Friday, March 31, 2006

Babak Belur ...


Gambar dari http://www.sportinglife.com


Kemana saja saya minggu ini? Gigi sakit bung! Mulai nyut-nyut sejak hari Minggu. Hari Selasa sore akhirnya saya putuskan ke dokter gigi. Dokternya baik dan sangat perhatian, tapi akibatnya seluruh isi mulut saya diperiksa. Detil banget ... dan beliau menemukan banyak homework di situ ... :(

Beliau heran juga kenapa baru hari itu saya memeriksakan diri, karena menurut beliau gigi yang nyut-nyut itu sudah parah sekali kondisinya. Akhirnya setelah 'dibantai' 1.5 jam, akhirnya gigi saya masuk perawatan. Tidak bisa ditambal, harus dimatikan dulu syarafnya. Mungkin karena saya kelihatannya cukup tahan sakit (dan gagah ... hehehe), beliau memutuskan hanya memberi obat anti sakit (yang hanya diminum jika perlu), tanpa antibiotik. Sementara untuk giginya, juga hanya diberikan obat untuk mematikan syaraf, tanpa antibiotik maupun obat untuk mengurangi sakitnya.

Pulang dari dokter, nyut-nyutnya makin asyik aja. Nggak tahan akhirnya jam 8 malam, saya minum obat anti sakitnya. Rasa sakit perlahan hilang dan bisa tidur.

Rabu pagi, sang nyut-nyut kembali berkunjung ... tidak tahan, jam 8 pagi saya minum lagi obat sakitnya. Seperti semalam, rasa sakit menghilang dan saya pun bisa bekerja. Eh ... jam 4 sore datang lagi! Minum lagi obat. Sudah mulai uring-uringan ... :(

Kemarin pagi, sakitnya luar biasa. Saya minum obatnya dan ternyata kali ini tidak ada pengaruhnya! Akhirnya setelah kesakitan 2-3 jam, saya coba kumur-kumur dengan Oral-B, alhamdulillah bisa berkurang ... namun jam 3 sore, sang nyut-nyut semakin perkasa dan memporak-porandakan kerajaan si Zuki heh heh heh ....

Akhirnya kemarin sore saya kembali ke dokter. Periksa punya periksa, beliau akhirnya memberikan 3 obat - anti sakit, antibiotik, pemati syaraf - baik untuk diminum maupun pada giginya.

Karena masih ada gigi yang harus ditambal, sang dokter menawarkan untuk membereskannya. Saya salah karena menerima tawaran ini. Akibatnya kemarin sore 1 gigi lagi masuk ruang operasi. Saya pun tergeletak 1.5 jam, menerima serangan yang tiada henti, jab, straight, swing, hook .....

Pulang ke rumah, badan dan semangat luluh lantak. Babak belur dibantai 3 hari terakhir, berjam-jam di meja operasi, rasa nyut-nyut yang silih berganti ...

Pagi ini suasana hati sang gigi cukup baik. Semoga demikian hingga besok pagi. Sabtu pagi adalah jadwal saya untuk ketemu dengan dokter lagi ... belum kapok juga ya? Hehehe ....

Oh well ... just want to share ... sehebat-hebatnya kita menurut kita, Yang Maha Kuasa dengan mudah memperlihatkan bahwa kita ini hanyalah titik kecil dalam kehidupan ini .... :)

Tuesday, March 28, 2006

Kualitas Pemimpin Sejati (bagian 13)

Tulisan ini berdasarkan buku karangan John C Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of a Leader. Tiada maksud untuk menulis ulang buku ini (takut kena urusan copyright hehehe ...), tapi lebih berupa ringkasan berdasarkan pemahaman saya .. :-O

13. Sikap Positif: Jika Anda Percaya Bisa, Anda Pasti Bisa

Orang yang sukses adalah dia yang dapat meletakkan landasan yang kuat dengan bata yang dilemparkan orang lain kepadanya – David Brinkley, wartawan televisi

Jumlah penemuannya sungguh luar biasa – 1,093 buah. Ia menghasilkan setidaknya 1 buah paten setiap tahun selama 65 tahun berturut-turut. Ia juga salah satu pengembang laboratorium riset modern. Siapakah dia? Thomas Alva Edison.

Orang bilang karena ia jenius. Tapi ia sendiri menyebut keberhasilannya berkat kerja keras. “Jenius” katanya, “artinya 99% persen keringat dan 1% inspirasi. Menurut Maxwell, kesuksesan Edison juga karena factor ketiga, sikapnya yang positif.

Salah satu contoh sikap positifnya ialah ketika ia mencoba sampai 10.000 kali untuk menemukan lampu pijar. Kalau tidak salah kata-katanya ialah, "Saya tidak gagal. Saya menemukan satu cara lagi yang tidak berhasil …"

Contoh lain mungkin yang kita bisa lihat ialah pada balap Formula 1. Seringkali kita lihat pembalap yang mulai pada urutan terakhir ternyata secara perlahan-lahan bisa naik dan akhirnya menjuarai perlombaan. Ia tidak menyerah, ia memacu dirinya dengan sikap positif, kalau saya percaya bisa, saya pasti bisa!

Jika anda ingin menjadi pemimpin yang efektif, sikap yang positif sangat penting. Sikap positif tidak hanya mempengaruhi anda sendiri, tapi juga orang-orang yang berinteraksi dengan anda.

1. Sikap anda adalah pilihan anda
Sering kita terjebak pada situasi ayam dan telur. Kita akan bersikap positif, jika lingkungan kita positif, dan sebaliknya. Padahal, kita punya kebebasan untuk memilih, apakah kita akan bersikap positif atau tidak, terlepas pada situasi sekeliling kita.

2. Sikap anda menentukan perbuatan anda
Apapun sikap anda, itu jelas akan mewarnai perbuatan anda. Jika positif, suasana semangat dan optimis akan terlihat pada diri anda.

3. Orang-orang anda adalah cermin dari sikap anda
Orang-orang yang positif akan dikelilingi oleh orang-orang yang positif juga, dan sebaliknya. Kalau anda bersikap negatif, anda pun akan dikelilingi orang orang-orang yang berpaham serupa dan akan menarik anda untuk semakin bersikap negatif.

4. Pertahankan sikap yang baik
Kita punya kecenderungan menghakimi diri sendiri. Kita punya kecenderungan berbicara dengan diri sendiri dan mengomeli diri atas perbuatan yang kita sudah lakukan. Cegah kebiasaan ini, agar orang menghargai kita, kita harus mulai dengan menghargai diri sendiri.

So, bagaimana meningkatkan sikap kita?

- berilah 'makanan' yang tepat kepada diri sendiri
Mulailah membaca buku-buku maupun pelatihan yang membangkitkan motivasi dan semangat. Seperti membaca buku Maxwell ini contohnya … :-P
- buat sasaran yang jelas setiap hari
Agar terukur, buatlah sasaran yang jelas dan gunakan itu sebagai sarana untuk mengukur kemajuan.
- tuliskanlah di dinding
Tuliskan sasaran anda. Atau pajang poster-poster yang memberikan inspirasi (ehm … di kamar saya banyak tuh!), penghargaan yang diterima dan lain-lain yang dapat memacu semangat anda.

Chris Evert, salah satu petenis terbesar sepanjang zaman mengatakan, "Yang membedakan pemain baik dengan pemain hebat adalah sikap mental. Selisih hasil pertandingan mungkin hanya 2-3 angka. Namun bagaimana anda bisa memenangkan angka-angka penentu itulah yang membedakan antara menang dan kalah."

Thursday, March 23, 2006

Membuka Pintu Hati



Arvan Pradiansyah

Sekelompok orang yang baru saja meninggal mendapatkan diri mereka sedang berdiri antri di depan gerbang akhirat. Sambil menunggu pengadilan Ilahi, mereka mulai menanyai diri mereka sendiri mengenai perilaku mereka di dunia. "Apakah dulu aku menjadi orang tua yang baik?" "Apakah aku berhasil mencapai sesuatu yang berharga dalam hidupku?" "Apakah aku rajin beribadah sepanjang malam?" "Apakah aku cukup berderma kepada fakir miskin?" Dan ketika akhirnya mereka sampai di gerbang, semua jiwa itu dihadapkan hanya pada satu pertanyaan, "Seberapa besar kamu dulu mengasihi?"

Mengasihi orang lain adalah langkah pertama dari perjalanan panjang masuk ke dalam diri. Perjalanan ke dalam diri memang tidak mudah. Banyak orang menyerah ketika baru memulainya. Kesibukan sehari-hari sering menjadi alasan. Tapi penyebab sebenarnya bukan itu. Persoalan sebenarnya adalah pintu hati kita yang tertutup, bahkan terkunci. Ini membuat telinga kita tak mendengar dan mata kita tak melihat. Kita tidak akan pernah dapat memulai perjalanan sebelum menemukan kuncinya, yaitu: Cinta dan Kasih Sayang.

Tanpa adanya rasa cinta pada sesama, pintu-pintu gerbang menuju kesadaran yang terdalam tak akan pernah terbuka. Agama-agama besar di dunia sebenarnya memiliki pesan tunggal: Kasih Sayang. Bahkan Tuhan selalu dilukiskan sebagai Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan bahasa yang berbeda semua agama selalu mengatakan: "Sayangilah orang lain! Anda belum beriman sebelum mampu menyayangi orang lain sebagaimana anda menyayangi diri anda sendiri."

Pernyataan di atas sungguh dahsyat! Ini benar-benar menjelaskan bahwa ukuran kemajuan spiritual anda bukanlah semata-mata pada seberapa rajin anda beribadah kepada Tuhan. Esensi keberagamaan tidaklah semata-mata ditentukan oleh banyaknya ruku' dan sujud yang anda lakukan, tetapi juga pada seberapa besar anda mengasihi orang lain. Belajar mengasihi adalah sasaran kehidupan spiritual.

Salah satu cara praktis untuk mengembangkan sikap cinta kasih adalah dengan mulai menyadari akan penderitaan. Sadar akan penderitaan - entah itu penderitaan kita sendiri atau penderitaan orang lain akan membuat hati kita melunak.

Mari kita mulai dengan sebuah cerita. Di sebuah SD, seorang guru bertanya pada murid-muridnya, "Siapa yang sudah sarapan pagi ini?" Kira-kira separo murid mengacungkan tangan.
Guru itu kemudian bertanya kepada anak-anak yang tidak mengacungkan tangan, "Mengapa kalian tidak sarapan?" Sebagian menjawab tak sempat karena sudah terlambat. Sebagian lagi mengatakan belum merasa lapar, ataupun tak menyukai sarapan yang disajikan.

Semua memberikan jawaban senada kecuali satu anak. "Karena," jawabnya, "Sekarang bukan giliran saya."
"Bukan giliranmu?" tanya sang guru. "Apa maksudmu?"
"Dalam keluarga kami ada 4 anak," ujarnya, "tapi ayah tak punya cukup uang untuk membeli makanan supaya tiap orang bisa sarapan setiap hari. Kami harus bergiliran dan hari ini bukan giliran saya."

Apa yang anda rasakan ketika membaca kisah ini? Bagaimana pula perasaan anda membaca berita mengenai Heryanto (12 tahun) yang hampir tewas gantung diri di rumahnya. Ia putus asa karena orang tuanya tak mampu memberikan uang untuk tugas sekolahnya. Padahal uang yang dimintanya hanya Rp. 2.500,-!

Orang-orang seperti ini ada di sekitar kita. Tapi kadang-kadang kita tak bisa melihatnya karena mata kita tertutup. Yang sebenarnya tertutup adalah mata hati kita. Ini bisa terjadi karena hati kita dipenuhi oleh ego dan kepentingan kita sendiri. Kita terlalu banyak tertawa dan sibuk bergaul dengan orang-orang berpunya. Ini membuat hati kita tertutup.

Untuk menjalankan cinta kasih kita perlu memulai dengan mencintai diri kita, kemudian orang-orang terdekat kita. Lihatlah mereka dengan hati anda. Bukankah orang tua anda adalah orang yang rela mengorbankan hidupnya bagi anda? Bukankah pasangan anda adalah orang yang telah memilih menyerahkan hidupnya kepada anda? Bukankah anak-anak anda sangat mengidolakan anda dan merindukan kebersamaannya dengan anda? Bukankah pembantu anda adalah orang miskin yang mengabdikan hidupnya untuk melayani anda? Teruslah perluas dengan mengamati orang-orang di sekitar anda. Mereka semua memiliki penderitaan dan tantangan masing-masing.

Seorang bijak pernah mengatakan, "Ketika kamu melihat dirimu tidak berbeda dari orang lain, ketika kamu merasakan apa yang mereka rasakan, lalu siapa yang bisa kamu sakiti?"

Inilah cara menumbuhkan cinta. Kita semua sama, karena itu jangan pernah menilai orang lain dari penampilan fisiknya. Tubuh bukanlah diri kita yang sebenarnya tetapi hanya sekedar 'sangkutan' dari jiwa. Jiwa itulah esensi manusia yang sejati.

Tapi, merasakan baru merupakan permulaan cinta. Cinta yang sebenarnya haruslah diwujudkan dengan memberikan sesuatu kepada orang lain. Ukuran cinta adalah pemberian, sekecil apa pun bentuknya. Ibu Theresa pernah mengatakan, "Yang penting bukan seberapa besar yang kita perbuat, melainkan seberapa besar cinta kasih yang kita sertakan dalam perbuatan kita."

Kajian 23 Maret 2006

Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. QS Al Hijr 19.

Tuesday, March 21, 2006

Hobi Baru



Setelah 3 tahun menemani, akhirnya kamera Nikon Coolpix2500 turun dari 'singgasana' dan beralih tuan ke anak saya. Dalam rangka peremajaan dan hobi baru tahun 2006 (dalam rangka menambah wawasan), mulai kemarin saya menimang-nimang Nikon D50. Mau belajar fotografi yang lebih serius lah! :)

Foto di atas adalah hasil jepretan malam pertama. Masih belum tahu caranya, jadi masih gaya point and shoot ala pocket camera ... Dasar kameranya bagus, hasilnya juga lumayan ... :)

Oh ya hati-hati mengklik foto di atas karena anda akan mendownload foto aslinya yang sebesar ~900KB .. :)

===
Add One Big New Thing to Your Life Each Year

To be qualified to be a chief executive officer of a corporation you must be broad-gauged, widely read, and have many diverse interests. You need to see solutions to your problems in the ways of other cultures, nature, music, how beavers build dams, anything. You also need to focus your energy and practice discipline.

Adding one new big permanent facet to your life will prepare you for the presidency of your corporation. Learn a foreign language, Chinese cooking, or photography. Write a book, raise orchids, or breed canaries. Learn to play “blueberry hill” on piano.

Make a list of the things you want to do in the next ten years. Nothing you want to do should be omitted. When you say you are too old to learn tennis, you’re saying you don’t have the capacity to grow, expand, or run an enterprise. If you don’t have time, how will ever get the time to handle a bigger job with twice the responsibility?

Demonstrate your ability to grow.

From:
How to Become CEO
The Rules for Rising to the Top of Any Organization
Jeffrey J Fox

Kajian 21 Maret 2006

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do'aku. QS Ibrahim 40.

Monday, March 20, 2006

Pernyataan Sang Kardinal Itu


Gambar dari www.idi.ntnu.no


Sumber - Republika
Kardinal Martino menyatakan, sekolah di Italia harus mengajarkan Islam pada siswa Muslim. Ia pun dihujani kritik.

Pernyataan Kardinal Renato Martino, presiden Pontifical Council for Justice and Peace, menghiasi halaman muka koran-koran di Italia Jumat lalu.''Jika di sebuah sekolah ada seratus siswa Muslim, saya tak melihat mengapa agama mereka tak bisa diajarkan,'' kata Martino kepada wartawan setelah berpidato pada sebuah konferensi yang disponsori Pusat Kebudayaan Prancis St Louis di Roma, Kamis (9/3) lalu.

Italia, resminya, menganut paham sekuler. Artinya, gereja dan negara dipisahkan. Tapi, di sekolah-sekolah negeri di Italia tiap minggunya ada pelajaran agama Katolik, kendati murid yang tak mau ikut pun diperkenankan. Gagasan mengajarkan Islam di sekolah negeri muncul awal pekan ini. Adalah Kesatuan Komunitas Islam --sebuah badan konsultatif yang didirikan Desember lalu untuk meningkatkan dialog antara pemerintah dan warga Muslim Italia yang berjumlah 1,1 juta orang-- yang membawa gagasan itu.

Reaksi keras
Pendapat Kardinal Martino langsung disambut reaksi keras di Italia, bahkan mendapat perhatian dari Eropa. Ketua Senat Marcello Pera melontarkan kritikan lewat website-nya. Menurut dia, sikap itu berlawanan dalam upaya apa pun menuju integrasi di Italia. ''Kenyataannya cenderung memperkuat gagasan komunitas otonom Islam dalam negara Italia,'' kata Pera.

Hal hampir senada diungkap politisi dari Partai Radikal, Emma Bonino. Mantan anggota komisi Eropa ini dalam wawancara dengan harian La Repubblica menyatakan sekolah negeri tak boleh mengajarkan agama apa pun. ''Pertanyaannya bukan mengajarkan agama Islam, tapi kita seharusnya tidak mengajarkan agama Katolik juga,'' ujarnya.

===
Agak bingung juga bacanya. Bagi saya, adalah hil yang mustahal untuk hidup tanpa agama ....

Kajian 20 Maret 2006

Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. QS Ibrahim 38.

Saturday, March 18, 2006

Toko CD di Pondok Indah Mall 2


Gambar dari http://www.educationuk.org


Weekend ini saya mencoba melihat-lihat toko CD di Pondok Indah Mall 2. Kata teman saya ada toko baru di sana, meski dia sendiri belum pernah mencoba memasukinya. Alhamdulillah saya sudah mencicipinya dan berikut adalah reviewnya ... :)

Pertama masuk Pondok Indah Mall agak gelagapan juga. Sudah terbiasa dengan Depok Mall atau ITC Depok yang biasa-biasa saja, masuk ke mall yang 'high-end' jadi agak rikuh ... hehehe ... dasar udik. Untung masih sepi (pagi hari) dan saya langsung mencari peta mall untuk menemukan lokasi toko-toko CD ini.

Ada 2 toko berdekatan yang terletak di lantai 3, Pondok Indah Mall 2, tidak jauh dari food court. Kalau berjalan dari food court, mereka ada di sebelah kiri. Melihatnya dari jauh, saya agak heran juga. Toko pertama, MusiKlub, sangat kecil dan terletak persis sebelum toko kedua, Societie, yang jauh lebih besar. "Apa bisa ya bersaing?" begitu guman saya dalam hati.

Sambil melangkah menuju kedua toko ini, hatipun bimbang ... "Hmmm apa langsung masuk ke toko kedua saja ya? Toko pertama kecil, percuma saja, buang-buang waktu ..." Tapi pikir punya pikir, coba deh dilihat sebentar nggak ada salahnya.

Toko MusiKlub memang relatif kecil. Penampilan pertama agak membingungkan. Saya lihat dari luar .... ada yang tidak lazim dengan toko ini ... (hehehe) ... disain toko, CD-CD yang terpampang di bagian depan, cara menampilkan (mendisplay) CD-CDnya .... sambil ragu-ragu saya pun melangkah masuk.

Lihat susunan CD-CD, hmmm ... disusun dalam alfabet. Sebagian CD kelihatannya usang ... semakin heran saja. Tapi di sisi lain, CD-CD yang dipajang menarik dan koleksinya sangat bervariasi. Ada juga DVD ... terus pelan-pelan saya jelajahi penampilan toko ini secara umum ... sampai akhirnya mata saya terbentur pada CD Balawan, salah satu gitaris terkemuka Indonesia. "Heiiii ... sudah lama saya mencari CD ini tapi tidak pernah ketemu di toko-toko CD biasa ..." Girang saya dalam hati. Langsung ambil satu.

Gara-gara si Balawan, akhirnya saya coba telusuri CD-CDnya secara perlahan, mulai dari alfabet A. Fuiiih ... ternyata koleksinya sangat mantap! Banyak sekali CD yang jarang saya lihat ada di toko ini. Terutama CD-CD tahun 60-90an. Mulai dari Aerosmith, Alan Parsons Project, Chris de Burgh, Dave Matthews, Art Garfunkel, Deep Purple (mereka ada CD Burn yang sudah di-remastering ulang). Banyak pula CD yang saya tidak tahu tapi kelihatannya musiknya menarik. Salah satunya adalah The Chieftains, grup musik Irlandia. CDnya merupakan remastering dari LP (piringan hitam) dan sewaktu saya coba dengarkan sangat fantastis!

Penjelajahan saya di toko ini berhenti pada huruf D, karena tidak terasa sudah ada 5 buah CD di tangan saya. "Wah ... musti berhenti .... lama-lama bisa kalap nih ..." kata hati saya. Meminjam istilah sang Terminator, "I'll be back!" demikian kata hati saya ... hehehe.

Setelah membayar, saya pun beranjak ke toko kedua. Hmm ... seperti memasuki restoran, saya pun bertanya dalam hati ... "Kali ini apa menunya?" :)

Di bagian depan toko ini, ternyata mereka sudah menyiapkan perangkat/sistem audio. CD Player, integrated ampli, kabel tebal, dan speaker mewah floorstanding. "Berapa ya harga sistemnya?" Tanya saya. Jawab penjaga tokonya, "82 juta pak ...". Hmmm ... let's see ... what kind of sound this 82 million rupiahs equipment can produce .." senyum saya dalam hati.

Berturut-turut mengalunlah suara Andrea Bocelli, Rod Stewart, dan Janet Seidel dari perangkat ini. Bagaimana suaranya? Vokal cukup bagus keluar, tapi selebihnya kalah dibandingkan sistem saya di rumah yang berkali lipat jauh lebih murah. Di rumah, cukup dengan speaker bookshelf suaranya jauh lebih detil, terpisah, hidup, dan tidak kalah garang dibanding sistem di toko ini.

Apa karena ruangannya yang menghadap keluar? Mungkin juga. Yang pasti di toko ini ada ruangan yang lebih 'aman' untuk mendengarkan musik. Mungkin lain kali saya mampir ke situ saya bisa coba rekomendasikan hal ini. Yang pasti tadi saya sempat kasih saran, "Mas, kalau mau dengar musik yang baru kita coba, mungkin amplinya perlu ditambah dengan ampli tabung, percaya deh suaranya akan lebih hangat dan hidup ..."
Mas-nya ngangguk-ngangguk ... mudah-mudahan percaya hehehe ...

Menelusuri toko ini, terus terang setelah dari toko MusiKlub, toko ini jadi terasa miskin karakter. Hanyalah susunan CD-CD saja, ada jazz, klasik, pop, dll. Kelebihan toko ini adalah pada sistem audionya yang mahal (meski kurang enak hehehe) dan penataan toko yang bergaya toko 'high-end'.

"Pak, mau coba sistem home theather kami?" tanya sang penjaga. Saya sempat melongok ke ruangannya (ada di bagian belakang) dan berkomentar,"Speakernya gede amat ..." Penjaganya tersenyum ... Dalam hati saya berujar, "Saya nggak terlalu minat, karena saya seumur hidup ini baru pernah beli DVD asli 2 kali, itupun pas diskon habis-habisan ..." :-P

So, apa rekomendasinya? Hmm kalau anda senang mengkoleksi musik, coba deh masuk ke MusiKlub. Tapi kalau anda mencari CD yang baru keluar, populer, dan mau coba dengar sistem audio 82 juta (hehehe) silahkan mampir ke Societie ... :)

PS. Dipikir-pikir saya mau juga nih disuruh ngereview toko-toko CD di Jakarta. Tapi mbok ya ada yang bayarin ... minimal untuk beli CDnya ... :)

Thursday, March 16, 2006

Sejenak ...


Gambar dari http://hudsonphoto.com


Beberapa hari yang lalu, seperti biasa saya berangkat ke kantor ketika langit masih gelap. Pertama kali tidak ada yang istimewa. Hanya saja kesepian pagi hari dan kesenyapan fajar. Namun setelah beberapa saat saya baru sadar ada bulan yang bersinar dengan cemerlang. Bulat, terang, dan besar. Di depan bulan ada semilir tipis awan - beberapa garis. Indah sekali ....

Saya terus teringat dengan hobi beberapa teman, yakni hobi fotografi. Salah satu pencarian hobi ini adalah bagaimana bisa menangkap alam ini sesempurna mungkin. Kerut manusia tergambar dengan detilnya, warna yang alami, pemandangan alam yang terasa luas, maupun suasana 3 dimensi yang nyata ... seakan-akan kita tidak melihat sebuah foto, tapi sedang berada di depan obyek aslinya.

Saya pun teringat hobi beberapa teman yang lain (dan saya hehehe), yakni hobi musik high-end. Salah satu tujuan hobi ini adalah 'memindahkan' sang penyanyi maupun pemain musik di depan kita. CD player, amplifier, speaker, kabel-kabel, semuanya 'hilang' dan kita bisa 'melihat' dan larut dalam musiknya.

Namun di tengah lamunan ini saya tersadar akan satu hal. Pemandangan, permainan musik, ini adalah contoh sederhana dari berbagai penciptaan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini. Jika dengan foto maupun suara musik saja kita sudah bisa sedemikian terpukaunya, tentunya emosi kita lebih larut lagi dengan barang aslinya. Lalu bagaimana kita bisa menghadapi Yang Maha Kuasa yang menciptakan ini semua? Rasa syukur, rasa gembira, rasa cinta, dan rasa penghambaan yang semoga menyelimuti kita semua ...

Di sela-sela lamunan ini, saya pun sadar satu hal lagi. Kalau saja saya tidak memperhatikan sekitar, mungkin bulan yang sedang memancarkan pesonanya ini tidak akan tertangkap oleh panca indera saya,
Dan mungkin begitulah hidup ini. Begitu banyaknya kilasan, peristiwa, kesempatan hidup ini yang mungkin selama ini lewat begitu saja tanpa sempat kita sadari dan nikmati ...

So, bagaimana kalau sekarang kita berhenti sebentar ... resapi dan syukuri hidup ini ... nikmati suasana sekeliling kita ... ucapkan kalimat-kalimat gembira dan semangat kepada teman, saudara, pasangan hidup, anak, tetangga ... dan yang paling penting menyemangati diri kita sendiri untuk selalu optimis ...

Yuk .... :)

Kajian 16 Maret 2006

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). QS Ibrahim 34.

Tuesday, March 14, 2006

Teenlit, Masalah Baru Pernovelan Indonesia


Gambar dari http://www.ekuator.com


S Amran Tasai - Peneliti pada Pusat Bahasa

Debat Sastra yang diselenggarakan di Universitas Nasional pada 7 September 2005 memperbincangkan tentang novel jenis teenlit yang banyak bermunculan di akhir-akhir ini di setiap toko buku. Debat sastra tersebut dilakukan dalam rangka Kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra 2005 dengan topik Sastra dan Pembinaan Generasi Muda.

Salah satu makalah menarik yang diajukan pada debat sastra itu adalah ''Remaja, Teenlit, dan Novel Islami: Sebuah Generasi di antara Pilihan Banyak Warna atau Memilih Hanya Hitam an Putih. Makalah itu disajikan oleh Gita Romadhona, mahasiswa Program Studi Indonesia yang sedang menyusun skripsi dengan topik Studi Anak.

Debat sastra itu mendapat tanggapan yang meriah dari peserta, yang sebagian besar terdiri atas mahasiswa Universitas Nasional dan mahasiswa Universitas Indonesia. Gita mengatakan bahwa keberadaan novel jenis ini sebenarnya dimulai dari kehadiran novel teenlit impor berupa terjemahan dalam bahasa Idonesia, yang tentu saja di dalamnya terdapat budaya asing (Barat).

Tokoh dan gaya hidup yang terlihat di dalam teenlit terjemahan itu adalah tokoh dan gaya hidup Barat. Remaja dari usia 11 tahun sudah terbiasa dengan hal berciuman dengan lawan jenis, membicarakan seks, dan pergi ke pesta-pesta. Pada usia 15 tahun mereka sudah terbiasa dengan hubungan seks.

Dengan gaya dan teknik penceritaan yang seperti itu, lalu pengarang kita menulis novel teenlit ala Indonesia. Novel tersebut tampil dengan warna-warni kehidupan yang meniru-niru hidup Barat. Gita menyindir dengan mengatakan, pengarang-pengarang novel teenlit Indonesia menganggap bahwa remaja-remaja kita sudah seharusnya menerapkan hal yang serupa dengan budaya Barat itu, cinta dan pacaran.

Dengan begitu, para remaja kita semakin yakin bahwa hanya hal itulah yang penting dalam kehidupan ini. Rok pendek dan baju ketat menjadi tren baru, sehingga dapat meningkatkan tindakan kriminalitas perkosaan dan maraknya free sex di Indonesia.

Itulah warna kehidupan yang muncul di dalam novel teenlit. Novel teenlit memang novel remaja yang pengarangnya juga remaja yang hidup dalam dunia yang gemerlapan. Novel Dealova, umpamanya, menggambarkan kehidupan remaja yang masih duduk di bangku SMU, yang hanya bersoal pada cinta anak remaja.

Gita juga mengejeknya dengan mengatakan bahwa setiap tokoh mempunyai mobil pribadi, pergi berlibur ke Bali atau ke luar negeri, dan berbelanja di pertokoan terkenal. Padahal, coba kita pikir, berapa banyak sih remaja kita dengan keberuntungan seperti itu di Indonesia? Begitu juga dengan narkoba dan minuman keras, penulis novel itu menganggap bahwa hal itu sudah menjadi bagian dari kehidupan remaja masa kini.

Debat sastra itu memang bukan untuk mencari salah dan benar, tetapi hanya mengemukakan masalah ke permukaan. Sastra kita tidak berpihak lagi ke masyarakat umum yang sebagian besar berada di desa, tetapi menciptakan masyarakat elite yang sebagian besar hidup di kota besar. Salahkah kalau pembaca novel kita menganggap bahwa kehidupan remaja dalam novel teenlit itu adalah kehidupan "bukan Indonesia"?

Persoalan masyarakat Indonesia memang multidimensi. Persoalan yang akhir-akhir ini sangat dirasakan oleh masyarakat adalah masalah kesulitan mencari nafkah, kesengsaraan yang berkepanjangan, korupsi yang merajalela, tanah longsong yang memakan korban tidak sedikit, tsunami, gempa bumi, busung lapar, dan lain-lain yang tidak satu pun persoalan itu yang dapat dikategorikan sebagai masalah yang manis. Semuanya pahit dan malah getir. Hal semacam ini tidak terlacak oleh penulis novel teenlit.

Oleh sebab itu, jika berpatokan kepada prinsip bahwa novel atau sastra adalah cermin kehidupan masyarakat, refleksi keadaan masyarakat pada waktunya, tentu novel teenlit tidak masuk ke golongan ini. Memang ada hal yang muncul seperti masalah percintaan remaja. Akan tetapi, masalah cinta dalam sastra hanya merupakan bunga-bunganya saja. Persoalan yang terkandung di dalam sebuah novel sebenarnya berada di balik "cinta" itu.

Masalah lain yang ditampilkan di dalam novel teenlit adalah masalah ramalan dan kepercayaan (bukan agama). Dalam novel Summer Triable diciptakan suatu kepercayaan hubungan antara kehidpan manusia di bumi ini dengan keberadaan bintang-bintang yang ada di langit. Bintang-bintang yang ada di langit itu akan mempengaruhi orang-orang yang ada di bumi.

Nama-nama bintang itu pun mewakili nama dewa-dewa di jagat raya, seperti kepercayaan yang dipakai pada masa kejayaan Yunani dahulu. Ramalan dan kepercayaan seperti memenuhi isi novel. Para tokoh dibawa ke alam supranatural, dipaksa untuk mempercayainya, serta diajak untuk bertindak seperti dewa pada masa Yunani kuno.

Apa yang dapat dirunut dari isi novel? Hanya masalah cinta remaja, cinta yang berlarut-larut. Kalaupun kita harus menantikan tema atau amanatnya di belakang masalah cinta itu, tentu saja kita akan menemukannya, tetapi tema atau amanat itu adalah tema dan amanat paksaan. Tema dan amanat itu seperti temuan yang dipaksanakan bagi seorang pengawas, karena pengawas itu harus membawa temuan itu ke kantornya sekecil apapun.

Memang teenlit merupakan jenis novel kita yang muncul pada tahun 2000-an. Dengan keberlainannya dari novel-novel sebelumnya itulah yang membuat novel jenis ini menarik minat pembaca, terutama pembaca remaja. Novel jenis ini mudah dipahami, tidak berat, alurnya sebagian besar lurus, dengan tokoh yang berdarah daging seperti kita yang masih remaja. Walaupun ada teknik sorot balik pada alur, hal itu tidak membawa kesulitan pemahaman cerita.

Hal penting lain yang perlu diperbincangkan di sini adalah bahasa yang dipakai dalam teenlit. Selama ini kita memang mengatakan bahwa dialog yang terdapat di dalam novel adalah ragam lisan yang ditulis. Dalam dialog itu diizinkan menggunakan kata-kata percakapan sehingga novel tersebut akan terasa lebih hidup.

Itu memang benar. Akan tetapi, ragam lisan yang dimaksudkan sebaiknya mempunyai daya didik yang tinggi sehingga ragam yang dipakai itu mendekati ragam sekolah. Dalam novel-novel kita terdahulu, hal itu sangat terjaga. Coba lihat bagaimana Hamka, Di Bawah Lindungan Kakbah, membentuk dialog antara Zainab dan Rosna dengan bahasa yang dapat dikatakan baku. Bagus sekali nuansa makna yang dibangkitkan oleh kata-kata itu. Kata nggak dan kata gue tidak pernah muncul.

Hal itulah yang menarik dan menggelisahkan kita terhadap bahasa yang dipakai di dalam novel teenlit. Bahasa gaul dan dialek Jakarta (Betawi) merupakan bahasa yang utama. Keberadaan bahasa Indonesia di dalamnya tidak terencana, tidak terpola dengan baik, apa saja bisa masuk. Baik pada percakapan (dialog) maupun pada deskripsi, bahasa yang dipakai adalah bahasa gaul, bahasa prokem, bahasa slang, yang hanya dimengerti oleh anak remaja. Keberagaman bahasa dan warna-warni percakapan tidak dapat dipola dan hampir tidak terkendali.

Dalam pola kebijakan politik bahasa nasional, novel tersebut bukan saja tidak mempedulikan kehidupan bahasa Indonesia, tetapi dapat membahayakan pertumbuhan bahasa pada daerah-daerah tertentu. Bagi orang yang baru melek bahasa Indonesia, bagi daerah-daerah yang baru belajar bahasa Indonesia, seperti daerah-daerah yang terpencil, bahasa yang ada di dalam novel itu akan dianggapnya sebagai bahasa yang baku.

Dengan demikian, pada tempat-tempat resmi mereka akan menggunakan bahasa seperti itu. Ini jelas membahayakan kehidupan berbahasa Indonesia di tanah air kita. Coba saja, kata tembak, umpamanya, dipakai untuk mengatakan bahwa seorang perempuan sudah menyatakan dengan terus-terang rasa cintanya kepada seorang pria. Umpamanya, "Andi sudah gue tembak," kata Kara.

Namun, novel jenis teenlit sudah mencuat ke permukaan. Itu tentu saja novel Indonesia. Tentang mutunya dan kelompoknya, masalah lain. Mau apa lagi. Barangnya sudah hadir di depan kita.

Sunday, March 12, 2006

Utang


Gambar dari www.anxietyculture.com


Jum'at kemarin dapat surat dari Citibank. Sang Citibank bersenandung ...

new boin ... (gambar sepatu)
new life ... (gambar cincin kawin)
new renovation ... (gambar rumah)
new reparation ... (gambar mobil rusak?)
Jawabannya adalah Citi Loan-On-Phone

Buat sebagian orang, utang atau mencicil adalah haram hukumnya. Buat sebagian yang lain, berhubung penghasilan yang pas-pasan, satu di antara jalan adalah dengan berutang/mencicil. Buat sebagian yang lain lagi, kalau nggak nyicil rasanya nggak pas deh!

Saya sendiri berprinsip untuk tidak pernah berutang maupun mencicil. Kalaupun harus mencicil, barang yang akan dicicil haruslah barang prioritas nomor 1 dalam hidup ini. Satu-satunya barang yang saya cicil selama hidup ini adalah ketika beli rumah. Tabungan tidak cukup, kebutuhan nomor 1, dari pada uang habis untuk membayar kontrakan, jalan satu-satunya adalah mengandalkan kredit bank. Namun selain itu prinsip saya, kalau tabungan tidak cukup, ya .. jangan beli!

Namun buat yang berpenghasilan pas-pasan, seringkali inilah jalan yang ditempuh. Rumah nyicil, setrika nyicil, mesin cuci nyicil, uang bangku sekolah anak-anak nyicil, demikian seterusnya. Yang repot adalah ketika semua cicilan itu dikumpulkan, ternyata lebih besar dari penghasilan bulanan .... :(

Ada satu golongan lagi. Penghasilan cukup, namun godaan cicilan sana-sini sulit dielakkan. Rumah dan mobil masih dicicil, tapi juga nyicil HP, PDA, kamera, TV, kulkas dst dst. Kalau bisa dicicil kenapa harus bayar tunai? Kartu kredit punya lebih dari satu, tagihannya juga dicicil ... akhirnya perputaran uang hanya di seputar cicilan ... saya nggak tahu apa orang-orang ini pusing dengan ini atau justru ini bagian hidup yang mereka nikmati .. :)

Golongan terakhir yang saya tahu adalah yang melek soal keuangan. Mereka cermat memantau perkembangan dan bisa memilih kapan harus bayar tunai dan kapan beli barang dengan mencicil. Mereka biasanya punya berbagai perhitungan dan formula untuk mendukung keputusannya.

Saya cukup tertarik dengan golongan terakhir ini. Ada yang bisa dipelajari. Kita bisa mengelola keuangan kita dengan lebih baik dan terencana. Cuma sampai saat ini ketertarikan ini masih kalah dengan prinsip saya di atas, kalau bisa tunai ya tunai .... Sering pula saya mikir, ketimbang menghitung-hitung uang yang kita miliki, mending menghitung-hitung apa sudah siap tabungannya di akhirat nanti ...

Anda termasuk golongan yang mana? :)

Thursday, March 09, 2006

How to Recruit the Right Person for the Job?


Gambar dari http://www.hermangroup.com


Dapat dari teman .... menarik juga. Anda masuk kategori mana? Kalau saya membayangkan di posisi orang-orang itu, 1 jam pertama akan ngatur-ngatur batu bata itu, bikin pesawat lah, mobil, orang, dll dll. Setelah satu jam bosen, ngobrol sambil ngelihat pemandangan di luar lewat jendela. Setelah 2 jam? Bosen, emang tempat kerja cuma di sini doang, cabut aaaah .... :)


How to Recruit the Right Person for the Job?

Put about 100 bricks in some particular order in a closed room with an open window. Then send 2 or 3 candidates in the room and close the door.

Leave them alone and come back after 6 hours and then analyze the situation.

===
If they are counting the bricks. Put them in the accounts department.

If they are recounting them. Put them in auditing.

If they have messed up the whole place with the bricks. Put them in engineering.

If they are arranging the bricks in some strange order. Put them in planning.

If they are throwing the bricks at each other. Put them in operations.

If they are sleeping. Put them in security.

If they have broken the bricks into pieces. Put them in information technology.

If they are sitting idle. Put them in human resources.

If they say they have tried different combinations, yet not a brick has been moved. Put them in sales.

If they have already left for the day. Put them in marketing.

If they are staring out of the window. Put them on strategic planning.

And then last but not least.

If they are talking to each other and not a single brick has been moved. Congratulate them and put them in top management.

Wednesday, March 08, 2006

The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe


Gambar dari http://www.narniafans.com


Pemasarannya cukup gencar, jadi tertarik juga 'melongok' yang satu ini ... :). Sementara anak-anak sibuk menonton filmnya bolak-balik, saya coba sempatkan baca bukunya. Tentunya yang versi terjemahan (Gramedia), nggak sanggup baca versi Inggrisnya. Udah sehari-hari musti berbahasa Inggris masa' istirahat juga kudu' baca buku berbahasa ini ... :)

Bukunya tipis, tidak seperti buku-buku fiksi sejenis seperti Harry Potter. Heran juga sih, kok tipis dan kecil. Baca pelan-pelan, terjemahannya lumayan meski menurut saya masih bisa ditingkatkan lagi supaya lebih 'hidup'. Yang paling mengecewakan itu isinya ringkas banget. Imajinasi saya tidak sempat hidup, malah serasa membaca buku ringkasan ... sayang juga ya, padahal biasanya dengan buku justru imajinasi kita lebih hidup ketimbang menonton filmnya.

Filmnya sendiri weekend kemarin sempat ngintip akhir ceritanya pas anak-anak sedang menontonnya (untuk kesekian kalinya). Kelihatannya cukup menarik dan seru. Ada pertempuran segala mirip LOTR ... perjuangan membela kebenaran, rasa haru di sana-sini ... bagus, cocok untuk anak-anak. Lucy, Edmund, Susan, dan Peter semuanya ganteng-ganteng dan cantik-cantik, khas Inggris. Logatnya apalagi!

Yang khas seperti cerita-cerita yang lain, setelah semua selesai sang Singa, Aslan, pergi meninggalkan semua kemeriahan dan suasana cerah ceria dalam kemenangan. Persis seperti cerita-cerita sang jagoan yang lain. Kalau meminjam kata Lucky Luke, "I am just a lonesome cowboy ...."

Apa memang harus begitu ya plot cerita? Atau ini kiasan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini?

Anyhow, sudah baca buku atau nonton pilemnya belon? :)

Kajian 8 Maret 2006

Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. QS Ibrahim 33.

Tuesday, March 07, 2006

Bersikap Murah Hati Itu Indah


Gambar dari http://www.ahajokes.com


Andrew Ho

"Only a life for other is a life worthwhile - Hidup hanya akan berharga jika bermanfaat untuk orang lain." - Albert Einstein

Saya benar-benar bersyukur karena di tengah jadwal pekerjaan yang sangat padat saya masih mempunyai kesempatan untuk menjenguk orang-orang yang kurang beruntung. Setiap pengorbanan untuk mereka serasa sangat kecil nilainya jika dibandingkan dengan segala yang saya dapatkan. Sekian lama saya berkaca dan berpikir, semakin saya rasakan bersikap murah hati itu begitu indah.

Andapun akan merasakan keindahan itu diantaranya dalam bentuk kesenangan dan kebahagiaan, ketika Anda bisa memberikan sesuatu, waktu maupun kemampuan kepada orang-orang yang memerlukan. Kita mungkin jawaban bagi orang-orang yang sedang dihimpit kesulitan. Saya kira tiada yang lebih membahagiakan selain memberikan senyuman dan harapan kepada mereka yang di ambang putus asa.

Selain kebahagiaan, pengalaman saat bertemu dan berbagi dengan mereka selalu membuat semangat kerja saya kembali membara. Karena pengalaman itu selalu mengingatkan saya untuk berusaha lebih giat supaya bisa berbuat lebih berarti mengatasi kesulitan yang sedang mereka hadapi.

Sebenarnya kepekaan dan kemurahan hati kita terhadap kesulitan orang lain juga merupakan akses terbaik terhadap potensi yang kita miliki. Jika kita dapat merasakan derita mereka, maka kita akan bisa bersyukur dengan limpahan jutaan nikmat yang sedang kita rasakan. Rasa syukur itu akan menjadikan kita lebih optimis, berpikir dan bertindak positif dalam berusaha.

Sementara bila kita sudah mampu membuka diri untuk membantu orang lain dengan penuh keikhlasan, maka kita juga akan mudah menciptakan tali persaudaraan. "Giving credit where it is appropriate will encourage trust in relationship. - Kemurahan hati yang tepat sasaran akan meningkatkan kepercayaan dalam sebuah persaudaraan," terang Boomi NLS.

Semakin banyak yang dapat kita berikan, maka akan semakin besar manfaat bagi kehidupan manusia. Kepekaan dan kemurahan hati akan menghasilkan keajaiban luar biasa terhadap kehidupan, bagi orang yang memberi maupun orang yang menerima.

===
Dalam perjalanan ke kantor pagi ini saya mendengarkan ceramah di radio. Sang penceramah memberikan contoh sederhana soal di atas. Kita makan di warung/restoran dan kita menemukan sehelai rambut di makanan kita. Apa yang kita lakukan? Kita bisa ngomel sana-sini, memarahi pelayan, koki, hingga yang punya warung maupun manajer restoran. Kita mungkin dapat berbagai permintaan maaf plus pengganti makanan, dan plus kemungkinan sang koki dipecat ...

Atau kita bisa pelan-pelan (berbisik) memberitahu sang pelayan soal ini sambil mengingatkan (dengan pelan-pelan pula) agar kejadian ini tidak berulang lagi.

Mana yang mau kita pilih? :)

Kajian 7 Maret 2006

Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki bagimu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendakNya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. QS Ibrahim 32.

Saturday, March 04, 2006

QB World Books Pondok Indah Sale ...

Dapat berita ini dari salah satu milis, saya pun hari Sabtu ini bergegas ke sana. Maklum, penggemar buku. Kapan lagi dapat buku luar di Indonesia dengan diskon 50% (all items)? Sementara fikiran sudah melayang-layang, hmmm Calvin dan Hobbes, Garfield, Dilbert, Far East, buku-buku manajemen, buku anak-anak ... fuih ... sudah kemana-mana hehehe ....

Sampai sana jam 9.55, 5 menit sebelum toko di buka. Tulisan SALE ada dimana-mana bikin semangat makin menggebu. Borong!

Akhirnya toko dibuka, dan saya pun bergegas masuk, dan langsung menjelajah isi toko. So?

Mengecewakan ... inilah perasaan saya setelah lihat sana-sini. Tokonya 2 lantai, tapi yang di lantai 2 sudah diturunkan semua isinya. Memang semuanya diskon 50%, tapi untuk buku-buku yang saya minati di atas koleksinya terbatas sekali. "Apa begini isi QB World?" tanya saya dalam hati. Putar sana ... putar sini ... mengecewakan ... sangat mengecewakan ...

Akhirnya saya pulang dengan tangan hampa. Berkendara 2 jam bolak-balik, semangat di atas badan yang capek, BBM dan tol, semuanya sia-sia ... rupanya begitu sampai di Indonesia yang namanya diskon ya diskon ala Indonesia ...

Ya sudahlah, kenapa musti kecewa. Pulang beli tabloid Otomotif, beli es krim 1 liter dan roti untuk dimakan rame-rame ... :)

Thursday, March 02, 2006

Selamat Pagi, Burung Beo


Gambar dari http://www.harunyahya.com


Gede Prama

Di salah satu pojokan kehidupannya, pernah terjadi Nasruddin harus naik perahu. Dalam perbincangan mengisi kekosongan waktu, pemilik perahu bertanya, Nasruddin bisa berenang ataukah tidak. Dengan enteng, ia menjawab, “Bisa”. Ia bahkan menambahkan, hampir semua buku tentang berenang telah dibaca, sambil mengajari teknik-teknik berenang kepada tukang perahu. Si tukang perahu pun mengangguk-angguk heran sekaligus kagum.

Entah karena apa, tiba-tiba perahu berguncang dan kemudian terbalik. Dengan menangis serta memelas Nasruddin berteriak, ”Tolong, tolong, tolong selamatkan saya!” Lagi-lagi tukang perahu mengangguk-angguk heran dan kagum.

Ini memang hanya sekelumit cerita canda. Bunga tawa sekaligus bahan merenda makna. Dan kejadian-kejadian yang serupa dengan Nasruddin memang ada di sekitar kita. Atau, malah terjadi pada diri kita. Seorang sahabat menyebut kisah-kisah manusia yang banyak belajar tetapi tanpa bukti bisa melaksanakan pelajarannya sebagai “pengetahuan tanpa pencapaian”.

Berpengetahuan tentu baik. Memiliki wawasan tentu suatu kelebihan. Lebih-lebih mau berbagi dengan orang lain. Namun, berhenti memahami pengetahuan di tingkat kepala, tanpa pernah membadankannya ke dalam tindakan keseharian, tentu sulit bisa diharapkan munculnya cahaya karisma dalam berkarya. Sebutlah tokoh karismatik bernama Gandhi. Ia karismatik karena membadankan idenya tentang antikekerasan dalam totalitas perjuangannya. Berapa kali pun ada godaan melakukan kekerasan -- termasuk ketika badannya ditembak, ia tetap membadankan antikekerasan dalam hidupnya.

Lihat bagaimana Ibu Teresa demikian berwibawa ketika bertutur tentang cinta, karena keseharian tokoh ini tidak punya warna lain selain cinta. Memberi, membantu, mengobati, menyelamatkan dan menyembuhkan warga miskin di Calcutta, itulah kesehariannya. Bahkan, ketika sebagian dunia menyebutnya keras kepala, Bunda Teresa tetap dengan karya-karya cintanya.

Cermati karisma Dalai Lama tatkala bercerita tentang welas asih. Ia bercahaya jauh melebar di luar agama yang dianutnya, karena kesehariannya penuh welas asih. Kendati berpuluh-puluh tahun negaranya diambil alih Cina dan jutaan warga Tibet menderita -- ia sendiri harus mengungsi lebih dari 40 tahun, ia tetap mengisi keseharian dengan welas asih. Bahkan, ketika ada kesempatan menceritakan penderitaan dirinya dan penderitaan Tibet di forum amat terhormat yang mungkin bisa membantuya, ia tidak melakukannya karena welas asihnya pada orang lain.

Sekarang bandingkan cerita-cerita seperti ini dengan kisah Ramayana. Rahwana dikenal sebagai pemuja berat Tuhan dan bahkan sangat serius belajar buku-buku suci. Namun sebagaimana diketahui, hidupnya hancur lebur karena memenuhi tuntutan hawa nafsu dengan melarikan istri orang. Adiknya, Wibisana, berulang kali menasihatinya, bahwa jalan menuju Tuhan lebih mungkin berhasil dengan pengetahuan yang dilaksanakan, bukan pengetahuan tanpa komitmen tindakan.

Dalam kisah Mahabarata dituturkan, Durna adalah seorang mahaguru yang menguasai berbagai macam ilmu perang. Bisma lebih-lebih lagi. Namun, keduanya harus berakhir tragis karena gagal melaksanakan apa yang diajarkan.

Inti semua cerita itu sebenarnya sederhana: pengetahuan tanpa kemampuan menundukkan hawa nafsu menjadi pengetahuan yang tanpa pencapaian. Jangan tanya wibawa, jangan tanya karisma, apalagi berharap ada cahaya berkarya dari sana. Menurut seorang guru yang terbiasa menggunakan kata-kata keras dalam mendidik muridnya (kepada sahabat yang kurang berkenan, maafkan kata-katanya), manusia berpengetahuan tanpa komitmen pelaksanaan serupa dengan babi yang menggendong buku ke mana-mana. Babi yang menggendong buku masih lebih baik, karena tidak menggunakan buku yang digendongnya sebagai sarana menyerang dan menyakiti orang.

Sekali lagi, maafkanlah kata-kata guru ini. Akan lebih bermanfaat kalau terfokus pada bimbingannya. Bukan pada kata-kata kasarnya. Ini serupa dengan cerita seorang sahabat yang memelihara sekaligus amat mencintai burung beo. Suatu hari burung beonya batuk-batuk, suaranya persis sama dengan batuk-batuk pemiliknya. Dikira batuk karena asap rokok, pemilik ini berhenti merokok, dan ternyata batuk-batuk burung beonya hilang. Sahabat ini berpikir, burung beonya batuk karena asap rokok, padahal ia hanya menirukan batuk-batuk tuannya.

Terlihat jelas dari sini, burung beo memiliki sifat meniru dan tidak mengerti apa yang ia tiru. Coba ucapkan “selamat pagi” pada burung beo secara berulang-ulang, suatu waktu ia akan menirunya dengan ucapan yang sama. Ketika ditanya, kenapa mengucapkan “selamat pagi”, ia pun menimpali lagi-lagi dengan “selamat pagi”.

Tentu, kualitas “selamat pagi”-nya teramat berbeda dari “selamat pagi” seorang manusia yang diucapkan sambil merunduk tersenyum, lebih-lebih bila dibimbing spirit dalam menghormati orang kita menghormati Tuhan. Sedikit peniruan di sana, yang ada hanya pemahaman dengan komitmen pelaksanaan yang mengagumkan.

Kualitas inilah yang ada di balik manusia-manusia mengagumkan seperti Nelson Mandela: pengetahuan dengan pencapaian. Ini juga yang menyebabkan sejumlah penekun spiritual berhenti belajar pengetahuan spiritual, kemudian tekun dengan tindakan memproduksi pencapaian spiritual.

Ijazah, gelar, penghargaan, bacaan, kualitas kata-kata yang muncul dari mulut dan memori yang tersimpan di kepala memang masuk dalam kelompok pengetahuan spiritual. Dan keseharian yang tenang, sabar, pemaaf, bersahabat, membantu sampai tidak menyakiti pihak lain merupakan sebagian pencapaian spiritual. Maafkan tulisan ini, kalau harus berakhir begini.

Selamat pagi burung beo! Izinkan tulisan ini lewat sebentar.

Masih soal DPR ...


Picture from http://www.eduskunta.fi


Mbak Dini bertanya, "Lalu apa dong tugas DPR?" Hehehe ... pertanyaan bagus. Jawaban persisnya sesuai buku-buku pelajaran waktu SMA dulu udah lupa saya ... :). Yang pasti ya dari namanya mewakili rakyat, bukan mewakili diri sendiri, golongan, maupun partainya. Tugasnya itu mewakili kita!

So, apakah DPR sudah mewakili kita? Harapan saya sudah lama putus hehehe .... Perlu contoh? Banyak sekali lah. Yang baru-baru ini ya misalnya soal impor beras. Gayanya di awal sih boleh juga ... eh buntut-buntutnya sama aja ... putus sudah harapan ...

Belakangan ini malah makin seru (baca kacau) aja. Mulai dari urusan KPK, surat Sudi, surat Muladi ... walah ... sibuk sana-sini, tapi apa hasilnya buat rakyat? Hanya sebuah sandiwara lain yang ditonton dengan rasa getir ....

Sorry ... jadi ngomel begini ..

Kajian 2 Maret 2006

Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan sholat, menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. QS Ibrahim 31.