Tuesday, May 31, 2005

5 Jangan

Apa hal-hal yang tidak boleh kita lakukan dalam menghadapi tantangan, kesulitan, problema hidup ini? Berikut adalah tips dari seorang bijaksana negeri ini:

1. Jangan panik
Seperti layaknya situasi darurat (emergency), rule number 1 adalah do not panic!. Demikian pula menghadapi tantangan, hindari suasana panik. Coba tenangkan diri dan 'dingin' menghadapinya.

2. Jangan emosi
Mungkin kita tidak panik, namun jangan sampai kita terbawa emosi. Istilahnye "hati boleh panas, tapi kepale kudu' dingin .... yok kite keroyok yok!" hehehe ...

3. Jangan tergesa-gesa
Ukuran tergesa-gesa di sini bukanlah waktu, tapi dari segi persiapan. Kita harus siap dengan data-data BAL (benar, akurat, lengkap) sebelum mengambil suatu langkah ... kalau BAL sudah ada, tentunya dari segi waktu tidak perlu lama-lama untuk mengambil keputusan, sehingga dari sudut waktu akan kelihatan cepat dan sigap namun teliti dan akurat!

4. Jangan larut
Seringkali dalam menghadapi problema hidup kita terjebak dalam situasi yang larut dalam kesedihan, kemarahan, kejengkelan, kecemburuan dll. Ini harus dijauhi, kita harus bisa 'memisahkan' diri dari problema itu dapat mencoba melihatnya dari luar sehingga kita bisa mendapatkan gambaran yang utuh mengenai situasi sebenarnya.

5. Jangan putus asa
Ini yang paling penting. Setelah tuntas dengan usaha-usaha yang sifatnya duniawi, kita harus mengembalikan semua tantangan, kesulitan, problema hidup ini kepada Sang Pencipta. Kita harus yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan menyia-nyiakan hambaNya dan bahwa dalam setiap kesulitan ada jalan keluar.

Selamat berjuang dalam hidup ini!

:-)

Hikmah kesulitan ...

Tadi pagi dengerin ceramah subuh Aa Gym. Beliau mengomentari salah satu telepon yang masuk yang bercerita mengenai kesulitannya dalam berdisiplin dalam ibadah.

Komentar beliau ialah, "Kesulitan itu adalah bagian dari hidup yang harus kita hadapi, suka tidak suka. Yang seharusnya menjadi pertanyaan bukanlah apakah kita tidak pantas mendapat suatu kesulitan dalam hidup. Namun apakah dari kesulitan itu kita mengambil hikmahnya dan menjadi manusia yang lebih baik? Jika jawabannya ya, maka kita telah menang mengatasi kesulitan ini. Tidak perlu menyesali yang telah terjadi. Namun jika akibat kesulitan itu kita justru semakin lemah dan gagal menghadapi hidup ini, ini jelas sesuatu yang salah dan perlu diperbaiki."

Saya sampai terangguk-angguk mendengar beliau. Benar sekali, inilah seharusnya cara pandang hidup kita terhadap suatu kesulitan .... (btw, mudah mengatakannya, sulit melaksanakannya)

Terlalu serius?

Dapat lagi komentar dari teman ... "Nggak enak ngomentarin blog-nya, habis terlalu serius!" Wah, wah, wah ... iya kali ya? But .. I guess this is all about, ini kan proses melamun, hasil dari merenungi sesuatu, lesson learnt from the day. Jadi mungkin ya serius mulu ya kali ... :-)

Mungkin buat sebagian orang lain blog diisi dengan kegiatannya sehari-hari, tempat mencurahkan hati (ceile ...), but for me, blog ini untuk meng-capture hasil pemikirin, renungan, hasil mbaca buku, hasil dengerin orang ceramah, hasil dapat ilham dari ngobrol dengan orang. So ... maybe it is going to be too serious ... however, hopefully anyone read this can get benefit out of this lamunan ... :-)

Kajian 31 Mei 2005

Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuanNya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan QS Al Maidah 14.

Monday, May 30, 2005

Metode berkomunikasi ...

Beberapa teman mengomentari blog saya ini. One of them suggesting that I should write in English, so more people can read lamunan-sejenak ... not just Indonesian people. Good suggestion ... however, I am proud as an Indonesian. That's why this blog is written in Bahasa Indonesia. It is just like using Linux ... it is far from perfect, but you are proud of it and you are willing to put your life to defend it ... hehehe. Seriously, second reason is because if I write things in English it might take more time that I have now (approximately 30 minutes/day) ... so, I guess this blog will stay in Bahasa Indonesia. I'll try to combine it tough with English .. firstly because I think it will be good to improve my writing skills, secondly I think my friend suggestion is a good one, so ... why not?

Teman yang lain menanyakan, mana gambar-gambarnya? Kata dia tulisan saja kurang mantap tanpa gambar-gambar pendukung. Hmm ... dari dulu saya sebenarnya paling suka website yang polos, penuh tulisan. Biasanya banyak ilmunya ... dan loadingnya cepet ... hehehe ... maklum kebiasaan dial-up. But, untuk menyenangkan beliau silahkan lihat ini:

Gulungan Rumput

Lihat image putih di bagian atas gulungan rumput ini? Itu adalah HP Nokia. Jadi bisa bayangkan kira-kira ukuran gulungan rumput ini .. :-). Oh ya foto ini diambil di negeri Paman Sam. Sorry kalau agak blur, maklum belum tahu triknya ngeset gambar untuk dipajang di internet .. :-P

Balik ke soal komunikasi ini, bagaimana kalau menggunakan cartoon/kartun seperti model Garfield, Far East, Calvin&Hobbes, Dilbert? Kelihatannya boleh juga, tapi sayang waktu saya sudah habis hari ini untuk nge-blog ... kita terusin besok deh ... :-D

Kajian 30 Mei 2005

Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaran kamu, bersiap-siagalah dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat kemenangan QS Ali Imran 200.

Bersabar dan kuatkan kesabaran ...
Bersiap dan bersiaga ...
Bertaqwalah ...

Niscaya kamu akan mendapati kemenangan di sisi Allah.

Luar biasa ... gaya bahasa yang bertutur dengan perulangan yang terukur .. berulang tapi tidak berulang .. dan diakhiri dengan penyerahan kepada Yang Maha Kuasa. Belum lagi konsep 'kemenangan' yang berbeda dengan konsep yang biasa kita temui sehari-hari ...

Maha benar Allah dengan segala firmanNya ...

Sunday, May 29, 2005

Satu lagi manfaat blog ...

Seperti udah saya tulis di bawah (mana? cari deh ke bawah, sok scroll gitu ... hehehe), blog ini ternyata bisa mendorong kita untuk menyiapkan berbagai 'pidato-pidato'. Tentunya supaya kita dapat merasakan manfaatnya sendiri (namanya juga melamun ... nyari ilham), juga mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk orang lain (yang mudah-mudahan kelar baca juga jadi melamun ... en dapat ilham ..:-)).

Efek domino dari pidato ini ialah tentunya harus nyari banyak bacaan. Kalau nggak ya ... tong kosong nyaring bunyinya. Efek domino lanjutannya, meski udah nyari banyak bacaan, kalau nggak dibaca ya percuma. En kalau udah dibaca, mau nulis di blog, ya harus bikin ringkasannya. Dengan bikin ringkasan, biasanya yang kita baca itu 'meresap' ke otak ... :-). Udah gitu ditulis lagi ke blog, ya mangkin manteep aja tuh resapannya ... :-P

So, ngeblog yuk!

The Personality and Character Ethics

Lamunan ini berdasarkan buku Stephen Covey, 7 Habits. Belon kelar bacanya .. jadi mohon maap kalau salah dalam memahami isinya.

Dalam bukunya Covey menyebutkan bahwa dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa dalam 50 tahun terakhir ini, kita banyak berfokus pada bagaimana membangun personality (personality ethics) dalam berinteraksi dengan orang lain dan masyarakat. Ini seperti teknik berkomunikasi, membangun public image, teknik-teknik meyakinkan orang lain dll.

Di sisi lain kira-kira 150 tahun sebelum masa di atas, fokus kita justru pada membangun karakter (character ethics) sebagai dasar kesuksesan. Hal-hal seperti integritas, keberanian, keadilan, kesederhanaan, rasa kemanusiaan dll merupakan contoh-contoh karakter ini. Hanya dengan mengembangkan hal-hal di atas, maka seseorang akan mencapai keberhasilan yang nyata (real) dan mencapai kebahagiaan.

Yang terjadi menurut Covey ialah orang cenderung mengabaikan pembangunan character ethics dan langsung menuju pada personality ethics. Mengapa? Karena personality ethics berhubungan dengan orang lain, sehingga bisa dianggap sebagai solusi untuk mencapai quick win. Misalnya menyenangkan orang lain, membuat orang lain percaya pada kita, dst, dst. Yang berbahaya ialah, karena hubungan ini tidak didasari oleh character ethics yang baik, maka sifatnya akan sementara dan tidak langgeng. Sebagai contoh misalnya meski orang sempat percaya pada kita, namun cepat atau lambat ia akan mengetahui bahwa ternyata kita adalah pemimpin yang 'buruk' di rumah, kita mengagung-agungkan kata persaudaraan, tetapi ternyata kita tidak pernah bersilaturahmi dengan tetangga dan lain sebagainya. Akibatnya tentu rasa percaya itu lambat laun akan luntur.

Menurut Covey, adalah sangat penting untuk membangun character ethics. Membangun karakter dengan prinsip-prinsip dasar seperti integritas dll di atas. Kemudian dari situ diteruskan dengan membangun personality ethics.

Contoh-contoh masalah ini banyak terjadi di masyarakat kita. Kita sering dengar adanya pejabat yang sampai 'berbusa-busa' mendengung-dengungkan keadilan, persaudaraan dsb. Namun di sisi lain, kita tahu siapa dia 'sebenarnya'. Ibarat makanan yang busuk, meski dibungkus sedemikian rapi dan bagus, tetap saja lambat laun akan tercium bau yang tidak enak.

Nah, bagaimana dengan kita? Apakah kita sibuk dengan membungkus segala sesuatu tetapi melupakan pembangunan karakter kita sendiri?

Kajian 29 Mei 2005

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sewaktu berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka fikirkan hal kejadian langit dan bumi: Ya Tuhan kami! Tidaklah Engkau jadikan (semua) ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau. Maka peliharalah kiranya kami dari azab neraka. QS Ali Imran 191.

Allahu Akbar!

Saturday, May 28, 2005

Mangga Dua

Bukan dua buah mangga nih, tapi Mangga Dua, pusat komputer di Jakarta. Kenapa lokasi ini menarik, terutama buat kaum pria? Karena di tempat ini mereka bisa menemukan barang-barang elektronik dan yang berhubungan dengan elektronik, mulai dari kulkas, TV, peralatan audio, komputer, laptop, flash drive, MP3 player, berbagai kabel, hingga CD, VCD, DVD, CD game, kotak CD, CD-R, DVD+R, you name it .... ada semua ...

So? Ya, hari ini baru dari sana .... hehehe

Metrics

Di kehidupan sehari-hari kita suka dengar istilah ini. Mungkin tidak persis sama. Tapi seperti laju inflasi, kurs rupiah, Key Performance Indicator (KPI), NPV, dll dll. Kalau nggak salah intinya ialah melakukan pengukuran yang sifatnya kuantitatif terhadap sesuatu, entah perusahaan, negara, currency dsbnya. Pengukuran ini dilakukan secara rutin dan terus menerus dengan tujuan membandingkan apakah 'sesuatu' itu berkembang ke arah yang diharapkan atau tidak dan seterusnya. Contoh sederhana mungkin kurs rupiah. Kalau kita plot perkembangannya vs US Dollar sejak tahun 1990 misalnya, kita bisa 'mencoba' melihat perkembangan negara kita yang tercinta ini ...

Naah, sekarang pertanyaannya, apa ya metrics untuk mengukur keberhasilan hidup ini? Jumlah gaji/take home pay yang kita terima? Jumlah anak? Keberhasilan anak dalam sekolah, perkawinan? Atau jumlah teman yang kita miliki? Atau sesuatu yang tidak semata horisontal (sesama manusia) tetapi juga kepada Sang Pencipta?

Kita sibuk mengukur segala sesuatu, tapi apa kita sudah mengukur seberapa keberhasilan kita dalam hidup ini? Pertanyaan yang abstrak barangkali tapi mengingat pentingnya hidup ini tentunya kita harus bisa mengukurnya ya ... :-)

Thursday, May 26, 2005

New experience (with help of Blog ...)

Ternyata menyenangkan juga blog ini ya ... kapan lagi ada fasilitas yang bebas dan gratis tempat kita bisa menelurkan isi hati dan pikiran dengan santai dan terbuka? Memang di satu sisi terlalu terbuka sih ... habis bisa dibaca semua orang yang bisa 'mampir' ke blog kita. Cuma di sisi lain rasanya seperti pidato di khalayak umum di Hyde Park London. Siapa saja bisa pidato ... kalau menarik pasti ada yang dengerin ... kalau nggak ya sendirian aja tuh pidato. But hey ... kapan lagi bisa pidato dengan enak begini?

Kalo dipikir-pikir lagi mirip Open Source movement ya ... it is 'free' software ... free as freedom ...

:-D

Jerky Balado ...

Yeah .. jerky balado. Tahu Jerky? Dendeng khas Amerika. Bentuknya seperti dendeng biasa, agak lunak, biasanya dibuat dengan 'mengasapi' daging kering supaya awet tanpa harus masuk lemari es. Mungkin seperti dendeng yang dimakan para cowboy di cerita-cerita Karl May ya ...

Ceritanya kemarin dapat oleh-oleh Jerky. Setelah saya coba, enak juga rasanya, meski rasa dan baunya agak berbeda dibandingkan dengan dendeng yang biasa kita temui di Indonesia. Tapi sayangnya orang rumah tidak ada yang suka. Mungkin karena rasa dan bau yang berbeda itu. Kemudian tercetuslah ide, bagaimana kalau si Jerky ini di sambal goreng balado dengan kentang!

Singkat cerita, tadi pulang ke rumah, jerky balado sudah terhidang. Tes ... tes ... enak juga. Rasanya nggak kalah dengan dendeng balado masakan Padang. Nggak percaya? Coba sendiri ... ;-P

Kajian 26 Mei 05

Sesungguhnya dalam kejadian langit dan bumi serta silih bergantinya siang dan malam, terdapat beberapa tanda bagi orang-orang yang berakal, QS Ali Imran 190.

Hmm ... rasanya sudah jelas ya, makin kita telusuri alam semesta ini makin takjub kita dengan keteraturan, kerapian, dan keserasiannya. Ada Yang Maha Kuasa yang mengatur itu semua ... :-)

Godaan di Atas Segala Godaan

Penulis : Arvan Pradiansyah

Seorang penyelundup yang sedang buron pergi menemui seorang bijak dan memintanya menyembunyikan barang-barang terlarang dalam rumahnya. Ia yakin berkat kesalehan orang bijak itu, tak seorangpun akan mencurigainya.

Orang bijak itu menolak dan meminta penyelundup itu segera keluar dari rumahnya. ''Saya akan memberikan 100 ribu dolar untuk kebaikan Anda, '' kata si penyelundup. Orang bijak itu agak ragu-ragu sebelum mengatakan ''Tidak.'' ''200 ribu,'' orang bijak itu tetap menolak. ''500 ribu,'' orang bijak itu mengambil tongkat dan berteriak, ''Keluar sekarang juga! Kamu sudah
sangat dekat dengan harga saya.''

Sebuah kesadaran yang tepat waktu! Orang bijak itu sadar begitu dirinya tergoda. Kesadaran ini sangat penting. Banyak orang yang tak sadar bahwa dirinya tergoda. Mereka baru sadar setelah segalanya terjadi. Kurangnya latihan seringkali menyebabkan kesadaran datang terlambat.

Namun, ada lagi jenis kesadaran yang lebih tinggi tingkatnya daripada ini. Inilah kesadaran sebelum peristiwa apapun terjadi. Anda sadar sepenuhnya akan keberadaan Anda, akan posisi dan kekuasaan yang Anda miliki. Anda sadar sepenuhnya bahwa kedudukan Anda sangat rawan terhadap godaan.

Semua jabatan memang rawan godaan. Karena itu Anda harus waspada dan sadar sepenuhnya terhadap segala bentuk godaan ini. Seorang pejabat pemerintah akan selalu digoda oleh para pengusaha yang ingin berbisnis. Para penegak hukum akan selalu digoda oleh para pelanggar hukum. Begitu juga dengan anggota legislatif, anggota KPU, anggota Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Mereka harus sadar terhadap politik uang yang selalu mengintai setiap saat.

Tak memiliki kedudukan formal pun bukan berarti bebas dari incaran politik uang. Para ilmuwan, cendekiawan, dan pengamat termasuk dalam kategori ini. Banyak pengamat yang dapat dibeli untuk kepentingan orang-orang tertentu. Mereka mau mempertaruhkan kecendekiawanannya untuk membuat polling maupun prediksi-prediksi yang tendensius untuk mempengaruhi opini publik. Jadi, rakyat biasapun tak terkecuali, lebih-lebih menjelang pemilu tahun depan.

Semuanya bermuara pada satu kata kunci: uang. Seorang bijak, Sophocles, pernah mengingatkan kita, ''Tak ada satu halpun di dunia ini yang paling meruntuhkan moral selain uang.'' Memang benar, uang adalah alat penggoda terbesar di dunia. Bahkan berbeda dengan jenis penggoda lainnya seperti wanita dan tahta, tidak ada satupun orang di dunia yang tidak membutuhkan uang. Kita semua sibuk mencari uang agar dapat hidup dengan layak. Nah, karena kita memang mencarinya, sangat wajar kalau kita tergoda ketika ada orang yang menawarkan benda tersebut kepada kita.

Godaan terbesar uang adalah merubah pandangan hidup kita dari ''memiliki'' menjadi ''dimiliki.'' Kita memang perlu memiliki uang untuk menjalani hidup, tapi uang hanya berfungsi sebagai alat. Kitalah yang menjadi tuannya. Celakanya, posisi ini sering kali bertukar karena godaan yang ditawarkan uang sangat kuat. Akhirnya kitalah yang ''dimiliki'' oleh uang. Tanda-tanda penyakit ini adalah kalau Anda mulai merasa takut kehilangan kedudukan Anda. Ini berarti Anda telah ''dimiliki'' oleh uang. Ini akan menghilangkan kebebasan Anda dalam mengungkapkan kebenaran.

Pandangan kita terhadap uangpun perlu kita telaah lebih jauh. Kita seringkali berpikir secara terbalik yaitu: have -> do -> be. Kita berusaha memiliki lebih banyak uang (have) agar kita dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan (do), dan mengira kalau itu tercapai akan membuat kita lebih bahagia (be).

Padahal, yang perlu kita lakukan adalah sebaliknya yaitu be -> do -> have. Yang pertama dan utama adalah menjadi diri sendiri (be), kemudian melakukan apa yang harus dilakukan (do) agar dengan begitu kita memiliki apa yang kita inginkan (have). Masalahnya, kita seringkali menyamakan uang dengan kebahagiaan. Padahal, uang adalah apa yang kita dapatkan (have), sementara kebahagiaan adalah sesuatu yang sudah ada di dalam diri kita sendiri (be). Dengan menggunakan urutan be -> do -> have, maka kebahagiaan itulah yang harus ada lebih dulu. Kebahagiaan adalah sesuatu yang bersifat bebas dan tidak tergantung pada apapun yang kita miliki.

Banyak orang yang kaya tetapi tak bahagia dan selalu merasa kekurangan. Salah satunya, kawan saya yang kaya mendadak dengan cara memperjual belikan kekuasaannya. Namun alih-alih merasa cukup, istrinya selalu mengeluhkan harga-harga dan biaya hidup yang mahal. Semakin banyak harta yang ia miliki semakin ia merasa kekurangan. Kawan saya ini juga sangat rentan terhadap stres. Hidupnya penuh dengan ketakutan terhadap perubahan apapun yang mungkin terjadi. Hidup seperti ini memang jauh dari keberkahan.

Uang memang bukanlah segalanya. Orang-orang bijak bahkan selalu mengingatkan kita bahwa yang penting dalam hidup adalah segala sesuatu yang tak dapat dibeli dengan uang: kebahagiaan, cinta, kesehatan, rasa damai dalam hati, rasa percaya dengan orang lain, dan kesadaran yang sempurna.

Wednesday, May 25, 2005

Leadership

Apa sih leadership itu? Pertanyaan yang terus bergelora di pikiran saya. Beberapa quotes mengenai leadership:

- One of the tests of leadership is the ability to recognize a problem before it becomes emergency (Arnold Glasglow)
- I don't know the key to success, but the key to failure is trying to please everybody (Bill Cosby)
- Leadership is the capacity to translate vision into reality (Warren G Bennie)
- To handle yourself, use your head; to handle others use your heart.

Hmm .....

Pantai ...

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan menikmati suasana pantai suatu negara antah berantah (dimana ... hayo .. he3x). Pantainya luas tanpa batas, ombaknya besar bergelombang menerjang tanpa henti, dan anginnya berhembus dengan kencang, tidak perduli ada anak manusia yang berdiri di pantai itu.

Yang menarik ... ada pelajaran hidup yang bisa dipetik dari kenikmatan bersantai sore itu ...
- pantai luas tanpa batas, membuat orang yang berdiri di situ merasakan kekecilan/kekerdilan dirinya. Keciiil banget dah kata orang Betawi! Sungguh ... kecil dibandingkan besar pantai itu, yang notabene cuma bagian kecil dari benua yang cuma bagian dari dunia yang juga cuma bagian kecil dari sistem matahari kita yang bagian kecil dari ... dst dst. Di sisi lain, saya jadi merasakan ada sesuatu Yang Maha Besar, Maha Kuasa .... yang mengatur segala sesuatu di pantai itu.
- ombak besar bergelombang bak tantangan hidup ini. Datang silih berganti tiada henti. Menerjang tanpa perduli. Kita yang kecil tadi harus bisa berdiri tegak melawan terjangan itu. Dan tidak cukup sekedar berdiri, kita harus maju balas menerjang. Apa bisa? Perlu alat, bantuan kali ya?
- angin yang berhembus kencang bagaikan cepatnya hidup/waktu melewati kita. Kita mau ngomel kek, menyesali yang terjadi kek, marah kek, dia lewat saja tanpa perduli dengan cepatnya. So, mungkin ketimbang menyesali yang sudah ada, mungkin lebih baik kita ambil hikmahnya dan tertawa riang menyikapi yang sudah lewat ... :-)
- setelah gelap, saya melilhat mobil yang melintasi pantai yang datar dan luas itu. Meski rata tanpa rintangan, sang pengemudi tetap menyalakan lampu agar ia bisa melihat jalan. Mungkin hidup juga begitu kali ya ... meski 'kaya'nya udah jelas, tetap kita perlu pedoman atau 'lampu' agar tidak nyasar. Itu kalau jelas ... lha kalau nggak jelas??

Hmmm .... what do you think? Any comments?

Kaji-mengkaji

Tadi seusai ngaji, coba buka terjemahan Al Qur'an. Buka Ali Imran ayat 179: Tidaklah Allah akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan seperti keadaan kamu saja . Kalau baca dari tafsir Buya Hamka, Allah dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa hidup ini melalui berbagai saringan. Hanya yang berkualitas nomor satu yang bakal lewat dari berbagai saringan ini.

Hikmahnya buat kita? Ya, jangan cemas menghadapi rintangan dan ujian. Insya Allah rintangan dan ujian itu akan menambah kualitas iman kita ... :-)

Tuesday, May 24, 2005

Finding Neverland

Finding Neverland
Dikutip dari Harian Sinar Harapan

Finding Never Land. Bukan, ini bukan judul film nominasi Oscar yang diperankan oleh Johnny Depp. Ini merupakan salah satu prinsip untuk mencetak sukses. Ingin tahu rahasianya?

MENGAPA ”FINDING NEVER LAND”?

Masih ingatkah Anda ketika baru pertama kali bisa naik sepeda, menyetir mobil? Masih ingatkan Anda ketika pertama kali ke suatu tempat yang sekarang menjadi tempat favorit Anda? Masih ingatkah Anda ketika pertama kali merasakan secara nyata bagaimana naik kelas, lulus sekolah, ataupun mendapatkan gaji pertama? Nah, apa yang Anda dapatkan dari semua ”pengalaman pertama” tersebut?

Kepuasan. Ketika pertama kali kita lulus ujian, berhasil mengendarai sepeda, menyetir mobil, naik ke kelas yang lebih tinggi, mendapat gaji pertama, kita merasakan kepuasan. Kepuasan karena berhasil melakukan sesuatu yang baru untuk pertama kalinya ini ternyata memiliki pengaruh yang luar biasa. Karena kita puas, kita ingin mencoba lagi. Jika pertama kali kita belum terlalu mahir, kali-kali berikutnya kita berusaha untuk menjadi lebih baik dari yang pertama kali. Akhirnya, kita bisa menjadi mahir. Jadi kepuasan, mendorong kita untuk maju. Kepuasan juga mendorong kita untuk mencoba lagi dengan cara yang lebih baik. Kepuasan memberi semangat bagi kita untuk mengasah keterampilan, dan belajar.

Penemuan Baru. Dengan mencoba sesuatu yang baru, seringkali kita menemukan hal-hal baru. Kita menemukan mana yang bisa menyebabkan kegagalan, mana yang bisa membawa keberhasilan. Ketika kita mencoba naik sepeda untuk pertama kali, biasanya kita akan jatuh. Dari kejatuhan ini, kita belajar bagaimana lain kali agar tidak jatuh lagi. Motivasi ini menyebabkan kita terdorong untuk mengeksplorasi cara-cara baru lagi yang belum pernah kita lakukan sebelumnya agar terhindar dari kejatuhan kedua kalinya. Jika, ternyata kita masih jatuh juga, kita terdorong untuk mencoba cara lain lagi, sampai akhirnya kita bisa menemukan cara untuk mengendalikan sepeda dengan baik. Jadi, mencoba sesuatu yang baru akan memberikan inspirasi bagi kita untuk mendapatkan temuan-temuan baru yang bermuara pada pencarian terhadap keberhasilan. Jika kita mencari, pasti kita akan mendapatkannya.

Pandangan Baru. Dengan mencoba sesuatu yang baru, pandangan dan wawasan kita juga menjadi lebih terbuka. Jika pada awalnya kita hanya mengenal kota kelahiran kita semata, setelah kita pertama kali mengunjungi kota lain, ternyata kita mendapatkan pandangan baru terhadap dunia dan kehidupan ini. Ternyata, udara masih ada yang terasa segar, tidak terpolusi seperti di Jakarta. Ketika kita pertama kali belajar di universitas, kita banyak bertemu dengan orang-orang dari berbagai daerah yang ikut belajar di tempat yang sama. Di sini kita belajar bahwa, terdapat berbagai macam karakter orang, termasuk juga karakter yang positif. Kita juga bisa belajar dari kualitas positif yang dimiliki orang lain yang baru pertama kali kita kenal. Dengan demikian, wawasan kita menjadi lebih diperkaya, demikian juga dengan pengetahuan kita, dan keahlian kita (kita bisa saling membagi pengetahuan, dan keterampilan dengan orang-orang yang pertama kali kita temui).

Prestasi baru. Dengan mencoba melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, kita tidak akan tahu bahwa kita ternyata mampu mengukir prestasi baru. Seorang atlet yang pernah meraih medali perak, akan berusaha mengukir prestasi yang lebih unggul yang belum pernah ia raih sebelumnya. Hanya dengan semangat seperti inilah, rekor-rekor lama di pertandingan olah raga nasional dan internasional berhasil ditumbangkan oleh rekor-rekor baru. Hanya dengan mencoba melakukan suatu hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, kita bisa mendorong kemampuan kita melebihi apa yang kita perkirakan. Tanpa mencoba yang lebih, kita tidak akan pernah bisa mengukur kemampuan maksimal kita.

RISIKO?
Selain hal-hal yang positif, tentunya, mencoba sesuatu yang sebelumnya belum pernah kita lakukan, mengandung risiko.

Salah atau gagal. Ketika mencoba sesuatu pertama kali, kita menghadapi risiko salah. Salah jalan, salah alamat, salah langkah, salah pengertian, salah perkiraan, dan masih banyak kemungkinan kesalahan lainnya. Ketika pertama kali membangun bisnis, tidak sedikit pebisnis yang melakukan berbagai kesalahan: salah dalam membuat perencanaan, salah dalam memprediksi biaya dan pendapatan, salah dalam menebak selera pasar. Kesalahan yang bertumpuk bisa juga mengarah pada kegagalan: gagal dalam ujian, gagal dalam membangun bisnis, gagal dalam membukukan memecahkan rekor. Namun, dari kesalahan ini kita juga bisa banyak belajar, agar kali berikutnya, kesalahan tidak perlu diulang lagi.

Tidak nyaman. Apa pun yang dilakukan untuk pertama kalinya, pasti tidak langsung sempurna. Ada proses ketidaknyamanan yang terlibat (jatuh, ragu-ragu, berbuat kesalahan, kegagalan, tersesat). Semua ini memang bagian dari pertumbuhan. Ketika gigi bayi pertama kali akan tumbuh, sang bayi juga mengalami demam. Jika seorang anak kelas 6 SD ingin naik ke Sekolah Menengah, ia juga harus mengalami ketidaknyamanan belajar untuk ujian, dan mengambil ujian tersebut, sebelum akhirnya dinyatakan lulus melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya yang lebih tinggi. Demikian pula dengan sukses. Ketika kita akan meraih sukses, kita harus berani mengambil risiko untuk merasa tidak nyaman. Karena sukses terjadi, ketika kita melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan sebelumnya: membuat barang dengan kualitas yang lebih baik, melayani pelanggan dengan layanan yang lebih prima, memasarkan produk dan jasa dengan strategi yang lebih efektif. Semua kelebihan ini hanya bisa diraih jika kita mau mengambil risiko untuk merasa tidak nyaman ketika mencoba sesuatu untuk pertama kali.

BAGAIMANA?
Setelah kita sadar bahwa melakukan sesuatu untuk pertama kali (sesuatu yang belum pernah kita lakukan sebelumnya) bisa membuka jalan menuju sukses, lalu apa yang harus kita lakukan?

Mimpi. Manusia bisa mencapai bulan, karena Jules Vernes yang menuliskan mimpinya dalam buku cerita tentang tokoh yang berhasil pergi ke bulan. Manusia bisa menikmati perjalanan dari satu benua ke benua lain melalui udara, hanya dalam bilangan jam, karena dua bersaudara Wright yang berhasil merealisasikan mimpi mereka untuk terbang seperti burung. Mimpi inilah yang akan menjadi pendorong kita untuk mencoba hal-hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Tanpa mimpi, kita tidak akan punya keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru. Tanpa mimpi, kita tidak akan pernah punya keinginan untuk mencoba kemampuan baru, untuk membukukan sukses.

Keberanian. Mimpi hanyalah tinggal mimpi jika kita tidak punya keberanian untuk mewujudkannya. Ray Kroc yang sudah memasuki usia 50 tahun tidak akan pernah menjadi seorang yang superkaya yang memiliki gerai makanan cepat saji yang tersebar di seluruh benua, jika ia tidak memiliki keberanian untuk mencoba membangun usaha sendiri yang belum pernah ia lakukan sebelumnya (sebelumnya ia hanyalah seorang karyawan yang bekerja untuk orang lain ataupun perusahaan lain). Dengan keberanian, Ray Kroc mencoba membangun usaha sendiri, dengan membeli restoran McDonald bersaudara yang dianggapnya menjalankan usaha makanan yang unik (cepat saji).

Perencanaan. Keberanian tanpa perencanaan adalah bunuh diri. Perencanaan tanpa keberanian adalah sia-sia. Jadi kedua elemen ini harus ada jika kita ingin meraih sukses. Seperti para atlet menyusun rencana sukses untuk memenangkan pertandingan, seperti tentara di medan perang menyusun rencana untuk mengalahkan lawan, demikian pula dengan orang-orang yang ingin meraih sukses. Suskes perlu dipetakan dalam sebuah rencana. Peta inilah yang akan dijadikan pedoman untuk mengeksplorasi daerah-daerah baru, kemampuan baru, pengalaman baru, strategi baru yang belum pernah dicoba sebelumnya. Semua hal-hal yang baru ini membuka pintu kesempatan yang tidak terbatas untuk meraih sukses.

Jadi, sudahkah Anda melakukan sesuatu untuk pertama kali hari ini? Belum? Mengapa tidak Anda coba sekarang? Sesuatu yang baru membuka wawasan baru dan kemungkinan sukses baru. Selamat mencoba.

Menanamlah!

Menanamlah!
Zaim Uchrowi

Saya tidak tahu namanya, juga alamat persisnya Tinggalnya di wilayah selatan Sumatra. Yang membuat saya tertarik adalah prinsip yang dianutnya, yakni menanam satu pohon pisang setiap hari. Ia terus menjaga agar tiada hari tanpa menanam satu phon pisang.

Prinsip itu tampak sederhana. Prinsip itu tidak memerlukan kecanggihan berpikir, tidak menuntut kelihaian melobi, tanpa perlu uang pelicin, apalagi membodohi masyarakat. prinsip itu bahkan tidak banyak memerlukan waktu dan tidak pula mengharuskan adanya keahlian yang sangat khusus. Yang diperlukan hanyalah ketekunan kecil, serta keasyikan menggelutinya.

Hanya dengan menanam satu pohon pisang setiap hari, keperluan dapurnya sehari-hari telah tertutupi, tentu sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Di luar itu, ia masih punya banyak waktu tersisa untuk berbagai kegiatan lain, baik ekonomi maupun sosial. Dengan langkahnya itu, ia telah membuktikan kebenaran yang selama ini dianggap sekedar kata-kata ketimbang realitas; amal yang baik adalah yang teratur, meskipun sedikit.

Bayangkan, betapa teduh negeri ini jika seluruh bangsa kita berkarakter seperti dia. Bayangkan jika setiap kita saban hari menanam pohon, terutama pohon-pohon kemanfaatan di setiap bidang kehidupan masing-masing, atau malah pohon sebenarnya, serpti pohon pisang yang ditanam oleh orang itu. Bayangkan pula rangkaian buah ranum yang akan menjadi hasil kita semua. Hasilnya akan muncul sendirinya tanpa kita perlu merancangnya secara khusus.

Di dunia politik, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menanam. Siap yang hari-hari ini rajin menanam, ia akan menuai buahnya dua tahun mendatang. Dalam politik, buah itu adalah kursi kekuasaan yang selama ini terus diperebutkan.

Berebut buah? Asyik memang. Ada ketegangan yang harus kita kelola. Ada pula kepuasan karena dapat menyalurkan naluri paling alami alias primitif, yakni mengalahkan pihak lain. yang kita lupa, buah itu sangat terbatas. Jika kita mampu merebutnya, mungkin kita dapat menyimpannya hingga beberapa waktu mendatang untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Tetapi, untuk itu, kita harus menyikut yang lain. yang tidak tersikut pun akan pedih hati pula karena tidak kebagian. Itu adalah bom waktu yang akan meledak suatu saat kelak.

Sekali lagi, sekarang saat tepan buat menanam. Masyarakat adalah ladang subur untuk ditanami. Sayang bila saat tepat dan ladang subur itu tidak dimanfaatkan. Pembahasan amendemen UUD 45 adalah kesempatan luar biasa bagi suatu partai untuk menunjukkan kepeloporan dan komitmen terhadap reformasi. Partai-partai politik semestinya berebut kesempatan itu. Partai-partai politik juga semestinya beradu cepat membuat program aksi di masyarakat. Itulah tanaman yang akan memberi buat lebat di masa mendatang.

Lelaki di Sumatra itu mengajari kita untuk tidak sibuk memikirkan hasil, apalagi merekayasanya. Sibuklah menanam dan menanam. Biarkan Tuhan menunaikan tugasNya, memberi hasil pada setiap hal yang kita tanam.

Ungkal

Ungkal
Zaim Uchrowi

Bocah SD itu melangkahkan kakinya. Sarungnya ia selempangkan di salah satu bahu. Begitulah salah satu kebiasaannya di setiap magrib. Setiap azan menggema, ia bergegas ke mesjid di bilangan timur Jakarta itu. Hanya, pada sore itu, ia melihat ada yang tak lazim baginya. Di halaman mesjid terlihat beberapa batu persegi panjang yang ditumpuk di pikulan. Orang-orang biasa menyebutkan sebagai batu asah atau ungkal. Sebuah batu yang dipakai untuk mengasah pisau di masa lalu.

Di awal abad 21 ini, batu itu ternyata masih dijual. Di tengah kota Jakarta pula. Sang penjaja, masih menjualnya seperti di masa-masa lampau. Yakni, berkeliling dari satu tempat ke tempat lain dengan memikulnya. Siapa yang akan membeli? Berapa rupiah pula orang mau membayar harganya? Siapa yang masih merasa perlu batu buat mengasah pisau, ketika pisau yang baru pun dapat debeli dengan harga murah. Bocah SD itu pun sudah tak tahu apa guna baatu yang berwujud seperti bata tadi. Tapi, si pedagang ungkal itu tampaknya tak punya kata putus harapan.

Ia terus saja berkeliling menawarkan dagangannya. Entah berapa yang terjual. Baginya, yang terpenting pekerjaan itu halal. Selebihnya ia hanya akan berusaha dan berusaha. Saat lelah, ia akan beristirahat. Saat waktu sholat tiba, ia akan singgah ke mesjid terdekat. Seperti yang dilakukannya petang itu. Ketika banyak orang yang berkecukupan kian jauh dari mesjid, ia justru bersujud mengungkapkan rasa syukur atas hidup yang dikaruniakan Sang Pencipta. Ia tahu kehidupannya sangat berat. Tapi ia tak menyerah, bahkan terus antusias mengasah mata batinnya dengan menjaga sholat di mesjid. Potret penjual ungkal itu menarik perhatian seorang dokter.

Ia dokter yang istimewa. Ketika banyak kawannya memilih menjadi budak industri obat dengan mengkapitalisasikan "sakit", ia justru sibuk menyebarluaskan cara hidup sehat. Ia menulis buku "petunjuk dokter agar anda jauh dari dokter". Sebuah buku yang dijualnya murha, praktis sekedar pengganti ongkos cetak. Baginya, penjual batu asah itu sosok yang mulia. Banyak orang yang memilih hidup "terhormat" di mata orang lain dengan jalan haram. Korupsi, komisi, dan sebagainya terus menjadi idaman. Orang tidak merasa risi menjadi pejabat dengan hidup berkelimpahan. Padahal, siapa pun tahu, gaji mereka sebenarnya kecil saja.

"Kita ini lucu," kata dokter itu, "Kita sering malu melakukan pekerjaan halal karena dianggap kurang bergengsi di mata orang lain, tapi kita tak malu pada korupsi." Karena itulah, ia sangat menaruh hormat pada pedagang batu asah itu. Dengan segala kesulitannya, mereka terus bertahan untuk hidup terhormat. Di negeri ini, ada jutaan orang kecil seperti itu. Tak banyak yang penjadi penjual batu asah. Lebih banyak lagi yang menjadi pengasong, penyapu jalan, tukang sampah, pemulung, atau lainnya. Mereka orang-orang terhormat. Namun, mereka dikalahkan dalam kehidupan sosial. yang dimenangkan adalah para durjana berdasi, yang bahkan tega menindas orang-orang mulia itu.

Potret demikian akan terus berkepanjangan ketika kita gagal memilih pemimpin yang benar. Di erat IT kini harus tak ada lagi orang yang bermandi peluh memikul batu di tengah terik Ibu Kota hanya untuk mendapatkan sepiring makan. Jalan ke arah sana akan terbuka jika kita mampu memilih pemimpin yang bersahaja. Pemimpin yang mampu berempati pada orang-orang kecil seperti penjual ungkal itu. Pemimpin seperti itu adalah pemimpin yang paling sering ke mesjid, bersujud, serta tak henti mengasah nurani sebagaimana orang-orang lampau mengasah pisau di batu ungkal.

Tuyen dan Kemiskinan

Tuyen dan Kemiskinan
Zaim Uchrowi

Begitu mendengar kabar Vietnam bergabung ke ASEAN, saya pun teringat pada Tuyen. Nama lengkapnya Vu Tuyen. Vu, adalah nama keluarga, sedangkan Tuyen adalah namanya sendiri.

"Zaim, Zaim, kemari," serunya sambil menunjukkan tesisnya, suatu saat. Di tesis itu, di bagian acknowledgement, tertulis nama saya. "Kamu adalah teman sejatiku, karenanya cuma kamu kawan yang kutulis namanya di sini."

Barangkali Tuyen benar. Di sekolah, saya adalah teman terdekatnya. Baik secara fisik maupun dalam "pertemanan". Sepanjang kuliah, kami selalu duduk berdekatan. Kami pun - secara kebetulan - berada dalam satu grup diskusi. Bahakn segrup saat KKN. Saya juga satu-satunya kawan yang dapat membedakan apakah ia tengah menyebut kata case atau guys.

Banyak kesan yang saya catat dari berteman dengan Tuyen. Ia tak seperti kebanyakan orang Vietnam yang - biasanya - santun dan banyak senyum. Tuyen sangat ekspresif. Seringkali ia mengatakan betapa pentingnya orang Vietnam, seperti dirinya, mengadaptasi Barat. Namun tiba-tiba saja ia dapat meledak saat ada yang menyinggung Vietnam.

Dari Tuyen saya tahu berbagai hal mengenai Vietnam. Tentang perjuangan Vietnam melawan Perancis, Amerika, dan Cina, misalnya. Begitu juga soal kegamangan serta akibat yang harus dihadapi saat harus mencebur ke dunia kapitalistik. Tapi, bagi saya, yang paling berkesan adalah kisahnya soal perang melawan kemiskinan.

Begini:
Perancis sudah lama hengkang, Amerika sudah lari lintang pukang, mari kita taklukan kemiskinan. Itu kira-kira semboyan yang dikumandangkan Vietnam.

Caranya sederhana saja. Setiap kepala kampung wajib mencatat seluruh orang miskin di wilayahnya. Keluarga demi keluarga. Catatan itu juga harus menyebut faktor apa yang paling dominan memiskinkan masing-masing individu. Nah, jadi setiap RT, kelurahan, kecamatan, hingga nasional pun punya catatan tentang kaum miskin itu orang per orang.

"Data itu harus direvisi setiap tahun," kata Tuyen. "Dari situlah kita dapat memantau, apakah seorang pimpinan wilayah berhasil atau tidak." Setiap kepala daerah yang berhasil mengurangi jumlah orang miskin di wilayahnya, akan mendapat kesempatan lebih baik untuk dipromosikan. Demikian pula sebaliknya.

"Cara ini efektif untuk memaksa para pejabat memperhatikan nasib rakyatnya." kata Tuyen. "Mau tidak mau pejabat akan bersungguh-sungguh mengatasi kemiskinan."

Saya kira Tuyen benar. Saat ini, Vietnam memang belum dapat menepis kemiskinan total. Tetapi, Vietnam terbukti mampu mengurangi angka kemiskinan secara nyata. Vietnam, kini menjadi satu-satunya negara yang mempunyai daftar keluarga miskin (dan bukan sekedar desa tertinggal) secara rinci. Lalu para gubernur dan bupatinya pun berlomba-lomba untuk mengangkat kaum papa itu satu per satu dari lubang kemiskinan.

Vietnam memang bukan Korea Selatan, negara yang gemilang menaklukkan kemiskinan dengan program saemaul undong-nya. Tapi Vietnam mulai tumbuh menjadi contoh dunia: Dedikasi jauh lebih penting ketimbang sumberdaya dalam perang melawan kemiskinan. Dan kini Vietnam adda di antara kita. Di ASEAN.

Sekarang, saya tak tahu apa yang sedang dikerjakan Tuyen di damai kota Hanoi. Yang saya tahu, dia akan kecewa sekaligus gembira seandainya kami bertemu kembali. Pertama, dia akan tetap gagal membujuk saya minum bir. Kedua, Tuyen akan tahu betapa saya memimpikan suaasana di negerinya; keberhasilan bupati diukur dengan berapa banyak orang miskin yang telah mereka entaskan.