Wednesday, October 28, 2009

Indahnya Berbagi dengan Sesama

peace on earth


Indahnya Berbagi dengan Sesama
Ust Hanif Hanan - bmh.or.id

Bila Anda memiliki segelas teh, lalu disuruh memberikannya kepada orang di sebelah, tinggal berapa teh yang tersisa Anda miliki? Tinggal berapa? Demikian mudahnya. Kalau memiliki tiga diberikan satu, tentu tinggal dua. Kalau memiliki dua diberikan satu tentu sisa satu. Kalau hanya memiliki satu diberikan satu, ya habis, tentu saja. Tak bersisa. Itulah yang sering terbayang dalam benak kebanyakan orang. Hitung-hitungannya memang begitu. Namun benarkah demikian itu?

Ya, demikian keyakinan atau pengalaman sebagian orang. Bahwa memberikan apa yang dimiliki faktanya hanya akan membuat berkurang. Lain dengan investasi bisnis yang bisa diharap bagi hasilnya. Tapi kalau berbagi kepada fakir miskin dan yatim piatu, apa mungkin mereka bisa memberi imbalan hasil? Apa yang mau ditunggu? Sia-sia saja. Itulah yang terbayang.

Bayangan demikian itu membuat seseorang berat berbagi. Meski hartanya banyak, kalau disuruh bersedekah masih harus hitung- hitungan dulu. “Ini kan hasil jerih payah saya sendiri. Untuk apa harus dibagi dengan mereka yang kekurangan dan menderita? Peduli amat dengan nasib mereka,” demikian pikirnya.

Benarkah cara pandang hidup demikian itu baik baginya?

Roda kehidupan terus berputar, kadang di atas kadang juga di bawah. Kemudahan dan kesulitan datang silih berganti. Bila keadaan lapang itu berubah menjadi sempit, siapa pun akan butuh pertolongan orang lain. Ia berharap ada orang yang peduli dan mau menolong dirinya.

Tapi bagaimana orang- orang di sekitarnya memperlakukan seorang yang bakhil itu? Bisa jadi masih ada yang berfikir, “Ah, untuk apa menolong orang yang bakhil seperti dia. Bukankah saat berlebih ia hanya memikirkan diri sendiri? Biarin saja agar tau rasa.” Si Bakhil akhirnya benar-benar merasakan kesulitan. Pintu-pintu tertutup. Ia terbelenggu oleh kebakhilannya sendiri.

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. (QS Ali Imran [3]: 180)

Saat dikaruniai Allah kekayaan lebih, sesungguhnya merupakan kesempatan seorang untuk berbagi dengan sesama. Itulah saat yang tepat menanam kebaikan. Tetapi hawa nafsu dan syaitan membisikkan manusia untuk lebih mementingkan diri sendiri dan cinta dunia. Mereka tidak peduli terhadap kesulitan hidup fakir miskin, yatim piatu, dan dhuafa. Mereka menganggap sikap bakhilnya itu akan membuatnya lebih baik. Padahal pada kenyataanya itu hanya akan menyempitkan jiwanya sendiri saja dan berakibat buruk baginya. Ia telah diperbudak oleh hartanya dan dikucilkan masyarakatnya.

Lepaskan jiwa dari belenggu dunia. Ingatlah sesungguhnya harta dan dunia ini adalah amanahNya agar kita berbagi dengan sesama. Janganlah kita menyumbat aliran rahmatNya dengan sikap tak mau berbagi. Bakhil hanya akan membelenggu diri. Apalagi saat roda kehidupan terhenti alias maut menjemput, harta yang telah menjerat jiwanya di dunia itu juga akan menjerat pula di akhirat. Naudzubillah.

Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imran [3]: 180)

Jaminan Allah

Hitung- hitungan dalam kehidupan itu ternyata tidak seperti anggapan orang di atas bahwa bila memberi akan berkurang. Misalnya saat Anda dan beberapa teman sedang bertamu. Oleh tuan rumah Anda disuguhi segelas teh. “Tolong Pak, minumannya diberikan teman sebelah.” Mungkin ada yang berpikir, “Kalau saya berikan, bagaimana bagian saya nanti?” Tapi begitu Anda memberikannya kepada teman sebelah, habiskah yang kita miliki? Ya, sejenak sepertinya apa yang kita miliki itu berpindah tangan. Tak bersisa. Namun tak seberapa lama tuan rumah memberi lagi. Ternyata dengan memberi bukannya habis tapi ada lagi pengganti. Saat kita memberikannya lagi pada teman lain yang belum mendapat bagian, tuan rumahnya memberinya lagi. Lagi dan lagi.

Kita hidup di dunia ini juga demikian. Ibaratnya kita sebagai tamu Allah. Kita lahir dalam keadaan telanjang dan tak membawa sehelai benang pun. Kemudian kita bisa hidup karena dicukupi dengan suguhan berbagai karunia dan rizki- Nya. Cukup makan, sandang dan papan. Pada saat kita berlebih, Allah memerintahkan kita bersedekah dan berbagi kepada hamba- hamba- Nya yang lain yang belum kebagian seperti kita.

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. (QS. Ibrahim [14]: 31)

Bila hamba-Nya itu mau berbagi, akankah Allah membiarkan mereka itu terlantar sia-sia di dunia ini? Sama sekali tidak. Allah Maha Melihat, dan Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik. Bukankah Allah Maha Kuasa dan Maha Kaya?

Sesungguhnya kalian akan diberi pertolongan dan akan diberikan rizki oleh Allah SWT, manakala kalian mau menolong dan berpihak, membantu, serta mau memberikan kepada orang-orang yang lemah dan menderita dalam kehidupannya. (Hadits Riwayat Muslim).

Saat kita memberi, secara psikis Allah telah melepaskan jiwa ini dari belenggu cinta dunia. Jiwa ini merdeka dari perbudakan harta. Secara sosial, didekatkan hati-hati sesama saling kasih sayang dan senyum yang menyegarkan jiwa ini.

Andai roda kehidupan sedang berputar ke bawah, seorang yang suka berbagi pun tak akan berlarut dalam kesulitan terlalu lama. Sebab pintu-pintu pertolongan Allah terbuka lebar lewat berbagai jalan. Buah dari sukanya berbagi itu, akan mengundang demikian banyak orang yang dengan senang hati menolongnya. Hal yang tak akan dinikmati oleh seorang yang bakhil.

Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Abu Darda, bahwa Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, “Inginkah kalian mendapatkan dua hal, yakni mendapatkan ketenangan batin dan kebahagiaan yang hakiki, serta terpenuhinya segala kebutuhan hidup kalian?”

Para sahabat menjawab: "Benar ya Rasul, kami menginginkan hal itu.” Rasul pun menjawab: “Sayangilah anak-anak yatim; usaplah kepalanya (bertanggung jawab serta memperhatikan kehidupan mereka), dan berilah makanan dari sebagian makanan yang kalian makan (untuk para dhu'afa dan fakir miskin); maka pasti kalian akan mendapatkan ketenangan batin dan kebahagiaan yang hakiki, serta terpenuhi kebutuhan kalian.”

Sungguh alangkah indahnya hidup orang yang telah mendapat jaminan keberlimpahan ketenangan lahir dan batin.Ya Allah berkahilah rizki hamba. Berikan kekuatan tangan ini untuk berbagi. Amiiin.***

Monday, October 26, 2009

giant antenna ...

giant antenna


great human creation ... but after all,
it's just a silhouette in the universe

Photo taken @ Jatiluhur, West Java

Sunday, October 25, 2009

Teladan Rasulullah - Yang Cerdas dan Yang Bodoh

that view ...


Teladan Rasulullah - Yang Cerdas dan Yang Bodoh
dikutip dari sebuah milis

"Orang yang cerdas adalah orang yang bisa mengekang nafsunya dan beramal untuk (bekal) sesudah mati. Sedangkan orang yang lemah (pikiran) adalah orang yang mengikuti kehendak nafsunya dan berangan pada (pemberian) Allah swt." (HR. Turmudzi dan Ahmad)

Rasulullah kerap melihat suatu masalah dari sudut yang berbeda. Standar kecerdasan seseorang dari hadits di atas dilihat dari kemampuannya mengekang nafsu dan tingkat amal-amal shalih yang dilakukannya untuk bekal hari akhirat. Sebaliknya pengumbar dan budak nafsu adalah ciri orang yang lemah pikiran. Kenapa? Orang yang cerdas dalam kriteria Rasulullah adalah orang yang memiliki pandangan jauh ke depan, yakni kehidupan akhirat sebagai terminal kehidupan terakhir. Ia adalah orang yang penuh pertimbangan, tidak sembrono, cermat, hati-hati dan sungguh-sungguh melakukan aktivitasnya karena ia ingin segala sesuatu yang dilakukannya tidak sia-sia apalagi membahayakan dirinya. Amal-amal shalih pasti akan membuahkan ketenangan, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam hidup.

Sebaliknya mereka yang akalnya lemah adalah para pengumbar dan budak nafsu, tapi berharap sesuatu yang baik. Kenapa dikatakan lemah akal? Karena orang yang bertipe seperti ini tidak pernah berpikir apa akibat perbuatan yang dilakukannya. Ia tidak pernah memperhitungkan bagaimana hasil kemaksiatan yang ia lakukan, baik di dunia apalagi di akhirat.

Sikap ini merupakan ciri orang yang tak memiliki perhitungan dan pandangan ke depan. Bahkan, saking bodohnya, ia justru memiliki perhitungan dan pandangan yang terbalik. Karena ia mengharapkan hasil yang berlawanan dari yang dikerjakan.

Apa sebenarnya yang disebut hawa nafsu? Hawa nafsu banyak ragamnya, termasuk kecenderungan pada yang baik maupun yang buruk. Manusia secara fitrah memang memiliki nafsu atau kesukaan terhadap hal-hal tertentu.

Dalam Al-Qur`an disebutkan,
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yakni wanita wnita, anak-anak, harta yang bnyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan dan sawah ladang ..." (QS. Ali Imran:14)

Sikap mencintai seperti ini wajar. Tapi Islam mengajarkan bagaimana seseorang menempatkan sikap itu secara proporsional. Kecenderungan pada wanita, harta, anak-anak dan masalah keduniaan adalah hal yang mubah. Bahkan bisa meningkat pada tingkatan wajib. Karena bagaimanapun dunia merupakan tempat manusia hidup. Dinamika kehidupan akan mati tanpa wujudnya kecenderungan tersebut.

Tapi bila kecintaan itu sudah melewati batas, bisa jadi terlarang. Ketika sarana dan prasarana hidup difungsikan menyimpang dari tujuan asasi kehidupan ini sendiri - ibadah kepada Allah - maka di sanalah seseorang dikatakan telah menjadi hamba hawa nafsunya, karena hawa nafsu itu telah menjauhkannya dari Allah SWT. Dalam hal inilah Allah SWT mencela perbuatan mengikuti hawa nafsu,
"Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (QS. Shad : 26)

Hawa nafsu harus diarahkan kepada jalan yang benar. Diwarnai dengan niat mencari ridha Allah, dan diarahkan sesuai tujuan ibadah kepada Allah SWT. Mencintai istri, anak, bekarja mencari nafkah, bisa menjadi bernilai ibadah. Karenanya Rasulullah saw bersabda, "Tiadalah sempurnya keimanan seorang mukmin sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa." (HR. Imam Suyuthi)

Sunday, October 18, 2009

Kekuatan Ibu



Kekuatan Ibu
The Mountain - Jim Stovall (dikutip dari sebuah milis)

Alkisah, hiduplah dua suku di pegunungan Andes. Satu suku tinggal di lembah-lembah, sedangkan suku yang lain tinggal di atas gunung. Suatu hari, suku gunung menyerang suku lembah dan menjarah seluruh isi desa. Mereka menculik seorang bayi dari salah satu keluarga suku lembah dan membawanya ke atas gunung.

Ornag-ornag suku lembah tidak tahu bagaimana mendaki gunung. Mreka tidak tahu jalan mana yang digunakan oleh suku gunung. Mereka tidak tahu dimana letak desa suku gunung. Juga, tidak tahu bagaimana mengikuti jejak-jejak suku gunung di tebing-tebing gunung itu.

Tapi, meski pun begitu, mereka mengirim para prajurit terbaik mereka unutk memanjat gunung dan membawa pulang bayi mereka.

Prajurit pertama mencoba memanjat tebing diikuti yang lain. Ketika prajurit pertama gagal, mereka semua pun gagal. Mereka mencoba lagi dengan cara lain. Namun, gagal. Setelah berhari-hari mereka mendaki, mereka hanya bisa memanjat beberapa ratus kaki saja.

Suku lembah kehilangan harapan dan putus asa. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke desa saja. Semua upaya dilakukan namun gagal.

Ketika mereka sedang bersiap-siap untuk kembali ke desa, tiba-tiba mereka melihat ibu dari bayi yang diculik itu sedang menuruni tebing gunung melewati mereka, sambil menggendong bayinya. Mereka terkejut sekali, bagaimana si ibu itu bisa menuruni tebing yang justru mereka sendiri gagal untuk mendakinya? Bagaimana si ibu itu bisa memanjat tebing-tebing itu mengalahkan mereka? Terlebih lagi, mereka melihat si bayi itu telah terselamatkan. Bagaimana mungkin?

Seorang prajurit menyambut ibu itu dan bertanya, "Wahai ibu, kami gagal mendaki tebing ini. Bagaimana kau melakukan semua ini, mengalahkan seluruh prajurit terkuat? Bagaimana bisa?"

Ibu itu mengangkat bahu dan berkata, "Sebab bayi yang diculik itu bukanlah bayimu."

Pojok Renungan Editor: Cinta memberikan kekuatan. Sebab, cinta adalah kekuatan. Dan, cinta seorang ibu adalah kekuatan yang mengalahkan segala kekuatan. Perjuangan tanpa cinta memberikan kegagalan.

Sunday, October 11, 2009

Harga Sebuah Baju

morning colors

Harga Sebuah Baju
Dikutip dari sebuah milis

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.

Mereka meminta janji.

Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.

"Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard", kata sang pria lembut.
"Beliau hari ini sibuk," sahut sang Sekretaris cepat. "Kami akan menunggu," jawab sang Wanita.

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak.

Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.

"Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi," katanya pada sang Pimpinan Harvard.

Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka.

Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang diluar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul. Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut.

Sang wanita berkata padanya, "Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini. bolehkah?" tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.

Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. "Nyonya," katanya dengan kasar, "Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan."

"Oh, bukan," Sang wanita menjelaskan dengan cepat, "Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard."

Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, "Sebuah gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung ??! Kalian perlu memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard."

Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang.

Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, "Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?"

Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan.

Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.

Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS.

Thursday, October 08, 2009

Wednesday, October 07, 2009

Tuesday, October 06, 2009

Sunday, October 04, 2009

Thursday, October 01, 2009