
Kematian memang tidak mengenal waktu. Kematian tidak pandang bulu. Kematian pasti dihadapi oleh setiap manusia. Bila waktunya tiba, kematian tidak dapat dimajukan dan dimundurkan. Tanpa diundangpun, kematian pasti akan datang menjemput kita.
Coba ajukan pertanyaan jujur pada diri anda sendiri, "Bila kematian itu menimpa anda saat ini, bekal apa yang telah anda siapkan?" Bila Tuhan bertanya pada anda, prestasi apa yang telah anda torehkan sehingga Tuhan punya alasan memasukkan anda ke dalam surga? Apa kira-kira jawaban anda? Kebaikan apa yang sudah anda tinggalkan kepada orang-orang yang mencintai anda? Putra-putri anda? Sahabat anda? Orang tua anda? Orang-orang yang telah berbuat baik kepada anda?
Dengan semua yang anda lakukan, benarkah anda layak meminta kepada Tuhan jatah tempat di Surga? Berhentilah sejenak membaca tulisan ini, jangan lajcutkan membaca alinea berikutnya. Renungkanlah pertanyaan-pertanyaan yang telah saya ajukan ini.
Dalam kehidupan, sering kita mengejar hal-hal yang belum pasti. Misalnya jabatan, kedudukan, status sosial, dan lain lain. Namun justeru kita melupakan hal yang pasti yakni kematian. Kematian yang saya maksud disini bukanlah proses dan kondisi ketika kematian menjemput namun bekal yang kita persiapkan untuk menghadapi kematian.
Marilah kita belajar dengan tokoh-tokoh dunia dalam menyiapkan bekal. Ibrahim dan Ismail sudah meninggal ribuan tahun yang lalu namun ia masih dikenang hingga sekarang, karena ia meninggalkan Kabah dan zam-zam. Selain itu, mereka berdua juga mengajarkan ketulusan berkorban terhadap sesuatu yang sangat dicintai demi menggapai cinta Sang Khalik.
Ibnu Sina dikenang hingga sekarang karena ia meletakkan dasar-dasar ilmu kedokteran. Thomas Alfa Edison masih sering kita sebut namanya karena menjadikan dunia terang benderang di malam hari. Wright bersaudara menjadikan waktu tempuh antara satu tempat dengan tempat lain lebih cepat dengan menemukan pesawat udara.
Kegigihan dan kesungguhan Kolonel Sanders meninggalkan KFC. Matsushita melalui prinsip Man Does Not Live With Bread Alone, tidak saja membuat ia menjadi kaya raya secara materi, tetapi juga memberikan inspirasi pada banyak sekali kehidupan korporasi. Panglima Jenderal Sudirman yang mengajarkan perang bergerilya namanya masih ada di hati rakyat Indonesia.
Mereka sudah meninggal puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun, nama mereka masih sering kita jadikan tauladan. Bagaimana dengan anda. Bila anda meninggal saat ini, kira-kira berapa lama orang-orang akan mengingat nama anda? Mungkinkah, nama anda masih dikenang 10 tahun kemudian? 100 tahun kemudian? 1000 tahun kemudian? atau justeru nama anda dilupakan begitu tanah pemakam anda telah mengering?
Saya yakin, bila nama-nama pencatat sejarah tersebut di atas beriman kepada Sang Pencipta. Mereka layak meminta Surga kepada Tuhan, karena prestasi yang mereka torehkan. Mereka membawa bekal yang berlimpah untuk menghadap Sang Pencipta. Apa bekal yang telah anda siapkan?
2 comments:
makasih pak renungannya :)
hiks......as always....dalemm bgt....
makasih utk pencerahannya
Post a Comment