Sunday, April 30, 2006

Libur!



Mengantisipasi maraknya demonstrasi esok, Senin, 1 Mei 2006, kantor tempat saya bekerja akhirnya meliburkan karyawannya.

Tiada kata lain yang bisa kuutarakan selain ... Horeee! Hehehe ....

DVD Musik: Super Guitar Trio & Friends


Gambar dari Amazon.com


Saatnya untuk review DVD lagi ... :) Senang dengar musik instrumental (tanpa vokal) dan tidak berkeberatan dengar alat musik gitar? Kalau ya, coba deh dengerin yang ini. Kalau anda senang dengar musik jenis ini tentunya nama Al di Meola tidak asing. Permainan gitarnya yang khas, biasanya menggunakan gitar listrik, dan punya kecenderungan memainkan musik latin (atau yang deket-deket situ dah ... :) ).

Di DVD ini Al di Meola (yang duduk di tengah) bermain bersama Larry Coryell dan Birelli Lagrene. Saya sih belum kenal nama kedua orang ini, tapi permainannya nggak kalah. Mereka bermain di atas panggung sederhana, kadang ditemani permainan drum dan perkusi.

Bagaimana permainannya? Saya tanya balik, pernah lihat 3 orang gitaris bermain dengan kecepatan tinggi, bergantian memimpin, dengan jari-jemari yang lincah, gesit, dan menari di atas senar gitar? Keren banget, membius, dan mempesona. Yang namanya jari itu meloncat kian kemari tanpa lelah, pencet sana, pencet sini, bolak-balik, tidak pernah meleset, dan menghasilkan nada-nada yang merangsang namun indah. Anak saya aja yang nonton sampe sulit menarik nafas sangkin terpesonanya hehehe ....

Lagu-lagunya yang cukup terkenal antara lain Mediterranean Sundance dan Spain (lagu ini dulu dipopulerkan oleh Al Jarreau).

Belum cukup? Bagaimana kalau Acoustic Alchemy?

Gambar dari www.acoustic-alchemy.net


Kalau yang ini musiknya lebih kalem, dengan kualitas petikan yang tidak kalah bersih, rapi, dan nikmat di dengar ... :).

Tuesday, April 25, 2006

Perjalanan Menuju Sumber Keindahan



Perjalanan Menuju Sumber Keindahan
Arvan Pradiansyah

Untuk memulai perjalanan, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui. Pertama, kita perlu menyadari bahwa kita bukanlah tubuh kita, kita adalah jiwa kita. Jiwa itulah esensi manusia yang sejati. We are not physical beings living a spiritual life, but spiritual beings living a physical life. Kita bukanlah makhluk fisik yang menjalani kehidupan spiritual. Kita justru adalah makhluk spiritual yang menjalani kehidupan fisik di dunia.

Kesalahan terbesar yang seringkali kita lakukan adalah menyangka bahwa kita adalah makhluk fisik. Pandangan ini membuat kita menggunakan seluruh hidup kita untuk memenuhi kebutuhan fisik kita, seakan-akan kita akan hidup selama-lamanya. Orang yang berpandangan seperti ini menganggap kebahagiaan itu identik dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.

Kedua, untuk dapat menikmati hidup hal terpenting yang perlu kita lakukan adalah menjadi sadar. Orang yang tidak sadar ibarat orang yang tertidur sepanjang hidupnya. Untuk menjadi bangun kita harus sadar akan 3 hal, yaitu siapa diri kita, dari mana kita berasal dan kemana kita pergi. Mengingat kematian adalah adalah cara yang paling efektif untuk membuat kita sadar dan terbangun. Dengan mengingat kematian anda akan melihat dunia ini dengan kacamata yang berbeda. Bahkan hanya dengan mengingat kematianlah anda bisa benar-benar hidup!

Untuk dapat memulai perjalanan, anda perlu benar-benar membersihkan pikiran dan hati anda dari 'virus-virus' yang berbahaya. Ada 3 virus berbahaya yang sering menghinggapi kita semua, yaitu Sombong, Serakah, dan Iri/Dengki. Selain itu kita juga harus menjaga 'makanan-makanan' yang masuk ke dalam pikiran kita. Seperti dalam komputer, rumusnya adalah GJGO, garbage in garbage out. Jadi kalau yang dimasukkan ke dalam kepala kita adalah sampah, yang keluar pastilah juga sampah.

Namun perjalanan ke dalam diri seringkali terhalang oleh berbagai kepentingan dan kesibukan kita sehari-hari. Untuk itu, anda memerlukan kunci, yaitu menumbuhkan perasaan cinta dan kasih sayang. Salah satu cara praktis untuk memulai hal itu adalah dengan menyadari akan penderitaan yang dirasakan oleh orang lain. Hanya inilah yang dapat membuat hati kita melunak.

Ada banyak hal yang akan anda alami dalam perjalanan ke dalam diri anda sendiri. Pertama, anda akan menyadari adanya hukum alam yang mengatur segala sesuatu di dunia ini. Salah satu hukum alam yang terpenting adalah bahwa, "Apapun yang kita lakukan, yang baik maupun yang buruk adalah untuk kita sendiri." Kia juga perlu menyadari bahwa konsekuensi dan akibat semua perbuatan kita akan kita rasakan di dunia ini juga.

Kedua, anda akan mengalami kebahagiaan yang luar biasa. Kebahagiaan ini tidak dapat diceritakan tetapi hanya dapat dirasakan. Kita menjadi berbahagia karena kita telah membuka akses kita dengan sumber kekayaan yang luar biasa dalam diri kita sendiri. Kekayaan ini begitu berlimpah dan tidak pernah akan habis. Anda boleh mengambil sebanyak yang anda mau dengan cuma-cuma. Dengan melakukan hal itu anda pun akan merasakan kehadiran Tuhan dalam diri anda. Inilah wujud tertinggi dari dari integritas seseorang. Kit asadar tak ada satu tempat pun di mana Tuhan tidak dapat melihat kita. Kita sadar bahwa Tuhan berada sangat dekat dalam diri kita, bahwa Ia bersemayam di dalam hati sanubari kita.

Kajian 25 April 2006

Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintahNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya). QS An Nahl 12.

Tips Menghadapi Masalah


Gambar dari www.ahajokes.com


Setelah seminggu berkutat dengan hobi, kita coba balik ke hal-hal yang agak serius ... :)

Menyambung tulisan minggu lalu soal circle of influence, menurut Covey, masalah yang kita hadapi sehari-hari biasanya bisa dimasukkan dalam 3 kategori, yang bisa kita kontrol (direct control), yang sudah menyangkut orang/pihak lain (indirect control), dan yang sama sekali di luar jangkauan kita (no control).

Masalah yang bisa kita kontrol biasanya berhubungan dengan kita sendiri. Malas, tidak bisa menghargai orang lain, kurang menghargai waktu, dan sebagainya. So, kalau memang mau, kita bisa merubah kebiasaan ini. Tidak perlu menyalahkan orang lain ataupun lingkungan.

Masalah yang sudah menyangkut orang lain, kadang kita memiliki kemampuan untuk mempengaruhinya, agar masalah bisa diselesaikan. Misalnya pekerjaan rekan di kantor, perselisihan dengan tetangga, dan lain sebagainya. Banyak cara yang diajarkan untuk mempengaruhi orang. Salah satu yang sudah sering dibahas Covey tentunya ialah kita mulai dari diri sendiri. Kalau ada pekerjaan rekan di kantor yang tak kunjung selesai, mungkin saatnya kita turut membantu? Atau jangan-jangan rekan itu sudah kebanyakan tugas sehingga tidak bisa mengerjakan hal yang kita perlukan? Tetangga, kita mulai dengan mengawali dengan perdamaian, seperti permintaan maaf, uluran jabatan tangan, dan seterusnya. Memang kita tidak bisa mengontrol hasilnya, tapi setidaknya kita bisa melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki situasi.

Bagaimana dengan masalah yang di luar jangkauan kita? Ya sudah, kelihatannya sudah saatnya mengamalkan ilmu ikhlas ... :) Habis mau apa lagi .... hehehe.

Jadi, apapun masalahnya, jawabannya sudah ada. Apakah dengan merubah kebiasaan/sifat kita, atau dengan merubah cara kita mempengaruhi, sampai pada cara kita menerima situasi yang tidak bisa kita kontrol sama sekali.

Kelihatannya mudah … tapi kadang sulit dalam pelaksanaanya .. :)

Monday, April 24, 2006

Kajian 24 April 2006

Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. QS An Nahl 11.

Fotografi



Beberapa minggu ini setiap weekend saya sibuk berkutat dengan hobi baru, fotografi. Lihat aja tuh foto di atas .. itu belum apa-apa, ada yang sampe tiduran demi sekedar mengejar foto close up capung .. :)

Menggunakan kamera DSLR memang menarik. Banyak sekali fitur-fiturnya yang menarik. Sebagai orang yang suka ngutak-ngutik, jelas ini mengasyikkan sekali. Keterbatasan yang selama ini saya rasakan dengan kamera point-and-shoot juga mulai berkurang. Kurangnya pencahayaan, warna yang natural/asli, menangkap gerakan/aksi, dan banyak lagi ternyata bisa ‘diakali’ dengan berbagai fitur suatu kamera DSLR.

Salah satu hal yang menarik (namun juga bikin pusing hehehe …) karena banyaknya fitur ini, saya gelagapan dalam beraksi. Kemarin ada acara Kartini-an di kantor. Ngambil banyak sekali foto (lebih dari 100 buah), tapi cukup stress dan melelahkan … :-P. Kenapa? Karena selain panik mengambil foto-foto, saya juga harus berkutat dengan berbagai setting sang kamera. Yakh … ada 1-2 sih yang lumayan hasilnya … :)



Hal lain yang jauh lebih menarik ialah ketika saya membandingkan foto-foto saya dengan foto para jagoan, saya menemukan ‘kekosongan’ di foto-foto saya. Istilahnya, “Foto apa sih lu?”

Ternyata gaya point-and-shoot tidak bisa saya terapkan. Mengambil foto tidak lagi sekedar menangkap suatu peristiwa, tapi harus bisa ‘menceritakan’ peristiwa itu. Foto itu harus ‘hidup’ dan menyampaikan pesan yang kita inginkan.

Yang saya pelajari juga misalnya dalam memfoto manusia. Dulu sih mukanya kelihatan, ya cukuplah … hehehe. Ternyata dengan kualitas kamera DSLR saya bisa ‘menangkap’ hal-hal lain. Istilahnya kita harus bisa menampilkan karakter sang manusia tersebut. Mungkin tidak sulit (tapi mungkin sekali sangat sulit hehehe), tapi yang jelas saya harus merubah cara saya ….

Salah satu cara merubah ini ialah dengan kesabaran menangkap momen yang pas. Juga bagaimana membangun suasana agar sang manusia tersebut ‘siap’ dan dapat menampilkan dirinya pada saat difoto.

Yang juga menarik ialah jika kita ingin memfoto orang-orang di pasar, di jalan, menangkap kehidupan manusia di muka bumi ini. Ada lagi ilmu yang harus dipelajari, bagaimana mendekati mereka agar bisa bersikap wajar dan yang paling penting mau difoto. Terus terang mengeluarkan kamera segede gajah ini dari tas dan ‘memantengnya’ ke muka orang yang tidak kenal kita bukan pekerjaan mudah … :-P. Saya udah kena omel beberapa kali hehehe …

So, setidaknya ada 3 ilmu baru yang harus saya kuasai. Teknis kamera, cara ‘menangkap’ suatu peristiwa maupun karakter manusia, kesabaran, dan ilmu bergaul dengan semua orang … :)

Thursday, April 20, 2006

Go The Distance



Rasa-rasanya lirik lagu ini cukup bisa mengungkapkan isi hati saat ini ... :). Untung belum sampe pake lirik "Leaving on a Jet Plane", All my bags are packed, I’m ready to go ... :)

Go The Distance
Michael Bolton

I have often dreamed, of a far off place
Where a hero’s welcome, would be waiting for me
Where the crowds will cheer, when they see my face
And a voice keeps saying, this is where I’m meant to be

I’ll be there someday, I can go the distance
I will find my way, if I can be strong
I know ev’ry mile, will be worth my while
When I go the distance, I’ll be right where I belong


Down an unknown road, to embrace my fate
Though that road may wander, it will lead me to you
And a thousand years, would be worth the wait
It might take a lifetime, but somehow I’ll see it through

And I won’t look back, I can go the distance
And I’ll stay on track, no, I won’t accept defeat
It’s an uphill slope, but I won’t lose hope
Till I go the distance, and my journey is complete


But to look beyond the glory is the hardest part
For a hero’s strength is measured by his heart


Like a shooting star, I will go the distance
I will search the world, I will face its’ harms
I don’t care how far, I can go the distance
Till I find my hero’s welcome, waiting in your arms


I will search the world, I will face it’s harms
Till I find my hero’s welcome, waiting in your arms

Wednesday, April 19, 2006

iPod Corrupt!


Gambar dari www.skinsgallery.com


Betul sekali ... pagi ini sampai kantor nyalakan iPod ... lho kok semua lagu-lagunya hilang!! Cek ukurannya, filenya masih ada (dari 20GB, 17 GB terpakai), tapi lagu-lagunya tidak bisa dipilih sama sekali. Agak panik juga ... maklum biasanya kerja selalu ditemani musik ... :). Lihat sana-sini sebentar, harus reset, chkdsk, sampai harus hard reset. Makin panik aja ... karena hard reset artinya semua lagu akan hilang ... hii ... akhirnya sudahlah, diterusin di rumah aja.

Sore ini akhirnya diteruskan utak-utiknya. Akhirnya ketemu juga mengakali masalah ini. Library lagu-lagunya bisa dikembalikan, tapi tidak komplit. Cari lagi caranya sana-sini, akhirnya library yang tidak lengkap ini bisa dibangun (rebuild) lagi ... alhamdulillah. Kumpulan lagu hampir 20 GB akhirnya terselamatkan juga ... :)

Terus kenapa gambar di atas kok gambar Iron Maiden? Ini menjawab pertanyaan Ve soal Sepultura ataupun Black Sabbath. Sayang sekali saya kurang suka jenis musik grup-grup ini. Lebih mengetengahkan keras dan beringasnya musik. Musiknya sendiri biasanya meraung-raung datar ... Istilahnya musik cadas! Belum lagi penampilan para anggota bandnya yang biasanya menyeramkan semuanya. BTW, Kiss juga termasuk tipe grup ini. Tahu kan Kiss? Itu grup yang selalu mencat mukanya. Meski begitu ada satu lagunya yang saya suka, judulnya Beth. Penasaran? Cari sendiri ya ... saya nggak punya albumnya ... :)

Cuma saya jadi ingat waktu kuliah tingkat I sempat diajak ngeband (gini-gini anak band lho dulu SMA hehehe). Gitarisnya jago banget dan ngotot minta kita bawain lagu-lagunya Iron Maiden. Buat dia sih enak karena gitarnya bisa dikocok kemana-mana. Lha saya yang kebagian nyanyi pusing karena lagu-lagunya monoton semua. Rata-rata tiap lagu cuma 3-6 nada ... berapa kali latihan akhirnya nyerah ... saya nggak sanggup ...

Psst ... jadi ingat masa SMA deh, ngeband pake lagu-lagunya Scorpions, Ikang Fawzi, sampai Queen ... :-P. Nge-band lagi yuk!

Tuesday, April 18, 2006

Peter Gabriel - Growing Up Live


Gambar dari amazon.com


Vaye menanyakan apakah saya pernah denger Peter Gabriel. Alhamdulillah sudah juga, kebetulan juga sempat nonton DVDnya, Growing Up Live. Harus diakui memang selain penampilannya yang keren, musiknya yang 'ajaib' tapi tetap melodius, aksi teatrikalnya juga sangat fantastis. Agak susah menceritakan DVD ini, lebih baik nonton sendiri deh. Belum punya atau susah nyarinya? Saya pinjemin deh .. :) syaratnya, ambil ke kantor en jangan lupa dibalikin ... :-P

Salah satu hal yang bikin nama Peter Gabriel menarik perhatian saya ialah karena dia bekas pentolan Genesis. Saya juga sangat suka musik Genesis, terutama masa-masa awalnya seperti lagu-lagu Selling England by the Pound, Firth of Fifth, The Carpet Crawles, Follow You Follow Me, After Glow, Dancing with the Moonlight Knight dan banyak lagi. Yang namanya lagu itu bisa 'berkeliaran' menjelajah seluruh tangga nada, bereksperimen dengan berbagai jenis bunyi-bunyian, untuk akhirnya 'kembali' ke lagu yang sebenarnya ... :)

Dari Genesis, menjawab pertanyaan Ve, saya juga suka heavy metal rock ala tahun 70-90 seperti Deep Purple, Led Zeppelin, Rush, Styx, Janis Joplin, Jimi Hendrix, Pink Floyd, Rolling Stones, Kansas, Queen, Marillion, Jethro Tull, ELP, ELO, sampai Bon Jovi dkk. Omong-omong soal ini, ada yang pernah nonton DVDnya Led Zeppelin, The Song Remains the Same? Lupa saya lagu apa, tapi ada 1 lagu yang memperlihatkan kecepatan dan keakuratan garukan Jimmy Page pada gitarnya. Luar biasa ... coba deh lihat. Seperti biasa kalau nggak punya en susah nyarinya, anda tahu tempat bertanya ... :)

Wah ngomongin musik nggak ada habis-habisnya nih. Besok deh sambung lagi ...

Is This The World We Created
Queen

Just look at all those hungry mouths we have to feed
Take a look at all the suffering we breed
So many lonely faces scattered all around
Searching for what they need

Is this the world we created?
What did we do it for?
Is this the world we invaded
Against the law?
So it seems in the end
Is this what we’re all living for today?
The world that we created


You know that every day a helpless child is born
Who needs some loving care inside a happy home
Somewhere a wealthy man is sitting on his throne
Waiting for life to go by

Is this the world we created?
We made it on our own
Is this the world we devastated
Right to the bone?
If there’s a God in the sky looking down
What can he think of what we’ve done
To the world that he created?

Kajian 18 April 2006

Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. QS An Nahl 10.

Monday, April 17, 2006

Masih Seputar Musik



Daripada diomeli Vaye, kita terusin ngobrol soal musik ya. Gambar di atas adalah salah satu tabung input dari power-amplifier saya ... :). Cuma kali ini saya nggak ngomongin soal tabung ... gambar di atas sekedar hiasan ... :-P

Menyambung soal mendengarkan dan 'mendengarkan' weekend kemarin saya beli 3 buah DVD, Michael Buble - Come Fly with Me, Celine Dion - All the Way, dan Sting - Live in Concert.

Menonton ketiga DVD ini lagi-lagi membuktikan kebiasaan saya 'mendengarkan' musik. Si Buble menyanyi sangat memikat hati. Gayanya .... genit kali ya? Atau kata yang lain kenes merayu barangkali ya ... saya dan istri terpukau oleh gaya dan suara ia bernyanyi. Apa yang ia nyanyikan? Entah .... hehehe ... nggak perhatiin lirik lagu-lagu yang ia nyanyikan. Memang sempat coba nyimak pas lagu You'll Never Know tapi akhirnya kembali sang telinga tenggelam dalam mendengarkan bunyi-bunyian ....

Bagaimana dengan Celine Dion? Suaranya memang OK, tapi DVDnya kompilasi video musik dan live concert. Di kedua jenis tampilah ini Celine menyanyi dengan gaya standar. Musiknya pun begitu. Jadi ya begitulah ... agak membosankan. Kecuali waktu dia berduet dengan Terry Bradford, saya terpesona oleh Terry dengan gaya olah vokal dan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya. Lagi-lagi kesimpulan saya tanpa memperdulikan isi lirik lagu-lagunya.

Terakhir bagaimana dengan Sting. Rekamannya di cafe kecil, suara agak kacau balau. Namun meski di cafe kecil, Sting bawa komplotan yang cukup kumplit, mulai dari bass akustik, perkusi, sitar(?), dll disamping peralatan standar seperti gitar dan bass listrik, piano/keyboard, dan drum. Terus terang sangat amat menarik. Keriuhan dan kemajemukan suara, suara Sting yang khas, sampai lagu-lagunya yang tidak lazim. Masih ada yang ingat lagu Roxanne-nya The Police? Sting menyanyikannya dengan suara khasnya tapi dengan aransemen yang sangat berbeda. Sangat menarik ... sangat menarik ...

So, kelihatannya saya nikmati saja kebiasaan saya 'mendengarkan' ini ... :)

ROXANNE
The Police

Roxanne, you don't have to put on the red light
Those days are over
You don't have to sell your body to the night

Roxanne, you don't have to wear that dress tonight
Walk the streets for money
You don't care if it's wrong or if it's right

Roxanne, you don't have to put on the red light
Roxanne, you don't have to put on the red light
Put on the red light, put on the red light
Put on the red light, put on the red light
Put on the red light, oh


I loved you since I knew ya
I wouldn't talk down to ya
I have to tell you just how I feel
I won't share you with another boy
I know my mind is made up
So put away your make up
Told you once I won't tell you again it's a bad way

Roxanne, you don't have to put on the red light
Roxanne, you don't have to put on the red light
You don't have to put on the red light
Put on the red light, put on the red light
Put on the red light, put on the red light...

Kajian 17 April 2006

Kabarkanlah kepada hamba-hambaKu, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS Al Hijr 49.

Wednesday, April 12, 2006

Mendengarkan atau 'Mendengarkan' Musik?


Gambar dari http://www.talkorigins.org


Selingan aahh ... setelah beberapa tulisan serius dan sempat 'hilang' sejenak dari peredaran gara-gara long weekend dan berbagai deadline pekerjaan ... :)

Setelah bertahun-tahun mendengarkan musik, baru belakangan ini saya sadar kalau selama ini saya 'mendengar' maupun 'menonton' musik adalah untuk mendengar ... dan sama sekali tidak mencermati lirik lagu-lagunya ... :-P

Beberapa kali terkaget oleh komentar orang yang sama-sama sedang mendengarkan musik, "Kok gitu liriknya?" Atau, "Apa ya yang dia bilang (kalau bahasa Inggris)?" Iya kaget, karena saya sama sekali nggak nyimak yang itu. Yang saya simak alias dengarkan ya musiknya ...

Telinga saya biasanya mendengarkan bunyi-bunyi perangkat musik seperti petikan maupun raungan gitar, deru drum ataupun gemerincing perkusi, dentingan piano, dam-du-di-dam bass, lengkingan maupun rayuan terompet, dan seterusnya. Telinga pun sibuk menyimak sang penyanyi mengeluarkan suara, mencoba memahami emosinya yang larut bersama lagu. Dan kesemua itu sambung-menyambung menjadi satu jahitan musik yang indah merasuk sukma ....

Kalau nonton di TV, yang saya perhatikan biasanya bagaimana gerak-gerik sang penyanyi. Bagaimana ia berinteraksi dengan penonton, bagaimana memainkan tempo maupun suara agar stamina tetap terjaga, hingga ekspresi wajahnya ...

Mungkin ini pula kenapa sebabnya saya suka mencoba berbagai jenis musik. Mencoba mengetahui, menghargai, hingga menikmati rajutan nada yang sering kadang kala di awal terdengar sumbang maupun asing ....

Mungkin inilah sebabnya sang telinga dan otak sudah sedemikian sibuknya sehingga lirik lagu pun tidak sudah tak tercerna lagi ... :)

Kadang sih nyimak juga liriknya. Tapi biasanya kalau lagunya sudah sedemikian mengakar di hati dan otak ... contoh paling gampang lagu Just the Way You Arenya Billy Joel yang sudah demikian akrabnya di telinga saya sekian tahun baru nyadar 1-2 minggu yang lalu soal isi lirik/lagunya ... :-P

Repot juga ... :)

Kajian 12 April 2006

Ibrahim berkata, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat". QS Al Hijr 56.

Thursday, April 06, 2006

Circle of Concern vs Circle of Influence

Hmmm ... saatnya balik lagi menekuni buku Stephen Covey ... :)

Salah satu cara Covey membahas sikap proaktif ialah dengan menggambarkan lingkungan sekeliling kita dalam bentuk circle of concern (disingkat CoC) dan circle of influence (CoI).


Dalam hidup ada hal-hal yang menjadi fokus kita sehari-hari. Misalnya soal kesehatan kita, iman, keluarga, pekerjaan, soal bangsa ini (ceile ...) dan seterusnya. Ada pula hal-hal yang tidak menjadi perhatian kita seperti misalnya kenaikan pajak di Amerika, menangnya partai buruh di Inggris dan lain-lain. Covey menggambarkan hal-hal yang menjadi fokus kita dalam lingkaran semu yang ia sebut sebagai CoC.


Kalau kita lihat di dalam CoC, ada hal-hal yang kita dapat kontrol atau pengaruhi. Misalnya sekolah anak-anak, cara kita menjaga kesehatan, dan lain-lain. Ada pula hal-hal yang kita tidak dapat kontrol seperti situasi perusahaan, perkembangan bangsa ini dan seterusnya. Hal-hal yang dapat kita kontrol oleh Covey digambarkan dalam satu lagi lingkaran semu (di dalam CoC tentunya) yang ia sebut sebagai CoI.


Sekarang apa bedanya orang yang aktif dengan orang reaktif. Menurut Covey, orang yang aktif akan memfokuskan perhatian dan energinya pada CoI. Kembali ke contoh di atas, mereka akan sibuk memastikan anak-anak belajar dengan baik, memberikan support dalam belajar di rumah, mengajari sopan santun, etika, kehidupan beragama dan seterusnya. Mereka sibuk menjaga makanan mereka, menjaga pola hidup, senantiasa berolahraga dengan teratur dan seterusnya. Mereka memfokuskan energi dan perhatiannya pada hal-hal yang mereka dapat kontrol dan pengaruhi.

Di sisi lain, orang reaktif akan cenderung bekerja pada CoC. Mereka akan sibuk menyalahkan situasi pekerjaan, perusahaan. Mereka mengatakan gara-gara perusahaan yang memberikan pekerjaan terlalu banyak kesehatan mereka jadi tidak terjaga, mereka tidak punya waktu untuk keluarga dan anak-anak, mereka tidak punya waktu untuk beribadah dengan benar. Mereka menyalahkan situasi bangsa ini yang tidak kunjung membaik, mulai dari urusan pemerintahan sampai mental bangsa yang buruk. Karena mereka memfokuskan energi dan perhatian pada hal-hal yang mereka tidak dapat kontrol, yang muncul adalah sikap negatif, menyalahkan, dan mencari-cari kesalahan.

So, kalau lihat dari uraian di atas, jelas bahwa alangkah indahnya jika kita bisa sibuk memfokuskan diri pada circle of influence kita masing-masing. Ketimbang sibuk mengurus sesuatu yang jelas-jelas tidak bisa kita urus ... lebih baik kita mengeluarkan energi dan perhatian pada hal-hal yang bisa kita rubah, kita kontrol, dan kita perbaiki. Daripada ngomelin orang tidak bisa berlalu lintas dengan benar, lebih baik kita disiplin saja di jalan. Lambat sedikit tidak apa-apa, fikiran tidak tertekan, hati tenang, dan bisa menikmati perjalanan ... :)

Kajian 6 April 2006

Dan sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi. QS Al Hijr 23.

Wednesday, April 05, 2006

Mengatasi Masalah


Gambar dari http://www.catchits.com


Katakan anda memiliki sebuah mobil yang sering mogok. Apa yang terjadi jika mobil itu anda serahkan ke pedagang mobil bekas? Kemungkinan besar mobil itu akan dijual dan uangnya dibelikan mobil yang lain.

Bagaimana jika mobil itu anda serahkan pada pedagang onderdil, baru dan bekas? Kemungkinan besar mobil itu akan dibongkar, dipreteli, komponen yang bagus dijual sementara yang sudah rusak dibuang. Atau onderdil yang rusak akan dibuang dan diganti dengan onderdil yang lain, entah baru atau barang 2nd dari Singapore misalnya.

Namun bagaimana jika mobil itu anda serahkan ke bengkel yang pemiliknya pecinta mobil? Perkiraan saya, mobil anda akan diurus sebaik-baiknya. Seluruh onderdilnya diperiksa, diminyaki, diganti bagian-bagian yang sudah aus, dan seterusnya. Tidak itu saja, mungkin sekali setelah semua perbaikan dilakukan, baik interior dan eksterior mobil juga akan digarap. Akhirnya akan menghasilkan mobil yang meski tidak baru tapi berjalan dengan baik, dengan tampilan yang keren dan suasana dalam mobil yang nyaman.

Gordon Bethune dalam bukunya From Worst to First memberikan contoh yang menarik mengenai bagaimana kita mengatasi masalah. Apa yang terjadi jika suatu organisasi atau perusahaan yang sedang morat-marit diserahkan pada bukan ahlinya? Kemungkinan sebagian aset akan dijual, ditukar, atau dipecah-pecah. Katanya, salah seorang temannya mengatakan, “If you’re a hammer, everything is a nail”.

Pernahkah kita melihat penjual jam mencoba memperbaiki suatu jam yang rusak? Tidak, karena pekerjaan penjual jam adalah membeli dan menjual jam. Jika ada jam yang rusak, maka mereka akan mencoba menjualnya. Atau melakukan trik-trik tertentu seperti menggabungkan jam yang rusak itu dengan jam-jam yang lain dan menjualnya dalam satu paket. Tidak, mereka tidak akan memperbaiki jam itu.

Kalau melihat pada kasus CO dan Gordon Bethune (tulisan saya sebelumnya), masalah utama dari perusahaan itu adalah moral pegawai dan budaya perusahaan. Inilah yang harus diperbaiki. Dan yang dapat memperbaikinya adalah orang yang yang memiliki kemauan, keahlian, dan yang paling penting memiliki niat untuk memperbaiki perusahaan tersebut ...

Apa pelajaran dari cerita di atas ini buat kita? Tetapkan niat kita dalam menghadapi suatu masalah. Apa sekedar mencari jalan keluar yang bersifat sementara, atau sekedar mencari alasan-alasan pembenaran, atau memang mau menyelesaikan dan menuntaskan masalah ini. Masing-masing ada harganya yang akan kita bayar belakangan hari ... :)

Tuesday, April 04, 2006

You Don’t Change Unless You Want To


Gambar dari http://www.ahajokes.com


Judul di atas adalah petikan dari salah satu bagian dari buku From Worst to First karangan Gordon Bethune. Buku ini bercerita tentang bagaimana Gordon dengan sukses bisa menyelamatkan Continental Airlines (CO) – salah satu perusahaan penerbangan di Amerika – dari jurang kehancuran menjadi salah satu perusahaan terbaik dalam waktu singkat.

Ketika Gordon pertama kali bergabung dengan perusahaan itu di bulan Februari 1994 sebagai Chief Operating Officer and President, dengan cepat ia menyadari salah satu prinsip dasar dalam melakukan perubahan. Apa itu?

Kita harus mau melakukannya!

Hampir semua orang di CO menyadari pada saat itu kalau perusahaan dalam kehancuran. Manajemen telah melakukan berbagai studi, merumuskan permasalahan, hingga mendefinisikan strategi untuk menyelesaikannya. Namun tidak pernah ada langkah nyata untuk mengeksekusi strategi tersebut.
Manajemen tidak mau dan sulit untuk berubah. Dan bagi orang-orang yang mengusulkan maupun melakukan perubahan, tidak ada bentuk penghargaan yang berarti.

Gordon ingin melakukan perubahan. Ia mengusulkan berbagai metode, cara, dan lain sebagainya. Ia pun melakukan perubahan yang dapat ia lakukan dalam ruang wewenangnya. Namun ibarat sebuah mesin mobil, satu bagian tidak dapat berjalan kembali kecuali seluruh komponen mesin itu diperbaiki.

Gordon merasa frustasi dan sampai pada kesimpulan bahwa untuk dapat merubah suatu situasi secara drastis, perubahan harus datang dari orang nomor satu di perusahaan tersebut. Ia telah melakukan berbagai hal dalam batas wewenangnya. Namun ia tetap melawan arus. Selama orang nomor satu CO tidak mendukung tindakannya maupun memberikannya kesempatan untuk merubah situasi, maka semua langkah yang ia lakukan tidaklah berguna.

Entah ia menjadi orang nomor satu (yang akhirnya demikian) atau CO haruslah mengganti CEO dari perusahaan ini dengan orang yang MAU MELAKUKAN PERUBAHAN!

***
Bagaimana Stephen Covey memandang situasi ini? Kalau tidak salah, salah satu prinsip Covey adalah inside-out. Kalau saya tidak salah memahaminya, untuk memulai perubahan, kita harus mulai dari diri sendiri. Kalau kita mengharapkan perubahan pada atasan kita, perusahaan kita bekerja, kita harus mulai dengan merubah diri kita. Menjadi semakin rajin, semakin kreatif, tiada bosan menelurkan ide demi kemajuan, dan seterusnya.

Hal lain yang bisa dilakukan ialah dengan memperbesar lingkaran pengaruh kita (circle of influence). Selain kita berusaha untuk terus maju, kita coba tularkan semangat ini kepada orang-orang di sekitar kita yang pada gilirannya akan mempengaruhi orang-orang disekitarnya juga. Makin lama lingkaran pengaruh ini makin besar yang akhirnya kita harapkan dapat menyentuh sosok-sosok yang belum mau berubah.

***
Bagaimana kita melihat kedua pilihan ini? Masing-masing ada resikonya dan keterbatasannya. Mana yang bisa kita pilih? Jawabannya tentu sangat tergantung pada situasi kita masing-masing.

===

You don’t change unless you want to … you gotta want to.
If not? Then find someone else that want to …


Or

Inside-out principle … seek first to understand, then to be understood. Instead of asking, keep on giving …
How if finally you ran out of ammunition? Perhaps then it is time to across the bridge?

Zaman Pemaknaan - Dunia di Era Komputer


Gambar dari www.the-labs.com


Tulisan yang cukup menarik (meski agak berat) mengenai posisi manusia di jaman komputer …

Zaman Pemaknaan - Dunia di Era Komputer
Bagus Takwin - Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Biarkan komputer menyelesaikan masalah-masalah teknis kita. Begitu kira-kira pesan Daniel Pink dalam buku terbarunya A Whole New Mind (2005). Pesannya belum selesai. Pink melanjutkan, yang benar-benar penting bagi manusia adalah pemaknaan; bagaimana membuat makna.

Inilah yang tidak bisa dilakukan oleh komputer. Selain itu, keindahan, empati, dan keceriaan juga merupakan ciri- ciri manusiawi yang tak dimiliki komputer; kualitas-kualitas yang memungkinkan manusia melakukan berbagai inovasi dan menghindarkannya dari komoditisasi menjadi saingan mesin-mesin.

Kualitas-kualitas itu pula yang memungkinkan orang mampu membuat konsep, representasi benda-benda di pikiran manusia; baik benda konkret maupun abstrak, benda nyata maupun imajiner. Manusia mampu membuat representasi kognitif dari berbagai hal yang belum ada dalam kenyataan, mampu membayangkan masa depan.

Ini mengingatkan saya kepada Ernst Cassirer (1944) dalam An Essay on Man. Manusia adalah makhluk simbolik, kemampuannya mencipta dan mengolah lambang menjadikannya unggul dari organisme lain, menjadikannya makhluk beradab dan berbudaya. Kemampuan simbolik itu yang memungkinkan manusia mampu membuat konsep, menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, menyusunnya menjadi cerita; rangkaian peristiwa yang dimaknai berdasarkan urutan kejadiannya.

Sekarang, kata Pink, adalah zaman konseptual. Kemampuan membuat konsep merupakan kelebihan manusia yang tak tergantikan oleh apa pun. Komputer mampu melakukan empat miliar perhitungan setiap detik tanpa merasa lelah atau jenuh. Bagaimana kita menyainginya? Perlukah kita bersaing dengan komputer?

Jawaban Pink: tidak perlu! Biarkan komputer menyelesaikan masalah-masalah teknis dan klerikal serta pekerjaan rutin lainnya. Urusan manusia adalah membuat konsep; memaknai berbagai hal yang ada di sekelilingnya; membuat makna-makna baru; membuat dunia lebih indah, hangat dan ceria. Menjadikan dunia sebagai tempat yang manusiawi.

Belahan (hemisphere) kanan otak manusia diduga merupakan sumber dari kualitas-kualitas manusiawi itu. Tentu saja belahan ini berfungsi secara integratif dengan bagian-bagian lain sistem syaraf manusia. Fungsi kreatif dan relasional be-’ranah’ di belahan otak ini. Kreativitas memberi daya untuk menemukan hal-hal baru yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Fungsi relasional menghasilkan kemampuan membina hubungan interpersonal, membentuk kebersamaan intersubyektif yang meleluasakan kehidupan bersama bagi subyek-subyek anggotanya. Kreativitas didasari oleh kemampuan membayangkan sesuatu yang belum ada atau dengan kata lain membuat konsep-konsep baru, serta membayangkan sesuatu yang lebih baik, lebih indah, daripada yang ada sekarang.

Kemampuan membuat konsep yang didasari oleh kemampuan memberi dan mencipta makna, juga kemampuan menikmati keindahan, empati, serta memandang dunia seisinya sebagai hal yang menyenangkan, tampil jelas dalam penceritaan (storytelling). Kemampuan manusia membuat cerita, lalu menyampaikannya, juga mengambil pelajaran dari sana, merupakan implikasi dari kemampuan manusia membuat konsep, menghayati keindahan, empati, dan keceriaan.

Cerita, sesuatu yang kita akrabi sejak kecil, mengandung konsep-konsep yang terangkai sedemikian rupa menjadi jalinan makna yang menggugah dan menyenangkan. Cerita yang menarik memanfaatkan kualitas-kualitas manusiawi itu.

Zaman konseptual
Menamakan zaman kini sebagai zaman konseptual berarti memahaminya sebagai zaman penceritaan. Ini tidak berlebihan jika kita cermati apa yang ditunjukkan oleh Deirdre McCloskey dan Arjo Klamer (1995) dalam esei mereka "One Quarter of GDP is Persuasion (in Rhetoric and Economic Behavior)" yang dimuat dalam American Economic Review. Di sana dinyatakan, 28 persen dari GNP di Amerika Serikat diperoleh dari persuasi yang kebanyakan isinya adalah penyampaian cerita. Lewat penceritaan, orang-orang di sana melakukan aktivitas senilai 1,8 triliun dollar AS, jumlah yang sama sekali tidak sedikit.

Laurence Prusak dalam buku Storytelling in Organizations (ditulis bersama oleh Brown, Denning, Groh, & Prusak, 2005) menjelaskan apa yang membuat para CEO dibayar mahal: mereka bercerita. Dikutipnya Jack Welch, mantan CEO perusahaan multinasional General Electric yang semasa mahasiswa nilainya rata-rata C+. Welch menjadi CEO asal Irlandia yang sukses dan ternama karena kemampuannya bercerita. Prusak menunjukkan kebenaran ucapan itu. Dengan kemampuan bercerita yang kuat, orang bisa menyampaikan cerita ke Wall Street, bursa efek terbesar di dunia. Di sana, penceritaan itu akan menghasilkan implikasi ekonomi dan finansial yang hebat, punya implikasi praktis yang besar. Intinya, menurut Prusak, cerita punya peran yang besar dalam pengembangan budaya, organisasi, bisnis, ekonomi, dan masyarakat.

Sejalan dengan semua yang saya sebut tadi, Jerome Bruner, ahli psikologi kognitif yang belakangan menjadi tokoh penting dalam psikologi pendidikan dan psikologi budaya, menyatakan bahwa cerita merupakan unsur utama yang membentuk pikiran. Dasar dari pembuatan dan penyampaian cerita adalah fungsi naratif, pemahaman berdasarkan urutan waktu, berorientasi kepada tindakan dan pikiran yang mengarah kepada pengenalan terhadap detail. Dengan mode naratif, pikiran mengambil bentuk cerita dan drama yang menggugah.

Lebih jauh lagi, Bruner (1991) menjelaskan bahwa cerita dan penceritaan sebagai produk budaya merupakan media yang paling berperan dalam pengembangan kebudayaan dan peradaban manusia. Dalam risalahnya, "The Narrative Construction of Reality", Bruner berargumen bahwa struktur pikiran mendapatkan pemahaman realitas melalui perantaraan produk-produk kultural seperti bahasa dan sistem simbolik lainnya. Produk- produk itu tersusun dari naratif yang merupakan produk kultural, sekaligus juga pembentuk kebudayaan.

Kebudayaan terbentuk dan tampil bersama dalam hubungan dialogis-mutualistik di antara individu yang menjadi warganya. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu diberi makna sedemikian rupa dan dirangkai menjadi cerita yang membentuk kebudayaan dari orang-orang yang mengalaminya.

Zaman penceritaan
Paralel dengan kemampuan membuat konsep, kemampuan membuat dan menyampaikan cerita serta mengambil pelajaran dari cerita pun merupakan keunggulan manusia yang tak dimiliki oleh makhluk lain. Jika abad ke-21 disebut sebagai zaman konseptual, maka itu sekaligus juga sebagai zaman penceritaan. Penggunaan cerita dalam berbagai bidang kehidupan, baik yang ilmiah maupun nonilmiah, menjadi metode dan media penting dalam proses perolehan pengetahuan, lebih jauh lagi dalam peningkatan kesejahteraan hidup manusia.

Penekanan pentingnya naratif dalam hidup manusia bukan sesuatu yang berlawanan dengan sains, melainkan pelengkapan proses perolehan pengetahuan. Sains dengan analisis yang menggunakan inteligensi menghasilkan kemajuan dan memberi kontribusi dalam kehidupan manusia jelas kita perlukan. Naratif dengan dasar pemahaman menyeluruh terhadap realitas menghasilkan kemampuan memahami dan memaknai secara lebih komprehensif, kreatif, dan simpatik, juga diperlukan.

Teori-teori yang didasari berbagai fakta yang ditemukan sains pada akhirnya perlu dirangkai jadi cerita yang dapat dipahami, dimaknai, dan dimanfaatkan dalam keseharian manusia. Untuk merangkainya diperlukan fungsi berpikir naratif. Sains perlu terus berkembang menjalankan perannya meningkatkan kesejahteraan manusia.

Hasil-hasil dari sains dan naratif dapat diterapkan dalam bentuk teknologi yang membantu meringankan beban hidup manusia. Teknologi bukan gantungan mutlak hidup manusia. Hidup manusia seharusnya diperkaya dan diperdalam oleh teknologi, bukan dikacaukan dan dilemahkan.

Komputer sebagai perwujudan teknologi pun demikian. Ia berfungsi untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah teknis dan rutin, sehingga manusia punya waktu lebih banyak untuk memperkaya dan memperdalam hidupnya. Kembali kepada pesan Pink, biarkan komputer menyelesaikan masalah- masalah teknis dan rutin. Mari kita perkaya hidup dengan pemaknaan yang mendalam, kreatif, hangat, dan riang....

Monday, April 03, 2006

Menjadi Lebih Baik


Gambar dari http://author.senescence.info


Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti suatu diskusi mengenai bagaimana ‘menjadi lebih baik’. Menarik juga, karena ini mendorong kita untuk selalu maju dan maju dalam hidup ini.

Sang nara sumber mengatakan ada 3 hal yang harus kita lakukan agar bisa konsisten menjadi lebih baik. Yang pertama yaitu kita harus punya waktu untuk melakukan introspeksi. Apakah yang kita kerjakan sudah benar? Apakah bermanfaat? Apakah berguna untuk orang lain? Adakah pelajaran yang bisa kita tarik dan keberhasilan maupun kegagalan? Apakah kita bersandar pada semata-mata diri kita atau saling bekerjasama dengan orang lain? Dimanakah posisi Yang Maha Kuasa dalam perjuangan kita?

Sering kali kita terjebak pada derasnya pekerjaan maupun tantangan hidup sehingga kita tak punya waktu untuk introspeksi, untuk 'berhenti'. Kata sang nara sumber, luangkanlah waktu untuk 'berhenti' dan mengintrospeksi diri.

Yang kedua ialah kita harus terus belajar. Saat kita berhenti belajar, saat itu pula hidup kita mandek. Kita harus terus belajar bagaimana menjadi seorang manusia, seorang teman, seorang tetangga, seorang anak, seorang orang tua, seorang atasan, seorang bawahan, seorang pemimpin. Kita harus belajar berbagai ilmu dalam bidang kerja kita mulai dari urusan project management, akunting, remote sensing, IT, chain supply management, dan bermacam-macam lagi. Belajar dan belajar ...

Sering kali kita merasa sulit untuk belajar. Salah satu cara mungkin dengan mengkombinasikannya sebagai hobi maupun bagian dari keseharian. Project management misalnya, mungkin ilmunya bisa kita terapkan dalam acara lomba HUT 17-an, akunting dalam perencanaan keuangan keluarga, remote sensing -> ngebrowse pake’ Google Earth dll dll.

Nah, bertalian dengan soal belajar di atas, hal yang ketiga adalah menghindari rutinitas. Kalau hidup kita sudah sedemikian rutinnya, pekerjaan kita sudah sedemikian rutinnya ... kita harus segera merubahnya atau kita akan terjebak di dalamnya, selama-lamanya ...

Memang kadang hal ini terasa enak, tidak perlu banyak berfikir, cukup ikuti arus. Namun tanpa kita sadari waktu terus berlalu sementara kita masih seperti yang dulu ... udah kaya’ lagu aja ... :-P

Sebagai penutup saya jadi ingat habits ke tujuh dari Stephen Covey, Sharpen the Saw. Dalam hidup kita harus berhenti untuk menjaga kesehatan, mengisi kembali energi kita, mengasah diri kita, dan terus meningkatkan diri kita ...

So, seems like not a difficult things to do … right? :)