Tuesday, September 28, 2010

Orang tua ke anak

taking care


Episode 1: Ada teman kantor yang sedang mengandung. Beliau mau pindah kantor. Untuk kenang-kenangan saya mikir apa kasih kain ulos ya? :-P Atau minimal kain panjang lah, biar dia bisa gendong anaknya dengan kain itu.

Episode 2: Siang ini makan siang rame-rame. Ada teman yang mau naik haji. Anaknya mau dititipkan ke mertua semasa beliau naik haji. Dari diskusi yang terjadi, kesimpulannya anak itu lebih tenang karena bebas dari pengawasan orang tua, bisa dapat akses yang dia butuhkan, seperti permainan, dst. Jadi ga perlu khawatir ditinggal.

Episode 3: Mikir ... apa anak sekarang udah ga perlu ya gendongan orang tua? Apa anak sekarang cukup dibesarkan dengan fasilitas, tidak perlu kasih sayang yang dituangkan dengan gendongan, pelukan?

Kesimpulan: Ingat waktu anak-anak dulu masih bayi. Gantian ngurus ... gendong, belajar pakai kain panjang, nina bobokan ... si kecil tertidur lelap dalam pelukan. Hmmm ... apa saya udah terlalu tua ya untuk zaman ini sekarang?

Sunday, September 26, 2010

Nulis dan Cirebon ...

ciremai mountain


Ternyata kalau ga diluangkan, ternyata saat ini sulit mencari waktu luang untuk menulis. Padahal mau nulis yang ringan-ringan aja, 1 paragraf lah ... Hmmm ... musti siapkan waktu khusus untuk nulis ya. Kapan ya ... ba'da dhuhur sebelum kerja lagi? Tapi biasanya otak udah penuh sesak ama kerjaan kantor ... :-P

Eh ... jadi ingat sesuatu ... kemarin ada teman kantor - fotografer - mau ke Cirebon. Berhubung udah pernah ke Cirebon, langsung aja saya kasih tahu ... ke pantai Kejawanan ya! Belum banyak fotografer yang ke sini ... kalau cuaca bagus, langitnya indah ... dan bisa lihat gunung Ciremai. Seperti foto di atas ... :)

PS. Biasanya kalau ke daerah, langit pas matahari terbit itu hampir selalu bagus, Jakarta kalah ... :D

Sunday, September 19, 2010

Bungkuk

self portrait


Kalau duduk, berjalan, rupanya saya bungkuk. Berulang kali saya coba perbaiki sikap duduk dan berjalan ini. Tapi biasanya ga bertahan lama ... lupa lagi, lupa lagi. Cuma kemarin pas ga sengaja difoto orang ... dan saya bengong .... bener-bener bungkuk ya? Hmmm ... benar-benar harus serius nih ngurusin urusan 'bungkuk'.

Perlu diurusi, perlu diingatkan. Apa ya kata pepatah ... pepatah lagi ... :-P. Alah bisa karena biasa .... Meski bisa, tetapi karena kebiasaan, jadinya ga bisa ... :)

Kucing




Ada seekor kucing. Hampir selalu saya temui kalau sedang berjalan kaki ke mesjid. Bulu-bulunya halus, penampilannya cantik (kucing cantik hehehe ...), dan cukup santun. Selalu menyambut elusan tangan kita ... biasanya langsung mendengkur pula ... :)

Dia selalu 'stand-by' di seputar selokan yang banyak tikusnya. Sekali, dua kali bertemu ... lama-lama saya kagum sama dia. Begitu tekun menunggu ... sabar menunggu ... dan melihat penampilan fisiknya, tentunya dia cukup makan. Makan dari usahanya menunggu ini ...

Apa ya kata pepatah ... ketekunan membuahkan hasil ... Ada ga ya pepatah ini? :D

Saturday, September 18, 2010

Kembali ke Fitrah, Kembali ke Optimisme

and the day just welcoming you ....


Kembali ke Fitrah, Kembali ke Optimisme
Hatta Rajasa - Kompas.com

Dalam diskusi ringan di akhir Ramadhan lalu, seorang pengguna Twitter prihatin terhadap sikap (attitude) kalangan muda kita. ”Kebanyakan apatis! Sulit diajak berpikir kreatif. Mereka benar-benar membutuhkan contoh dari pemimpin. Sudah saatnya pemimpin bangsa ini tampil lebih inspiring!” Sebuah pernyataan yang menyentakkan saya.

Bisa jadi yang dikatakannya benar. Sebagai musisi terkenal dengan banyak follower di akun Twitter-nya, pastilah ia mampu menyerap aspirasi yang tumbuh di masyarakat atau ”konstituen”- nya. Maka, ungkapan pesimisme dan keprihatinannya di atas menjadi wajar.

Tak terbatas di Twitter, Facebook, atau media semacamnya, pesimisme juga acap bergulir di forum lain. Kita bisa melihat sederet seminar dan diskusi, baik di kampus maupun hotel berbintang, obrolan rakyat di gardu jaga maupun di warung kopi, yang bertema keprihatinan terhadap keadaan masyarakat kita.

Pesimisme

Pendek kata, begitu Indonesia menjadi topik, pandangan-pandangan negatiflah yang lebih mendominasi diskusi. Dalam diskusi semacam ini, Indonesia semakin sering tampil sebagai simbol kegagalan, kemiskinan, ketidakadilan, dan kekurangan lain yang tak pernah habis.

Di luar kesadaran kita, kita pun menjadi lebih suka membicarakan Indonesia dari sudut pandang negatif, tanpa memberikan ruang sedikit pun untuk sudut pandang positif.

Kondisi obyektif menunjukkan bahwa bangsa kita memang sedang menghadapi banyak tantangan dengan sederet permasalahan. Apa pun yang kita bahas, pasti akan sampai pada sejumlah permasalahan. Ini sebenarnya hal wajar, tetapi karena selalu dilihat dari sudut pandangan negatif, ada saja kurangnya.

Di bidang kesejahteraan, walau angka kemiskinan terus menurun, masih ada 13,2 persen penduduk yang hidup miskin. Di bidang ketenagakerjaan, masih ada 7,9 persen bangsa kita yang belum tertampung lapangan kerja. Begitu pula di bidang-bidang lainnya, termasuk kesehatan dan pendidikan, selalu saja ada permasalahan yang perlu diselesaikan. Masih banyak yang harus diperbaiki, masih banyak ketertinggalan yang harus diatasi.

Akan tetapi, benarkah tak ada satu pun keberhasilan yang pernah dicapai? Tentu ada dan banyak. Masalahnya, kita tak pernah suka membahasnya. Mungkin karena mendiskusikan hal- hal positif dianggap tidak funky dan kurang seksi!

Faktanya, tidak semua orang menerima pola pikir positif. Pandangan negatif lebih mudah mendominasi diskusi karena bisa menciptakan musuh bersama dan melahirkan apatisme.

Berpikir positif

Sesungguhnya, di samping apatisme dan pandangan negatif, ada baiknya sesekali kita melihat kondisi obyektif dengan sudut pandang positif.

Pola pikir positif telah lama diperkenalkan oleh Pygmalion, seniman pahat Yunani kuno yang kini sering dijadikan panutan para motivator. Pygmalion tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain. Sebaliknya, ia selalu mencoba membayangkan hal-hal baik di balik perbuatan buruk orang lain.

Berpikir positif seperti ini merupakan sikap mental yang memudahkan masuknya pikiran-pikiran konstruktif. Berpikir positif juga merupakan sikap mental yang produktif, mengharapkan hasil yang lebih baik serta menguntungkan.

Barbara A Lewis dalam bukunya What Do You Stand For, mencatat sejumlah keuntungan dari pola pikir positif. Keuntungan itu di antaranya mampu melahirkan optimisme, sportivitas, dan kepekaan. Berpikir positif juga menimbulkan rasa syukur bahkan pengharapan.

Jika kita mau menengok sejarah, bangsa kita adalah bangsa yang optimistis dan berpikiran positif. Para pejuang dengan berbagai keterbatasan, misalnya, optimistis mengupayakan Indonesia merdeka. Sikap positif pendahulu inilah yang menjadikan Indonesia bebas dari penjajah.

Maka, beda dengan apatisme dan negative thinking, pikiran positif cenderung menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan. Apa pun yang kita harapkan, pikiran positif akan mewujudkannya.

Dengan pola pikir positif, kita bisa melihat bahwa di samping masih ada rakyat yang hidup miskin, masyarakat juga meningkat signifikan kesejahteraannya.

Data Susenas BPS menunjukkan bahwa saat ini 40 persen dari total jumlah pekerja telah berpendapatan 5.000-13.000 dollar AS per tahun. Suatu jumlah yang sangat besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Malaysia, apalagi Singapura.

Demikian pula dengan produk domestik bruto (PDB) negara yang telah jauh meningkat. Apabila pertumbuhan negara kita diasumsikan 5,8 persen, PDB kita adalah Rp 6.256,1 triliun. Padahal, kita optimistis pertumbuhan akan mencapai di atas 6 persen sehingga PDB akan mendekati angka di atas Rp 6.500 triliun atau di atas 700 miliar dollar AS. Suatu capaian yang patut disyukuri walaupun kita masih harus bekerja sangat keras untuk mengurangi disparitas.

Dengan kata lain, di samping kemiskinan dan keterbelakangan yang menjadi pemandangan dominan di masa lalu, kemakmuran tampak hadir meski masih diiringi ketimpangan. Tentu saja upaya menyejahterakan bagian masyarakat lain tetap harus diprioritaskan.

Dengan pola pikir itu, Indonesia telah dinilai dunia internasional sebagai negeri yang stabil, memiliki pertumbuhan ekonomi positif, mampu bangkit dari hantaman krisis keuangan 1997-1998, sekaligus mengatasi krisis 2007-2008.

Kita tahu bahwa kemampuan ekonomi Indonesia mendorong sejumlah ekonom menempatkan Indonesia dalam kelompok kekuatan baru dunia: BRIIC (Brasil, Rusia, India, Indonesia, China).

Sederet prestasi lain patut kita catat, misalnya Indonesia masuk G-20 dan bahkan diramalkan tahun 2030 Indonesia akan masuk 10 kekuatan ekonomi dunia. Singkat kata, banyak prestasi yang sudah diukir bangsa ini di dunia internasional.

Seimbang

Sekali lagi, kita sesungguhnya bisa melihat fenomena di Indonesia dengan pola pikir positif sehingga berbagai kemajuan yang dicapai bisa diapresiasi.

Dengan kata lain, menilai situasi bangsa harus juga dilakukan dengan membandingkan antara Indonesia sekarang dan Indonesia dulu. Bukan melulu membandingkan realitas dengan kondisi ideal.

Selain memerhatikan hal-hal yang belum kita capai, kita juga perlu memerhatikan kemajuan dan keberhasilan. Keseimbangan dan obyektivitas bisa mendorong kita untuk menumbuhkan optimisme. Perlu diingat bahwa sikap optimistis tidak ada hubungannya dengan sikap mendukung atau tidak mendukung pemerintah. Dengan pola pikir ini, kita juga bisa membedakan sikap kritis yang justru harus dipertahankan dengan sikap pesimistis.

Optimisme yang muncul dari pola pikir positif mesti pula diiringi dengan semangat melakukan perubahan dan pembaruan di segala bidang. Dengan kehadiran knowledge community (semisal Twitter), pandangan positif dan optimistis bisa kita gandakan menjadi pandangan kolektif seluruh bangsa.

Apalagi setiap agama mengajarkan nilai-nilai positif. Dalam ajaran Islam, selalu dianjurkan agar umat Islam berbaik sangka, kepada Allah SWT yang menciptakan dan juga kepada sesama. Dengan husnudzhon, akan berkembang rasa optimisme.

Kombinasi antara integritas tinggi para pemimpin dan optimisme kuat masyarakat, insya Allah, akan mendorong kemajuan bangsa ini.

Sudah saatnya kita lebih menggelorakan optimisme dan menghentikan kebiasaan membicarakan kegagalan, bukan keberhasilan; mengungkap yang belum dicapai, bukan yang sudah dicapai; menuding yang salah, bukan memperbanyak cerita sukses. Sudah saatnya kita bersama memberantas virus pesimisme yang meruyak di mana-mana.

Apakah kita sudah bersikap positif dan optimistis? Jika belum, mari kita mulai membangun kembali nuansa positif dan optimistis itu. Pastikan kita semua mampu mengambil semangat Pygmalion, juga semangat para pejuang kemerdekaan, agar dunia kita penuh dengan manusia yang berpikiran positif.

Semangat kembali ke fitrah dalam suasana Idul Fitri sekarang ini dapat kita maknai untuk terus berpikir positif. Dengan begitu, kita sebagai bangsa bisa berharap menemukan solusi semua permasalahan.

Tuesday, September 14, 2010

Perbaikan

holiday season ...


Masih cuti ... salah satu kegiatan adalah lihat-lihat foto-foto. Alhamdulillah ternyata banyak ilmu yang didapat belakangan ini. Foto di atas contohnya. Foto aslinya horisonnya melengkung akibat efek lensa lebar (wide). Tadinya lihat fotonya aja udah pusing hehehe ....

Baru tahu semalam kalau efek distorsi ini bisa diperbaiki di Photoshop. Klak-klik sedikit, eh ... horisonnya jadi kembali lurus. Setelah itu pekerjaan digital darkroom sebentar, perbaiki levelling, kontras ... alhamdulillah sudah siap 'naik cetak'.

Banyak ya ilmu yang kita pelajari ... harus sering-sering berhenti sejenak, kilas balik, menghargai ... alhamdulillah.

Monday, September 13, 2010

Jajan di hari-hari Lebaran

father and son


Niat hati mau ngajak Ibu makan di luar. Berbagai rencana telah diusung, berbagai situs telah ditelusuri, tuk memilih makanan yang cocok dengan selera beliau. Ternyata lucu juga, restoran yang dipilih ternyata belum buka. Ada satu yang ditelepon, kata petugasnya buka ... ternyata sampai di sana, bukanya baru jam 2 siang ...

Namun alhamdulillah ini memberikan hikmah. Kami pun jalan-jalan santai, bergembira ... dan ternyata tidak lama setelah itu, kami menemukan restoran lain yang buka, yang berbeda, namun dengan menu yang kurang lebih sama ... :) :) :)

Sunday, September 12, 2010

Ketidaksabaran

Leading ... or queuing? :)


Berkendara di seputar Bogor kemarin ... subhanalloh itu yang namanya ketidaksabaran benar-benar menggema. Sampe heran ama kenekadan yang namanya motor itu. Kalau di Jakarta itu rasanya nekad tapi pengemudinya memang ahli ... kalau di Bogor ini seperti menghadapi anak-anak yang baru bisa naik motor ... nekad sekaligus menyeramkan, seperti tidak menghitung nyawa ... padahal hari kedua lebaran ....

Jadi ingat-ingat .... perasaan baru beberapa waktu yang lalu berkendara di kota yang para pengemudi motornya sopan-sopan ... tenang ... santun. Pengemudi mobil juga demikian ... tenang, sabar, tidak sebentar-sebentar muncul di spion kiri atau kanan, mau mendahului ... :). Oh iya .... di Bandung, alhamdulillah. Tapi ini pas hari kerja lho ... bukan wiken ketika Bandung dipenuhi warga Jakarta ... :) :) :)

Saturday, September 11, 2010

Kejujuran

Pose for me


Tadi alhamdulillah ketemu teman lama. Sudah lama tidak bertemu.

Terakhir jabatan beliau adalah kepala kantor. Namun karena satu kesalahan fatal, beliau kehilangan jabatan, pekerjaan, tempat tinggal hingga keluarga beliau. Tragis ...

Ada satu hal yang beliau lupa, kejujuran. Sungguh mahal bayarannya di dunia ini. Ini belum bicara tentang pembayaran akhirat ...

Kini beliau sedang berusaha untuk "kembali". Sungguh tidak mudah ...

Wednesday, September 08, 2010

Ramadhan hampir usai ...

Air mata perlahan merebak
Ketika melangkahkan kaki pulang
Seusai sholat subuh
Dari tempat tercinta, mesjid

Ya Rabb, ramadhan hampir usai

Yang hari-harinya sibuk mengejar tilawah, hapalan, kajian
Di tengah hiruk pikuk dunia
Yang malam-malamnya kurang tidur, bersujud, berdoa, merenung
Larut di keheningan malam

Ya Rabb, ampunilah segala dosa kami
Kasihanilah kami, tutuplah aib kami, angkatlah kedudukan kami, cukupilah rezeki kami, tunjuki kami, dan sehatkanlah kami

Ya Rabb, jangan cabut kenikmatan ini dari kami
Jadikan kami orang yang istiqomah
Taat dan beribadah
Semata padaMu


Setiap Habis Ramadhan - Bimbo

Setiap Habis Ramadhan
Hamba Rindu Lagi Ramadhan
Saat Saat Padat Beribadah
Tak Terhingga Nilai Mahalnya

Setiap Habis Ramadhan
Hamba Cemas Kalau Tak Sampai
Umur Hamba Di Tahun Depan
Berilah Hamba Kesempatan

Setiap Habis Ramadhan
Rindu Hamba Tak Pernah Menghilang
Mohon Tambah Umur Setahun Lagi
Berilah Hamba Kesempatan