Wednesday, May 31, 2006

Tujuan Akhir, Apakah Itu Nyata Atau Abstrak?




Melanjutkan lamunan kemarin, semakin jauh kita melangkah, rasanya semakin ’jauh’ titik akhirnya. Atau mungkin lebih tepat lagi titik itu semakin mengabur dengan perjalanan itu sendiri.

Ini jadi tepat dengan pemikiran saya kalau kepemimpinan pada akhirnya bukanlah suatu tujuan tapi proses atau perjalanan ke tujuan itu. Agak abstrak ya?

Memang abstrak. Agak sulit membayangkan kalau kita tidak menjalani jalur ini. Seperti kata Morpheus (kira-kira hehehe) di film Matrix, ”It is not about knowing the path, it is about walking the path”.

Meneruskan soal film Matrix, saya lupa-lupa ingat. Apa ya endingnya? Bahwa segala sesuatu itu relatif, tidak ada yang pasti/absolut? Bahwa hidup ini harus berjalan dengan berbagai konsekuensinya dan masing-masing kita punya peranan masing-masing? Seperti Dunia ini Sandiwara-nya God Bless? (hehehe dari Matrix melenceng ke God Bless)

Di sini saya berbeda. Menurut saya akhir yang nyata, titik akhir yang sebenarnya adalah kembalinya kita pada Prima Causa, Sebab Utama alam dan kehidupan ini. Tiada lain tiada bukan Allah SWT.

Untuk apa kita hidup di dunia ini? Kenapa kita musti hidup? Apa tugas kita dalam hidup ini? Siapakah yang paling kuasa? Apa tempat bersandar yang sebaik-baiknya?

Abdullah artinya hamba Allah. Menurut saya inilah pernyataan mendasar mengenai hidup ini. Kita diciptakan atas kehendakNya, kita diberikan tugas dalam hidup ini sebagai pemimpin di muka bumi, dan hanya kepadaNya lah kita mengharapkan segala kekuatan dalam mengemban tugas ini.

Tujuan hidup kita adalah untukNya, maka kecintaan kita yang utama pun hanya padaNya. Seperti kata anak-anak ABG kepada pacarnya, ”Gue nggak bisa hidup tanpamu ...”, begitulah perasaan kita padaNya.

Aaah ... melamun kian kemari ... besok lanjutkan lagi ya ... :). Ada komentar?

Kajian 31 Mei 2006

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepadaNya-lah kamu meminta pertolongan. QS An Nahl 53.

Tuesday, May 30, 2006

A Leader, Is It a Destination or a Journey?



Pertanyaan ini muncul di benak saya ketika sedang mengobrol dengan teman kantor. Pembicaraannya seputar bagaimana menjadi seorang leader atau pemimpin.

Pada awal pembicaraan saya menggambarkan di benak saya tahap-tahap yang harus dilakukan dan dilalui sebelum seseorang menjadi seorang pemimpin. Namun lambat laun, saya jadi tercenung sendiri, “Apa akhirnya kita akan menjadi seorang pemimpin?"

Menurut saya, yang terjadi ialah kita adalah seorang murid. Seorang pelajar. Kita belajar dan belajar. Kita senantiasa dalam suatu perjalanan. Banyak cabang. Banyak yang buntu. Mendaki. Menurun. Hujan. Cerah. Badai. Gelap. Senang. Susah. Bahagia. Gembira. Berbagai hal silih berganti, namun satu hal yang pasti, kita senantiasa dalam perjalanan.

Banyak yang kita bisa pelajari dan ambil dalam perjalanan, banyak pula yang bisa hilang dan lenyap. Semakin jauh, semakin banyak yang kita dapat atau yang hilang dari kita.

Inilah mungkin yang membedakan apakah kita makin mendekati sosok seorang pemimpin atau tidak. Terlepas dari bentuk perjalanan itu – mendaki, menurun, cerah, badai – semakin banyak yang bisa kita pelajari dan ambil hikmahnya, rasanya semakin dekatlah kita pada sosok seorang pemimpin. Namun semakin sering kita mengutuk perjalanan ini, menyesalinya, tidak mau belajar dari padanya, semakin jauhlah kita dari sosok itu.

Apakah kita akan pernah mencapainya? Mencapai suatu titik dimana kita bisa menganggap diri kita sebagai seorang pemimpin?

Rasanya tidak akan pernah. Semakin jauh kita berjalan, semakin jauh titik itu rasanya. Namun karena makin banyak yang didapat dan masih bisa dipelajari, rasanya perjalanan ini tidaklah merugikan, membosankan, ataupun membuang waktu. Meski curam, hujan, badai, gelap, perjalanan rasanya tetap ceria.

Apakah selalu begitu? Namanya manusia, pasti ada titik-titik dimana semangat berada pada posisi terendah. Di sinilah pentingnya penghambaan padaNya, ketika seluruh kekuatan dalam melewati perjalanan itu senantiasa bersandarkan pada pengakuan pada Zat Yang Maha Kuasa. Yang berujung pada keikhlasan.

Saya pun tercenung lagi ... alhamdulillah, pemikiran di atas kembali menguatkan hati dan semangat menyusuri hidup ini. Bismillah ....

Kajian 30 Mei 2006

Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertaqwa kepada selain Allah? QS An Nahl 52.

Monday, May 29, 2006

Satu Tahun Umurku ....




Tak terasa blog ini sudah berumur 1 tahun. Artikel/tulisan/kutipan/dll sebagai 440 buah, hits sebanyak 7260, alhamdulillah. Apapun hasilnya, patut disyukuri ... :)

Cuma belakangan ini kok susah banget ya ngisinya. Bukan cuma itu ... mampir ke blog teman-teman juga jarang banget. Sibuuuuuuk melulu ... hobi baruuuuu melulu ....

Payah ya ...

Sunday, May 28, 2006

Bencana Gempa Djogyakarta dan Sekitarnya



Turut berduka cita. Semoga saudara-saudara kita yang ditimpa musibah sabar dan tabah dalam menghadapi musibah ini.

PS. Apa ya hikmah dari bencana yang tak putus datangnya?

Tuesday, May 23, 2006

Hubungan Segi Tiga



Hubungan Segi Tiga
Arvan Pradiansyah - Swa Majalah

Seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini seorang bijak memasuki sebuah pasar. Namun, ia tidak menemukan lelaki tua yang setiap pagi selalu menyambutnya dengan kata-kata hinaan. Dari orang-orang di pasar, orang bijak ini mengetahui bahwa si lelaki tua sedang sakit. Ia kemudian memutuskan membesuk lelaki ini di rumahnya.

Ketika ditanya orang mengapa ia berbuat baik pada orang yang telah memperlakukannya dengan tidak hormat, ia hanya berkata singkat, “Ini bukanlah persoalan antara aku dan lelaki itu. Ini adalah urusanku dengan Tuhanku.”

Para pembaca yang budiman, bagaimana pendapat Anda mengenai perbuatan si orang bijak?

Inilah yang saya sebut sebagai ”hubungan segi tiga”. Dan inilah paradigma yang lebih lengkap dalam mencermati hubungan antarmanusia. Dalam tataran yang lebih komprehensif, tidak pernah ada hubungan yang terjadi semata-mata antara kita dan orang lain. Apa pun yang terjadi antara kita dan orang lain senantiasa melibatkan pihak ketiga, yaitu Tuhan. Dalam situasi sehari-hari, kita mengingat hubungan segi tiga ini hanya dalam waktu-waktu tertentu seperti perkawinan. Dua orang manusia yang menikah bersaksi dan berjanji di hadapan Tuhan. Namun, situasi ini sering kita lupakan dalam keseharian kita yang lain. Padahal, peristiwa pernikahan tersebut juga berlangsung setiap saat dalam kehidupan kita. Tak pernah ada perbuatan yang tidak mengikutsertakan Tuhan. Kita tak akan pernah dapat mengatakan, ”Ini cuma antara saya dan Anda.” Karena apa pun kondisinya, kita akan selalu berhadapan dengan hubungan segi tiga ini.

Konsekuensi kenyataan ini adalah bahwa apa pun yang kita lakukan pada seseorang pastilah akan kita pertanggungjawabkan pada orang tersebut dan Tuhan. Bahkan, pertanggungjawaban kepada Tuhan sesungguhnya jauh lebih penting ketimbang pertanggungjawaban kita kepada yang lain.

Ketika seseorang berbuat jahat kepada kita, sering ada bagian dari kita yang menyuruh kita membalas kejahatan itu. Setiap aksi memang sering menimbulkan reaksi. Setiap stimulus pasti akan menghasilkan respons. Namun bila Anda memahami hubungan segi tiga ini, Anda akan memberikan respons yang berbeda. Bahkan, Anda akan merasa bahwa antara stimulus dan respons seolah-olah tidaklah memiliki hubungan. Orang-orang yang seperti ini sebenarnya telah mencapai puncak spiritualitas. Mereka hidup seperti Eknath Easwaran, spiritualis asal India, yang mengatakan, ”Saya tidak lagi hidup dalam dunia stimulus dan respons setiap hari, tetapi saya hidup di dunia kebebasan.”

Pemahaman terhadap adanya hubungan segi tiga ini akan benar-benar mengubah hidup Anda. Ketika ada orang yang menipu, memfitnah, menggosipkan dan berbuat jahat kepada Anda, Anda tidak akan membalas kejahatan itu dengan kejahatan yang sepadan. Ini karena Anda sadar sepenuhnya bahwa Tuhan senantiasa memperhatikan Anda dan bahwa melakukan kejahatan akan merusak hubungan Anda dengan Tuhan. Anda sadar sepenuhnya bahwa membalas perbuatan jahat tidak ada hubungannya dengan perbuatan jahat itu sendiri. Anda tak membalas bukanlah karena Anda tak dapat melakukannya, tetapi karena Anda sadar bahwa Tuhan melihat Anda. Anda tak ingin sedikit pun mengecewakan Tuhan. Lebih jauh lagi, Anda tak ingin merusak harkat dan martabat Anda sendiri dengan membalas perbuatan jahat tersebut. Anda sama sekali tak ingin mencederai jiwa Anda dengan perbuatan yang akan senantiasa Anda sesali.

Pemahaman terhadap hubungan segi tiga akan membuat Anda mampu menjaga segala perbuatan Anda. Bahkan, seandainya Anda merasakan keinginan yang menggelegak untuk membalas kejahatan tersebut, pasti ada suatu kekuatan dari dalam jiwa Anda sendiri yang akan mengambil alih semua keresahan Anda dan kemudian menenangkan Anda kembali.

Saya ingin menutup tulisan saya kali ini dengan sebuah untaian kata yang sangat mencerahkan dari Ibu Theresa. Cobalah Anda baca dan resapi ungkapan yang luar biasa berikut ini, yang mampu membuat saya tergetar setiap membacanya.

”Orang kerap tak bernalar, tak logis dan egois. Biarpun begitu, maafkanlah mereka.”

”Bila engkau baik, orang mungkin akan menuduhmu menyembunyikan motif yang egois. Biarpun begitu, tetaplah bersikap baik.”

”Bila engkau mendapat sukses, engkau bakal pula mendapat teman-teman palsu dan musuh-musuh sejati. Biarpun begitu, tetaplah meraih sukses.”

”Bila engkau jujur dan berterus terang, orang mungkin akan menipumu. Biarpun begitu, tetaplah jujur dan berterus terang”.

“Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun mungkin akan dihancurkan seseorang dalam semalam. Biarpun begitu, tetaplah membangun.”

“Bila engkau menemukan ketenangan dan kebahagiaan, orang mungkin akan iri. Biarpun begitu, tetaplah berbahagia.”

“Kebaikan yang engkau lakukan hari ini sering bakal dilupakan orang keesokan harinya. Biarpun begitu, tetaplah lakukan kebaikan.”

“Berikan pada dunia milikmu yang terbaik, dan mungkin itu tak akan pernah cukup. Biarpun begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik.”

“Ketahuilah, pada akhirnya, sesungguhnya ini semua adalah masalah antara engkau dan Tuhan; tak pernah antara engkau dan mereka.”

Kajian 23 Mei 2006

Allah berfirman, "Janganlah kamu menyembah dua tuhan, sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut." QS An Nahl 51.

Silaturahmi ke Dalam Hati



Silaturahmi ke Dalam Hati
Gede Pramana

Ada seorang sahabat dengan nama Sudomo yang baru pertama kali mengunjungi Jepang. Di tempat dia memulai kunjungan kerjanya, setiap orang yang disalami menyebut kata ‘doomo’ sambil merunduk sedikit. Heran dengan keramahan orang Jepang ini, kemudian sesampai di Indonesia ia bertutur amat antusias : ‘Orang Jepang tidak hanya ramah, tetapi semuanya menyebut nama saya dengan sopan santun yang amat tinggi’. Anda yang mengerti bahasa Jepang, tentu tersenyum dengan cerita kecil ini, karena doomo singkatan dari doomo arigatoo yang berarti terimakasih.

Lain Jepang lain juga dengan tanah Sunda. Tidak kalah ‘ramah’-nya dengan orang Jepang, orang Sunda bahkan memberikan sesuatu kepada siapa saja yang bersilaturahmi. Begitu Anda menyebut kata punten, pasti tuan rumah menjawab mangga. Namun jangan harap mangganya akan datang kemudian, karena ia berarti silahkan. Sahabat saya Dedi Gumelar (Miing) pernah bertutur sejarah dalam canda. Dulu, ketika Belanda mau datang menjajah Sumatera Barat, semua pasukan pada ketakutan kendati membawa senjata lengkap. Ternyata, masih menurut Miing yang punya seribu cara untuk mengocok perut, tentara Belanda amat ketakutan dengan rumah orang-orang Sumbar yang lancip-lancip. ‘Kalau rumahnya saja demikian lancip, bagaimana dengan pedangnya ?’.

Tertawa ataupun tidak terhadap cerita silaturahmi di atas, Anda dan saya sama-sama punya kewajiban untuk melakukan silaturahmi. Dalam dunia bisnis, ia disebut bagian dari net working. Dalam dunia politik, ia adalah oli pelicin banyak urusan. Dalam dunia penyembuhan, silaturahmi yang tepat adalah bagian dari proses penyembuhan yang meyakinkan. Dalam dunia sosial, ia kerap diberi stempel katup-katup pengaman yang mengurangi resiko peledakan-peledakan yang mendadak dalam masyarakat manapun. Dalam dunia cinta, ia adalah rangkaian usaha menggali sumur-sumur cinta dalam rangka menemukan kejernihan.

Apapun bidangnya, dan bagaimanapun caranya, silaturahmi tetap sebuah sarana yang menyejukkan. Mungkin saja ia menyejukkan yang dikunjungi, tetapi ia lebih menyejukkan sang pengunjung. Masih jelas tergambar dalam memori, ketika dalam beberapa hari menjelang lebaran, saya memaksa diri untuk memberikan sarung dan peci kepada seorang tukang potong rumput yang telah lama menjengkelkan karena tidak melakukan kewajibannya. Ketika saya datang, ia tampak terkejut. Mungkin karena dikira saya akan memarahinya. Namun ketika senyum saya diikuti oleh sarung dan peci, sinar mukanya berubah. Saya tidak tahu perasaannya, tetapi ada beban perasaan yang mengganjal di dalam diri, yang tiba-tiba hilang melalui kegiatan silaturahmi sambil memberi ini.

Di hampir setiap minggu, selalu saja saya sempatkan untuk bersilaturahmi ke teman-teman dekat melalui SMS. Begitu dikunjungi rasa malas sebentar – terutama karena kesibukan yang menggunung – ada tidak sedikit teman yang protes sambil marah-marah : ‘mana SMS-nya ?’. Ketika jari-jari ini menekan nomer-nomer dan nama-nama yang layak dikirimi pesan SMS hari itu, ada semacam keengganan untuk mengirimi orang-orang yang baru saja sempat menyakiti hati ini. Tetapi karena tidak mau hidup mewah ala anak kecil – yang hanya mau bermain dengan orang-orang yang disukai – tetap saya paksa diri ini untuk mengirimkan SMS ke semua teman. Dan begitu orang-orang yang menyakiti hati ikut terkirimi pesan, ada bagian dari hati ini seperti habis dibersihkan.

Inilah yang saya sebut dengan silaturahmi ke dalam hati. Mungkin saja ada orang lain yang memperoleh kesejukan dari sini. Tetapi, kesejukan di dalam hati ini sudah pasti hadir ketika kita berani mengungkapkan pesan-pesan hati kepada orang-orang yang juga membenci kita. Di dunia ini memang tersedia banyak racun dan senjata yang siap membunuh siapa saja. Namun, ada sarana penetral racun dan senjata yang tidak menimbulkan luka dan kebencian baru, ia bernama hati. Secara fisik ia berlokasi di sebelah bagian dada, secara spiritual hati berlokasi dekat ulu hati. Mirip dengan organ-organ yang lain, hati juga memerlukan stretching. Demikian juga dengan hati spiritual. Hazrat Inayat Khan dalam The Heart of Sufism pernah menulis : ‘By stretching the heart and making it large and larger, you turn your heart into the sacred Book’. Dengan kegiatan peregangan, hati bisa menjadi tambah besar dan lebar. Kalau itu terjadi, kita sedang merubah hati menjadi sebuah buku keramat.

Nah silahturahmi ke dalam hati, terutama dengan cara melawan kemewahan anak-anak yang hanya mau berbagi ke orang-orang yang memuji, adalah sejenis peregangan (stretching) yang bisa membuat kita memiliki sebuah buku keramat di dalam diri. Bedanya dengan buku-buku biasa yang harus dibaca dan dihafal serta dihayati, buku keramat ini dibacakan ketika dibutuhkan, ditanamkan ketika kita mengalami pendangkalan, dan bersuara seperti kita membawa inner teacher ke mana-mana.

Ada banyak sahabat yang bertanya - bahkan tokoh bisnis sekaliber Pak Ciputra pernah bertanya ke saya tentang indahnya meditasi - bagaimana semua itu bisa terjadi ? Inilah rumitnya orang-orang yang mau penyelesaian instan tanpa biaya. Ada semacam proses purification of mind yang lama dan panjang serta berharga mahal. Lama dan panjang karena tidak pernah bisa dilakukan secara cepat dan instan. Orang-orang sekaliber Jelaludin Rumi dan Rabindranath Tagore bahkan melalui serangkaian jalan panjang yang berbelok, berbatu dan bahkan berbahaya. Mahal harganya, karena seringkali menuntut pengorbanan yang tidak kecil. Untuk alasan inilah, maka kerap saya dikira aneh oleh keluarga dan kerabat dekat. Mundur dari jabatan tertinggi ketika orang lagi susah-susahnya mencari kerja. Pergi bertapa dalam keheningan dengan meninggalkan tidak sedikit materi, ketika orang kelangkaan materi.

Tidak disebut gila saja sebenarnya sudah untung. Namun, seorang sahabat produser tawa dan canda menyebut gila sama dengan gede itunya loyo anunya. Dan ini adalah sejenis silaturahmi ke dalam dunia canda bukan ?

Sunday, May 21, 2006

Selamat Menempuh Hidup Baru untuk Mas Tom!



Selamat untuk Mas Tom yang pagi ini telah melangsungkan akad nikah dan walimahnya. Mohon maaf cuma bisa datang pas akad nikah karena masih ada undangan walimah yang lain .. :)

Atas nama keluarga kami mendoakan, "Mudah-mudahan Allah memberimu berkah. Mudah-mudahahan Allah mencurahkan keberkahan kepadamu dan mudah - mudahan Dia mempersatukan kalian berdua dalam kebajikan."

Wednesday, May 17, 2006

Maap ya ...



Minggu ini benar-benar harus berjuang ... tetap fokus dengan pekerjaan yang menumpuk. Ya beginilah rezekinya. So, dear blog, mohon maap ya ... minggu ini nggak bisa ngisi apa-apa ... ya mudah-mudahan gambar gunung di lokasi perkebunan teh Puncak ini bisa menghibur dan menyejukkan hati dan kepala ... :)

Thursday, May 11, 2006

Hidup Jangan Tertidur!


Gambar dari files.lussumo.com


Hidup Jangan Tertidur!
Arvan Pradiansyah

Untuk bisa menikmati hidup, hal terpenting yang perlu anda lakukan adalah menjadi SADAR. Inti kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. Banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan "tertidur". Mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhirnya meninggal dalam keadaan "tertidur". Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Anda tahu dimana menyimpan uang. Anda pun tahu persis nomor PIN anda. Anda pun menyerahkan uang anda pada orang tak dikenal. Anda tahu, tapi tak sadar. Karena itu anda bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang, dan harta benda.

Menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Anda tahu berolahraga penting untuk kesehatan, tapi anda tak juga melakukannya. Anda tahu memperjualbelikan jabatan itu salah, tapi anda menikmatinya. Anda tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi anda tak dapat menahan godaan. Itulah contoh tahu tapi tak sadar!

Ada 2 hal yang dapat membuat orang menjadi sadar. Pertama, peristiwa-peristiwa pahit dan musibah. Musibah sebenarnya adalah "rahmat terselubung" karena dapat membuat kita bangun dan sadar. Anda baru sadar pentingnya kesehatan kalau anda sakit. Anda baru sadar pentingnya olahraga kalau kadar kolesterol anda mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Anda baru sadar nikmatnya bekerja kalau anda di PHK. Seorang wanita karir baru menyadari bahwa keluarga lebih penting setelah anaknya terkena narkoba. Seorang supir taksi pernah bercerita bahwa ia baru menyadari bahayanya judi setelah hartanya habis.

Kematian, mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh-tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, dan tiba-tiba saja mereka meninggal. Bayangkan kalau anda sedang menonton film di bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam. Petugas bioskop berkata, "Silahkan anda pulang, pertunjukan sudah selesai". Anda protes bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. Tapi si penjaga hanya berkata tegas, "Pertunjukan sudah selesai, listriknya tak akan pernah hidup kembali."

Itulah analogi sederhana dari kematian. Kematian orang yang kita kenal, apalagi kerabat dekat kita sering menyadarkan kita akan arti hidup ini. Kematian menyadarkan kita akan betapa singkatnya hidup ini, betapa seringnya kita meributkan hal-hal sepele, dan betapa bodohnya kita menimbun kekayaan yang tak sempat kita nikmati.

Hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang. Untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai siapa diri kita, dari mana kita berasal, dan kemana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.

Ada suatu ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, "Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi.
Manusia bukanlah "makhluk bumi" melainkan "makhluk langit". Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di dunia. Tubuh yang kita miliki sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan "rumah" untuk mencari "rumah" yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangan lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa kita tidak pernah mati. Yang mati adalah rumah kita atau tubuh kita sendiri.

Coba anda resapi paragraf di atas dalam-dalam. Badan kita akan mati, tetapi jiwa kita akan hidup. Kalau anda menyadari hal ini, anda tak menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. Kita memang perlu hidup, perlu makanan, tempat tinggal dan kebutuhan dasar lainnya. Apabila anda sudah mencapai kebutuhan-kebutuhan tersebut, itu sudah cukup! Buat apa lagi sibuk mengumpul-ngumpulkan kekayaan - apalagi dengan menyalahgunakan jabatan - kalau hasilnya tak dapat anda nikmati selama-lamanya. Apalagi anda sudah merusak jiwa anda sendiri dengan berlaku curang dan korup. Padahal jiwa itulah milik kita yang abadi.

Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peristiwa yang pahit tersebut agar kita sadar? Jawabnya: Ya!
Tapi kalau anda merasa cara tersebut terlalu mahal, ada cara kedua yang jauh lebih mudah: Belajarlah MENDENGARKAN. Dengarlah dan belajarlah dari pengalaman orang lain. Bukalah mata dan hati anda untuk mengerti, mendengarkan dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma anda.

Sayangnya banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sendiri. Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun.

Kajian 11 Mei 2006

Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun(jadilah)", maka jadilah ia. QS An Nahl 40.

Wednesday, May 10, 2006

Tanda-Tanda Kedewasaan Seorang Pemimpin



Tanda-Tanda Kedewasaan Seorang Pemimpin
Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi. - e-psikologi

Istilah adult berasal dari bahasa latin yang diambil dari kata adultus berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa (Hurlock, 1992). Oleh karena itu seorang yang disebut dewasa adalah individu yang telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat. Sedangkan kedewasaan atau kematangan adalah suatu keadaan bergerak maju ke arah kesempurnaan. Kedewasaan bukanlah suatu keadaan yang statis, tetapi merupakan suatu keadaan menjadi.... (a state of becoming).

Meski tidak ada seorangpun yang sanggup untuk bertindak dan bereaksi terhadap semua situasi dan semua aspek-aspek kehidupan, dengan kedewasaan yang penuh. Tapi bagaimanapun juga, dalam dunia kerja seorang pimpinan akan dituntut untuk menangani permasalahan-permasalahan secara lebih dewasa. Oleh karena itu, ia setidaknya harus memiliki beberapa ciri yang menunjukkan kedewasaan tersebut. Kesuksesan dan kegagalan seseorang untuk memimpin dan mengarahkan bawahannya akan sangat tergantung pada kedewasaan sikap dan tindakan yang akan diambilnya. Bagaimana bentuk kedewasaan yang dituntut untuk dimiliki tersebut? Dibawah ini akan diungkapkan beberapa kualitas yang seharusnya dimiliki seorang pimpinan agar ia dianggap dapat bersikap dewasa. Setiap kualitas yang satu menjadi kewajiban untuk mencapai kualitas yang lainnya, dan menjadi bagian dari diri sang pemimpin dalam menunaikan tugas sebagai seorang yang dianggap sudah dewasa penuh.

Adapun ciri-ciri kedewasaan yang harus dimiliki oleh sorang pemimpin adalah sebagai berikut:

1. Menghargai Orang Lain
Seorang pimpinan yang baik harus bekerja bersama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa ia harus bekerja dengan kekuatan- kekuatan, kelemahan-kelemahan, kesanggupan, dan kekurangan-kekurangan dari orang lain itu. Jika dia dewasa, dia akan menghargai perbedaan yang ada tersebut dan tidak akan mencoba untuk membentuk orang lain agar sesuai dengan keinginannya sendiri dan tidak memperalat bawahan untuk kepentingannya sendiri. Ia sanggup untuk menerima kenyataan yang ada, bahwa setiap orang memiliki andil terhadap hasil akhir suatu pekerjaan yang dikerjakan secara bersama-sama (teamwork).

Hal ini bukan berarti bahwa seorang pemimpin yang dewasa mempunyai hati yang lemah. Ia menerima orang lain, bukan berarti memanjakan mereka untuk selamanya termasuk jika kekurangan mereka (bawahan) akan mengganggu dan mempengaruhi tujuan secara keseluruhan. Seorang pimpinan yang dewasa harus mampu memberhentikan atau memecat seseorang yang tidak lagi memberikan sumbangan terhadap kemajuan atau kebaikan organisasi. Hal ini penting sebab merupakan suatu ketidakadilan bagi perusahaan dan orang lain jika orang yang tidak lagi mampu memberikan kontribusi masih tetap dipertahankan.

2. Sabar
Pemimpin yang dewasa dapat belajar menerima kenyataan bahwa untuk beberapa permasalahan memang tidak ada penyelesaian atau pemecahan yang mudah. Ia tidak akan dengan mudah menerima pemecahan masalah pertama yang disarankan. Ia akan menghargai fakta dan akan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi sebelum memberi saran pemecahan. Bukan saja ia bersedia sabar, tetapi ia tahu benar perlunya beberapa alternatif untuk mengambil suatu keputusan dalam pemecahan masalah.

3. Penuh Daya Tahan
Semua mahluk hidup pasti pernah mengalami sakit, kesulitan dan kekecewaan. Begitupun dengan seorang pemimpin tidak akan pernah luput dari permasalahan seperti itu. Biarpun demikian seorang pemimpin yang dewasa akan bangkit lagi dan sehat lagi setelah diterpa kemalangan yang bertubi-tubi dengan harapan dan daya tahan yang dimilikinya. Ia akan berusaha jujur dan tidak akan berpura-pura semua keadaan baik-baik saja. Ia menerima kenyataan bahwa rasa sakit harus dipikul, kesalahan-kesalahan diperbaiki dan ia tidak akan membuang waktu untuk menyesali dan meratapi kesalahan yang sudah berlalu. Kegagalan akan meremukan dan menghancurkan orang yang lemah, sedangkan seorang dengan kepribadian dewasa akan mengambilnya sebagai pelajaran dari pengalaman yang sangat berharga.

4. Sanggup Mengambil Keputusan
Orang yang dewasa, disamping kesabaran dan ketabahannya untuk mencari pemecahan masalah, juga harus mampu untuk mengambil suatu keputusan, walaupun hanya menggunakan data atau informasi yang sangat minim, kurang lengkap atau masih kabur. Setelah menimbang fakta yang ada, ia akan segera menyadari bahwa dalam suatu waktu suatu tidakan harus segera diambil. Dengan menyadarkan dirinya terhadap keyakinan dirinya dan terhadap orang-orang disekitarnya ia harus sanggup untuk mengambil dan memikul resiko yang sudah diperhitungkan olehnya.

Peter Drucker pernah menyatakan bahwa masa depan tidak pernah ada kepastian, tetapi hanya ada kemungkinan-kemungkinan. Seorang pemimpin yang dewasa harus belajar menerima hal ini. Ia harus mampu untuk membuat keputusan-keputusan berdasarkan perkiraan-perkiraan atau kemungkinan-kemungkinan terbaik yang dapat diperoleh, sebab ia tahu jika menunggu untuk memperoleh kepastian yang menyeluruh maka keputusan yang diambil mungkin sudah terlambat.

5. Menyenangi Pekerjaan
Seseorang yang memiliki emosi yang sehat atau memiliki kepribadian dewasa akan mengetahui bagaimana menikmati pekerjaannya. Apapun jenis pekerjaannya seseorang yang dianggap dewasa akan jarang bermalas-malasan. Ia mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam melakukan tugas dengan baik dan ia merasa bangga melaksanakan tugas tersebut. Para pemimpin yang dewasa akan memperoleh kepuasan dalam menangani suatu pekerjaan dan tidak menggagap pekerjaan sebagai beban hidup.

Bagi seorang yang berkepribadian dewasa pekerjaan sangat perlu untuk kelangsungan hidupnya sebagai seorang individu. Pekerjaan merupakan jalan bagi dirinya untuk mengungkapkan dirinya (aktualisasi diri). Dengan bekerja dirinya akan merasa terjamin untuk tidak berkubang dengan kecemasan-kecemasan dan permasalahan-permasalahan dirinya sendiri.

6. Menerima Tanggung Jawab
Orang yang tidak dewasa akan mengeluh dan menyesal tentang kegagalan yang mereka alami. Mereka akan merasa bahwa kegagalan yang mereka alami merupakan kesalahan orang lain dan nasib baik sedang menjauhi mereka. Untuk menghindari kegagalan, mereka cenderung untuk tidak menerima tanggung jawab. Sebaliknya bagi mereka yang berkepribadian dewasa segala kesuksesan dan kegagalan merupakan tanggungjawab diri sendiri. Mereka menyadari bahwa setiap orang memerlukan ketabahan dan kekuatan serta tempat berlindung pada saat-saat sulit, dan yang bertanggung jawab untuk menangani hal tersebut adalah diri sendiri

Percaya pada orang lain/kekuatan lain seperti dukun, pimpinan, nasib baik, dll, untuk memecahkan masalah merupakan suatu tanda ketidakdewasaan. Kepercayaan terhadap kekuatan diri sendiri dan berani menerima tanggung jawab dalam kehidupan sangat penting untuk menimbulkan rasa aman dan kebahagiaan

7. Percaya Pada Diri Sendiri
Seorang pimpinan yang dewasa akan menyambut baik partisipasi orang lain, walaupun menyangkut pengambilan keputusan yang sulit. Hal tersebut terjadi karena mereka sangat yakin dan percaya terhadap kemampuan mereka sendiri sehingga tidak ada rasa takut untuk berkompetisi. Mereka akan mudah melihat dan mengenal bahwa orang lain yang memiliki ide-ide dan fikiran yang berharga. Bagi mereka kekuatan orang lain hanya akan menjadi ancaman bagi orang yang tidak merasa aman, dan yang tidak ada kepercayaan terhadap dirinya sendiri.

Seorang pimpinan yang dewasa akan memperoleh kepuasan berdasarkan prestasi yang dilakukan oleh bawahannya. Ia akan merasa bangga dalam keyakinan dan kesadaran bahwa bawahannya adalah tanggung jawabnya. Sebaliknya bagi seorang pimpinan yang tidak dewasa akan merasa sebagai suatu hal yang pahit dan menyakitkan apabila diberikan situasi yang serupa.

8. Memiliki Rasa Humor
Tertawa adalah sehat. Orang yang dewasa atau matang setuju dengan ucapan itu. Namun demikian orang yang dewasa tidak akan membuat orang tertawa dengan cara merugikan atau melukai perasaan orang lain. Mereka juga tidak akan tertawa jika orang lain dalam keadaan susah atau terluka perasaannya.

Orang yang sehat emosinya akan selalu mengingat bahwa humor itu harus baik sifatnya dan menyebarkan kebahagiaan bagi yang mendengarkannya. Orang yang dewasa akan menggunakan humor bukan sebagai alat pemukul atau menjatuhkan orang lain, tetapi sebagai alat untuk melicinkan suasana dan mengendorkan ketegangan.

9. Memiliki Kepribadian yang Utuh
Orang yang dewasa, bukanlah orang yang membuang-buang dan menyia-nyiakan energinya dengan memakai dan menggerakkan seluruh energinya ke berbagai arah yang tidak menentu, bahkan sering bertentangan arah. Pada umumnya mereka adalah orang yang teratur dan sudah terorganisir serta dapat menangani problemnya dengan efektif. Mereka bukan orang yang mudah beralih perhatian atau menyimpang dari rencana oleh karena keinginan-keinginan yang muncul dengan tiba-tiba, tetapi mereka dapat dengan mudah beralih dari kegiatan yang satu ke kegiatan yang lain tanpa kebingunagan dan kekacauan.

10. Seimbang
Seorang pemimpin yang dewasa akan hidup dalam suatu kehidupan yang seimbang. Ia merasa bangga menjadi bagian dari perusahaan dan tahu persis posisi dan peranannya di dalam perusahaan. Ia pintar menempatkan diri sehingga tidak menyulitkan dirinya dan perusahaan. Ia sanggup untuk bekerja keras dan selalu siap mengatasi tekanan yang diterimanya serta dapat menikmati masa senggangnya dengan baik.

11. Menerima Diri Sendiri
Para pemimpin yang efektif mempunyai pandangan dan penilaian yang baik terhadap kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Pada kenyataannya hal ini sangat menentukan kesuksesan seorang pemimpin. Namun hanya pemimpin yang memiliki kedewasaan yang dapat memilih dan mengumpulkan pembantu-pembantu dan orang-orang dekatnya untuk saling menutupi kekurangan dan kelemahan. Karena ia dapat melihat dan menilai diri sendiri dengan baik secara objektif dan realistis, maka ia akan sanggup untuk menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif. Ia juga akan terbebas dari rasa frustrasi yang mungkin timbul karena kegagalan mencapai suatu hal yang diluar kemampuan dirinya.

12. Memiliki Prinsip yang Kuat
Banyak pemimpin yang sungguh-sungguh melihat perusahaan sebagai suatu mahluk hidup yang harus dijaga dan dipelihara. Mereka memandang dirinya sebagai pengawal bagi keselamatan dan kebaikan perusahaan. Mereka menganggap dirinya berperan sebagai pengasuh dan pelindung perusahaan yang kemudian meneruskan dan menyerahkan pengawalan dan fungsi mengasuh tersebut kepada penerusnya.

Hal tersebut pula yang menjelaskan mengapa pemimpin tidak akan segan-segan untuk bersikap keras dan tegas dalam menghadapi orang lain bila menyangkut keselamatan dan kelangsungan hidup perusahaan. Mereka memegang teguh prinsip-prinsip yang telah ditanamkan dalam perusahaan dan tidak akan kenal kata menyerah jika dihadapkan paa soal hidup matinya perusahaan.

Kajian 10 Mei 2006

Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. QS An Nahl 23.

Tuesday, May 09, 2006

Mana Foto-fotonya?



Pak JaF nanya, "Mana foto-fotonya?" Rupanya saya kurang detil ya .. :) Kalau anda perhatikan sebagian foto di blog ini ada sumbernya (biasanya saya tulis Gambar dari bla .. bla .. bla). Nah yang tidak ada sumbernya hasil karya saya lho! Hehehe ... masih kurang jelas? Naah ... contohnya di atas ini .. :)

Jauh dari sempurna, tapi jepret terus ... belajar terus, mengasah kemampuan terus ... kita berusaha, hasilnya kita serahkan ke yang Atas ... :)

Kajian 9 Mei 2006

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS An Nahl 18.

Sunday, May 07, 2006

Oooh ... fotografi



Aaaah ... makin banyak hobi makin sulit mengatur waktu. Sekarang kalau sudah hari libur sudah nggak sabar pegang kamera dan jepret-jepret. Habis subuh buka komputer sebentar dan jam 6 pagi sudah siap berangkat. Pernah kepagian berangkat, eh belum bisa jepret-jepret karena gelap hehehe ...

Sepeda kesayangan, ransel berisi kamera, tripod menggantung di sepeda, handphone di saku kiri, dan iPod di saku kanan, dan uang secukupnya di saku belakang. Udah deh menjelajah seputar Depok sekitar 2 jam-an.

Pulang kecapean ... tapi puas hehehe .. terus upload foto-foto ke komputer. Biasanya badan udah capek banget ... namanya juga bersepeda 2 jam plus jungkir balik cari obyek foto yang bagus. Malamnya mulai deh dibuka-buka fotonya untuk perbaikan-perbaikan dasar seperti cropping dan memperbaiki brightness/contrast. Kalau kalau iseng coba-coba dirubah ke BW atau ke Sepia. Ngutak-ngutik ini bisa berjam-jam ... :-P

Capek juga ya ... :)

Kajian 7 Mei 2006

Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. QS An Nahl 17.

Thursday, May 04, 2006

Ibu, I Miss You So Much



Ibu, I Miss You So Much
Jamil Azzaini - Kubik Leadership

Jakarta, Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apapun yang kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita melakukan energi negatif atau keburukan maka kitapun akan mendapat balasan berupa keburukan pula. Kali ini izinkan saya menceritakan sebuah pengalaman pribadi yang terjadi pada 2003.

Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di salah satu rumah sakit di Jakarta. Sudah tiga pekan para dokter belum mampu mendeteksi penyakit yang diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan. Panasnya sangat tinggi. Bahkan sudah satu pekan isteri saya telah terbujur di ruang ICU. Sekujur tubuhnya ditempeli kabel-kabel yang tersambung ke sebuah layar monitor.

Suatu pagi saya dipanggil oleh dokter yang merawat isteri saya. Dokter berkata, "Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti obat ibu".
Sayapun menjawab "Mengapa dokter meminta izin saya? Bukankan setiap pagi saya membeli berbagai macam obat di apotek dokter tidak meminta izin saya"
Dokter itu menjawab "Karena obat yang ini mahal Pak Jamil."
"Memang harganya berapa dok?" Tanya saya.
Dokter itu dengan mantap menjawab "Dua belas juta rupiah sekali suntik."
"Haahh 12 juta rupiah dok, lantas sehari berapa kali suntik, dok?
Dokter itu menjawab, "Sehari tiga kali suntik pak Jamil".

Setelah menarik napas panjang saya berkata, "Berarti satu hari tiga puluh enam juta, dok?"
Saat itu butiran air bening mengalir di pipi. Dengan suara bergetar saya berkata, "Dokter tolong usahakan sekali lagi mencari penyakit isteriku, sementara saya akan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar penyakit istri saya segera ditemukan."
"Pak Jamil kami sudah berusaha semampu kami bahkan kami telah meminta bantuan berbagai laboratorium dan penyakit istri Bapak tidak bisa kami deteksi secara tepat, kami harus sangat hati-hati memberi obat karena istri Bapak juga sedang hamil 8 bulan, baiklah kami akan coba satu kali lagi tapi kalau tidak ditemukan kami harus mengganti obatnya, pak." jawab dokter.

Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju mushola kecil dekat ruang ICU. Saya melakukan sembahyang dan saya berdoa, "Ya Allah Ya Tuhanku... aku mengerti bahwa Engkau pasti akan menguji semua hamba-Mu, akupun mengerti bahwa setiap kebaikan yang aku lakukan pasti akan Engkau balas dan akupun mengerti bahwa setiap keburukan yang pernah aku lakukan juga akan Engkau balas. Ya Tuhanku... gerangan keburukan apa yang pernah aku lakukan sehingga Engkau uji aku dengan sakit isteriku yang berkepanjangan, tabunganku telah terkuras, tenaga dan pikiranku begitu lelah. Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau Maha Tahu bahkan Engkau mengetahui setiap guratan urat di leher nyamuk. Dan Engkaupun mengetahui hal yang kecil dari itu. Aku pasrah kepada Mu Ya Tuhanku. Sembuhkanlah istriku. Bagimu amat mudah menyembuhkan istriku, semudah Engkau mengatur milyaran planet di jagat raya ini."

Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit dalam ingatan akan kejadian puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya hidup dalam keluarga yang miskin papa. Sudah tiga bulan saya belum membayar biaya sekolah yang hanya Rp. 25 per bulan. Akhirnya saya memberanikan diri mencuri uang ibu saya yang hanya Rp. 125. Saya ambil uang itu, Rp 75 saya gunakan untuk mebayar SPP, sisanya saya gunakan untuk jajan.

Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil terbata berkata, "Pokoknya yang ngambil uangku kualat... yang ngambil uangku kualat..."
Uang itu sebenarnya akan digunakan membayar hutang oleh ibuku. Melihat hal itu saya hanya terdiam dan tak berani mengaku bahwa sayalah yang mengambil uang itu.

Usai berdoa saya merenung, "Jangan-jangan inilah hukum alam dan ketentuan Yang Maha Kuasa bahwa bila saya berbuat keburukan maka saya akan memperoleh keburukan. Dan keburukan yang saya terima adalah penyakit isteri saya ini karena saya pernah menyakiti ibu saya dengan mengambil uang yang ia miliki itu."
Setelah menarik nafas panjang saya tekan nomor telepon rumah dimana ibu saya ada di rumah menemani tiga buah hati saya. Setelah salam dan menanyakan kondisi anak-anak di rumah, maka saya bertanya kepada ibu saya "Bu, apakah ibu ingat ketika ibu kehilangan uang sebayak seratus dua puluh lima rupiah beberapa puluh tahun yang lalu?"

"Sampai kapanpun ibu ingat Mil. Kualat yang ngambil duit itu Mil, duit itu sangat ibu perlukan untuk membayar hutang, kok ya tega-teganya ada yang ngambil," jawab ibu saya dari balik telepon. Mendengar jawaban itu saya menutup mata perlahan, butiran air mata mengalir di pipi.

Sambil terbata saya berkata, "Ibu, maafkan saya... yang ngambil uang itu saya, bu... saya minta maaf sama ibu. Saya minta maaaaf... saat nanti ketemu saya akan sungkem sama ibu, saya jahat telah tega sama ibu."
Suasana hening sejenak. Tidak berapa lama kemudian dari balik telepon saya dengar ibu saya berkata: "Ya Tuhan pernyataanku aku cabut, yang ngambil uangku tidak kualat, aku maafkan dia. Ternyata yang ngambil adalah anak laki-lakiku. Jamil kamu nggak usah pikirin dan doakan saja isterimu agar cepat sembuh."
Setelah memastikan bahwa ibu saya telah memaafkan saya, maka saya akhiri percakapan dengan memohon doa darinya.

Kurang lebih pukul 12.45 saya dipanggil dokter, setibanya di ruangan sambil mengulurkan tangan kepada saya sang dokter berkata "Selamat pak, penyakit isteri bapak sudah ditemukan, infeksi pankreas. Ibu telah kami obati dan panasnya telah turun, setelah ini kami akan operasi untuk mengeluarkan bayi dari perut ibu."
Bulu kuduk saya merinding mendengarnya, sambil menjabat erat tangan sang dokter saya berkata. "Terima kasih dokter, semoga Tuhan membalas semua kebaikan dokter."

Saya meninggalkan ruangan dokter itu.... dengan berbisik pada diri sendiri "Ibu, I miss you so much."

Jamil Azzaini adalah Senior Trainer dan penulis buku Best Seller KUBIK LEADERSHIP; Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup.

Kajian 4 Mei 2006

dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (petunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. QS An Nahl 16.

Wednesday, May 03, 2006

Kemauan Untuk Berubah



Terima kasih untuk teman yang mengenalkan puisi ini dan berkenan untuk menterjemahkannya ke bahasa Indonesia ... :)

Kemauan Untuk Berubah

"Ketika aku muda dan bebas
dan khayalan saya tidak terbatas,
aku bermimpi untuk mengubah dunia.

Saat aku tumbuh lebih dewasa dan bijak,
aku menemukan bila dunia tidak berubah,
lalu aku mempersempit pandanganku
dan memutuskan untuk mengubah hanya negaraku.
Namun itupun seperti tidak dapat digerakkan.

Ketika usiaku bertambah memasuki masa-masa senja,
Dalam suatu usaha terakhir karena terdesak,
Aku menetapkan untuk mengubah hanya keluargaku,
Merekalah yang paling dekat denganku,
Tetapi, mereka pun tidak berubah.

Dan sekarang ketika aku terbaring di liang lahatku,
Aku segera menyadari:
Jika waktu itu aku hanya merubah diriku sendiri dulu,
Kemudian memberikan contoh,
Aku mungkin dapat mengubah keluargaku.
Dengan bantuan inspirasi dan dorongan semangat mereka
aku mungkin dapat memperbaiki negaraku,
dan siapa tahu aku dapat mengubah dunia."

Puisi ini ditulis di atas kubur seorang Anglican Bishop ( 1100 AD) di dalam makam Westminster Abbey.

Berikut adalah tulisan aslinya:

The Willingness to Change

"When I was young and free
and my imagination had no limits,
I dreamed of changing the world.

As I grew older and wiser,
I discovered the world would not change,
so I shortened my sights somewhat
and decided to change only my country.
But it too seemed immovable.

As I grew into my twilight years,
In one last desperate attempt,
I settled for changing only my family,
those closest to me,
but alas, they would have none of it.

And now as I lay on my deathbed,
I suddenly realize:
If I had only changed myself first,
then by example,
I might have changed my family.
From their inspiration and encouragement
I would then have been able to better my country,
and who knows,
I may have changed the world."

Kajian 3 Mei 2006

Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk. QS An Nahl 15.

Tuesday, May 02, 2006

Masih Seputar Bekam ...



Karena ada beberapa yang menanyakan, alamat tempat saya ber-bekam kemarin adalah:

Islamic Healing Centre
Komplek Timah, Blok BB-30
Kelapa Dua, Cimanggis
Depok 16951
Telp. 021-87705254
Flexi. 021-68-095-095
HP GSM. 0816-148-55-44
Email: bekamsehat@yahoo.com.sg
Kalau perlu petunjuk naik kendaraan umum juga ada ... :)

Oh ya selain untuk bekam, tempat ini juga menyediakan layanan terapi herbal, akupuntur, reflexiologi, iriodologi, dll. Kemarin saya sebelum dibekam sempat dipencet sana-sini seputar tangan dan kaki. Alhamdulillah kondisi tubuh cukup baik. Yang menuntut perhatian ialah saya kekurangan oksigen (kebanyakan 'hidup' dengan AC) dan radiasi di depan komputer (kebanyakan nge-blog kali ya hehehe ...).

Jam praktek Senin sampai Minggu, pukul 9-18. Untuk ber-bekam, butuh waktu 1-1.5 jam. Oh ya, khusus untuk wanita waktunya adalah Selasa dan Jum'at. Untuk pria kapan saja sepanjang masa praktek di atas.

Sakitkah setelah ber-bekam? Rasanya sih tidak. Kemarin begitu selesai, saya langsung pakai baju dan langsung menyetir mobil dengan posisi punggung menempel di jok mobil. Sampai rumah, tidur pun tidak masalah. Mandi juga tidak terasa apa-apa .... cuma pas hari itu nggak berani bersabun ria di punggung ... rada ngeri juga soalnya hehehe ... tapi esoknya nggak terasa apa-sapa. Alhamdulillah ...

Postingnya diedit nih, habis mas Tom nanyain biayanya. Menurut saya tidak mahal, 50 ribu rupiah.

Selamat ber-bekam. Semoga kita bisa senantiasa menjaga kesehatan kita .... :)

Kajian 2 Mei 2006

Dan Dia-lah, Allah yang menunjukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya, dan supaya kamu bersyukur. QS An Nah 14.

Monday, May 01, 2006

Bekam


Gambar dari bekam.xaper.com


Bekam adalah salah satu metode pengobatan dalam Islam dalam membuang darah kotor dari badan. Informasi lebih lengkapnya bisa dilihat salah satunya di situs ini. Kenapa saya mau diskusi soal ini? Karena Sabtu kemarin saya sempat mencoba pengobatan ini.

Terapinya cukup menarik. Setelah diperiksa sambil ngobrol-ngobrol dengan udztad sekaligus ahli bekam ini, akhirnya beliau mempersilahkan saya duduk di sebuah kursi dengan baju dibuka. Pertama sekali badan saya diolesi minyak (lupa minyak apa ..). Kemudian 2 buah cupung di gambar di atas dipasang di punggung saya. Setelah ditempelkan, kemudian udara didalamnya dipompa keluar, sehingga kedua cupung ini menempel erat di punggung saya. Kemudian beliau memutar-mutar kedua cupung ini di seputar badan.

Rasanya enak! Udah seperti dipijit aja ... mata pun merem-melek karena keenakan hehehe ... sayang minyaknya kurang panas, kalau lebih panas mungkin lebih enak lagi.

Tahap pertama selesai, beliaupun mencabut kedua cupung ini. Tahap selanjutnya ialah membuat lubang ke jaringan kapiler darah. Pisau yang digunakan kecil sekali, dan ditusuk-tusuk ke punggung. Untuk 1 daerah (cupung) tusukannya mungkin sekitar 15-20 buah. Nggak terlalu terasa sih ... lebih sakit digigit semut. Setelah ditusuk, dipasang cupung kembali, dan udaranya disedot keluar. Total ada 6 cupung yang dipasang.

Selain darah yang keluar, udara, dan panas tubuh juga keluar. Setidaknya begitu kata udztadnya ... kan saya nggak bisa lihat punggung sendiri ... :).

Setelah kira-kira 5-10 menit, satu persatu cupung ini dilepas. Rasanya .... luar biasa ... seperti ada yang tersedot keluar dari tubuh. Enak banget, tapi jadi lemas. Matapun kian berat ... eiiits, kata udztadnya, jangan tidur dulu ya pak ... :)

Punggung saya ditusuk-tusuk kembali, rupanya proses ini dilakukan 2-3 kali. Khusus buat saya cukup 2 kali saja. Mungkin karena pemula yak?

Singkat cerita, akhirnya selesai. Punggung saya diolesi minyak kembali yang menurut sang udztad sekaligus berfungsi sebagai disinfektan dan menutup luka saat itu juga. Memang sih dalam perjalanan pulang tidak terasa perih-perih ...

Bagaimana rasanya setelah dibekam? Enak, badan enteng dan segar ... :). Nggak percaya, coba deh sendiri. Tempat saya mencoba berlokasi di daerah Depok ...

Oh ya, seusai berbekam selama 24 jam dilarang makan makanan yang berat (contohnya aspal, kata udztadnya), bekerja berat, AC, minum susu, dan hubungan sutri ... :)

Kajian 1 Mei 2006

dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya yang pada demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. QS An Nahl 13.