Alhamdulillah, akhirnya punya kesempatan menulis perjalanan berlibur kemarin ... :) Kemana sih kemaren? Naik mobil bersama keluarga dengan jalur Jakarta – Semarang – Kopeng – Jogja – Garut – Jakarta ... 9 hari ... supirnya cuma satu dan agak suka ngebut ... :-P
Hari pertama, kami meninggalkan rumah, ba’da subuh, pukul 5 pagi. Perjalanan berlangsung biasa, jalan tidak terlalu ramai. Kami masuk tol Cirebon pukul 8.45 dan terus tancap gas sepanjang tol ... :-P
Selepas Brebes, kami berhenti sebentar meluruskan badan sekalian sarapan pagi. Wisata kuliner yang pertama, sarapannya soto Tegal. Nasi sekaligus satu mangkuk dengan sotonya. Sementara sotonya sendiri ber-‘saus’ tauco (?). Tidak pedas, namun nuansanya jelas berbeda. Anak-anak cukup menikmati juga meski rasanya agak asing buat mereka. Buat saya? Enak-enak aja hehehe ...
Setelah kami melewati Pemalang, lebar jalan agak berkurang. Namun ini ditimpali oleh pemandangan yang berbeda. Sangat indah. Nuansa warna yang berbeda, warna daun padi, awan putih berarak, birunya langit, pepohonan yang tertiup angin, orang-orang yang menuai padi. Ah indah sekali .... subhanalloh, begitu indah lukisanNya. Udara cerah, horizon yang luas membentang, seakan terus mengingatkan saya kalau hidup ini indah, dan bahwa Ia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Sayang sekali, meski indah namun saya tidak berhenti. Karena saya tahu, kalau berhenti, saya ga bisa cuma 5-10 menit, bisa-bisa 1-2 jam mencari sudut-sudut alam yang bisa dinikmati lewat ruang bidik kamera ... :)
Alhamdulillah kami bisa menerobos lalu lintas pantura (satu hal yang saya pelajari, ialah di jalan ini kalau mau nyalip justru dari kiri!!) untuk mencapai Pekalongan menjelang pukul 11 siang. Sempat agak terharu juga melihat stasiun kereta Pekalongan, mengingat nostalgia tahun lalu ... :-P, lalu kami menanyakan kepada orang-orang lokasi pasar Banjarsari. Menurut buku Lonely Planet, inilah pasar batik utama Pekalongan.
Anehnya, sepertinya orang Pekalongan ga tahu dimana pasar ini. Setiap orang memberikan petunjuk arah yang berbeda. Putar-putar ... akhirnya saya kapok nanya orang dan mobil saya arahkan ke tengah kota. Tiba-tiba anak saya berseru, “Itu pasar Banjarsari!” Ternyata pasar Banjarsari itu pasar yang ada di tengah kota, dekat stasiun kereta. Kok bisa ya orang Pekalongan sendiri ga tahu? :-P
Masuk pasar ngapain? Ya belanja lah ... :-P Kami belanja beberapa potong pakaian batik. Harga sangat menarik dengan motik yang sangat khas. Setelah sempat tersesat di satu kios (tersesat = mahal, kaya’ harga Jakarta), kami berlabuh di kios ketiga. Kiosnya kecil, namun penjualnya sangat tangkas dan gesit. Tanpa kesan terburu-buru, dia berhasil menenangkan kami untuk melihat satu per satu jualannya. Mulai dari daster, setelen wanita, kemeja pria, pakaian anak-anak, sampai kaos batik. Luar biasa ... saya sangat menikmati penampilan beliau. Menurut saya, kita bisa belajar mengenai kata profesional dari gerak-geriknya. Atau istilah lainnya, saya menemukan seorang maestro di belantara kios pasar Banjarsari Pekalongan ... :)
Selepas Pekalongan, terlihat perbedaan jalan yang kami lalui. Dari horison datar membentang, kami mulai menemui jalan naik turun, perbukitan, pohon-pohon tinggi yang biasanya kita temui di pegunungan. Sungguh menakjubkan menemui perbedaan ini. Mungkin seperti perjalanan hidup ya, tiba-tiba kita dihadapkan pada tantangan yang berbeda. Fokus kita bukan mempertanyakan perubahan itu, tapi menerimanya dan menjalani dengan penuh semangat dan keikhlasan ... :)
Alhamdulillah kami masuk Semarang pukul 2.45. Check-in di hotel, alhamdulillah saya bisa istirahat sejenak setelah menyetir cukup lama, sekitar 9-10 jam ... :)
Setelah istirahat sejenak, sore hari kami memutuskan untuk mencicipi es krim toko Oen. Wezzzz .... alhamdulillah enak banget! Dilarang ngiler ya ... sempat foto toko ini, tapi ternyata lensa saya set di manual, jadi fotonya ga ada yang jadi ... :-P
Karena banyak tempat menarik di seputar toko Oen ini seperti Chinatown, pasar, Mesjid Agung Semarang, akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan sore itu dengan berjalan kaki. Udah seharian nginjak gas, rem, dan kopling mobil, sekarang jalan pula .... untung udah biasa genjot sepeda heheheh ...
Mutar-mutar sepanjang sore akhirnya kami magrib di mesjid Agung Semarang. Subhanalloh, nikmat sekali. Mesjidnya cukup besar, air banyak, bersih sekali. Serasa lagi di tanah suci ... :) Apalagi suara sang imam magrib yang empuk-empuk garing mengingatkan saya pada suara imam Masjidil Haram .... ah begitu banyak kenikmatan yang Ia limpahkan pada kami di hari itu.
Usai magrib, kami lalu memutuskan menelusuri jalan yang berbeda. Suasana jalannya seperti di seputar Mesjid Sunan Ampel, Surabaya. Jalan kecil, banyak toko-toko di kiri kanan yang berjualan tasbih, sajadah, kitab-kitab, kopiah, jilbab dan lain-lain.
Sempat hujan dan anak-anak agak panik karena payungnya cuma satu hehehe ... Alhamdulillah hujannya cuma sebentar. Kami lalu meneruskan perjalanan, tapi agak ragu-ragu karena jalannya bercabang ... :-P
Singkat kata, kami agak nyasar hehehe ... Jadi sempat ngomongin soal cara baca peta, cara memperhatikan tanda-tanda di jalan maupun di alam dan soal arah angin. Untung nyasarnya ga kejauhan, dan kami muncul di jalan dekat hotel.
Hari itu berakhir dengan makan sate ayam yang beken di sepanjang jalan tempat hotel kami. Satenya enak, lontongnya gede-gede, harganya OK, cuma 30 detik pula dari hotel. Alhamdulillah ... sungguh perjalanan yang sangat asyik!
Jakarta – Semarang @ 30 Januari 2008
1 comment:
Asyiiik perjalanannya... Yuk tur lagi, hehe...
Post a Comment