Thursday, December 29, 2005

Google suggest

Ada yang sudah pernah nyoba Google Suggest? Saya dapat ini dari teman kantor. Menarik banget .... kalau biasanya kita selesaikan dulu mengetik suatu kata (atau kumpulan kata) di google, baru setelah itu kita tekan tombol Search untuk mencari.

Yang ini, begitu kita ketik 1 huruf, browser kita langsung mengirim huruf itu dan kembali dengan pilihan kata yang diawali dengan huruf itu. Begitu seterusnya, jadi kita bisa langsung memfilter secara bertahap apa yang mau kita cari. Kalau mau dianalogikan ini mirip dengan aplikasi X1, sebuah search engine for desktop yang sangat hebat.

Coba deh ... sangat menarik. Cuma mungkin ini perlu koneksi internet yang bagus. Saya pernah coba pakai koneksi GPRS, dan si Google-suggest tersendat-sendat bekerjanya ....

Kajian 29 Desember 2005

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo'a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo'a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. QS Yunus 12.

Kualitas Pemimpin Sejati (bagian 11)

Tulisan ini berdasarkan buku karangan John C Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of a Leader . Tiada maksud untuk menulis ulang buku ini (takut kena urusan copyright hehehe ...), tapi lebih berupa ringkasan berdasarkan pemahaman saya .. :-O

11. Mendengarkan: Untuk Menyelami Hati Mereka, Bukalah Telinga Anda

Telinga seorang pemimpin harus mampu menangkap suara orang banyak - Woodrow Wilson, Presiden Amerika

Siapa orang yang termasuk paling berpengaruh di US? Presiden Amerika tentu salah satunya. Alan Greenspan contoh lainnya. Bintang basket seperti Michael Jordan juga mungkin termasuk kategori ini. Bagaimana dengan Oprah Winfrey?

Winfrey memulai karirnya di tahun 1985. Sukses awalnya berdasarkan kemampuannya berbicara. "Dengan berkomunikasi dengan orang lainlah saya selalu mengembangkan harga diri saya", jelasnya. Namun Winfrey juga pendengar yang baik. Malah kemampuan untuk mendengarkan telah menjadi karakter utama hidupnya.

Kemampuannya untuk mendengar ini sangat membantunya dalam karirnya. Ia terus mengamati dan mendengarkan untuk menemukan berbagai persoalan untuk dibahas di televisi. Dan ketika ia membawa orang, siapapun itu, selebriti, penulis, para ahli ke pertunjukannya, dengan tulus ia mendengarkan apa yang mereka ucapkan. Madonna mengatakan, "Ia telah menjadi sorotan publik sedemikian lama, namun ia memiliki simpati yang sedemikian menakjubkan. Saya tidak tahu bagaimana caranya melakukan itu". Sederhana saja, Winfrey melakukannya dengan mendengarkan.

Menurut Maxwell, seorang pemimpin itu menyentuh hati terlebih dahulu sebelum mina tolong. Namun sebelum seorang pemimpin dapat menyentuh hati seseorang, ia harus mengetahui ada apa di dalam hati orang tersebut. Ia mempelajarinya dengan mendengarkan.

Menurut Maxwell, seorang pemimpin harus belajar untuk membuka telinga terhadap:

- para pengikutnya
Para pemimpin yang baik dan menjadi panutan, melakukan lebih dari sekedar urusan bisnis ketika berinteraksi denga para pengikutnya. Kata Philip Sanhope, bangsawan dari Chesterfield,"Banyak orang yang lebih suka didengarkan ceritanya ketimbang dipenuhi permintaannya".
Biasakan diri unuk mendengarkan fakta-fakta dan orang orang yang mengungkapkannya, ubahlah fokus anda - demikian kata Maxwell.

- pelanggan
Ada pepatah yang berbunyi, "Dengarkan bisikan-bisikannya, maka anda tidak perlu mendengar teriakan-teriakannya".

- pesaing
Kata Larry King, "Setiap pagi saya mengingatkan diri sendiri: apapun yang saya katakan hari ini takkan mengajarkan saya apa-apa. Maka kalau say amau belajar, saya harus belajar mendengarkan".
Sebagai pemimpin, tindakan kita janganlah berdasarkan pada apa yang dilakukan orang lain. Namun ini tidak berarti kita kemudian mengabaikan tindakan orang lain. Kita harus mendengarkan dan mempelajari setiap langkah pesaing kita.

- pembimbing
Cari pembimbing dari orang-orang yang lebih berpengalaman. Jika belum menemukannya, mulailah prosesnya dengan membaca buku.

Kata Maxwell, ketika ia baru mulai menjadi pemimpin, ia bukan pendengar yang baik. Ia terlalu sibuk mengurusi urusan sendiri dan berusaha membuat segalanya menjadi kenyataan. Namun begitu ia lebih memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya, ia bisa lebih memfokusnya kegiatannya dan dapat mencapai hasil yang lebih banyak.

Jadi bagaimana cara meningkatkan kemampuan mendengarkan kita?
- rubahlah jadwal anda sehingga anda mempunyai waktu yang cukup dan teratur dengan keempat kelompok di atas
- temui orang apa adanya, carilah kesamaan dengan diri anda untuk membina hubungan lebih baik
- dengarkan maksud yang tersembunyi, cari yang tersirat, tidak hanya yang tersurat.

Wednesday, December 28, 2005

Kajian 28 Desember 2005

Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaanNya) bagi orang-orang yang bertaqwa. QS Yunus 6.

Tuesday, December 27, 2005

Ketika Dosa Anda Sedalam Samudera

Nadirsyah Hosen

Pernahkah kita menghitung dosa yang kita lakukan dalam satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun bahkan sepanjang usia kita?

Andaikan saja kita bersedia menyediakan satu kotak kosong, lalu kita masukkan semua dosa-dosa yang kita lakukan, kira-kira apa yang terjadi? Saya menduga kuat bahwa kotak tersebut sudah tak berbentuk kotak lagi, karena tak mampu menaham muatan dosa kita.

Bukankah shalat kita masih "bolong-bolong"? Bukankah pernah kita tahan hak orang miskin yang ada di harta kita? Bukankah pernah kita kobarkan rasa dengki dan permusuhan kepada sesama muslim? Bukankah kita pernah melepitkan selembar amplop agar urusan kita lancar? Bukankah pernah kita terima uang tak jelas statusnya sehingga pendapatan kita berlipat ganda? Bukankah kita tak mau menolong saudara kita yg dalam kesulitan walaupun kita sanggup menolongnya?

Daftar ini akan menjadi sangat panjang...

Lalu, apa yang harus kita lakukan?

Allah berfirman dalam Surat az-Zumar [39]: 53 "Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Indah benar ayat ini, Allah menyapa kita dengan panggilan yang bernada teguran, namun tidak diikuti dengan kalimat yang berbau murka. Justru Allah mengingatkan kita untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah. Allah pun menjanjikan untuk mengampuni dosa-dosa kita.

Karena itu, kosongkanlah lagi kotak yang telah penuh tadi dengan taubat pada-Nya.Kita kembalikan kotak itu seperti keadaan semula, kita kembalikan jiwa kita ke pada jiwa yang fitri dan nazih.

Jika anda mempunyai onta yang lengkap dengan segala perabotannya, lalu tiba-tiba onta itu hilang. Bukankah anda sedih? Bagaimana kalau tiba-tiba onta itu datang kembali berjalan menuju anda lengkap dengan segala perbekalannya? Bukankah Anda akan bahagia? "Ketahuilah," kata Rasul, "Allah akan lebih senang lagi melihat hamba-Nya yang berlumuran dosa berjalan kembali menuju-Nya!"

Allah berfirman: "Dan kembalilahh kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (QS 39:54)

Seperti onta yang sesat jalan dan mungkin telah tenggelam di dasar samudera, mengapa kita tak berjalan kembali menuju Allah dan menangis di "kaki kebesaran-Nya" mengakui kesalahan kita dan memohon ampunNya...

Wahai Tuhan Yang Kasih Sayang-Nya lebih besar dari murka-Nya, Ampuni kami Ya Allah!

Kajian 27 Desember 2005

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. QS At Taubah 119.

Monday, December 26, 2005

Memvisualisasikan Tantangan

Ya ... seru juga judulnya ... tantangan dan visualisasi dijadikan 1 kalimat. Memvisualisasikan tantangan ... puiih ... biasanya jangankan divisualisasikan ... baru kedengaran aja samar-samar udah kabur hehehehe ...

Serius deh sekarang ... apa trik menghadapi tantangan? Menurut Lazarus di bukunya Staying Sane in a Crazy World ialah dengan memvisualisasikannya! Bukan lari tentunya hehehe ... Visualisasikan ... bayangkan ... gambarkan ... Ciptakan tantangan itu di kepala sedetil mungkin.

Mungkin contoh sederhana seorang pemimpin sebuah benteng mendapat kabar kalau musuh dengan kekuatan 10,000 orang lengkap dengan berbagai peralatan siap menyerang (jadi ingat Lord of the Ring deh jadinya .. :) ). Apa yang ia lakukan? Dia mencoba menggali sedetil mungkin kekuatan musuh, arah kedatangannya, cara kedatangannya, apa yang pertama musuh akan serang, memakai alat apa, siang atau malam dan seterusnya dan seterusnya. Ia akan membuat berbagai gambar, skenario, dan berbagai bentuk lainnya untuk memvisualisasikan ancaman itu. Visualisasikan sedetil mungkin ...

Dengan memvisualisasikan serinci dan selengkap mungkin, kita tahu persis tantangan yang kita hadapi. Sehingga kita bisa menyiapkan diri. Jadi kecil hati? Oh ... jangan dong. Sering kita merasa takut dahulu, bahkan jauh sebelum tantangan itu sampai.

Kita memang punya kecenderungan untuk takut akan apa yang akan terjadi. Jangan dong ... visualisasikan, siapkan diri, dan kebas jauh-jauh rasa takut itu ....


Bagaimana cara menghadapi tantangan? Lazarus menyatakan, visualisasikan! Bayangkan sedetil mungkin, siapkan semua persiapan yang mungkin, kuatkan diri menghadapi tantangan. lihat posting saya soal cara menghadapi tantangan

Visualisasikan, siapkan diri, kebas jauh-jauh rasa takut, dan berani!.

Kajian 26 Desember 2005

Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Dan sekali-kali tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah. QS At Taubah 116.

Tsunami

Hari ini tepat 1 tahun setelah bencana tsunami melanda saudara-saudara kita di Aceh. Bagi kita yang jauh dari bencana ini, waktu tiada terasa berlalu. Namun bagaimana dengan saudara-saudara kita yang terkena bencana ini?

Mari ... tetap teruskan bantuan kita (materi, do'a, semangat). Perjalanan masih panjang dari selesai ...

Thursday, December 22, 2005

Audio portable player: Creative vs iPOD

Kali ini 'pengembaraan' saya berujung pada pertarungan antara 2 raksasa di percaturan audio portable player. Creative adalah perusahaan lama yang sudah tahunan berkecimpung di dunia musik, terutama yang berhubungan dengan komputer. Sementara iPOD adalah anak emas Apple, yang sudah menjadi bagian dari lifestyle orang saat ini.

Sudah hampir 2 tahun saya ditemani oleh Creative Zen NX, MP3 player 20 GB. Suara bagus, bisa menyimpan ribuan lagu, dan umur battere yang lebih dari cukup. Penasaran dengan perkembangan yang ada, akhirnya saya memutuskan untuk meng-upgrade perangkat ini. Ternyata mencari iPOD 2nd susah! Banyak yang jual tapi rata-rata dengan harga yang tidak murah (menurut saya hehehe ...). Akhirnya saya memutuskan membeli produk Creative yang lain ... dan berhasil mendapatkan Zen Touch 20 GB dengan harga yang lumayan miring ...

Dasar penasaran, tetap saja si iPOD menggoda iman saya. Dan akhirnya kemarin saya berhasil mendapatkannya dengan harga yang cukup menggoda. iPOD 4G, 20 GB. Sekarang jadi bingung ... yang mana mau dilepas, si Zen Touch atau si 4G? :-P

Akhirnya saya putuskan untuk mengadu kedua produk ini, mana yang lebih bagus dan cocok di telinga saya. Sebagai lagu pertama untuk uji coba ini saya gunakan lagu dari Peter, Paul, and Marry berjudul Puff The Magic Dragon. Lagu lama, bahkan CDnya pun keluaran tahun 1970! Lagunya sederhana, hanya dengan gitar dan koor mereka bertiga. Namun demikian, lagunya bagus sekali ....

Tes pertama saya gunakan earphone Sennheiser MX500, earphone kelas pemula untuk penggemar audiophile. Dari hasil mendengarkan ini untuk nada-nada high iPOD bisa menghasilkan suara yang lebih natural. Dentingan gitar mendekati aslinya, sementara Zen agak 'kejepit'. Sebaliknya di nada rendah, bass yang dihasilkan Zen cukup pulen dan bulet sementara iPOD agak 'lepas' dan kendor. Nada mid/vokal? Kedengarannya sama, tapi sepertinya iPOD bisa menghasilkan imaging 3D dibandingkan Zen.

Tes kedua saya menggunakan sistem audio di rumah. Pre-amp tabung, ampli tabung, plus analog corrector/buffer sebelum pre-amp. Speaker Heybrook point five plus kabel interconnect Nordost dan Flatline untuk speaker. Hasilnya? Kurang lebih sama ....

Karena penasaran, saya coba pasang CD aslinya di CD Player saya, Marantz 5400. Hahaha ... kedua-duanya tewas dengan sukses ... :)

So, apa kesimpulannya? Secara garis besar kualitas keduanya sama. Perbedaan yang ada akan terdengar (samar) kalau anda mendengarkan dengan tekun. Jadi rekomendasi saya kalau mau cari value for money ambil Creative, tapi kalau mau cari lifestyle dan berani bayar ekstra, go with iPOD. Mau dapat kualitas suara yang bagus? Jangan maen beginian ... mending bikin sistem yang benar ... :)

Kajian 22 Desember 2005

Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang gaib? QS At Taubah 78.

Wednesday, December 21, 2005

Sepatu Si Bapak Tua

Arvan Pradiansyah

Seorang bapak tua pada suatu hari hendak bepergian naik bus kota. Saat menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Sayang, pintu tertutup dan bus segera berlari cepat. Bus ini hanya akan berhenti di halte berikutnya yang jaraknya cukup jauh sehingga ia tak dapat memungut sepatu yang terlepas tadi. Melihat kenyataan itu, si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya ke luar jendela.

Seorang pemuda yang duduk dalam bus tercengang, dan bertanya pada si bapak tua, ''Mengapa bapak melemparkan sepatu bapak yang sebelah juga?'' Bapak tua itu menjawab dengan tenang, ''Supaya siapa pun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya.''

Bapak tua dalam cerita di atas adalah contoh orang yang bebas dan merdeka. Ia telah berhasil melepaskan keterikatannya pada benda. Ia berbeda dengan kebanyakan orang yang mempertahankan sesuatu semata-mata karena ingin memilikinya, atau karena tidak ingin orang lain memilikinya.

Sikap mempertahankan sesuatu -- termasuk mempertahankan apa yang sudah tak bermanfaat lagi -- adalah akar dari ketamakan. Penyebab tamak adalah kecintaan yang berlebihan pada harta benda. Kecintaan ini melahirkan keterikatan. Kalau Anda sudah terikat dengan sesuatu, Anda akan mengidentifikasikan diri Anda dengan sesuatu itu. Anda bahkan dapat menyamakan kebahagiaan Anda dengan memiliki benda tersebut. Kalau demikian, Anda pasti sulit memberikan apapun yang Anda miliki karena hal itu bisa berarti kehilangan sebagian kebahagiaan Anda.

Kalau kita pikirkan lebih dalam lagi ketamakan sebenarnya berasal dari pikiran dan paradigma kita yang salah terhadap harta benda. Kita sering menganggap harta kita sebagai milik kita. Pikiran ini salah. Harta kita bukanlah milik kita. Ia hanyalah titipan dan amanah yang suatu ketika harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban kita adalah sejauh mana kita bisa menjaga dan memanfaatkannya.

Peran kita dalam hidup ini hanyalah menjadi media dan perantara. Semuanya adalah milik Tuhan dan suatu ketika akan kembali kepadaNya. Tuhan telah menitipkan banyak hal kepada kita: harta benda, kekayaan, pasangan hidup, anak-anak, dan sebagainya. Tugas kita adalah menjaga amanah ini dengan baik, termasuk meneruskan pada siapa saja yang membutuhkannya.

Paradigma yang terakhir ini akan membuat kita menyikapi masalah secara berbeda. Kalau biasanya Anda merasa terganggu begitu ada orang yang membutuhkan bantuan, sekarang Anda justru merasa bersyukur. Kenapa? Karena Anda melihat hal itu sebagai kesempatan untuk menjadi ''perpanjangan tangan'' Tuhan. Anda tak merasa terganggu karena tahu bahwa tugas Anda hanyalah meneruskan ''titipan'' Tuhan untuk membantu orang yang sedang kesulitan.

Cara berpikir seperti ini akan melahirkan hidup yang berkelimpahruahan dan penuh anugerah bagi kita dan lingkungan sekitar. Hidup seperti ini adalah hidup yang senantiasa bertambah dan tak pernah berkurang. Semua orang akan merasa menang, tak ada yang akan kalah. Alam semesta sebenarnya bekerja dengan konsep ini, semua unsur-unsurnya bersinergi, menghasilkan kemenangan bagi semua pihak.

Tapi, bukankah dalam proses memberi dan menerima ada pihak yang akan bertambah sementara pihak yang lain menjadi berkurang? Kalau Anda berpendapat demikian berarti Anda sudah teracuni konsep Zero Sum Game yang mengatakan kalau ada yang bertambah pasti ada yang berkurang, kalau ada yang untung pasti ada yang rugi, kalau ada yang menang pasti ada yang kalah. Padahal esensi hidup yang sebenarnya adalah menang-menang. Kalau kita memberi kepada orang lain, milik kita sendiri pun akan bertambah.

Bagaimana menjelaskan fenomena ini? Ambilah contoh kasus bapak tua tadi. Kalau ia tetap menahan sepatunya maka tak ada pihak yang dapat memanfaatkan sepatu tersebut. Kondisi ini adalah kalah-kalah (loose-loose). Sebaliknya dengan melemparkannya, sepatu ini akan bermanfaat bagi orang lain. Lalu apakah si bapak tua benar-benar kehilangan? Tidak. Ia memperoleh kenikmatan batin karena dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Betul, secara fisik ia kehilangan tetapi ia mendapatkan gantinya secara spiritual.

Perasaan inilah yang selalu akan Anda dapatkan ketika Anda membantu orang lain: menolong teman yang kesulitan, memberikan uang pada pengemis di jalan, dan sebagainya. Kita kehilangan secara fisik tapi kita mendapatkan ganti yang jauh lebih besar secara spiritual.

Sebagai penutup, ijinkanlah saya menuliskan seuntai puisi dari seorang bijak:

''Engkau tidak pernah memiliki sesuatu
Engkau hanya memegangnya sebentar
Kalau engkau tak dapat melepaskannya, engkau akan terbelenggu olehnya.
Apa saja hartamu, harta itu harus kau pegang dengan tanganmu seperti engkau menggenggam air.
Genggamlah erat-erat dan harta itu lepas. Akulah itu sebagai milikmu dan engkau mencemarkannya.
Lepaskanlah, dan semua itu menjadi milikmu selama-lamanya''.

Kajian 21 Desember 2005

Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhoan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. QS At Taubah 72.

Sakit

Setelah 'bertarung habis-habisan' selama sebulan ini mengejar tutup tahun, akhirnya Jum'at kemarin selesai tidak selesai pekerjaan dikumpulkan. Buku ditutup dan kelas boleh bubar (hehehe ... kaya' sekolah aja).

Lega rasanya ... tapi rupanya tubuh bicara lain. Badan yang selama sebulan ini bekerja ekstra keras mogok kerja dan minta istirahat. Badan mulai terasa tidak enak sejak hari Minggu dan akhirnya sampai Selasa sore kemarin tumbang dengan sukses.

Memang hebat siklus tubuh ini ... kalau tidak mungkin saya masih sibuk sana-sini. Alhamdulillah dengan begini akhirnya badan dan fikiran bisa istirahat dengan benar dan baik. Memang nggak enak .... siapa bilang sakit itu enak?

Anyway, alhamdulillah hari ini sudah bisa mulai beraktivitas kembali ... :)

Thursday, December 15, 2005

fastcompany

Beberapa hari yang lalu saya dipinjami majalah yang berjudul FastCompany (www. fastcompany.com). . Menurut teman saya majalah ini unik dan isinya macam-macam ....

Satu malam saya sempatkan menelusuri majalah ini. Majalahnya agak tipis, cover depan kertas agak tebal tapi kasar bukan yang licin (apa ya nama jenis kertas ini, kardus? :-P ) Buka halaman pertama, kesan pertama mengecewakan. Kenapa? Habis buka halaman pertama eh langsung ketemu iklan Microsoft hehehe ... :-P

Buka lagi beberapa halaman, terus terang nggak bisa nebak ini majalah apa. Iklannya macem2x meski porsi teknologi (mikocok, nortel, sprint dll) sekitar 60%. Tapi artikelnya kaya' nggak nyambung satu sama lain. Hmm .... Seperti intisari atau digest(?) kali ya melihat variasi isinya. Atau National Geographic penafsiran baru (penafsiran baru ... ada-ada saja)? Mungkin lebih untuk kaum urban atau new generation ....

Bolak-balik, variasi sekali isinya, disainnya eye caching ... Hmmm ada nggak ya majalah sejenis di Indonesia? Akhirnya ketemu brosurnya ... Design, innovation, leadership, strategy, marketing, technology, management, careers ... Boleh juga kombinasi serious and fun things ... 10 dollar setahun? Unbeatable price! (Langganan ngak?) Yang nggak ada mungkin sisi akhiratnya ... (Meringis dalam hati ... Mau ngarepin soal akhirat apa dari majalah US begini?)

Belum selesai bacanya tapi udah sempat melirik kolom inovasinya. Ada orang yang menciptakan semacam search engine kaya' Google tapi untuk saluran TV. Bedanya kalau google ngetik, ini pakai voice recognition. Hebat yak! Ada lagi yang menciptakan model peer-to-peer seperti Limewire dkk tapi ini untuk saluran televisi. Sehingga setiap orang bisa memproduksi dan menciptakan saluran televisi sendiri, tidak perlu tergantung pada para pemain saluran televisi seperti NBC, BBC, atau ABC (eh nggak ada ya ABC .. :-O ). Inovatif banget ....

Boleh lah ... menurut saya majalah ini layak dibaca. Atau minimal sering-sering mampir ke websitenya kali ya?

Kajian 15 Desember 2005

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS At Taubah 71.

Wednesday, December 14, 2005

Dan Umarpun menangis

Nadirsyah Hosen

Pernahkah anda membaca dalam riwayat akan Umar bin Khatab menangis? Umar bin Khatab terkenal gagah perkasa sehingga disegani lawan maupun kawan. Bahkan konon, dalam satu riwayat, Nabi menyebutkan kalau Syeitan pun amat segan dengan Umar sehingga kalau Umar lewat di suatu jalan, maka Syeitan pun menghindar lewat jalan yang lain. Terlepas dari kebenaran riwayat terakhir ini, yang jelas keperkasaan Umar sudah menjadi buah bibir di kalangan umat Islam. Karena itu kalau Umar sampai menangis tentulah itu menjadi peristiwa yang menakjubkan.

Mengapa "singa padang pasir" ini sampai menangis?

Umar pernah meminta izin menemui rasulullah. Ia mendapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar. Sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras. Aku ucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya. Aku tidak sanggup menahan tangisku.

Rasul yang mulia bertanya, "mengapa engkau menangis ya Umar?" Umar menjawab, "bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau, padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kisra dan kaisar duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera".

Nabi berkata, "mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga; sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang bepergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya."

Indah nian perumpamaan Nabi akan hubungan beliau dengan dunia ini. Dunia ini hanyalah tempat pemberhentian sementara; hanyalah tempat berteduh sejenak, untuk kemudian kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya.

Ketika anda pergi ke Belanda, biasanya pesawat akan transit di Singapura. Atau anda pulang dari Saudi Arabia, biasanya pesawat anda mampir sejenak di Abu Dhabi. Anggap saja tempat transit itu, Singapura dan Abu Dhabi, merupakan dunia ini. Apakah ketika transit anda akan habiskan segala perbekalan anda? Apakah anda akan selamanya tinggal di tempat transit itu?

Ketika anda sibuk shopping ternyata pesawat telah memanggil anda untuk segera meneruskan perjalanan anda. Ketika anda sedang terlena dan sibuk dengan dunia ini, tiba-tiba Allah memanggil anda pulang kembali ke sisi-Nya. Perbekalan anda sudah habis, tangan anda penuh dengan bungkusan dosa anda, lalu apa yang akan anda bawa nanti di padang Mahsyar.

Sisakan kesenangan anda di dunia ini untuk bekal anda di akherat. Dalam tujuh hari seminggu, mengapa tak anda tahan segala nafsu, rasa lapar dan rasa haus paling tidak dua hari dalam seminggu. Lakukan ibadah puasa senin-kamis. Dalam dua puluh empat jam sehari, mengapa tak anda sisakan waktu barang satu-dua jam untuk sholat dan membaca al-Qur'an. Delapan jam waktu tidur kita....mengapa tak kita buang 15 menit saja untuk sholat tahajud.

"Celupkan tanganmu ke dalam lautan," saran Nabi ketika ada sahabat yang bertanya tentang perbedaan dunia dan akherat, "air yang ada di jarimu itulah dunia, sedangkan sisanya adalah akherat"

Bersiaplah, untuk menyelam di "lautan akherat". Siapa tahu Allah sebentar lagi akan memanggil kita,dan bila saat panggilan itu tiba, jangankan untuk beribadah, menangis pun kita tak akan punya waktu lagi.

Kajian 14 Desember 2005

Jikalau mereka sungguh-sungguh ridho dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka dan berkata, "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebagian dari karuniaNya dan demikian (pula) RasulNya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik baik bagi mereka). QS At Taubah 59.

Tuesday, December 13, 2005

Kajian 13 Desember 2005

Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal". QS At Taubah 51.

Surat Cinta Seorang Guru

Hati saya miris ketika membaca Wapres Jusuf Kalla sempat marah-marah menanggapi puisi tentang guru. Pak Kalla, saya cuma seorang anak di negeri ini, tapi ketahuilah wahai pak wapres, seorang pemimpin itu bukan saja dituntut untuk mengelola sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan bersama, tapi lebih dari itu untuk mampu bersimpati dan berempati pada orang-orang yang dipimpinnya. Saya baca kalau pak Kalla adalah pengusaha yang sukses ... tapi pak, memimpin manusia berbeda dengan memimpin mesin atau binatang. Pimpinlah dengan hati pak ... buka hati itu .. berikan simpati dan empati ....

Surat Cinta Seorang Guru
Kompas, 12 Desember 2005
Budiono *Guru Sejarah di SMA Negeri 21 Bandung dan SMA Taman Siswa Bandung

Anak-anakku, jika hari-hari ini kebersamaan kita terganggu, bukan karena kami melalaikanmu. Kami tahu seberapa besar harapan dan asa kalian untuk meraih gemilangnya masa depan.

Kami juga tahu seberapa tinggi cita-cita yang kau gantungkan setelah dewasa nanti, seberapa ingin kau menjadi manusia mandiri yang tidak merepotkan orangtua, memberi sebanyak-banyaknya manfaat buat orang lain. Berguna bagi agama dan bangsa ini. Semua kemuliaan itu, kau pancang tinggi-tinggi bersama kami.

Kami bahagia mengemban tugas mulia ini. Jangan ragu anak- anakku, seperti kata Ki Hadjar Dewantara ing ngarso sung tulodo; ing madya mangun karso; tut wuri handayani kami selalu ada di depanmu untuk memberi contoh, di sampingmu untuk membimbing atau berada di belakangmu untuk memberikan dorongan. Kami selalu siap bersamamu, karena itu sudah menjadi panggilan jiwa dan kewajiban kami.

Kamu saksikan banyak temanmu sebelumnya yang telah menjadi tukang insinyur, dokter, hakim, pengusaha, menteri, bahkan presiden, yang telah berhasil dan sukses karena bimbingan kami. Kalau kami sebutkan demikian bukan karena ingin dipuji, apalagi diberi penghargaan, sesuatu yang memang sulit kami dapatkan, tetapi sebagai hal yang akan kami simpan dalam hati, yang selalu kami banggakan, yang selalu kami syukuri. Betapa kami bahagia melihat kalian sukses. Betapa besar rasa syukur kami ketika jerih payah kami tidak sia-sia.

Guru juga manusia
Akan tetapi, mohon maaf jika kebersamaan kita akhir-akhir ini agak berubah atau mungkin perubahan terasa sangat drastis, jika terlihat lain tidak seperti biasa. Akhirnya kami harus mengakui keterbatasan ini. Kami harus memikirkan kepentingan lain.

Guru juga manusia. Kami harus memperjuangkan hak-hak kami setelah 60 tahun kami membimbing kalian, setelah sekian lama kami mengabdi. Tentu saja kepada negara ini, yang sekarang dipimpin oleh orang- orang yang sebelumnya kami bimbing. Entah mereka mengakuinya atau tidak, yang jelas mereka kurang memerhatikan nasib kami.

Ternyata makin hari hidup kami bukannya makin baik, bukan makin sejahtera, malah makin susah. Ketika taraf hidup negara ini makin tinggi, pendapatan kami tidak berubah. Ketika harga-harga membubung tinggi sampai ke langit, kami masih berpijak di bumi dengan kaki yang menempel di tanah. Penghasilan kami tidak juga bertambah. Apalah artinya kenaikan gaji yang sedikit dibandingkan dengan melambungnya harga-harga?

Akhirnya, lama-lama kalian akan tahu masalah kami. Besok atau lusa kalian akan tahu kegundahan kami, betapa kami di tekan oleh masalah dapur, masalah perut. Masalah bagaimana mempunyai rumah yang layak karena rumah yang tetap adalah impian kami setelah selama ini hanya mampu kos atau mengontrak rumah bersama-sama dengan teman seprofesi. Masalah bagaimana memiliki kendaraan untuk memudahkan kami bertugas setelah selama ini hanya memakai sepeda, memakai kendaraan umum atau berjalan kaki. Masalah bagaimana mencukupi kebutuhan rumah tangga, yang sebagian kami penuhi dengan cara mencicil, kredit sana- sini, memberi makan anak istri, bagaimana mengobati anak istri yang sakit. Dan segudang masalah yang harus kami penuhi dengan gaji alakadarnya.

Teman-teman kami bahkan banyak yang hidupnya lebih parah dibandingkan kami. Di pelosok desa terpencil, di kampung-kampung yang jauh dari kemajuan teknologi, bahkan banyak yang melaksanakan tugas tanpa perhatian sama sekali.

The show must go on, kami harus terus melaksanakan tugas ini. Karena, bagaimanapun juga keadaan, apa pun yang terjadi, hati kami tidak tega meninggalkan kalian begitu saja. Tidak mungkin kami melalaikan kalian. Itu tidak mungkin.

Membimbing kalian sudah panggilan jiwa. Mengajar kalian adalah kepuasan batin kami. Tapi, dengan berbagai permasalahan yang kami hadapi, kalian saksikan berbagai kepincangan yang semestinya tidak terjadi.

Kami akhirnya mencari cara lain untuk mencukupi kebutuhan dengan menaikkan biaya sekolah, padahal kalian juga banyak yang miskin, tidak mampu. Juga dengan menjual buku-buku pelajaran, menjual LKS, memberi tugas tambahan yang ujung-ujungnya membebani kalian dalam masalah keuangan.

Sebagian dari kami melakukannya dengan usaha sambilan lain, mengajar di beberapa sekolah. Bayangkan bagaimana kami bisa mengajar dengan maksimal kalau tenaga kami sudah habis di jalan. Sebagian dari kami ada yang menjadi tukang ojek, tukang becak atau tukang parkir pada malam hari untuk mencari tambahan sesuap nasi.

Sebagian dari kami datang ke sekolah untuk mengajar sambil berdagang ini-itu. Malu sudah nomor sekian. Kalian boleh tanya ke bank, berapa banyak SK PNS kami yang dijadikan jaminan untuk berutang? Jumlahnya sangat banyak ribuan!

Itu semua karena ketidakmampuan kami untuk memenuhi kebutuhan kami secara tunai. Jangan tanya bagaimana nasib teman-teman kami yang belum diangkat sebagai PNS. Ada teman-teman kami yang sebulan mendapat gaji tidak lebih dari seratus ribuan, lebih rendah dari gaji kuli sekalipun.

Bukan sombong kalau kami merasa lebih baik daripada saudara-saudara kami yang bekerja sebagai buruh pabrik, kuli, atau pegawai serabutan lainnya. Hal itu jelas dari tingkat pendidikan yang rata-rata sudah sarjana, paling tidak diploma dengan Akta IV atau minimal lulusan SMA. Akan tetapi, rasa-rasanya, kehidupan kami tidak jauh berbeda dengan mereka. Pikiran kami seperti kaum intelek, tetapi kerja kayak kuli. Sama-sama susah. Hal ini malah lebih memilukan kami.

Hari-hari ini kami dengar katanya pemerintah akan mengeluarkan UU Guru yang akan memberi sedikit pencerahan kepada nasib kami. Melalui UU itu nasib guru akan dilindungi, akan lebih diperhatikan, walau tentu tidak akan seperti teman-teman kami yang berbeda profesi.

Ditegur Wapres
Beberapa hari yang lalu, ketika Wapres bertemu dengan kami dalam peringatan Hari Guru se-Indonesia di Solo, kami ditegur karena membacakan puisi. Kalau dengan berpuisi ditegur, harus dengan apalagi menyampaikan aspirasi kami. Berkaitan dengan bangunan sekolah seperti kandang ayam, kalian tahu sendiri banyak sekolah yang bahkan bangunannya hampir runtuh, banyak sekolah yang beratapkan langit dan beralaskan tanah.

Hari-hari ini terasa panjang dan melelahkan. Itu memang karena penantian kami yang cukup lama dan sekarang menunggu realisasi janji pemerintah berkaitan dengan pengesahan RUU Guru (dan Dosen).

Seperti halnya saudara-saudara kami kaum buruh yang sering berdemo menuntut perbaikan nasib, menuntut kenaikan gaji, teman-teman kami pun banyak yang sudah mulai kehilangan kesabarannya, mulai mengadakan demo dan aksi-aksi lainnya. Semoga itu tidak terjadi dan dengan cepat dicermati oleh pemerintah.

Semoga saja surat ini tidak saja terbaca oleh kalian, murid-muridku, tapi juga terbaca oleh pemerintah. Kalau tidak, tolong sampaikan olehmu. Kalau dengan surat ini pun kami ditegur, harus dengan cara apalagi kami sampaikan harapan kami. Ini adalah surat cinta di tengah impitan penderitaan kami.

Satu waktu nanti kalian akan jadi pengganti kami, akan jadi dokter, insinyur, ahli hukum, ekonomi, atau pejabat pemerintah, menteri, bahkan presiden sekalipun. Ingat pesan kami, bekerjalah profesional, disiplin, dan jujur. Jangan hancurkan negara ini dengan ketamakan, mementingkan diri sendiri atau partai kalian. Perhatikan rakyat kecil, dengarkan jerit tangis mereka. Juga, jangan lupakan nasib kami: gurumu....

Statistik!

Hari ini alhamdulillah jumlah hits telah menembus 4,000 dengan jumlah posting 264 buah. Artinya rata-rata perhari hitsnya sekitar 21 sementara posting 1.3 buah/hari. Alhamdulillah ... memang banyak sekali guna blog ini .. :)

Monday, December 12, 2005

Self fullfiling prophecy

Kita sering dengar istilah ini. Maksudnya kurang lebih apa-apa yang kita angankan/bayangkan sering kali menjadi kenyataan. Kalau kita membayangkan dunia ini muram, ya dunia ini akan jadi muram. Kalau kita bayangkan suasana pertengkaran di rumah/kantor, biasanya kita akan berakhir dengan pertengkaran. Begitu juga sebaliknya kalau kita senantiasa membayangkan hidup ini indah, biasanya tantangan jadi sederhana. Kalau kita membayangkan suasana kantor yang penuh semangat, kita akan semangat menghadapinya.

Hati-hati dengan angan-angan kita. Karena secara tidak sadar alam bawah sadar kita akan mendorong kita untuk mewujudkan angan-angan ini. Diri kita akan berusaha memenuhi angan-angan itu ... self fullfilling prophecy.

Arnold dan Clifford (bapak anak) Lazarus dalam bukunya berjudul Staying Sane in a Crazy World menulis satu artikel khusus soal ini. Menurutnya, secara tidak sadar kita suka 'mengobrol' dengan diri kita sendiri. Ini biasa dan wajar dilakukan oleh manusia.

Namun ada satu hal yang harus kita waspadai. Menurut Lazarus, kita punya kecenderungan dalam proses 'ngobrol' ini kita menghakimi diri sendiri. Kamu bodoh, kamu nggak bisa, percuma ... pasti gagal, dan seterusnya. Kalau ini dilakukan terus-menerus maka perlahan-lahan kata-kata itu akan terekam dalam otak dan pikiran kita dan akhirnya sesuai dengan prinsip self fullfilling prophecy kita akan menjadi seseorang itu ....

So, bagaimana mengatasinya? Memang kata Lazarus, kegagalan, kekurangan bisa menimbulkan kekecewaan. Namun kita tidak boleh larut pada itu. Yang justru kita harus lakukan adalah berfokus pada lesson learnt dari apa yang terjadi dan berhenti menyalahkan diri. Dan yang lebih penting adalah berhenti 'ngobrol' dengan diri sendiri dengan kata-kata yang negatif.

Kata Lazarus katakan pada diri sendiri apa yang anda ingin orang lain katakan pada anda. Anda tentu ingin orang berkata pada anda, "Anda hebat, anda memukau, luar biasa ... anda memang ulet, cekatan, dan rajin ..." Nah, mulailah dengan mengatakan semua itu pada diri anda sendiri ... :)

CD Peppi Kamadhatu 2005

Ngereview lagi nih ... habis dapet pinjeman CD lagi :). Enak juga ya dipikir-pikir ... dapat pinjaman buku, CD, majalah ... udah gratis dapat bahan untuk tulisan di blog ... :-P



foto courtesy of Sangaji Recording


Udah lama lihat CD ini di toko-toko CD, tapi selalu ragu untuk membeli. Maklum harga mahal, sementara kualitas tidak tahu. Memang sih keluaran Sangaji ... tapi terus terang belum pernah juga punya CD rekaman Sangaji, jadi nggak tahu kualitasnya ... :)

Begitu dapat dari teman, sore ini langsung saya pasang di rumah. Kaget juga, kualitas rekamannya bagus! Suasana live sangat terasa. Ketukan piano, betotan bas, sampai suara Peppi hidup, hangat, dan terasa 'dekat'. Memang gaya bernyanyi Peppi adalah gaya penyanyi jazz standar. Rada-rada nyasar hehehe .... (teman saya yang punya sampe 'pusing' dengernya). Tapi justru disitu nikmatnya mendengarkan lagu jazz ... kita 'membiarkan' sang penyanyi (atau pemusik) berkreasi meninggalkan not-not balok yang seharusnya dan pergi 1/2 nada atau malah lebih jauh lagi .... memang kalau biasa dengar lagu pop, sukma kita (ceile ...) akan cenderung protes dan berguman, "wah .. kok nyanyi meleset 1/2 nada begitu ... kan sumbang banget jadinya ..." Tapi itulah gaya penyanyi jazz ... coba nikmati saja dan biarkan diri kita terseret ke penjelajahan nada-nada musik ....

Balik ke CD ini, saya rekomendasikan untuk didengar. Tentunya telinga musti siap dan sebaiknya perangkat audionya mendukung sehingga suasana livenya akan 'tergambar' dengan baik. Yang jelas tadi saya mendengarkan CD ini sudah seperti duduk di lounge hotel malam hari, santai menikmati suasana ...

Kajian 12 Desember 2005

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik jika kamu mengetahui. QS At Taubah 41.

Sunday, December 11, 2005

Pemimpin Visioner untuk Dobrak Mental Pecundang

Artikel menarik dari Kompas Sabtu 10 Desember 2005. Tulisan yang padat, jelas, dan lugas ...

Pemimpin Visioner untuk Dobrak Mental Pecundang
Sumber Kompas

Bukan hanya di ajang olahraga, mental kalah dan karakter inferior juga menjangkiti berbagai aspek kehidupan lain bangsa ini.
Meski kiprah anak-anak kita di ajang bergengsi seperti Olimpiade matematika, fisika atau biologi sudah tak terhitung jumlahnya, dan bibit-bibit unggul bertebaran di seantero negeri, bangsa yang semakin tercabik-cabik oleh krisis tahun 1998 itu seperti sulit untuk lepas dari mental bangsa yang kalah. Berikut petikan wawancara dengan pakar manajemen perubahan, Rhenald Kasali.

Anda berpendapat kemampuan seorang pemimpin diukur dari kemampuannya mengantisipasi perubahan dan menjadikan perubahan itu sebagai potensi. Bagaimana dengan para pemimpin negeri ini? Saat ini banyak kebijakan pemerintah yang sifatnya hanya reaktif dan tidak ada visi jangka panjang?

Kita hidup di masa transisi. Eranya sudah berbeda sama sekali. Sebagian besar pemimpin kita, termasuk para pejabat, berusia 50-an. Orang muda di pemerintahan tidak banyak. Sebagian besar dari kita masih terperangkap dalam cara berpikir masa lalu.

Cara berpikir masa lalu pada zaman Soeharto adalah cara berpikir dalam lingkungan yang stabil, tidak ada gejolak, semua lebih bisa diprediksi. Dalam lingkungan stabil itu pejabat yang dilantik hampir selalu mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan dan ia akan meneruskan apa yang sudah dirintis oleh pendahulunya. Jadi mereka tidak menciptakan perubahan, hanya meneruskan.

Dunia saat itu juga bisa damai karena berada dalam era perang dingin. Masing-masing mengancam, tetapi menahan diri, jadi stabil. Teknologi juga revolusi industri, semua dikerjakan mesin saja. Begitu masuk era informasi, jarak mati, uang digital, informasi seketika ke mana-mana, tempat tidak mengandung makna lagi, selalu timbul gejolak.

Ada orang dibunuh di Poso, seketika seluruh Indonesia tahu, ada gosip selebriti diperlakukan tidak layak oleh suami, timbul simpati seluruh ibu-ibu di Indonesia. Perasaan bergejolak cepat. Produk dengan cepat bergeser. Jika informasi tidak ditangani dengan baik, kekayaan dengan cepat bisa hilang begitu saja,

Dalam situasi seperti itu dibutuhkan orang-orang yang bisa menciptakan masa depan dengan impian, bukan dengan fakta. Karena fakta belaka enggak bisa dipegang, harus bisa melihat ke depan.

Orang-orang seperti itu, yang oleh Jaya Suprana, disebut orang- orang yang keliru, karena dianggap aneh, tidak mengacu pada masa lalu, tetapi meng-create sesuatu yang baru. Karena, dalam situasi seperti itu product life cycle jadi pendek.

Dalam lingkungan yang stabil, desain organisasi hierarkis, rules-nya birokratik. Dalam lingkungan yang tidak stabil, tidak bisa lagi pakai hierarki, harus team work, harus ke samping. Tidak bisa pakai rules birokratik. Kontrol bukan lagi dengan absensi, angka kepatuhan, tetapi dengan result, hasil.

Anggaran juga masalah, sekarang ini anggaran satu tahun tidak bisa diubah, kecuali dengan kesepakatan DPR. Bagaimana pejabat baru dilantik harus bekerja dengan anggaran yang disusun oleh pejabat sebelumnya karena tidak bisa diubah, padahal visinya sudah tidak sama. Mekanisme anggaran selama ini juga belum pro-bisnis.

Tahun 2006 akan menjadi ujian sebenarnya bagi para pemimpin kita, karena pada tahun ini anggaran disusun sendiri dengan visi mereka, dieksekusi sendiri, dan departemen keuangan sudah me-reform mekanisme pembayaran.

Banyak pengamat melihat hancurnya karakter bangsa dimulai sejak era Soeharto. Setelah beberapa kali pergantian rezim, kondisi juga belum banyak berubah. Apakah era Soeharto menimbulkan kerusakan permanen pada karakter bangsa yang tidak mampu mengantisipasi perubahan?

Tidak adil juga menumpahkan seluruh kesalahan pada Soeharto. Kita semua salah. Soeharto berpikir begitu karena ia dibesarkan pada zaman seperti itu. Kita akan dipersalahkan lebih besar lagi karena kita tidak segera merespons pada zaman yang berbeda.

Soeharto itu melewati dua zaman yang berbeda. Satu di zaman dia, satu di zaman orang lain yang seharusnya dia sudah enggak ada di situ. Dipersalahkan ketika dia masih berkuasa di zamannya orang lain.

Kita dipersalahkan kalau setelah era 1998 kita masih menggunakan cara berpikir era sebelumnya, hanya bisa mencaci maki, berorientasi ke masa lalu, mengharapkan stabilitas, baru bisa kerja.

Kenapa investor enggak datang, dikatakan karena enggak stabil kondisi politiknya. Padahal sekarang ini di mana-mana kondisinya seperti itu. Amerika Serikat (AS) sendiri enggak stabil, pasar uangnya goncang, naik turun. Jadi gejolak itu tidak bisa dijadikan alasan. Harapan ada pada orang-orang muda yang mau berbuat, result-oriented, diberi otonomi dan keluasan ruang gerak oleh atasannya.

Di Costa Rica, presidennya bisa jadi lokomotif perubahan. Di Indonesia, yang masalahnya lebih kompleks pasca-Soeharto, apakah belum kelihatan pemimpin yang visioner?

Rumus perubahan itu ada tiga, tidak cukup hanya satu. Pertama, harus ada rasa tidak puas. Di Indonesia rasa tidak puas itu sudah meluas di mana-mana. Kedua, ada pemimpin yang visioner, dan harus dilengkapi oleh yang ketiga, yakni proses yang jelas. Proses yang jelas ini tidak sepenuhnya di tangan pemimpin, tetapi di tangan orang-orang pada layer kedua dan ketiga untuk menerjemahkan visi.

Renstra (rencana dan strategi pembangunan—Red) misalnya, diciptakan oleh eselon satu dan dua. Visi tanpa rencana yang jelas cuma tinggal impian. Itu kelemahan orang kita. Kebanyakan cuma wacana, selalu bilang ”nanti”, padahal ”nanti” itu sudah jadi ”sekarang”. Akhirnya yang bikinin rencana itu konsultan-konsultan asing, padahal harusnya kita yang bikin.

Setelah masalah perencanaan, pelaksanaannya juga tidak bisa lagi menggunakan rule and procedure di masa lalu yang birokratik itu. Kalau pola birokratik dulu, kita memberhentikan orang saja enggak berani.

Kata Yohannes Surya, bibit unggul secara intelektual itu ada di mana-mana, bahkan sampai pelosok-pelosok daerah. Tetapi kenapa tidak juga muncul budaya unggul bangsa?

Ada dua masalah besar, materialisme dan budaya mitos. Kalau kita cari orang pintar di Indonesia, termasuk yang pintar meniru, itu banyak. Tetapi masalahnya bukan cuma perlu pintar, tetapi juga wise, berkemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Plato bilang, anyone can become angry, that’s easy. But to become angry to the right person, for the right reason, at the right time and at the right degree, that’s not easy.

Jadi banyak orang pinter tidak bisa mengelola spiritnya dengan baik. Entah dia minder, dalam perkuliahan, misalnya, terasa sekali, enggak berani ngomong. Begitu temen-nya ngomong, diledekin, dibilang kutu buku, justru dipandang jelek.

Masyarakat kita tidak berorientasi pada karakter. Pendidikan di AS dari awal menekankan pada pentingnya karakter, bukan bertujuan untuk bikin orang jadi pinter. Kalau diadu sama Indonesia bisa saja kalah, tetapi inovatornya orang Amerika.

Di sini bekerja dengan karakter tidak penting, yang penting adalah materi yang didapat. Kalau anak perempuan kita membawa temen laki-lakinya, yang ditanyakan pertama kali pasti apa pekerjaan bapaknya. Koruptor yang di media massa dibahas habis korupsinya, di bandara disambut di VIP lounge dan disalami banyak orang. Kita pun hanyut dalam situasi seperti itu.

Di Indonesia orang kaya dianggap segala-galanya. Orang kaya yang baik hati bisa ngasih proyek, jadi harus didekati. Perbankan saat itu juga membuat orang dianggap tidak bonafide kalau tidak berutang.

Revolusi industri yang mengedepankan materialisme memang terjadi di mana-mana, tetapi di Indonesia kesenjangan pendapatan terlalu besar sehingga terjadi demonstration effect. Di negara maju policy-nya adalah middle class, yang berada di bawah di-create agar menjadi middle class sehingga gap yang kaya dan yang tidak, tak kelihatan.

Bill Gate atau Michael Porter mobilnya cuma Altis, tidak terlalu mahal, mereka sopir sendiri. Malaysia perhatiannya juga pada middle class. Kalau miskin, disubsidi. Pendidikan gratis. Kalau sakit, rumah sakitnya sama antara yang miskin dan yang menengah ke atas. Kalau di Indonesia, bawa tas bermerek saja kelihatan beda sekali.

Sebagai Kepala BPEN, bagaimana pandangan Anda tentang pengusaha dan ekspor kita yang semakin kehilangan pamor di pasar global, sementara pasar domestik semakin dikuasai produk impor. Kita bangga pada hal-hal yang berbau asing dan malu pada yang berbau lokal. Kenapa budaya inferior tumbuh begitu subur?

Pertama, materialisme. Dan kedua, mitos. Orang-orang kita bukan berpegang pada data, tetapi pada mitos. Saya cari pengusaha untuk diajakin pameran ke China secara gratis, cuma ganti tiket pesawat saja susahnya bukan main. Mereka takut barangnya enggak laku.

Di kepala mereka, China itu menang dalam segalanya, sehingga berhadapan dengan China, mereka kalah sebelum bertempur. Mereka justru heran ketika dapat order dan barangnya laku.

Thailand itu tidak percaya dengan mitos bahwa China unggul dalam segalanya. Thailand masuk dengan duren, hanya jualan duren saja di China dapat lima juta dollar AS. Padahal duren kita yang lebih enak cuma terbatas dijual di Sumatera saja, enggak ke mana-mana.

Mitos ini juga dilawan seorang penemu sejenis teh yang bisa digunakan untuk obat diabetes di Medan. Ketika dia akan pameran di China, diketawain, kok mau jual obat di negeri obat. Dia lawan mitos itu. Nyatanya jamu itu memang laku di China.

Penting sekali kita mengajari orang untuk keluar dari hantu cekik, kolor hijau, dan sebagainya. Kalau kita enggak mau kesasar, kita enggak akan pernah nemu jalan baru.

Negara-negara maju itu jual citra, termasuk Malaysia dan Thailand pun bisa jual citra di sini. Petronas Malaysia, restoran Thailand. Sebaliknya, kita tidak membangun citra, yang dibangun adalah citra murah yang lekat dengan kualitas rendah. Pricing produk dan jasa kita selalu kita taruh di bawah produk asing.

Lembaga pendidikan kita dinilai gagal mencetak SDM unggul. Perlu perombakan kurikulum?

Pertama, jelas guru kita digaji rendah, sehingga mereka tidak meng-up grade diri, juga tidak menarik bagi orang-orang yang berkualitas tinggi untuk jadi guru. Kalaupun dia berkualitas tinggi, harga dirinya rendah, karena enggak punya duit untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Dia naik motor, sementara muridnya naik mobil.

Selain itu, ada tradisi kurikulum yang kurang baik. Guru menyuruh murid membaca lagi setelah diajari. Guru tidak pernah terbiasa dengan silabus, silabus baru dipakai di universitas. Di pendidikan dasar, guru datang untuk nyuapi ilmu, murid mendengarkan dengan sikap rapi. Murid tidak diajak bicara dan mengungkapkan pikirannya.

Di Barat, guru datang, nanya ke murid apa yang sudah dipelajari seperti ditentukan silabus. Akibatnya, murid-murid di sini pinter, tetapi enggak bisa mengungkapkan pendapat, baik dengan bicara maupun menulis. Tidak ada self confidence. Sama guru tidak berani berdebat.

Kemudian, instrumen nilai. Di negara-negara yang pendidikannya maju, nilai bukan dipakai untuk mengukur kecerdasan seseorang, tetapi memberikan apresiasi pada seseorang, mendorong, meng-encourage siswa untuk belajar.

Stimulus apa yang dibutuhkan agar perubahan bisa terjadi?

Steven Covey muncul di daerah pemilihan Bill Clinton saat Clinton akan jadi presiden. Ketika itu semua orang di AS sedang hopeless, kalah bersaing, situasi yang mirip dengan kita sekarang. AS bisa keluar dari situasi itu, apakah Bill Clinton yang memimpin perubahan itu? Dia pakai Covey sebagai pembangkit inspirasi.

Negara dan masyarakat perlu memberi ruang bagi pribadi-pribadi yang inspiring ini, antara lain melalui media massa. Acara di TV yang saya desain untuk memberi inspirasi digeser mula-mula dengan lawakan, kemudian dengan cerita tentang setan.

Lemhanas sebenarnya bisa dipakai untuk menghasilkan pribadi-pribadi yang inspiring. Pemerintah juga perlu membuat statement untuk mengubah metode pengajaran. Training for the trainers. Kita pernah bikin penataran P4, mengapa enggak bikin lembaga pelatihan guru. Program pra-jabatan juga perlu di-review kembali, banyak materi-materi tidak perlu yang justru diberikan.

Dibutuhkan anggaran untuk membangun metode pengajaran yang baru. Di UI (Universitas Indonesia—Red), kami buat student centered-learning. Perlu diberi insentif untuk ikut training ini. Selama ini training justru diikuti oleh orang-orang yang menganggur.

Bagaimana pengalaman di negara-negara lain menciptakan budaya unggul?

Interaksi sejumlah faktor. Yang pertama etos kerja, saya ketemu seseorang di Jepang yang meneruskan bisnis usaha orangtuanya, padahal dia sudah sukses jadi bankir. Kata dia, karena ada kepercayaan kalau meneruskan usaha orangtua dapat pahala delapan kali lipat.

Itu mitos yang ditanamkan dari generasi ke generasi, jadi mitos yang ada di sana tentang sikap positif seperti itu. Kalau di Indonesia mitos yang ditanamkan tentang kalau pindah rumah harus bawa tanah, jangan duduk di depan pintu nanti kemasukan setan, dan seterusnya.

Kedua, sikap keterbukaan yang menumbuhkan semangat persaingan yang sehat. Di AS, pengusaha-pengusaha yang sukses pendatang dari berbagai etnik. Malaysia juga berhasil. Di sini, bisakah bukan orang asli setempat jadi bupati?

Berikutnya, ada gerakan pembaruan yang dipimpin oleh pemimpin-pemimpin visioner. Korsel punya Park Chung-hee, Singapura ada Lee Kuan Yew, Malaysia ada Mahathir. AS pun ketika itu bangkit karena ada Bill Clinton yang pro-bisnis. (Nur Hidayati/ Sri Hartati Samhadi)

Saturday, December 10, 2005

Hobi

Apa hobi anda? Macem-macem tentunya. Dari yang biasa-biasa seperti membaca, olahraga, makan, sampai yang aneh-aneh hehehe ... kalau mengutip petuah Jeffry J Fox di bukunya How to become CEO kita harus punya hobi baru setiap tahun, Add One Big New Thing to Your Life Each Year. Bisa berkebun, ambil kursus bahasa Mexico, belajar kaligrafi .... one big new thing ... every year. Kenapa? Menurutnya ini untuk membuka wawasan dan memperluas rasa tahu kita.

Sejak kamera digital muncul di cakrawala saya senang mengambil foto. Praktis, murah, dapat bisa langsung dilihat di komputer. Sayang sampai sekarang ini kesenangan ini belum saya tekuni dengan serius. Kalau lihat hasil foto orang lain, kepingin juga seperti itu. Tapi melihat cara mereka mengambil foto, mendengar mereka mendiskusikan cara memfoto, trik-triknya ... weleh ... nggak bisa point and shoot aja ya? :-P

Foto di bawah ini adalah hasil karya teman saya. Menurut saya indah sekali. Dari segi isinya saja kita lihat kombinasi orang yang menunggang kuda, debu yang beterbangan, tanah yang coklat, berpadu dengan tiang-tiang listrik yang menjulang tinggi, dan berkombinasi dengan langit yang biru bersih ... luar biasa komposisinya. Cakrawala yang datar ... jalan mobil di latar belakang tanpa ada mobil yang melintas. Yang paling saya terkesan adalah kepulan debu ... bagus yakh ...



Bagus sekali ... cuma kalau saya disuruh bikin fotonya, ogah ah ... repot. Mending terima jadi aja hehehe ....

Thursday, December 08, 2005

Lighthouse Family

Seorang teman saya berbaik hati meminjamkan CD dari pemusik di atas. Bagus katanya! Jelas jadi penasaran ... :)

Begitu dipasang, suara empuk sang penyanyi dengan iringan musik berirama santai langsung mengalir mengisi ruangan. Terus terang, jadi ingat waktu SMA dulu hehehe ... musik jazz tunes tahun 90-an! Kool and the Gang, Heatwave, Dary Hall & John Oates, serta Earth, Wind & Fire langsung membayang di mata. Gaya jazz santai yang cocok untuk berdansa (kali ya .... maklum waktu itu gue anak rock!)

Musiknya memang enak untuk didengar. Cuma lama-lama kok jadi bosen ... mungkin karena iramanya itu-itu saja. Tidak seperti Genesis misalnya yang musiknya bisa mencelat entah kemana atau Jethro Tull dengan tiupan flutenya yang bisa bikin kita mendadak ada di rimba belantara entah di mana ...

Lagu demi lagu mengalir. Ya ... tepat, enak untuk sekedar lewat atau menemani berdansa, tapi bukan untuk dicerna serius. Dari grup di atas kali paling mirip sama Heatwave kali ya ... ada yang nggak tahu All I am nya Heatwave? Itu lagu beken banget tahun 90-an ...

Anyway, setelah dengar beberapa lagu, saya paling suka High Lost in Space. Setelah itu rasanya cukup dulu lah. Balik lagi cari yang lebih enteng seperti lagu-lagu popnya Rossa atau sekalian Diana Krall atau denger Jazz standar yang kualitas rekamannya ciamik punya. Tentu perlu diselingi sama Marillion, Bon Jovi, Aerosmith, dan Queen ... :)

Sunday, December 04, 2005

Music From Across The Way

Weekend yang melelahkan ... belum dihitung sudah 2 minggu ini rasanya seperti bertarung habis-habisan ... hasilnya Sabtu kemarin tergeletak seusai subuh. Akhirnya bangun tapi badan capek sekali sampai malam Minggu datang ...

Anyway, mau ngeblog capek, blogwalking apa lagi. Iseng ajalah, ini lagunya Andy Williams. Liriknya OK tapi tidak istimewa banget. Yang asyik itu lagunya ... dengan suara khas Andy yang kalem, lembut, empuk dan lagu yang ... yang ... yang apa ya? Susah juga menggambarkannya. Kalau saya mendengarkannya (tanpa mendengar liriknya) seperti cerita seseorang yang mengembara dalam hidupnya, mencoba menggapai mimpinya dengan kepasrahan ....

Music From Accross The Way
Andy Williams

I shared the golden sun with her,
In days that are no more.
I used to love to run with her
Along the sandy shore.
She had a special prayer for me
To help my world go right.
Her hand was always there for me
The coldest winter night.

CHORUS:
I hear the music from across the way,
Across the bridges of my mind.
I lift the misty shades of yesterday
To catch the dreams I left behind.

It was a joy to be with her,
To watch the way she smiled.
I guess I just felt free with her,
So free and young and wild.
I really came to love that girl;
How much she'll never know.
I need the nearness of that girl;
I really miss her so.

CHORUS:
I hear the music from across the way,
Across the bridges of my mind.
I lift the misty shades of yesterday
To catch the dreams I left behind.

(Repeat)
I hear the music from across the way,
Across the bridges of my mind.
I lift the misty shades of yesterday
To catch the dreams I left behind.

Kajian 4 Desember 2005

Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripadana, keridhoan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. QS At Taubah 21.

Thursday, December 01, 2005

Melampaui Diri Sendiri

Arvan Pradiansyah

Ini sebuah kisah nyata yang diceritakan oleh seorang bijak. Suatu malam, seorang laki-laki datang ke rumahnya dan berkata, ''Ada sebuah keluarga dengan delapan anak yang sudah berhari-hari tidak makan.''
Mendengar hal itu bergegaslah orang bijak itu pergi membawa makanan untuk mereka.

Ketika tiba di sana ia melihat wajah anak-anak itu begitu menderita karena kelaparan. Tak ada kesedihan ataupun kepedihan di wajah mereka, hanya derita yang dalam karena menahan lapar.

Orang bijak itu memberikan nasi yang dibawanya pada sang ibu. Ibu itu lantas membagi nasi itu menjadi dua bagian, lalu ke luar membawa setengahnya. Ketika ia kembali, orang bijak itu bertanya, ''Kau pergi kemana?'' Ibu itu menjawab, ''Ke tetangga-tetanggaku. Mereka juga lapar.''

Orang bijak itu tercengang. Ia tidak heran kalau si ibu membagi nasi itu dengan tetangga-tetangganya, sebab ia tahu orang miskin biasanya pemurah. Yang ia herankan adalah karena si ibu tahu bahwa mereka lapar. Biasanya kalau kita sedang menderita, kita begitu terfokus pada diri sendiri, sehingga tak punya waktu untuk memikirkan orang lain.

Si ibu dalam cerita di atas adalah contoh orang yang telah dapat melampaui dirinya sendiri. Ia dapat melepaskan keterikatannya pada kebutuhan fisik dan secara bersamaan memenuhi kebutuhan spiritualnya yaitu untuk berbagi dengan orang lain. Kualitas semacam ini tentu tak dapat diraih dalam waktu singkat. Ini memerlukan proses pergulatan batin yang cukup panjang.

Kehidupan manusia memang senantiasa menjadi tempat pergulatan dua kepentingan utama: fisik dan spiritual. Kepentingan fisik adalah hal-hal yang kita butuhkan untuk bisa hidup di masa sekarang, seperti sandang, pangan dan papan. Ini kebutuhan jangka pendek kita. Sementara, kepentingan spiritual adalah hal-hal yang kita butuhkan untuk hidup di masa sekarang dan masa yang akan datang. Ini adalah kebutuhan jangka pendek sekaligus jangka panjang.

Pemenuhan kedua macam kebutuhan ini akan menghasilkan kualitas hidup yang tinggi. Sayang, banyak orang yang tak menyadari hal ini. Mereka menghabiskan hidup mereka hanya untuk mengumpulkan harta benda. Untuk itu mereka juga tak segan-segan menggunakan cara yang buruk: menciptakan kebijakan yang menguntungkan diri sendiri, menguras uang rakyat, mencuri uang perusahaan, maupun menciptakan konspirasi yang merugikan orang banyak.

Kalau kita renungkan secara mendalam, semua kejahatan yang ada di dunia ini berasal dari satu kata: keserakahan. Dan, akar keserakahan adalah pada cara kita memandang hidup ini. Selama kita melihat diri kita semata-mata makhluk fisik belaka, selama itu pula kita tak dapat membendung keinginan kita untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Betapa banyaknya dalam kehidupan sehari-hari kita melihat orang yang berpenghasilan biasa-biasa saja, tetapi memiliki harta yang luar biasa banyaknya.

Ada banyak alasan yang dapat dikemukakan untuk merasionalkan hal itu. Pertama, semua orang yang mendapat kesempatan pasti akan melakukannya. Kedua, penghasilan yang saya dapatkan terlalu kecil dan tidak seimbang dengan pengorbanan yang saya berikan. Ketiga, toh kekayaan yang saya dapatkan tidak saya nikmati sendiri tetapi saya gunakan untuk membantu anak yatim, membiayai orang tua dan saudara yang sedang sakit, membangun sekolah, dan sebagainya. Dengan berbagai alasan tersebut kita mendapatkan ''ketenangan sementara'' karena seolah-olah perbuatan yang kita lakukan telah berubah menjadi legal, rasional atau paling tidak dapat dimaklumi.

Namun, ketenangan semacam ini tidaklah langgeng. Pasti ada sesuatu dalam diri kita yang kembali mengusik kita, membuat kita resah dan gelisah. Perhatikanlah orang-orang yang hidup dengan cara ini. Mereka sangat rentan terhadap perubahan yang sekecil apapun. Mereka sangat jauh dari ketentraman yang sejati. Betapapun banyaknya harta yang mereka kumpulkan tak akan pernah melahirkan perasaan cukup dan puas. Sebuah pepatah mengatakan, ''The world is enough for everybody, but not enough for one greedy.'' Apa yang disediakan oleh dunia ini sebetulnya cukup untuk semua orang, tetapi tidak akan cukup untuk seorang yang rakus.

Sebuah perubahan dramatis akan terjadi begitu kita sadar bahwa kita bukanlah makhluk fisik tetapi makhluk spiritual. Kita menjadi makhluk spiritual untuk selama-lamanya. Sebelum muncul ke dunia, kita adalah makhluk spiritual, ketika hidup sekarang kita juga makhluk spiritual, dan ketika kita meninggal kita tetap menjadi makhluk spiritual. Kita hanya menjadi makhluk fisik di dunia ini saja.

Kajian 1 Desember 2005

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. QS At Taubah 20.

Umur

Semakin panjang kutelusuri perjalanan ini
Semakin dekat aku dengan akhir hidup ini
Kutengok ke belakang
Kusyukuri yang telah kulewati

Masa indah, masa sulit, masa-masa yang sekarang tinggal kenangan belaka
Kenangan yang indah
Kenangan yang mewarnai hidupku
dan diriku


Kulihat di depan
Perjalanan masih terbentang
Tugas sebagai khalifah
Tugas sebagai insan manusia di muka bumi ini

Ah … di hari ini
Biarkan aku berhenti dan merenungi
Semua kebahagiaan yang melingkupi selama ini
Serta Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah terhadap diriku


Untuk kemudian
Kembali melangkah
Menelusuri jalan setapak
Jalan menuju Mu … wahai Maha Pencipta


Untuk temanku yang hari ini menapaki 1 titian baru dalam hidupnya. Semoga tetap sehat dan semangat ...

Wednesday, November 30, 2005

Guru-guru yang Terpinggirkan

P Bambang Wisudo dan Indira Permanasari
Sumber: Kompas

Sejak kecil Atrianil (42) bercita-cita menjadi guru. Selulusnya dari program diploma pendidikan akuntansi di IKIP Padang pada tahun 1986, ia mengajar sebagai tenaga honorer di SMP Negeri I Payakumbuh.

Gagal menjadi pegawai negeri karena pemerintah mengubah kebijakan kualifikasi guru SMA dan tidak memenuhi kriteria sebagai guru ekonomi di SMP, ia hijrah ke Jakarta.

Genap sebelas tahun Atrianil mencari peruntungan di Jakarta, tetapi nasibnya tidak berubah, tetap saja ia berstatus sebagai guru honorer. Ia bekerja dari pagi hingga petang hari dengan hitungan per jam mengajar yang hanya dibayar pada minggu pertama untuk satu bulan mengajar. Ia mengajar 80 jam per minggu dengan penghasilan total kurang dari Rp 1 juta. Tidak ada jaminan sosial, penggantian biaya berobat ketika sakit. Tidak ada tanda-tanda nasibnya akan membaik.

Niat baik
Di balik pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Guru dan Dosen yang hampir selesai dibahas di DPR, tebersit keinginan pemerintah untuk memperbaiki kesejahteraan dan profesionalisme guru. Akan tetapi, sejauh mana niat baik itu akan mengubah wajah suram nasib guru di Indonesia. Tidak dimungkiri ada sebagian guru sekolah negeri dan sekolah elite yang hidup berkecukupan, tetapi jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan jumlah guru yang mencapai 2,2 juta orang.

Andaikata nasib guru sekolah negeri diperbaiki, bagaimana dengan nasib ratusan ribu guru honorer, guru bantu, dan guru sekolah swasta menengah bawah yang berada dalam kasta paling rendah dalam sistem pendidikan di Tanah Air?

Atrianil hanya bisa menahan kesedihannya ketika saat mudik Lebaran baru-baru ini kedua anaknya menolak diajak pulang ke Jakarta.

"Mama realistis saja, kita tidak mungkin bertahan hidup dengan kondisi seperti ini. Bila ada duit buat Ari, kumpulin saja untuk betulin atap yang bocor," tutur Atrianil menirukan argumentasi anaknya menjelang ia kembali ke Jakarta.

Atrianil hampir-hampir tidak percaya ucapan itu keluar dari mulut anaknya, Ari Kurniawan (12), yang baru keluar dari masa kanak-kanaknya. Ari tergolong anak yang pandai di bangku sekolah. Di SD ia sering juara pertama, bahkan pernah menjadi juara II kompetisi anak cerdas di Tangerang.

Dengan penghasilan kurang dari Rp 1 juta memang hampir tidak mungkin Atrianil hidup layak dan sendirian membesarkan kedua anaknya. Suaminya, sejak dipecat dari perusahaannya beberapa tahun lalu, jarang pulang ke rumah.

Beban hidup mereka agak teringankan karena Atrianil tidak perlu mengeluarkan uang kontrak rumah. Ia memiliki rumah seluas 50 meter persegi di Kampung Gondrong, Tangerang. Tanah dibelinya dari uang tabungan yang diperoleh dari saudara- saudaranya.

Dulu Atrianil paling pandai di antara delapan bersaudara. Ia satu-satunya yang bertahan menjadi guru.

Bertahun-tahun Atrianil mengajar dari pagi sampai sekitar pukul 21.00. Pagi-pagi ia bertolak ke sekolah, mengajar dari sekolah satu ke sekolah lain, dan kadang-kadang baru pulang ke rumah saat larut malam.

Suatu hari ia terserang tifus. Belum sampai benar-benar sembuh, ia berangkat mengajar. Tiba-tiba ia hilang kesadaran, jatuh terantuk batu, pelipisnya robek. Oleh karena tidak punya uang, sesuai dengan saran sopir bus, ia mengoleskan oli mesin untuk menghentikan pendarahan.

Darah di bajunya belum kering saat ia ke sekolah, sekadar untuk mengetes kepedulian sekolah. Bukannya diberi ongkos berobat, ia justru disalahkan, dianggap kurang berhati-hati.

"Seminggu luka saya kering, tetapi luka di hati saya tidak pernah kering. Ternyata begitu perlakuan terhadap guru," kata Atrianil.

Jadi korban gusuran
Tidak berbeda dengan Atrianil, Deddy Sudardi (47) juga terpinggirkan oleh ketidakadilan dalam sistem pendidikan yang berlaku sampai hari ini. Ia telah mengajar selama 20 tahun. Ia mengajar 50 jam pelajaran dalam seminggu dengan upah total Rp 1,3 juta.

Untuk menutup defisit membesarkan tiga anak, kini istrinya bekerja sebagai buruh pabrik garmen dengan upah Rp 150.000 per minggu.

Dengan penghasilan seperti itu, Deddy tidak mampu tinggal di rumah yang layak. Selama 10 tahun di Jakarta, ia terpaksa berpindah- pindah tempat tinggal, dari rumah satu ke rumah yang lain di permukiman kumuh yang berdiri di atas tanah tak bertuan.

Deddy tidak hanya dipinggirkan oleh sistem, tetapi juga tergusur dalam arti sesungguhnya. Rumahnya seluas 30 meter persegi di Jembatan Besi, Jakarta Barat, diroboh paksa bersama ratusan rumah lainnya dalam peristiwa penggusuran tahun 2003. Bangunan, alat-alat elektronik, dan perabotan rumah tangga hilang tak berbekas. Akibat kasus penggusuran itu, Deddy yang mengajar akuntansi di tiga sekolah kejuruan swasta terpaksa absen mengajar selama dua minggu. Deddy bahkan sempat menginap satu malam di kantor polisi karena melakukan perlawanan. Kepalanya sempat dijahit karena pentungan petugas tramtib. Sampai sekarang ia mengaku masih sering pusing tiba-tiba.

"Kadang kepala saya berdenyut, sakit secara tiba-tiba. Seperti ditusuk jarum," tutur Deddy.

Deddy sampai sekarang tinggal di area tak bertuan demi sekolah anak-anaknya. Ia mengontrak rumah bedeng di pinggir rel kereta api di daerah Kalideres, Jakarta Barat. Bertetangga dengan para penjual makanan keliling, buruh, dan tukang becak. Ia sudah merasa nyaman tinggal di rumah kontrakan dengan dua kamar. Apalagi tiga anaknya tidak tinggal bersamanya. Anaknya yang pertama kuliah di perguruan tinggi Bina Sarana Informatika. Biaya per semester Rp 1,5 juta dan pengeluaran bulanan tidak kurang dari Rp 600.000. Biaya sebesar itu tidak mungkin terbayarkan bila anaknya tidak kuliah sambil bekerja. Dua anak Deddy yang lain tinggal di pondok pesantren dengan biaya Rp 400.000 per bulan.

Syarifudin (54), guru honorer yang lebih dari 20 tahun mengajar di SMP dan SMA PGRI Balaraja, Tangerang, selama ini hidup pas-pasan dengan empat anak. Ia mengajar 40 jam seminggu dengan penghasilan Rp 560.000 per bulan. Sebagai wakil kepala sekolah di SMP, ia mendapatkan tambahan tunjangan setara 40 jam mengajar.

Putri pertamanya tergolong anak pandai sehingga diterima di Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor. Uang masuknya hampir Rp 5 juta. Tiap bulan ia harus mengeluarkan uang Rp 665.000 per bulan untuk biaya hidup anaknya yang pertama. Jumlah itu separuh dari penghasilannya per bulan. Sisanya habis untuk kontrak rumah, listrik, keperluan dapur, dan transpor sehari-hari. Beruntung dua anaknya masih duduk di bangku SD.

Ia tidak berharap banyak akan disamakan status dan kesejahteraannya seperti pegawai negeri. Seperti Atrianil, Deddy, dan guru-guru nonpegawai negeri sipil yang selama ini dipinggirkan, mereka hanya berharap campur tangan pemerintah agar bisa hidup layak sebagai seorang guru.

Setahun lalu, pada peringatan Hari Guru 25 November di kabupaten, ia bersama belasan guru honor yang telah mengabdi selama 20 tahun diminta berdiri di depan. Disaksikan ribuan orang, Syarifudin menerima sebuah amplop sebagai tanda penghargaan. Isinya Rp 100.000.

Kajian 30 November 2005

Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang yang mendapat petunjuk.QS At Taubah 18.

Tuesday, November 29, 2005

Marah

Anda pernah marah? Sering marah? Namanya manusia pasti pernah marah (but mudah-mudahan nggak terlalu sering he3x). Menurut saya wajar dan ini merupakan salah sifat yang dikaruniakan Yang Maha Kuasa kepada kita. Yang mungkin jadi tantangan ialah bagaimana kita mengendalikan amarah ini sehingga bisa bermanfaat bagi kita.

Beberapa hari yang lalu saya sempat menonton film Batman Begin. Film ini cukup menarik (nanti saya bahas terpisah). Di bagian awal film ini menceritakan bagaimana proses amarah mempengaruhi hidup Bruce Wayne. Suasananya 'gelap', seram, kelam ... segelap hatinya Bruce ... mungkin ini juga yang menimpa hati dan otak kita ketika marah, gelap, mendung, halilintar menyambar, petir menggelegar ...

Jadi bagaimana kita bisa mengendalikan amarah ini agar menjadi hal yang positif? Menurut Jeffrey J Fox, pengarang buku How to Become CEO tipsnya adalah, stop, look, and think. Berhenti, melihat, mencari fakta, dan kemudian berfikir. Tidak ada kata-kata soal mengambil tindakan (action). Tapi semata-mata stop, look, and think. Mengapa? Langkah-langkah ini akan mendorong kita untuk menguasai diri dan emosi, berfikir jernih, dan berfikir berulang kali sebelum mengeluarkan sepatah kata maupun melakukan tindakan.

Arvan Pradiansyah memberikan tips lain. Tipsnya adalah SPP, stop, pikir, dan pilih. Langkah pertama adalah yang paling penting. Berhenti! Jangan berbuat apa-apa. Jangan berkata apa-apa. Kata Arvan, kalau perlu gigitlah bibir anda!

Rasulullah memberikan nasihat dalam mengendalikan marah. Jika kita marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah. Kalau masih belum reda juga, maka berbaringlah. Bahkan kita disuruh berwudhu, agar amarah itu bisa mereda dan padam.

Kalau saya sendiri, biasanya kalau emosi itu naik ke hati dan kepala, hal pertama yang saya lakukan ialah menarik nafas panjang dan berhenti. Otak saya berjuang melawan amarah yang sudah mengental di dada. Kemudian berjuang sekuat tenaga agar bisa mengontrol diri dan berfikir dengan jernih sambil menatap orang/situasi yang menyebabkan kemarahan itu. Respon saya biasanya menjadi lambat, agak memutar-mutar, karena selain hati yang harus dikontrol, nada suara juga sangat sulit dijaga. Alhamdulillah, metode ini cukup berhasil sehingga tidak ada 'ledakan' yang terjadi.

Namun ada kalanya pertahanan ini 'jebol'. Meledak, runtuh, banjir, terlepas tanpa kendali. Biasanya setelah itu yang tertinggal hanya penyesalan ....

Bagaimana dengan anda, ada tips-tips ampuh menjaga amarah?

Kajian 29 November 2005

Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu. QS At Taubah 9.

Monday, November 28, 2005

Smart Talk Trap (4 of 4)

Tulisan ini (lagi-lagi) merupakan ringkasan dari paper Jeffrey Pfeffer dan Robert I Sutton di Harvard Business Review yang berjudul The Smart Talk Trap. Karena cukup panjang, maka saya buat dalam 4 bagian. Kenapa saya buat ringkasannya? Karena fenomena ini saya temukan dimana-mana ... :)

===
3. Para pemimpin itu bertanya – selain dengan ’kenapa’ – dengan menggunakan kata ’bagaimana’
Di perusahaan dimana kebiasaan mengkritik berkembang, tidak banyak orang yang mau menawarkan ide untuk suatu masalah, atau bahkan terjun langsung. Yang biasanya muncul justru kata-kata ”I told you so” yang biasanya muncul dari orang-orang yang hanya mampu mengkritik, tanpa memberikan solusi, atau bahkan terjun langsung membantu.

Beberapa perusahaan berhasil menerapkan metode yang agak berbeda. Orang tetap diperbolehkan untuk mengkritik, namun mereka tidak boleh berhenti di situ. Mereka harus memberikan solusi. Dengan kata lain, fokus diskusi adalah bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.

Donald Regan dalam memimpin Merrill Lynch di 1970-an adalah contoh salah seorang pemimpin yang mampu menterjemahkan kata-kata ’bagaimana’ dengan baik. Saat itu ML sedang menghadapi kebijaksanaan Amerika yang baru (CMA Cash Management Account) dan mereka harus bisa beradaptasi dengan kebijaksanaan ini.

Dalam rapat terakhir, Regan mendengarkan seluruh masukan dari para Vice Presidentnya. Hampir seluruhnya mendeskripsikan masalah yang akan muncul, mulai dari operasi perusahaan, masalah legal, sistem informasi, pemasaran, dst.

Regan tidak menolak seluruh masukan ini. Namun ia menegaskan kalau mereka harus jalan terus dan beradaptasi. Katanya, ”The question is, how do we solve the problems you described so articulately?”

4. Para pemimpin itu memiliki mekanisme yang baik dalam memonitor perkembangan situasi
Sering kali keputusan telah dibuat, namun sampai disitulah ceritanya. Perusahaan yang baik memiliki mekanisme yang memastikan situasi itu diimplementasi hingga selesai.

Di Cypress Semiconductor misalnya, ketika seseorang menyatakan akan menyelesaikan suatu masalah pada tanggal tertentu, informasi itu akan dimasukkan ke sistem komputer. Ketika mereka gagal memenuhi target ini, komputer mereka secara otomatis tidak bekerja. Pembuatan Minutes of Meeting yang jelas menggambarkan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang melakukan, dan tanggal pelaksanaannya juga merupakan mekanisme yang baik.

5. Para pemimpin itu percaya pengalaman adalah guru terbaik.
Hanya dengan mencoba dan mencoba, perusahaan bisa mengetahui apakah yang mereka diskusikan benar-benar bisa menjawab permasalahan. Merangkai berbagai teori hanya akan berakhir dengan berbagai tulisan, presentasi, laporan, dan sama sekali tidak menyelesaikan masalah.

===
So, apakah ini terjadi di organisasi anda? Jika jawabannya ya, mudah-mudahan tulisan Pfeffer dan Sutton ini bisa membantu anda menganalisis situasi, membuat beberapa langkah untuk mengatasinya, mempresentasikannya ke para pucuk pimpinan. Dan oh ya, jangan lupa untuk mengimplementasikannya! :)

Kajian 28 November 2005

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberikan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizki (nikmat) yang mulia. QS Al Anfaal 74.

Smart Talk Trap (3 of 4)

Tulisan ini (lagi-lagi) merupakan ringkasan dari paper Jeffrey Pfeffer dan Robert I Sutton di Harvard Business Review yang berjudul The Smart Talk Trap. Karena cukup panjang, maka saya buat dalam 4 bagian. Kenapa saya buat ringkasannya? Karena fenomena ini saya temukan dimana-mana ... :)

===
1. Perusahaan itu memiliki para pemimpin yang mengetahui dan melakukan pekerjaan
Orang-orang ini biasanya menggunakan waktunya untuk benar-benar bekerja bersama timnya, memberikan pengarahan kepada mereka, dan berbicara langsung dengan pelanggannya.

Para pemimpin yang melakukan pekerjaan – dan tidak hanya membicarakannya – sangat membantu dari terjebak dalam situasi knowing-doing gap. Mereka bekerja di garis terdepan, sehingga mereka tahu persis apa yang terjadi, bagaimana timnya bekerja, dan masalah-masalah apa saja yang terjadi.

Yang tidak kalah pentingnya, dengan adanya pemimpin yang mengetahui persis pekerjaan, mereka akan sulit terjebak dengan smart-talk, complex ideas dan seterusnya. Mereka tahu apa yang persis terjadi dan mereka dapat dengan mendeskripsikannya dengan sederhana.

Sebagai contoh James Goodnight, CEO dari SAS Institute. Ia menghabiskan waktunya 40% untuk melakukan programming dan memimpin product development team. Ia mengetahui bahwa programmer yang bekerja hingga larut malam cenderung melakukan banyak kesalahan. Untuk mengatasi hal ini, Goodnight kemudian merubah jam kerja menjadi 35 jam/minggu. Hasilnya: SAS dapat mengurangi pekerjaan meng-QC hasil programming dan pelanggan merasa senang karena bugs pada software berkurang.

2. Para pemimpin itu memiliki kecenderungan untuk menggunakan kata-kata dan ide yang lurus serta sederhana.
Contoh pada kasus ini ialah Greg Brennemen, President dan COO Continental Airlines. Ketika ia melihat menurunnya kemampuan perusahaannya untuk bekerja tepat waktu, ia memperkenalkan program yang sangat sederhana. Ia membangun hubungan langsung dengan para pegawai yang bekerja di lapangan dan memastikan penerbangan tepat waktu, dan ia selalu menekankan pentingnya servis kepada pelanggan dan terbang tepat waktu. Program sederhana ini terbukti memberikan hasil yang lebih baik ketimbang program-program besar yang bisa menghabiskan uang banyak serta butuh waktu lama untuk mengimplementasikannya.

Rencana sederhana sangat berguna karena dengan mudah dapat diimplementasikan. Contoh lain ialah Apple Computer. Ketika Steve Jobs mulai bekerja di perusahaan ini pada tahun 1977, Apple Computer memiliki product line yang sangat bervariasi, tipe 1400, 2400, 3400, 4400, 5400, 5500, 6500, dan seterusnya hingga e-Mate, dan Newton. Setelah mencoba memahami ini selama 3 minggu, Jobs berkata, ”Saya tidak bisa memahaminya. Bahkan saya tidak tahu produk mana yang bisa saya rekomendasikan untuk teman saya.” Akhirnya ia memutuskan bahwa Apple akan memiliki 4 product line, business desktop & laptop, dan consumer desktops & laptop. Setelah 2 tahun berjuang dengan konsep ini, Apple berhasil menghasilkan keuntungan kembali.

Thursday, November 24, 2005

Smart Talk Trap (2 of 4)

Tulisan ini (lagi-lagi) merupakan ringkasan dari paper Jeffrey Pfeffer dan Robert I Sutton di Harvard Business Review yang berjudul The Smart Talk Trap. Karena cukup panjang, maka saya buat dalam 4 bagian. Kenapa saya buat ringkasannya? Karena fenomena ini saya temukan dimana-mana ... :)

===
Masalah lain yang kita temui sehari-hari ialah kenyataan bahwa agar terdengar ’smart’ kata-kata yang sifatnya kompleks digunakan seperti ’learning organization’ ’business process re-engineering’ ’paradigm’ dan seterusnya. Mengapa ini terjadi? Salah satu alasannya ialah agar tidak mudah ditiru orang. Jika strategi suatu perusahaan sangat sederhana, sangat mudah bagi perusahaan lain untuk menirunya. Dengan demikian strategi itu sudah menjadi senjata – competitive advantage – bagi perusahaan itu.

Padahal strategi yang ’sederhana’ tidak selalu mudah diimplementasikan (dan ditiru oleh perusahaan lain). Sebagai contoh 3 kata kunci, decentralization, information sharing, and treating people with respect. Decentralization artinya manajer harus mampu ‘menyerahkan’ sebagian dari kekuasaannya, satu hal yang tidak mudah. Information sharing artinya berbagi informasi dari yang mengetahui ke yang tidak mengetahui. Dan sudah sangat terbukti begitu banyaknya perusahaan yang memiliki motto ‘treating people with respect’ namun tidak mampu menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tentu ini tidak berarti bahwa ide, strategi yang kompleks tidak akan berhasil. Namun harus disadari bahwa hal ini tidak banyak memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Hasil riset tulisan ini membuktikan bahwa strategi yang kompleks umumnya menciptakan kebingungan.

So, apakah berarti kita harus berhenti berdiskusi, rapat, melakukan presentasi dll? Tentu tidak. Yang terpenting adalah tindak lanjut, implementasi dari diskusi ini. Kita tidak boleh membiarkan ‘smart-talk’ ini menggantikan pekerjaan yang sesungguhnya harus kita lakukan. Cukup banyak perusahaan yang berhasil keluar dari pitfall ini. Umumnya perusahaan-perusahaan ini memiliki 5 karakteristik berikut.

Kajian 24 November 2005

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar. QS Al Anfaal 28.

Smart Talk Trap (1 of 4)

Tulisan ini (lagi-lagi) merupakan ringkasan dari paper Jeffrey Pfeffer dan Robert I Sutton di Harvard Business Review yang berjudul The Smart Talk Trap. Karena cukup panjang, maka saya buat dalam 4 bagian. Kenapa saya buat ringkasannya? Karena fenomena ini saya temukan dimana-mana ... :)

===
Apa itu Smart talk trap? It is knowing too much and doing too little.

Apa itu smart-talk trap? Bayangkan pertandingan sepakbola. Ada 11 orang yang berjuang di lapangan, begitu banyak komentator, reviewer, penonton, koran, dst dst yang sibuk menganalis segala hal, mulai dari pertandingannya sendiri, kemampuan individu, strategi, kemampuan pelatih, kemampuan keuangan klub tersebut dst dst. Bayangkan juga negara kita ini, begitu banyak analis, komentator, bahkan presiden dan kabinetnya juga sibuk menjadi komentator. Banyak komentar, tapi tidak ada action. No action talk only. Hehehe sori jadi melantur ... :-P

Seperti apa smart talk itu? Pembicaraan yang kedengarannya meyakinkan, terartikulasi dengan baik, banyak informasi dan ide menarik. Namun di sisi lain biasanya punya kecenderungan negatif, dan biasanya rumit atau mengawang-awang.

Kenapa ini bisa terjadi? Pertama, seorang manajer terbiasa mensubstitusi aksi (action) dengan bicara (talk) karena memang itulah yang diajarkan pada mereka. Coba lihat program-program MBA, apa salah satu materi utama? Berbicara, memformulasikan ide, menuliskannya, dan mempresentasikannya, mendiskusikannya. Bagaimana cara mendapatkan nilai yang baik dari suatu program MBA? Tentunya dengan hal-hal di atas, terlepas apakah ini hanya terhenti pada ide dan tidak terealisasi atau terimplementasi.

Bagaimana dengan dunia pekerjaan sehari-hari. Buat anda yang sibuk, pasti anda mengakui bahwa hidup anda berputar dari suatu rapat ke rapat yang lain. Semakin banyak anda mengeluarkan ide anda, berdiskusi, dan seterusnya pada meeting itu, maka semakin pintar anda terlihat. Lebih jauh lagi, anda akan terlihat sangat berpengaruh dan penting – kriteria menjadi seorang pemimpin. Tentunya ini berarti kemungkinan anda akan dipromosikan akan semakin besar.

Lebih lanjut, situasi ini juga berkembang di bidang lain. Pada suatu organisasi besar, tidaklah mudah untuk mengetahui hasil pekerjaan seseorang. Suatu pekerjaan biasanya melibatkan banyak orang, dan mengasumsikan bahwa itu adalah hasil dari satu orang saja adalah kurang tepat. Akibatnya, yang terjadi ialah dalam pengambilan keputusan menaikkan posisi, gaji, hingga memecat seseorang dilakukan berdasarkan bagaimana orang itu ’pintar’ berbicara. Tentunya di rapat-rapat, presentasi, dan dalam percakapan sehari-hari. Bahkan kini juga terjadi bahwa dalam proses interview seorang eksekutif dalam tempo 1-5 menit sudah bisa 'menebak' kualitas calon pegawai berdasarkan ’kepintarannya’ berbicara.

Hasil studi yang dilakukan, di antaranya oleh Teresa Amabile, Harvard Business School, menunjukkan bahwa dengan melakukan kritisi negatif terhadap ide seseorang, membuat orang tersebut itu – meski kurang disukai – diakui lebih pintar dan kompeten. Comment Teresa, ”Only pessimism sounds profound. Optimism sounds superficial”

Tuesday, November 22, 2005

Proaktif

Melanjutkan seputar pemikiran saya soal remote control, kita tentunya kenal dengan istilah proaktif. Stephen Covey mengatakan kalau kalau pengertian proaktif itu tidak sekedar dalam hal kebiasaan mengambil inisiatif, namun kalau ditarik lebih dalam, berarti kita sebagai manusia bertanggung jawab atas hidup kita. Perilaku kita adalah hasil keputusan kita dan bukan hasil lingkungan kita. Kita menaruh nilai-nilai hidup di atas perasaan kita dan kita memiliki inisiatif dan tanggung jawab untuk mewujudkan sesuatu menjadi kenyataan.

Di sisi lain, orang yang reaktif adalah orang-orang tergantung pada situasi di sekelilingnya. Ketika orang-orang memperlakukannya dengan baik, ia pun baik. Ketika sebaliknya yang terjadi, ia akan menjadi defensif atau protective. Nilai-nilai hidupnya kerap 'kalah' dalam menghadapi berbagai situasi yang dialaminya.

Kemampuan untuk menaruh nilai-nilai hidup di atas segalanya inilah yang merupakan esensi proaktif. Orang yang reaktif hidupnya tergantung pada perasaannya, situasi lingkungannya, kondisi hidupnya. Sementara orang proaktif hidup berdasarkan nilai-nilai yang ia yakini dan percayai.

Gandhi pernah berkata "They cannot take away our self respect if we do not give it to them".

Kajian 22 November 2005

Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berpaling dari padaNya, sedang kamu mendengar (perintah-perintahNya). QS Al Anfaal 20.

Monday, November 21, 2005

Mang Endan

Dikutip dari Harian Republika, Minggu, 20 November 2005. Menyentuh hati ...

Mang Endan
Oleh : KH Didin Hafidhuddin

Mang Endan, demikian ia biasa dipanggil, adalah sosok yang mungkin tidak Anda kenal. Bahkan saya secara pribadi pun tidak terlalu mengenalnya secara dekat, hingga wajahnya muncul dalam sebuah acara reality show di sebuah stasiun televisi swasta pada bulan Ramadhan lalu. Ia mendapatkan kesempatan untuk menunaikan ibadah haji secara gratis pada tahun 2007 yang akan datang. Kemudian ia pun mendapatkan pula ''hadiah'' uang tunai dalam acara reality show lain yang diselenggarakan oleh stasiun televisi yang berbeda. Mungkin banyak yang bertanya-tanya, siapakah Mang Endan itu? Hal apa yang telah dilakukannya sehingga ia layak mendapat perhatian kita semua?

Satu hal pokok yang membuat saya sangat kagum terhadapnya adalah faktor kepribadiannya. Ternyata, berbagai hadiah yang diterimanya secara mendadak tersebut, bukanlah sesuatu yang "tiba-tiba" jatuh dari langit tanpa ada penyebabnya. Hadiah-hadiah tersebut sesungguhnya merupakan karunia dan rahmat dari Allah SWT sebagai balasan atas ketakwaan yang tercermin dalam akhlak dan perilaku hamba-hamba-Nya. Allah telah berjanji untuk memberikan rezeki kepada siapa saja yang Ia kehendaki, melalui pintu yang tidak diduga sebelumnya, sebagaimana firman-Nya dalam QS At-Thalaq:2-3.

Mang Endan adalah sosok pribadi sederhana, yang tinggal di sebuah kampung di daerah Kabupaten Bogor. Sosok yang memiliki nama asli Toyibal Ardani ini hidup di tengah-tengah kampung yang 90 persen masyarakatnya terkategorikan sebagai warga miskin yang layak mendapatkan dana kompensasi BBM. Ia dikenal oleh masyarakat di kampungnya sebagai ustadz yang terbiasa mengajar ngaji anak-anak dan membimbing pengajian majelis taklim ibu-ibu. Yang menarik adalah ia tidak pernah meminta bayaran tertentu kepada mereka yang ia bimbing, semuanya diserahkan kepada kemampuan masing-masing binaannya. Bahkan tidak sedikit yang tidak mampu memberikan apa pun dalam bentuk materi kepadanya.

Jiwa sosialnya pun luar biasa. Ia tidak segan-segan untuk membantu tetangganya yang sakit. Jika ada yang meninggal, dialah yang pertama mengurus jenazahnya hingga ke pemakaman, termasuk ikut menggali kubur. Sungguh, ini adalah fenomena yang sangat jarang. Seorang da'i sederhana yang keihklasannya mampu mengayomi masyarakatnya.

Hal lain yang membuat saya sangat respek kepadanya adalah ia tidak merasa takut terhadap rezeki yang didapatnya. Ia selalu merasa yakin akan kebesaran Allah, dan selalu merasa cukup atas apa yang telah Allah berikan kepadanya, meskipun untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, ia hanya berjualan bubur, yang dilakukannya selepas shalat subuh hingga menjelang waktu dzuhur setiap harinya. Sedangkan sisa harinya, ia habiskan untuk berdakwah kepada masyarakatnya. Yang mengagumkan juga, setiap hari ia selalu menabung sebesar 5 ribu rupiah, dengan tujuan agar pada bulan Ramadhan ia tidak perlu berjualan bubur, sehingga bisa berkonsentrasi penuh untuk ibadah.

Merasa cukup, itulah sikap mental yang dimilikinya, yang patut untuk dijadikan contoh. Sebuah sikap mental yang sangat langka dalam kehidupan yang serba materialistis seperti saat ini. Seorang tukang bubur, dengan seorang istri dan empat orang anak, memiliki perasaan yang demikian luhur. Inilah sesungguhnya makna "kaya" yang hakiki dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda : "yang dikatakan kaya itu bukanlah semata-mata pada banyaknya harta, akan tetapi pada kekayaan batin (merasa cukup dengan haknya)" (HR Bukhari-Muslim).

Yang tidak kalah penting, Mang Endan pun mengembalikan kartu kompensasi BBM yang diterimanya. Alasannya sederhana, ia melihat banyak yang lebih miskin darinya yang tidak mendapatkan kartu tersebut, sehingga ia merasa tidak layak dan tidak patut untuk memanfaatkannya. Padahal, menurut petugas BPS yang melakukan survei, ia termasuk yang berhak menerimanya. Luar biasa! Apalagi hal tersebut ia lakukan di tengah-tengah kondisi masyarakat yang berebut untuk mendapatkan dana kompensasi BBM, yang bahkan di beberapa daerah sampai menimbulkan konflik berdarah. Kerelaan untuk mendahulukan orang lain (itsar), merupakan salah satu akhlak yang selalu dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya, sebagaimana dinyatakan dalam QS Al-Hasyr:9.

Di tengah-tengah situasi bangsa dan negara yang semakin sulit dan terpuruk, kita membutuhkan Mang Endan-Mang Endan dalam seluruh level kehidupan. Kita yakin, apabila para pejabat, birokrat, politisi, alim ulama, cendekiawan, tokoh masyarakat, dan rakyat secara keseluruhan memiliki mental dan jiwa seperti Mang Endan, maka berbagai problematika tersebut, insya Allah, akan dapat diatasi, karena sesungguhnya esensi persoalan bangsa sekarang ini terletak pada rusaknya sikap mental yang tercermin dalam perilaku keseharian yang destruktif. Wallahu'alam bi ash-shawab.

Sunday, November 20, 2005

Prihatin ...

Prihatin ....

Terlepas pendapat saya, anda, orang-orang mengenai keseluruhan situasi terorisme di Indonesia, saya kira kita harus makin dan makin prihatin dengan kejadian belakangan ini. Berita terakhir pelaku pembom bunuh diri di R Aja's Cafe, Kuta, Bali awal Oktober 2005 kemarin berasal dari Dusun Karangsari, Ciamis, Jawa Barat. Kita dengar juga kalau belakangan ini orang-orang yang dicurigai melakukan kegiatan terorisme ini ditangkap di berbagai tempat di pelosok tanah Jawa.

Saya prihatin untuk mereka. Saya tidak tahu persis apa sebab mereka melakukan ini semua.

Kenapa orang-orang yang dari berbagai tempat di Indonesia ini melakukan kegiatan terorisme? Kenapa? Apa mereka tidak mempertimbangkan nasib saudara-saudara mereka yang bisa terkena dampak kegiatan mereka? Orang-orang yang terbunuh. Istri yang kehilangan suami dan anak-anaknya. Anak yang kehilangan orang tuanya. Keluarga yang kehilangan tempat tinggalnya. Orang-orang yang kehilangan nafkahnya.
Apa mereka sudah mempertimbangkan masak-masak kegiatan mereka? Apa mereka sudah mempertimbangkan rasa jika keluarga mereka sendiri yang terkena musibah?
Apakah mereka sudah mengetahui sesuatu yang saya tidak tahu? Sesuatu yang membuat mereka yakin akan kebenaran kegiatan mereka?
Atau mereka hanyalah pion-pion dari sesuatu yang lebih besar lagi?

Saya jelas sangat prihatin dengan saudara-saudara kita yang mengalami musibah karena kegiatan terorisme. Saya prihatin dengan saudara-saudara kita yang terkena imbas kegiatan terorisme. Saya prihatin dengan nasib kita, bangsa kita, negara kita. Namun pertanyaan-pertanyaan di atas kembali menggelitik fikiran saya, kenapa, mengapa?

Rasanya seperti semua ini hanyalah sandiwara belaka. Mungkin ada skenario besar yang memayungi ini semua. Mungkin semua yang kita lihat mengarah ke A, ternyata sebenarnya B. Atau mungkin memang semua ini A dan B tidak ada sangkut pautnya sama sekali.

Apa yang bisa kita lakukan? Kita mungkin hanyalah pion kecil dalam skenario besar ini. Ya mungkin kembali pada nasihat Aa Gym, mulailah dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari sekarang. Perbaiki, tingkatkan, kuatkan sesuatu yang masih dalam jangkauan kita ...

Sewaktu menulis ini pun saya prihatin. Saya pun tidak tahu judul apa yang pas, prihatin? Sedih? Bingung?

Saturday, November 19, 2005

Kualitas Pemimpin Sejati (bagian 10)

Tulisan ini berdasarkan buku karangan John C Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of a Leader. Tiada maksud untuk menulis ulang buku ini (takut kena urusan copyright hehehe ...), tapi lebih berupa ringkasan berdasarkan pemahaman saya .. :-O

10. Inisiatif: Tanpanya, Anda Takkan Kemana-mana

Sukses tampaknya berhubungan dengan tindakan. Orang-orang yang sukses terus bergerak. Mereka membuat berbagai kekeliruan, namun mereka tidak menyerah - Conrad Hilton, Eksekutif Hotel

Kalau Maxwell memberikan contoh Kemmons Wilson yang tidak pernah berhenti bekerja, termasuk mendirikan jaringan hotel Holiday Inn, kita mungkin bisa melirik Aa Gym. Sepanjang yang saya tahu, beliau sejak kecil tidak pernah berhenti untuk bergerak dan mengambil inisiatif. Selalu ada hal yang baru yang muncul, mungkin dari 10 yang 9 berakhir dengan kegagalan, namun dari 10 itu ada 1 keberhasilan!

Menurut Maxwell, seorang pemimpin harus memiliki 4 kualitas yang membuat segalanya bisa menjadi kenyataan.

- mereka tahu apa yang mereka inginkan
Anda harus tahu apa yang anda inginkan. Itulah satu-satunya cara bagi anda untuk mengenali peluang yang datang dan mewujudkannya menjadi kenyataan
- mereka mendorong diri mereka sendiri untuk bertindak
Para pemimpin tidak membutuhkan orang untuk memotivasinya. Mereka tahu bahwa tanggung jawab mereka sendirilah untuk mendorong diri sendiri keluar dari wilayah kenyamanannya (comfort zone). Dan mereka membiasakan diri melakukannya. T Roosevelt, salah satu pemimpin besar abad ke-20 mengatakan, "Tidak ada yang brillian atau menonjol dalam rekor saya, kecuali mungkin satu hal: saya melakukan hal-hal yang saya percaya harus dilakukan ... Dan setelah mengambil keputusan untu melakukan sesuatu, sayapun bertindak".
- mereka lebih berani ambil resiko
Orang-orang proaktif selalu mengambil resiko. Namun salah satu alasan mengapa para pemimpin yang baik bersedia mengambil resiko ialah karena mereka sadar bahwa tidak mengambil inisiatif juga ada harganya. John F Kennedy menyatakan, "Setiap tindakan itu ada risiko dan harganya, namun jauh lebih kecil daripada risiko dan harga jangka panjang jika kita tidak mengambil tindakan apa-apa, walaupun terasa nyaman".
- mereka membuat lebih banyak kekeliruan
Pendiri IBM, Thomas J Watson mengatakan, "Cara meraih sukses adalah melipatgandakan tingkat kegagalan anda".

Jadi, apakah kita selalu mencari peluang, atau kita menunggu hingga peluang itu datang? Apakah kita bersedia mengambil langkah-langkah yang menurut naluri kita yang terbaik? Atau kita selalu berada dalam fase analisis? Kapankah terakhir kalinya kita menginisiatifkan sesuatu yang penting dalam hidup kita?

Ada beberapa tips yang bisa kita pakai untuk mengasah inisiatif kita:
- Ubahlah cara berfikir
Kita mungkin lupa bahwa inisiatif itu harus datang dari diri sendiri. Jadi kenapa kita ragu, takut risiko, memikirkan kegagalan di masa lalu, tidak bisa melihat peluang yang ada? Cari sumber hal-hal ini dan atasi. Perubahan harus dimulai dari diri sendiri.
- Jangan menunggu hingga peluang mengetok pintu
Inventarisasikanlah aset kita, kemampuan kita, dan sumber daya yang kita miliki. Kemudian luangkan waktu secara rutin untuk mencari peluang. Siapa yang mencari ketrampilan yang kita miliki? Kelompok apa yang mati-matian membutuhkan sesuatu yang bisa kita tawarkan?
- Ambil langkah berikutnya
Sia-sia semua yang anda lakukan kalau kita tidak melakukannya. Ambil peluang itu, lakukan, dan tindaklanjuti semampu kita. Dan jangan berhenti sampai kita bisa mewujudkannya menjadi kenyataan.

Tuesday, November 15, 2005

Setiap Habis Ramadhan

Lewat sudah bulan Ramadhan. Tiada terasa. Setelah hiruk pikuk Idul Fitri, akhirnya kita kembali ke ritme sehari-hari. Buat yang masuk kantor, sudah mulai ke kantor. Yang sekolah, mulai lagi buka-buka buku. Yang berdagang, mulai lagi membuka toko dan warungnya. Yang sibuk mengurus rumah tangga, kembali bebenah seusai kesibukan selama 1-2 bulan terakhir.

Namun ada yang hilang .... kesibukan kita mengejar ibadah. Sibuk mengejar target bacaan Al Qur'an. Sibuk menyiapkan diri menjelang saat-saat sholat. Suasana bergegas seusai berbuka puasa, yang diteruskan dengan sholat magrib, dan kemudian bersiap-siap untuk sholat Isya dan Tarawih. Malam-malam yang diisi dengan pendekatan diri padaNya, suasana letih dan ngantuk yang mewarnai saat sahur. Suasana siang di kantor, jam istirahat yang bisa digunakan untuk membaca ayat-ayatNya, untuk tafakur dan refleksi, hingga untuk beristirahat sejenak untuk kemudian kembali mengejar akhirat dan dunia ini.

Buat saya kesibukan ramadhan sungguh nikmat. Memang melelahkan, namun berbagai ritual yg kita lakukan mampu 'memabukkan' saya, merubah fokus kehidupan selama 11 bulan yg disibukkan oleh urusan duniawi.

Di bulan penuh rahmat ini saya bisa penuh berkonsentrasi, 'membuang' berbagai urusan yg lain, dan bersenang-senang dan bergembira dengan berbagai ibadah kepadaNya.

Di minggu terakhir ramadhan saya mendapat tugas keluar kota. Boleh dibilang kini saya sekarang menyesal mendapat tugas ini. Irama yg telah terbentuk, kenikmatan yg semakin memuncak, mendadak terganggu dan terputus ...

Namun kalau ditanya, apa mau seluruh tahun itu ramadhan. Wah, nggak tahu, mungkin badan nggak kuat. Tapi kalau diingat-ingat nikmatnya .... aduh enak banget ...


Setiap Habis Ramadhan
Bimbo

Setiap habis Ramadhan
Hamba rindu lagi Ramadhan
Saat - saat padat beribadah
Tak terhingga nilai mahalnya

Setiap habis Ramadhan
Hamba cemas kalau tak sampai
Umur hamba di tahun depan
Berilah hamba kesempatan

Setiap habis Ramadhan
Rindu hamba tak pernah menghilang
Mohon tambah umur setahun lagi
Berilah hamba kesempatan

Reff:
Alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan
Sekeluarga, sekampung, senegara
Kaum muslimin dan muslimat se dunia
Seluruhnya kumpul di persatukan
Dalam memohon ridho-Nya