Berikan Jiwa Anda
Arvan Pradiansyah
Suatu ketika ada seorang dokter terkenal yang selain pandai dalam mengobati, juga sangat jujur, baik dan disayang masyarakat. Ketika raja jatuh sakit, dokter ini diundang secara khusus ke istana untuk mengobatinya. Raja telah lama mendengar namanya, tetapi baru kali ini bertemu muka. Ia berkata pada si dokter, "Saya harap Anda dapat mengobati saya lebih baik daripada saat mengobati orang lain."
Mendengar hal itu, sang dokter meminta maaf, "Hal itu tidak mungkin saya lakukan," katanya. "Karena untuk saya, setiap pasien adalah seorang raja."
Pembaca yang budiman, apa komentar Anda membaca cerita di atas? Inilah yang saya maksud dengan bekerja sebagai ibadah. Inilah tingkatan tertinggi dalam bekerja. Tentu saja, harus saya akui bahwa konsep ini masih sulit dipahami sebagian besar profesional kita.
Mengapa saya berani mengatakan demikian? Ini tentu saja didasarkan pada pengalaman saya berinteraksi dengan para profesional dari beragam bidang industri dan berbagai tingkatan, mulai dari karyawan biasa sampai presiden direktur.
Bermacam-macam respons yang sering mereka kemukakan. Respons pertama menganggap bekerja sebagai ibadah adalah konsep yang mustahil. Penganut pendapat ini berpandangan bahwa kerja dan ibadah adalah dua konsep yang tak ada hubungannya. Pekerjaan adalah sesuatu yang harus kita lakukan untuk mendapatkan imbalan. Adapun beribadah adalah kegiatan individual yang hanya berkaitan dengan hubungan antara Tuhan dan makhluk-Nya. Para profesional yang menganut konsep ini memahami ibadah sebagai kegiatan ritual. Ibadah adalah shalat, puasa, naik haji atau pergi ke gereja, pura dan wihara. Ibadah berarti melakukan pekerjaan yang berorientasi akhirat, sementara pekerjaan semata-mata berorientasi duniawi.
Profesional jenis kedua adalah orang yang percaya bahwa bekerja adalah ibadah, tetapi memahami konsep ini secara salah. Bagi mereka, bekerja adalah usaha untuk menafkahi keluarga, untuk menghidupi dan membesarkan anak-anak. Dengan demikian, bekerja adalah sesuatu yang mulia dan bermakna ibadah.
Saya ingin mengatakan bahwa konsep tersebut baik-baik saja. Namun, saya harus menyampaikan juga bahwa bukan seperti ini yang saya maksud dengan "bekerja sebagai ibadah." Selama alasan Anda bekerja masih berkisar pada menghidupi dan menafkahi keluarga, Anda sebenarnya masih berada pada tingkatan terbawah. Jadi, terlepas dari betapa mulianya tugas yang Anda emban itu, tujuan dan motivasi Anda bekerja sebenarnya hanyalah mencari uang. Anda bekerja untuk survival. Dalam fase ini, kepuasan dan kenikmatan yang Anda dapatkan dari bekerja hanya bersumber dari kemampuan Anda memenuhi kebutuhan fisik belaka. Dengan demikian, Anda masih gagal menemukan makna dan keindahan bekerja itu sendiri.
Padahal, kepuasan tertinggi dari bekerja haruslah kita dapatkan dari melakukan pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan pada hakikatnya mengandung banyak sisi yang dapat mencerahkan kita. Pekerjaan dapat melahirkan kenikmatan yang luar biasa bagi orang yang melakukannya. Pekerjaan juga mendatangkan kepuasan lahir-batin yang tak terhingga ketika kita menemukan bahwa banyak orang yang terbantu dengan pekerjaan kita, banyak yang merasa termudahkan, banyak yang tercerahkan. Kebahagiaan tertinggi yang kita dapat dari pekerjaan adalah menemukan bahwa pekerjaan kita memiliki makna dan arti yang luar biasa bagi siapa pun yang menikmati hasil pekerjaan kita.
Inilah konsep "bekerja sebagai ibadah" dalam pengertian yang sesungguhnya. Di sini kebahagiaan yang kita dapatkan bersifat intrinsik, melekat pada pekerjaan itu sendiri. Ini sangat berbeda dari bekerja untuk menafkahi keluarga, di mana kita masih melihat kepuasan bekerja sebagai sesuatu yang bernilai ekstrinsik.
Bekerja sebagai ibadah membutuhkan bukan hanya kaki dan tangan Anda, tetapi juga pikiran dan jiwa Anda. Orang yang telah menghayati konsep ini akan mengalami apa yang disebut Mihaly Csikszentmihalyi sebagai flow. Dalam bukunya, Good Business: Leadership, Flow and The Making of Meaning (2003), Csikszentmihalyi menyebutkan konsep flow sebagai perasaan nikmat luar biasa yang tak terbayangkan. Sebuah perasaan yang benar-benar terserap ke dalam pekerjaan Anda. Sebuah perasaan di mana Anda sendiri terasa menghilang, dan waktu seakan-akan berhenti berputar.
Nah, para pembaca yang budiman, pernahkah Anda merasakan situasi seperti yang saya gambarkan tadi? Bila belum, mungkin Anda baru mencapai tahap terbawah dari pekerjaan, yaitu bekerja semata-mata demi uang. Di atas itu, barangkali Anda bekerja karena ingin membina hubungan atau untuk tumbuh. Bila demikian halnya, Anda hanya akan mencapai kesuksesan, bukan kebahagiaan. Kebahagiaan hanya akan dapat dicapai kalau Anda benar-benar sadar bahwa tugas Anda adalah melayani orang lain dan memberikan yang terbaik yang Anda miliki. Untuk itu, tak ada cara lain, Anda harus memberikan jiwa Anda.
No comments:
Post a Comment