Taubat Menggapai Rahmat Allah SWT
Aa Gym
Padang Arafah, 18 Desember 2007/8 Dzulhijjah 1428 H
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalaamu'alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakaatuh
Saudara-saudaraku, wahai hamba-hamba yang diundang Allah di padang Arafah ini, maha suci Allah yang menggenggam langit dan bumi, yang melintaskan niat di hati kita untuk datang ke tanah suci. Maha suci Allah yang mengaruniakan kita rizki, kekuatan, kesehatan, yang dengan karunia-Nya kita bersimpuh di padang Arafah ini.
ImageWahai saudaraku, tidak ada satupun yang bisa membuat kita berada di tempat yang dirindukan ini, selain karena Allah yang berbuat.
Pernahkah kita melihat orang yang tidak pernah bahagia, karena punya penyakit pada dirinya. Orang yang perilakunya menjadi tidak sempurna, orang yang hidupnya tidak bermanfaat. Mengapa?
Karena tubuhnya penuh racun. Kalau tubuh teracuni saja, hidup tidak bermanfaat, hidup tidak nikmat, apalagi bila iman yang teracuni. Tidak ada yang namanya bahagia, tidak ada hidup yang namanya mulia, tidak ada hidup yang namanya sakinah, mawaddah, warrahmah.
Apa yang membuat hidup ini teracuni adalah dosa. Kalau racun tubuh merusak tubuh, maka dosa merusak iman. Ada yang bertanya mengapa harta ada tapi hidup tidak pernah tenang? Kenapa kedudukan tinggi hidup tidak pernah nyaman? Mengapa ketika segala ada hidup tidak pernah bahagia? Karena iman kita telah teracuni.
Dosa apa yang paling berbahaya?
Yang pertama adalah dosa kepada Allah SWT. Sebuah perumpamaan sederhana, bagaimana jika ada anak-anak di sebuah rumah yang dilimpahi oleh harta yang melimpah. Rumahnya digunakan, makanannya disantap, hartanya dimanfaatkan. Tetapi ketika ditanya, anak itu tidak pernah mengakui ibu bapak yang ada di rumahnya. Padahal ia dijaga, dilindungi, diurusi, diberi, tapi ia tetap tidak mengakui. Bagaimana perasaan kedua orang tuanya?
Kita hidup di dunia yang milik Allah, dicukupi rizki oleh Allah setiap saat. Kita dihormati karena kita diberi akal oleh Allah. Kita dihargai karena kita diberi ilmu, kedudukan, penampian. Bagaimana bisa, kita tidak mengakui Allah sebagai pemberinya.
Saudaraku sekalian. Oleh karena itu orang yang tidak ingat Allah, tidak mengakui Allah, bahkan mencari Tuhan selain Allah. Ada yang menuhankan hartanya, ada yang menuhankan kedudukannya, ada yang menuhankan suaminya, ada yang menuhankan jabatannya. Demi Allah dia tidak akan bahagia, karena dia menghianati Allah swt.
Oleh karena itu saudaraku, bertaubatlah jika kita lebih banyak menyebut manusia daripada menyebut nama Tuhannya. Andaikata kita lebih banyak mengakui manusia yang pasti binasa, daripada yang menciptakan alam semesta. Kenapa kita bergantung dan berharap kepada manusia yang tidak punya apa-apa? Daripada bergantung kepada Pemilik segala-galanya.
Taubatlah orang-orang yang lebih takut kepada manusia yang pasti jadi mayat dan akan hancur lebur kelak, daripada kepada Allah yang maha perkasa. Hati-hatilah saudaraku, hidup ini hanya sekali hanya sebentar. Tiada kebahagiaan kecuali menjadi hamba Allah, bukan menjadi hamba duniawi. Taubatlah dari segala kemusyrikan.
Taubat yang kedua agar kita tidak teracuni kebahagiaan kita adalah minta ampun kepada Allah atas kezhaliman kita kepada Rasulullah saw. Karena kita lebih mengidolakan selain Nabi, mengikuti perkataan selain beliau, banyak mengagung-agungkan manusia selain beliau. Padahal kita merasakan kenikmatan di Arafah ini atas jasa dan pengorbanan beliau. Kenapa kita tidak pernah membaca tentang Nabi. Kenapa tidak ada buku yang menjelaskan tentang Rasul di rumah kita? Padahal kita bisa merasakan nikmatnya Islam dan Iman syariatnya karena perjuangan Rasul. Taubatlah saudaraku. Tidak ada jalan kemuliaan selain sunnah Rasulullah saw.
Yang ketiga taubat kita adalah kepada manusia. Terutama kepada Ibu Bapak kita, yang sudah ditakdirkan Allah, darah dagingnya ada pada tubuh kita. Kita tahu sembilan bulan Ibu mengandung kita. Berjalan susah, berdiri berat, berbaring sakit. Tetapi selalu tersenyum, membelai perutnya, karena mengharap anak yang akan lahir anak yang baik. Ketika lahir Ibu mepertaruhkan nyawa, antara hidup dan mati, bersimbah darah, berurai air mata, mengalir peluh. Tapi tidak pernah mengeluh, dia memeluk, membelai, mencium dan menghitung jari kita. Padahal telah dipertaruhkan nyawanya demi kita.
Ayah membanting tulang mencari nafkah, agar kita lahir menjadi bayi yang selamat. Waktu kita lahir tidak mengenal jijik, walaupun sedang enak makan, membuang kotoran tidak pernah sungkan. Semakin lama kita semakin besar, orang tua kita semakin tua. Tapi apa yang telah kita lakukan? Berapa banyak air susu yang dibalas dengan air tuba? Berapa banyak doa yang dibalas dengan cacian?
Saudaraku, durhaka kepada orang tua akan mengundang petaka seketika. Tidak ada jalan bagi kita untuk bahagia dan mulia bagi orang-orang yang durhaka kepada orang yang telah menjadi jalan nikmat. Tentulah orang tua yang patuh kepada Allah. Jika orang tua belum patuh kepada Allah, jadilah orang yang paling berjuang agar orang tua kita selamat. Bertaubatlah dari segala kezhaliman kepada orang tua. Kita belum tentu masih lama melihat keduanya. Kalau kain kafan sudah membungkus tubuhnya, kita tidak akan lagi bisa mencium tangannya. Taubatlah saudaraku atas kezhaliman kepada orang yang telah berjuang demi kehidupan kita.
Taubat kepada manusia lainnya adalah kepada keluarga kita. Para suami janganlah menyalahi istri jika mendapati kekurangan. Taubat, kita sebagai lelaki yang bertanggung jawab, bukan menuntut tapi menuntun. Daripada kita menuntut, menyalahkan atau merendahkan, kita sebagai kepala keluarga yang ahli taubat mengapa kita belum bisa menjadi jalan? Mengapa kata-kata kita tidak didengar? Karena boleh jadi bagaimana kita bisa mengubah orang lain, mengubah diri sendiri saja kita tidak bisa.
Bagaimana kita merubah istri dan anak-anak kita sementara kita sendiri tidak berubah. Bagaimana kita menuntut anak-anak kita jujur kalau kita sendiri pendusta? Bagaimana kita menuntut keluarga kita benar jika kita pencuri? Bagaimana kita menuntut istri dan anak kita bersih sementara diri kita kotor? Taubatlah para suami, para lelaki? Bagaimana bisa membawa uang haram, meracuni istri dan anak yang tidak tahu apa-apa?
Hai, para istri, bertaubatlah. Sebelum berfikir kekurangan suami, berfikirlah kekurangan diri. Jangan-jangan para suami banyak yang tergelincir karena para istri yang tidak ikhlas mengurus suaminya. Yang tidak benar berada di jalannya. Taubatlah wahai para muslimah, jangan menyalahkan siapapun sebelum menyalahkan dirinya sendiri, bagaimana akan mendapatkan yang terbaik dari Allah jika dia selalu melakukan yang terburuk?
Wahai saudaraku kita harus bertaubat kepada hamba-hamba Allah lainnya. Kepada para ulama, orang-orang yang memberi cahaya. Kita sering menganggap remeh, menertawakan dan mencibir padahal beliau-beliaulah pewaris Nabi. Jangan pernah mengabaikan orang-orang yang kuat iman dan berilmu tinggi. Karena menghina mereka adalah menghina Nabi. Subhanallah, mudah-mudahan kita bisa menjadi sesuai perintah Allah yaitu orang-orang yang bertaubat.
Syarat taubat ada tiga, yang pertama adalah menyesal, kita harus jujur kepada diri kita. Jika diri sendiri sudah ditipu bagaimana kita tidak menipu orang lain? Tidak ada taubatan nasuha sebelum kita benar-benar jujur kepada diri. Ingat baik-baik bahwa kita dihargai dan dihormati orang lain saat ini karena Allah menutupi kekurangan, dosa, kebusukan dan aib kita. Kalau Allah membeberkan kebusukan kita, orang-orang akan mencibir bahkan meludahi kita. Dengan taubatan nasuha kembali ke jalan Allah.
Jadikanlah pasangan hidup kita menjadi cermin, bukanlah kita untuk dipuji. Sebaik-baik orang adalah orang yang mau menceritakan siapa diri kita yang sebenarnya. Ujian itu lebih banyak tipu daya bagi kita. Ujian kadang membuat kita membohongi diri kita sendiri. Kita bangga pada apa yang tidak ada pada kita.
Seharusnya yang kita cari adalah orang-orang yang berani mengkritik. Sepedas apapun itu adalah karunia Allah. Bisa datang dari suami, bisa datang dari istri, bisa datang dari anak, itulah rizki. Orang-orang yang dicintai Allah awalnya adalah orang-orang yang dibukakan pintu hatinya, berani jujur melihat dirinya sendiri. Kita tidak bisa sembunyi dibalik jas yang bagus, dibalik pangkat, karena semua itu adalah topeng. Bukan itu diri kita. Diri kita adalah kelakuan kita ini.
Sepulang haji ini berhentilah memikirkan kesalahan orang lain sebelum diawali memikirkan diri kita sendiri. Bagaimana Allah mengizinkan kita merubah orang lain kalau kita tidak berhasil merubah diri kita sendiri? Kita awali perubahan keluarga, kita awali perubahan masyarakat dengan merubah diri kita sendiri. Dan kita tidak bisa merubah diri sendiri sebelum kita jujur kepada diri kita sendiri.
Yang kedua syarat taubat adalah benar-benar memohon kepada Allah ampunan. Lihatlah Nabi Adam, yang kesalahannya memakan buah yang dilarang. Beliau sampai mengakui bahwa dirinya telah zhalim, sampai bertahun-tahun. Nabi Yunus bertaubat setelah meninggalkah dakwah, diuji dengan tiga kegelapan. Kegelapan perut ikan, kegelapan lautan, dan kegelapan malam. Keluar dengan selamat atas izin Allah setelah beliau bertaubat, benar-benar mengakui kesalahan. Itulah syarat taubat yang kedua.
Sedangkan syarat taubat yang ketiga adalah berhenti berbuat maksiat, berhenti mengulangi kesalahan dan dosa. Kita bukan manusia yang sempurna, kita pasti akan tergelincir atau berbuat dosa. Tapi sebaik-baik orang yang berdosa adalah orang yang bertaubat. Ampunan Allah lebih luas dari sebesar apapun dosa, sepanjang ajal belum ada di kerongkongannya. Allah yang maha tahu isi hati kita, jikala kita menjerit memohon ampun dan kita hijrah dari kemaksiatan tidak akan mengulangi lagi, maka Allah akan mengampuni dosa kita sebesar apapun dosa kita. Allah maha pengampun, mudah bagi Allah menghapus dosa bagi orang-orang yang hidupnya menyusun dosa dari waktu ke waktu. Taubatlah saudaraku, dengan meninggalkan kemaksiatan.
Dan yang keempat, kekuatan dari taubatan nasuha adalah dengan memperbanyak amal shalih. Kalau kita pernah memakan makanan haram, maka perbanyaklah sedekah makanan. Kalau kita pernah menyakiti orang, maka perbanyaklah menolong orang. Kalau kita pernah menzhalimi keluarga, maka muliakanlah keluarga. Memperbanyak kebaikan karena satu dosa dicatat satu. Tapi satu kebaikan dicatat sepuluh kali lipat. Andaikata taubat kita belum dapat menghapus dosa yang kita perbuat, mudah-mudahan kebaikan kita dapat menutupi keburukan kita.
Saudaraku sekalian, sepulang haji ini perbanyaklah mendatangi rumah Allah yang selama ini kita tinggalkan. Padahal tiada tempat yang paling mulia di dunia ini selain masjid. Mengapa kita mementingkan rumah manusia yang pasti binasa? Datanglah ke rumah Allah yang ganjarannya pasti tidak akan mengecewakan.
Taubatlah dengan memperbanyak datang ke rumah Allah, dengan memperbanyak sujud, dengan memperbanyak shodaqoh, dengan memperbanyak kebaikan sekecil apapun dan ikhlas. Barangsiapa yang memperbanyak taubat, maka Allah akan memberikan kelapangan di hatinya jika ada kesempitan, memberi jalan keluar dari segala persoalan, dan Allah akan memberikan rizki dan berbagai pertolongan dari tempat yang tidak diduga-duga.
Mudah-mudahan haji yang mabrur ini akan menjadikan kelapangan hati oleh Allah sebagai buah dari taubat-taubatnya. Akan diberikan jalan keluar dari segala kesempitan hidup yang tidak mungkin bisa kita atasi tanpa pertolongan Allah, dan tidak pernah berputus-asa dalam menghadapi sesulit apapun kenyataan hidup. Karena Allah menjanjikan mendatangkan pertolongan dari tempat yang tidak diduga-duga, yang kuncinya adalah Taubat.
Bangsa yang akan dimudahkan urusannya, Bangsa yang penuh ketenangan, Bangsa yang penuh pertolongan Allah adalah Bangsa yang sangat banyak bertaubat.
Demikian juga keluarga kita, keluarga sakinah hanyalah keluarga ahli taubat. Keluarga yang terjamin segala urusannya adalah keluarga ahli taubat. Keluarga yang kecukupan itu adalah keluarga ahli taubat.
Mudah-mudahan takdir Allah di Arafah ini menjadikan haji kita haji yang mabrur, haji yang ahli taubatan nashuha. Amiin
Wassalaamu'alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakaatuh
No comments:
Post a Comment