Kata ini mengingatkan saya pada salah satu saran (feedback) yang saya terima di penghujung 2006 (waktu berlalu begitu cepat ya ...). Katanya saya kurang sering tersenyum ... . Wah, sempet kaget juga dapat saran seperti ini? Rasanya udah sering ah, dibanding masa lalu (berarti sebelum 2006, waktu benar-benar cepat berlalu) ... saya sempat protes dalam hati.
Tapi saran adalah saran. Kalau mau protes mah, mending ga usah minta saran ... :-P Berbekal saran itu, di 2007 lalu saya memantapkan tekad, untuk mencoba senantiasa tersenyum, mencoba tuk melonggarkan otot pipi ini, agar mudah dan tulus dalam tersenyum.
Di akhir 2007, kembali saya minta saran, kritik balik. Alhamdulillah, salah seorang teman kantor kali ini mengatakan kalau kini saya murah senyum. Alhamdulillah ... senyum mengembang membaca komentar beliau ... :)
Yang baru saya sadari belakangan ini, ternyata tersenyum itu sangat menyenangkan. Sangat menyenangkan :) Bukan hanya tersenyum itu, tapi seluruh prosesnya. Mulai dari proses belajarnya, bagaimana otot-otot pipi yang tadinya kaku ini (namanya juga orang Batak hehehe) menjadi rileks dan secara alamiah bisa menarik pipi dan bibir ini untuk tersenyum. Lalu bagaimana otot ini secara perlahan-lahan mendesak dan mendorong hati ini untuk turut tersenyum dan memancarkannya di wajah kita. Oh ya, ini perlu perjuangan lho ... apalagi buat saya yang sudah sekian tahun terbiasa dengan wajah serius bin tegang ... :-P
Proses lain ialah bagaimana kita melemparkan senyum itu. Saya belajar tersenyum pada tukang parkir, pada petugas saat bayar parkir, pada keamanan yang mau memeriksa mobil, pada supir angkot, pada tukang ojek, pada tukang yang sedang bekerja di rumah tetangga, pada tukang nasi goreng cek-cek (atau dok-dok buat sebagian daerah hehehe), pada teman kantor, pada orang yang saya temui di lift, pada kasir dan pelayan tempat saya makan siang, pada istri, pada anak-anak, pada tetangga, pada para bapak-bapak di mesjid ...
Dimulai dari kesulitan saya untuk mulai tersenyum, perlahan-lahan saya mulai (dan sangat) menikmati reaksi balik dari orang-orang yang saya temui. Ada yang segera membalas dengan tulus, ada yang heran (siapa sih ini orang, kok senyam-senyum), ada yang ragu-ragu (eng ... ini bapak kerja di sini kaya'nya deh), sampai ada yang diam saja (kaya'nya karena bingung ....).
Sekarang, saya sangat menikmati untuk tersenyum. Setiap kali saya tersenyum, rasanya saya baru saja membuang keletihan dan ketegangan dari diri saya. Tentu saja saya tidak membuang ke orang yang saya senyumi (bener ga nih bahasanya? :) ). Keletihan dan ketegangan itu menguap saja di udara. Lalu, ketika mendapat senyuman balik, saya seperti mendapat energi baru, mendapat tepukan di bahu yang mengatakan, hidup ini indah, teruskan semangatmu!
Jadi ... tersenyumlah. Sebanyak mungkin. Ke siapa saja. Tersenyum. Setiap saat ... :)
3 comments:
Keep smiling! Senyum itu sedekah lho, gratis, menyehatkan pula, hehe...
tersenyumlah sebelom tersenyum dilarang, halah, ngawur yak bang... apa kbrnya sekeluarga? sehat2 aja ya, insya allah, amin.
Ummi samam Fawwaz sdg baca buku ttg anatomi tubuh. Pas bagian otot, penjelasannya seperti ini. Dikala marah otot tendon sebanyak 40 buah menegang kearah positif. Dikala senyum ada 15 yang meregang ke arah negatif. Nah, jadi memang senyum lbh sehat.
Post a Comment