Siang itu kuputuskan untuk makan di tempat ini. Berlokasi di Uttica Square, menurut om google, restoran ini salah satu tempat di Tulsa untuk upscale dining. Dari luar, restorannya tidak terlihat menyolok. Bentuk bangunan klasik dengan satu pintu masuk. Sebelum masuk, kurasakan nuansa yang berbeda. Suasana musim gugur terasa sekali. Udara cerah, dingin. Dedaunan yang berjatuhan, berserakan, kering. Pohon-pohon dengan daun yang kekuningan, keemasan disinari oleh matahari siang. Ketenangan menyapa dan mengajakku masuk.
Masuk ke dalam, sang petugas tamu dengan sopan, sedikit angkuh, menyilahkanku masuk. Dibawanya aku ke meja dan mempersilahkanku untuk duduk. Aku pun duduk. Lalu, sambil melambaikan dan menaruh serbet putih bersih ke pangkuanku, ia pun berguman, "Enjoy your lunch"
Musik klasik mengalun perlahan. Orang-orang yang berpakaian rapi, asyik ngobrol. Bapak-bapak yang berjas, Ibu-ibu dengan perhiasan, tas tangan, baju yang serasi menghiasi ruangan yang bertatakan gaya klasik Amerika, lengkap dengan lampu-lampu yang temaram.
Sang pelayanpun datang. Muda, rapi, ganteng, dengan senyuman yang membuatku serasa anak kampung masuk kota. Sambil memberikan menu, ia pun menawarkan, apakah diriku berminat mendengarkan menu hari ini …
Ya, kataku, sambil siap-siap membuka telinga lebar-lebar. Kata-katanya pun mengalun … lincah seperti musik klasik yang terdengar sayup-sayup. Berbagai istilah pun bermunculan, yang begitu saja masuk telinga kiri dan langsung keluar di telinga kanan …. Sebelum situasi makin tak terkendali, akupun cepat-cepat berujar, "…….. Sup …. Salmon ….."
Ada senyuman aneh sekilas mengambang di wajahnya. Apa aku melanggar tata krama upscale dining? Entahlah, karena seketika itu pula sikapnya menjadi sempurna kembali. Tersenyum anggun, mencatat, membungkuk sedikit, dan langsung menghilang, tanpa ketergesaan.
Sup pun datang. Lengkap dengan beberapa kerat roti dan mentega secukupnya. Suapan pertama … alhamdulillah nikmat sekali. Panas, tapi tidak terlalu panas. Tidak kental, tidakpun encer. Rasanya tepat sekali. Ditemani dengan roti bermentega yang meleleh … sungguh makanan pembuka yang merangsang selera makan …
Sang salmon pun menyusul hadir di meja putih bersih. Wow … ukurannya tepat sekali. Tepat untuk mengisi perut, untuk menghilangkan lapar, tanpa harus berakhir dengan rasa kekenyangan.
Ditata dengan penuh estetika, sang salmon terasa sangat lezat. Keempukannya, rasa yang meresap di setiap potongannya, warnanya yang sedap dipandang mata, hingga kesegarannya yang membuatku lahap menyantapnya.
Aaaaah …. Sup dan salmon sudah berlalu. Dengan kelezatan yang baru saja lewat, rasanya pantas aku dihadiahkan hidangan penutup. Secangkir latte dan sepotong kue? Pintaku.
Saat kutulis ini, kue berlaburkan coklat telah usai. Cangkir kopi besar klasik, coklatnya buih sang latte, dan 2 potong kubus gula menemaniku menyelesaikan coretan ini.
Begitulah, rasanya suatu pengalaman makan yang sukar dilupakan. Pengalaman yang memberikan penganan bagi seluruh indera, rasa, penglihatan, pendengaran, hingga perasaan.
Kalau ada kesempatan, balik lagi aaaaaaahhhh … :-P
No comments:
Post a Comment