Komentar menarik dari zee ...
Di mana ya batas antara "selalu bersyukur akan apa yg kita miliki" dengan "tidak mau merubah nasib"? Kalau kita bersyukur atas apa yang ada, kita akan lebih mudah merasa nyaman dalam keadaan apapun.
Misalnya kekeringan setiap musim kemarau & kebanjiran setiap musim hujan, kalau ditanggapi dengan "bersyukur" krn kita masih hidup & punya tempat berteduh..., bakal kayak begitu terus setiap tahun? =P
Apa ya batasnya? Jadi garuk-garuk kepala nih ... :) Kalau boleh menanggapi (ya boleh dong ... ini kan forum rame-rame :-P) rasa syukur itu setelah usaha dan doa tuntas kita kerjakan. Urutannya, berusaha, berdo'a, ikhlas, dan apapun hasilnya kita syukuri ...
Jadi kalau setiap tahun kekeringan dan kebanjiran, artinya kita harus berusaha supaya tidak terjadi lagi. Pindah, gotong royong membersihkan saluran air, berhemat dan disiplin menggunakan air, mengajari masyarakat untuk lebih disiplin buang sampah atau penggunaan air, dan banyak lagi. Setelah usaha, berdo'a. Kekuatan do'a itu sering kita lupakan. Padahal betapa banyak peristiwa di dunia ini yang terjadi di luar nalar dan logika kita. Ada yang Maha Kuasa yang mengatur ini semua. Setelah itu ikhlas, siap menerima apapun hasilnya, yang lagi-lagi di luar kekuasaan kita. Hasilnya muncul, apapun itu, kita syukuri ... ambil hikmahnya, dan melangkah lagi untuk berusaha ... hari esok harus lebih baik dari hari ini, dan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin ...
Kalau belum berusaha dan berdo'a ... ya tidak masuk kategori bersyukur kali ya ... pasrah ... atau sudah cuek aja? :)
Bagaimana kalau menggugat pemerintah? Kalau kata Covey, usaha kita sebaiknya difokuskan pada Circle of Influence. Pemerintah, kaya'nya ada di Circle of Concern, sesuatu yang di luar kontrol kita. Usaha-usaha kita menggugat pihak-pihak di Circle of Concern kemungkinan besar akan berakhir dengan kekecewaan dan frustasi ... jadi ingat tulisan lama soal ini ... :)
Bagaimana pendapat anda? :)
4 comments:
Bersyukur adalah cara termudah untuk menerima kegagalan dan selanjutnya melakukan perbaikan.
Kalo kita tertimpa musibah/ kegagalan dan terus menerus mencari kambing hitam, maka masa depan kita akan semakin hitam.
"Namun tak pernah kusadari sikap realistis sesungguhnya mengandung bahaya sebab ia memiliki hubungan linear dengan perasaan pesimis. Realistis tak lain adalah pedal rem yang sering menghambat harapan orang." (A.Hirata, Sang Pemimpi, p.144)
"Mendahului nasib! Dua kata yang menjawab kekeliruanku memaknai arah hidupku. Pesimistis tak lebih dari sikap takabur mendahului nasib." (A. Hirata, Sang Pemimpi, p.154)
:)
ya..harus berusaha dan berdoa sih..
emang kadang kita selalu lupa akan maha dasyatnya kekuatan doa
God will not let us fall
Thanks for responding to my comment pak. Nah, ketemu deh batasnya: Usaha (btw, ini bisa relatif juga yak, hehe..)
Post a Comment