Thursday, December 24, 2009

Rahasia Hijrah

blossom


Rahasia Hijrah
DR. Amir Faishol Fath - Dakwatuna.com

Hijrah adalah keniscayaan. Allah swt. membangun sistem di alam ini berdasarkan gerak. Pelanit bergerak, berjalan pada porosnya. Allah berfirman: ”Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin: 38). Imam Syafii' menggambarkan dalam sya’irnya yang sangat indah bahwa air yang tergenang akan busuk dan air yang mengalir akan bening dan jernih. Seandainya matahari berhenti di ufuk timur terus menerus, niscaya manusia akan bosan dan stres.

Benar, hijrah sebuah keniscayaan. Karena dalam diam tersimpan segala macam keburukan. Mobil yang didiamkan berhari-hari akan karat dan hancur. Jasad yang didudukkan terus menerus akan mengidap banyak penyakit. Itulah rahasia mengapa harus olah raga. Syaikh Muhammad Al Ghazali berkata: ”Bahwa orang-orang yang nganggur adalah manusia yang mati. Ibarat pohonan yang tanpa buah para penganggur itu adalah manusia-manusia yang wujudnya menghabiskan keberkahan.”

Terbukanya kota Mekah adalah keberkahan hijrah. Seandainya Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya tetap berdiam di kota Mekah, tidak pernah terbayang akan lahir sebuah kekuatan besar yang kemudian menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Sungguh berkat hijrah ke kota Madinah kekuatan baru umat Islam terbangun, yang darinya kepemimpinan Islam merambah jauh, tidak hanya melampaui kota Mekah, pun tidak hanya melampaui Jazirah Arabia, melainkan lebih dari itu melampaui Persia dan Romawi.

Ada beberapa dimensi hijrah yang harus kita wujudkan dalam hidup kita sehari-hari di era modern ini, agar kita medapatkan keberkahan:

Pertama, dimensi personal, bahwa setiap mukmin harus selalu lebih baik kwalitas keimannya dari hari kemarin. Karenanya dalam Al-Qur’an Allah swt. selalu menggunakan kata ahsanu amala (paling baiknya amal). Maksudnya bahwa tidak pantas seorang mukmin masuk di lubang yang sama dua kali. Itulah sebabnya mengapa sepertiga Al-Qur’an menggambarkan peristiwa sejarah. Itu untuk menekankan betapa pentingnya belajar dari sejarah dalam membangun ketaqwaan. Dari sini kita paham mengapa Allah swt. dalam surah Al Hasyr:18 menyandingkan perintah bertaqwa dengan perintah belajar dari sejarah: ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Kedua, dimensi sosial, bahwa seorang mukmin tidak pantas berbuat dzalim, mengambil penghasilan secara haram dan hidup bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Seorang mukmin harus segera hijrah dari situasi sosial semacam ini. Seorang mukmin harus segera membangun budaya takaful –saling menanggung-. Itulah rahasia disyari’atkannya zakat. Bahwa di dalam harta yang kita punya ada hak orang lain yang harus dipenuhi. Allah berfirman : ”Walladziina fii amwaalihim haqqun ma’luum (dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu.”) (QS. Al Maarij: 24).

Dan ini telah terbukti dalam sejarah bahwa membangun budaya takaful akan menyelesaikan banyak penyakit sosial yang akhir-akhir ini sangat mencekam. Terlalu tingginya angka kemiskinan dan penganggguran di tengah negeri yang kaya secara sumber alam, sungguh suatu pemandangan yang naif. Namun ini tentu ada sebabnya, di antaranya yang paling pokok adalah karena kedzaliman dan ketidak jujuran. Dari sini jelas bahwa hijrah yang harus dibuktikan saat ini adalah komitmen untuk tidak lagi mengulangi budaya korupsi. Sebab dari budaya inilah berbagai penyakit sosial lainnya tak terhindarkan.

Ketiga, dimensi dakwah, bahwa seorang mukmin tidak boleh berhenti pada titik sekedar mengaku sebagai seorang mukmin secara ritual saja, melainkan harus dibuktikan dengan mengajak orang lain kepada kebaikan. Ingat bahwa syetan siang dan malam selalu bekerja keras mengajak orang lain ke neraka. Syetan berkomitmen untuk tidak masuk neraka sendirian.

Dari sini saatnya seorang mukmin harus bersaing dengan syetan. Ia harus hijrah dari sikap pasif kepada sikap produktif. Produktif dalam arti bekerja keras mengajak orang lain ke jalan Allah. Sebab tidak pantas seorang mukmin bersikap pasif. Pasifnya seorang mukmin bukan saja akan membawa banyak bakteri pelemah iman, melainkan juga membawa bencana bagi kemanusiaan.

Itulah sebabnya mengapa seorang pemikir muslim abad ini dari India Syaikh Abul Hasan Ali An-Nadwi menulis sebuah buku yang sangat terkenal dan menomental: maadzaa khasiral aalam bin khithaathil muslimiin ( betapa dahsyatnya kerugian yang dialami dunia ketika umat Islam tidak berdaya).

Ini benar, bahwa dunia ini memang membutuhkan umat Islam yang berdaya. Umat Islam yang produktif. Bukan umat Islam yang pasif. Dan kini kita menyaksikan dengan mata kepada betapa kerusakan merejalela melanda kemanusiaan akibat dari lemahnya umat Islam. Bandingkan dengan dulu ketika Umar Bin Khaththab dan Umar bin Abdul Aziz memimpin dunia. Inilah hijrah yang harus segara kita buktikan. Wallhu a’lam bishshawab.

Tuesday, December 22, 2009

Koran itu ...

his offering ...


Sungguh geram saya membaca koran hari Minggu kemarin. Salah satu koran terkemuka memuat artikel Foto Pekan Ini dengan judul Kilas Balik Peristiwa Dunia 2009. Yang sungguh menjengkelkan dari foto-foto yang ditampilkan tidak ada satu buah pun yang menceritakan penyerangan Israel ke Palestina awal tahun ini. Malah ada foto seputar kematian Michael Jackson ... lebih penting rupanya ya ... :(

Pers memang memihak, kita harus akui. Tapi rasanya ini sungguh keterlaluan ...

Sunday, December 20, 2009

Live to Serve not Serve to Live

bright day


Live to Serve not Serve to Live
Paulus Bambang W.S. - SwaOnline

Penerbangan pertama membuat tuntutan fisik untuk memejamkan mata tak dapat dilawan. Setelah duduk dan minum segelas jus apel, saya langsung pasang aksi untuk menikmati penerbangan dalam mimpi. Tak beberapa lama, muncul sang pramugari, sebut saja Mbak Ayu, menyapa saya dengan sapaan yang membuat saya gelagapan.

“Pak, jangan tidur dulu, sarapan pagi dulu.”
“Terima kasih, saya mau istirahat saja karena hari ini saya membutuhkan energi untuk memimpin rapat setibanya di Surabaya.”
“Ya Pak, tetapi apa nggak kasihan sama saya. Saya sudah menyiapkan makanan pagi sejak dari tadi lho Pak. Makan dulu baru istirahat.“
Saya jadi tertarik dengan perilaku itu, lalu mengiyakan tanpa menanyakan menu utama.

Mbak Ayu langsung tersenyum dan kembali ke pantry untuk menyiapkan segalanya setelah membantu saya membuka meja untuk makan pagi.

Begitu saya selesai makan, dengan sigap Mbak Ayu membereskan baki dan meja saya. Lalu, dengan senyum yang sama dia berujar, “Sekarang silakan istirahat.” “Terima kasih banyak,” saya membalasnya.

Perlakuan itu ternyata membuat saya tidak bisa tidur nyenyak. Saya malah berpikir, wow menarik. Kalau ini menjadi sikap semua pramugari Garuda, dalam waktu cepat Garuda akan menjadi maskapai penerbangan yang disegani di kawasan Asia Pasifik.

Dalam pertengahan penerbangan, saya panggil Mbak Ayu, tanpa bermaksud menginterogasi saya bertanya mengapa ia bersikap demikian. Dengan tulus ia menjawab, ”Ya, Pak. Banyak sekali penumpang, dalam penerbangan pertama khususnya, yang langsung tidur setelah take off. Padahal, kan kami sudah menyiapkan hidangan yang sedap untuk disantap.” Lalu, kami berbincang sejenak untuk lebih mendalami sikapnya yang above standard operation procedure.

Saya lalu meminta form feedback dan menuliskan umpan balik saat itu juga. Karena saya benar-benar terperanjat, saya tuliskan komentar saya dengan uraian yang agak panjang. Lalu, saya serahkan ke Mbak Ayu. Saya tahu di balik pantry, ia membaca umpan balik saya karena saya memang sengaja tidak menutup rapat agar dibaca olehnya. Tak beberapa lama ia kembali lagi dan berkata, “Pak, wah terima kasih sekali. Komentar Bapak bagus amat. Saya sampai malu. Ini kan masalah sederhana.” ”Justru sentuhan sederhana itu yang kadang sangat penting buat pelanggan. Pelanggan tidak membutuhkan pelayanan yang kompleks dan rumit. Sentuhan kata-kata yang berasal dari hati kadang lebih menyejukkan dibanding dengan jus apel dingin,” saya berpidato bak motivator. ”Sampaikan ke staf yang lebih muda, ya.” Kali ini ia tersenyum tanda mengerti mengapa saya menuliskan pujian itu.

Lalu, saya teringat beberapa hari sebelumnya ketika saya juga berada di penerbangan yang sama ke Surabaya. Kali ini saya dilayani Den Bagus. Karena saya langsung tertidur pulas ketika pesawat sudah tinggal landas, si Den Bagus tidak berani membangunkan saya. Saya benar-benar pulas dan baru bangun ketika penerbangan sudah hampir usai.

Saya ke kamar kecil dan berpapasan dengan Den Bagus yang kebetulan sedang duduk di dekat pantry. “Oh Pak Bambang, maaf saya tidak membangunkan Bapak karena bapak tidur pulas. Bapak mau minum apa sebelum kita mendarat?” ”Terima kasih,” saya menjawab dengan cepat. ”Saya minta teh panas saja.” Ketika saya kembali ke tempat duduk, Den Bagus sudah siap dengan teh panasnya.

Ada dua sikap yang saya amati dalam perubahan perilaku yang sering kita lihat belakangan ini. Mulai dari salam hormat dengan tangan di dada, salam selamat pagi disertai senyuman, dan serangkain perubahan yang membuat nyaman dalam perjalanan. Sikap pertama adalah menjalankan perubahan perilaku karena tuntutan SOP. Suatu keharusan yang akan berakibat hukuman bagi yang tidak menjalankannya. ”They are serving for a living. Serve to live.” Melakukan agar tetap bertahan dalam pekerjaan. To do things because. Ada tekanan dari luar agar membuat perubahan itu. Perubahan ini baik untuk orang lain, tidak peduli apakah saya menyenanginya atau tidak. Sikap ini adalah suatu sikap yang “outside in”. Tidak dilakukan dengan heart hanya sebatas pada head dengan pendekatan rasional saja. Biasanya akan membuat si pelaku melakukan gerakan kaku karena sifatnya artifisial. Tak ada passion dan sentuhan yang menumbuhkan aura pelayanan murni.

Sikap kedua adalah perubahan yang dihayati sebagai kebajikan yang harus dilakukan dengan sepenuh hati. Perubahan ini baik untuk saya. Kalau baik untuk saya, pasti berguna bagi orang lain. ”Live to serve” dan ”inside out”. Mau kerja lebih, upaya lebih agar hasilnya tercapai. Perubahan yang sudah sampai pada taraf baik bagi si pelaku akan sustain dalam jangka panjang.

Ini adalah tantangan dalam menyiasati sebuah perubahan budaya. ”What’s in it for me”. Perubahan ini bermanfaat apa untuk saya. Banyak yang mencoba meremehkan hal ini. Padahal, ini adalah kunci sukses yang paling mendasar. Karyawan adalah manusia yang tidak hanya hidup dari tuntutan atau iming-iming gaji, bonus, insentif dan pekerjaan. Melakukan perubahan haruslah didasari dengan keinginan tulus untuk dirinya sendiri yang tentunya secara langsung akan berdampak buat perusahaan secara luas. Manusia tidak mungkin mengasihi orang lain (baca: perubahan sikap untuk orang lain) lebih dari mengasihi diri sendiri (baca: perubahan sikap untuk diri sendiri). Bagaimana dengan Anda?

Wednesday, December 09, 2009

Agar Tak Hilang

steady

Agar Tak Hilang
Andrias Harefa - pembelajar.com

Pramoedya Ananta Toer pernah menulis: “Kau, Nak, paling sedikit kau harus bisa berteriak. Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis, suaramu tak akan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari… Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”

Wow! Jika Anda tak menulis, nama Anda akan hilang dari sejarah. Jangankan orang lain, cucu-cicit-canggah yang merupakan keturunan langsung Anda sendiri, tidak akan mengenal Anda lagi. Mereka mungkin akan kenal Socrates, Plato, Aristoteles, atau Dale Carnegie dan Stephen Covey yang semuanya mencatatkan nama dalam buku sejarah karena menulis.

Saya adalah contoh “korban” dari kakek-nenek yang tak menulis. Kakek saya bahkan meninggal jauh sebelum ayah saya menikah. Dari pihak ibu, kakek-nenek saya benar-benar tak saya kenali sedikitpun, karena mereka wafat sebelum saya lahir. Jadi, saya tak pernah tahu kiprah kakek-nenek saya, apa yang pernah dialaminya; bagaimana pergulatan hidupnya; apa yang sering dipikirkannya; bagaimana gejolak perasaannya menghadapi situasi-situasi kehidupan di masa silam; dan sebagainya.

Karena saya tak mau hilang dari sejarah keluarga sendiri, maka saya menulis. Saya senang bahwa kelak cucu-cicit saya akan tahu apa saja yang menjadi impian dan cita-cita besar kakeknya yang satu ini.

Jadi, agar nama Anda tak hilang dari sejarah keluarga, menulislah!

Sunday, December 06, 2009

Menulis lagi ...

poetic sunrise


Ada yang kirim imel, alhamdulillah mulai nulis lagi ... dan saya pun berjanji, lebih pada diri sendiri, untuk mencoba menulis lagi. Pokoknya menulis ... :)

Tapi rupanya urusan tulis-menulis ini harus saya tunda sejenak ... banyak urusan lain yang ngantri ... :) udah mulai banyak ide di kepala, tapi mau tak menunggu harus menunggu hal-hal lain lewat dulu. Mau nulis lagi ... itu tekadnya, insya Allah ..

Apa kabar semuanya? Sok celeb ... emang ada yang baca apa blog ini hehehe ...

Thursday, December 03, 2009

Monday, November 30, 2009

Siapa Kaya, Siapa Miskin?

water, mountain, sky


Siapa Kaya, Siapa Miskin?
Arvan Pradiansyah - Majalah Swa

Seorang bijak memasang sebuah pengumuman di atas tanah kosong dekat rumahnya: “Tanah ini akan diberikan kepada siapa saja yang telah menjadi orang kaya dalam arti yang sesungguhnya.” Suatu hari seorang petani kaya lewat di tempat itu, membaca pengumuman dan berkata pada dirinya sendiri, “Karena kawan saya si orang bijak itu telah siap melepaskan sebidang tanah, mungkin baik kalau saya memintanya sebelum didahului orang lain. Saya orang kaya yang mempunyai segala sesuatu. Jadi saya pasti memenuhi syarat.”

Segera saja petani kaya itu mengetuk pintu dan mengemukakan maksudnya. Orang bijak kemudian bertanya, “Apakah Tuan sungguh-sungguh telah kaya?” “Sungguh, karena saya mempunyai segala sesuatu yang saya butuhkan,” jawab petani.
Kawan, lanjut si orang bijak, “Anda sesungguhnya adalah orang miskin karena senantiasa merasa kekurangan. Coba pikirkan baik-baik. Kalau Anda benar-benar sudah kaya, mengapa Anda masih menginginkan tanah itu?”

Pembaca yang budiman, siapakah sebenarnya orang kaya menurut Anda?
Banyak orang mendefinisikan kaya dan miskin semata-mata dari dimensi fisik. Dari sudut pandang ini maka kekayaan diukur dari banyaknya harta fisik yang dimiliki seseorang. Padahal sesungguhnya harta yang kita miliki itu berada di luar diri kita, dan karena itu suatu ketika mereka pun akan berpisah dari kita. Ketika meninggal dunia kita meninggalkan semua harta kita, bahkan yang belum sempat kita nikmati. Pada saat itu kita akan sampai pada kesadaran bahwa di dunia ini tidak pernah ada yang disebut hak milik, semuanya hanyalah hak pakai.

Ketika meninggal dunia kita hanya membawa selembar kain yang melekat di tubuh kita untuk menuju perjalanan berikutnya. Karena itu dari sudut pandang fisik, ketika meninggal dunia kita telah menjadi orang yang semiskin-miskinnya. Ini akan sungguh-sungguh membuka mata kita bahwa segala upaya yang kita lakukan untuk mengumpulkan harta sesungguhnya pekerjaan yang sia-sia. Inilah keterbatasan dunia fisik. Dan karena manusia sejatinya adalah makhluk spiritual, maka orang kaya dalam arti sebenarnya adalah orang yang kaya secara spiritual. Orang yang seperti ini akan membawa kekayaannya ke mana pun ia pergi dan menuju.

Ada empat ciri orang kaya dalam pengertian ini. Pertama, orang kaya adalah orang yang selalu merasa cukup. Ia tidak memiliki banyak kebutuhan. Berapa pun banyaknya harta yang ia miliki, orang yang tercerahkan ini senantiasa hidup sederhana. Ia menggunakan barang-barang kebutuhannya dengan seperlunya saja. Ia tidak terobsesi untuk memiliki lebih banyak barang lagi. Ia hanya memiliki barang yang benar-benar ia butuhkan.

Orang kaya adalah orang yang sederhana dan tak pernah menumpuk-numpuk barang. Hanya orang miskinlah yang senantiasa menumpuk-numpuk barang dan bangga dengan penumpukan barang itu.
Berkaitan dengan hal ini, ada sebuah cerita menarik mengenai Socrates, filsuf Yunani terkemuka. Ia adalah orang yang sangat sederhana bahkan sepatu pun ia tak punya. Namun anehnya, ia sering tertarik oleh keramaian pasar dan sering pergi ke sana buat melihat segala macam barang yang dipertontonkan.

Ketika salah seorang kawannya bertanya mengapa demikian, Socrates berkata, “Saya senang pergi ke sana untuk mengetahui berapa banyak barang yang meskipun tidak memilikinya, saya tetap gembira.”

Ciri kedua orang kaya adalah orang yang memiliki tetapi tidak dimiliki. Ketika kita memiliki sesuatu maka kitalah yang menjadi tuan, sedangkan barang yang kita miliki menjadi budak kita. Dengan demikian, kita dapat menggunakan barang itu sesuai dengan kebutuhan kita. Namun yang berbahaya ketika kita dimiliki oleh sesuatu. Di sini sesuatu itu telah menjadi tuan, sedangkan kita berada di posisi budak. Di sini kita sudah benar-benar terobsesi oleh sesuatu, dan telah tercipta kelekatan antara kita dengan sesuatu itu. Seolah-olah bila tidak mendapatkannya kita tidak akan bahagia. Dengan begitu, sesuatu itu pada hakikatnya telah mengendalikan kita, telah menentukan jalan hidup dan kebahagiaan kita.

Ketika kita dimiliki oleh sesuatu, kita sesungguhnya telah meletakkan harga diri kita pada sesuatu itu. Namun bukankah sesuatu itu suatu ketika pasti akan hilang dari tangan kita karena inilah sesungguhnya hukum alam yang sejati? Lantas kalau hal itu hilang, bagaimana pula dengan harga diri kita?

Ciri ketiga orang kaya adalah selalu memberi. Ini yang membedakannya dari orang miskin yang selalu meminta. Orang kaya sejati adalah mereka yang selalu siap memberikan apa pun yang dimiliki: uang, perhatian, pikiran, tenaga, waktu, dan sebagainya. Mereka mampu memberi karena sumber daya spiritual yang mereka miliki begitu melimpah. Mereka percaya pada filosofi “tangan di atas” terlepas dari kondisi apa pun yang tengah mereka hadapi.

Keempat, orang kaya adalah orang yang memiliki banyak cinta. Mereka memiliki cinta karena senantiasa dekat dengan Sang Maha Pencinta. Para pemilik cinta ini memiliki energi yang begitu besar karena kemampuannya untuk mengakses cinta Ilahi. Karena itu mereka senantiasa berbagi cinta dan energi kepada siapa saja.

Sebaliknya orang miskin adalah orang yang senantiasa ketakutan. Mereka selalu diliputi rasa waswas dan khawatir. Takut miskin, takut lapar, takut diabaikan orang, takut kalah, takut ketahuan, takut tertangkap. Karena itu mereka menghabiskan begitu banyak energi buat melindungi diri sendiri. Kalau begitu, mana ada lagi energi yang tersisa dan bisa dibagikan kepada orang lain?

Sunday, November 29, 2009

Sami Yusuf



Dikutip dari wikipedia:
Sami Yusuf (born July 1980) is a British Muslim singer-songwriter, Yusuf's music comprises mostly of songs to do with Islam and being a Muslim in today's world. He also deals with many social and humanitarian issues in his music. Presently, he is fast becoming a very popular figure in the Islamic world, having made videos for several of his tracks; according to The Guardian, he "has good claim to being the most famous British Muslim in the world". In 2006 Time Magazine called him "Islam's biggest rock star".

Tadi pas ke PI Mall mau mencari sesuatu, kaki iseng masuk ke salah satu toko CD. Mata lantas terbentur pada CD Sami Yusuf, ada 3 buah, masing-masing harganya 30 ribu! Penasaran, minta mbaknya mutar salah satu CDnya, hmmm suaranya bening banget .... bungkus deh, bungkus ... :D

Denger sore ini, subhanalloh. Suaranya lembut sekaligus berat, bersih, menyentuh, kadang seperti merajuk tanpa kesan manja, lengkap dengan nuansa ketegasan. Nada-nada mengalur, mengalun, terasa tulus, sederhana. Musiknya sendiri melodis, menyentuh, cukup sering ada nuansa padang pasir ... bikin serasa sedang di cafe padang pasir kelas atas ... emang ada ya? Hehehe ...

Kalau dibandingkan dengan Yusuf Islam, Sami Yusuf jelas punya kelas tersendiri. Mungkin beliau belum punya kedalaman, variasi, dan semangat musik seperti Yusuf Islam, tapi musiknya sangat menyenangkan untuk di dengar. Apalagi suara beliau ... :)

Jadi ... perlu dibeli ga? Perlu dan baik untuk pancaindera ... :)

My Ummah

My ummah, my ummah
He will say
Rasulullah on that day
Even though we've strayed from him and his way

My brothers, my sisters, in Islam
Let's struggle, work, and pray
If we are to
Bring back the glory of his way

CHORUS:
Ya Allah ya rabbal 'alamin
Ya rahmanu ya rahim
Ya rabbi
O Allah Lord of the Worlds
O Merciful and Beneficent
O my Lord

Let the Ummah rise again
Let us see daylight again
Once again

Let's become whole again
Proud again
Cause I swear with firm belief in our hearts
We can bring back the glory of our past

My ummah, my ummah
He will say
Rasulullah on that day
Even though we strayed from him and his way

Look at where we were
And look at where we are
And tell me
Is this how he'd want it to be?
Oh no! Let us bring back our glory

CHORUS

Tuesday, November 24, 2009

Sunday, November 22, 2009

Sunday, November 15, 2009

Fenomena Hati

bamboo


Menurut suatu dongeng India kuno, ada seekor tikus yang selalu tertekan karena takut kepada seekor kucing. Seorang tukang sihir merasa kasihan kepadanya lalu mengubahnya menjadi seekor kucing. Tetapi kemudian ia menjadi takut kepada anjing. Maka tukang sihir itu mengubahnya menjadi anjing. Tetapi ia mulai takut kepada harimau. Maka tukang sihir itu mengubahnya menjadi harimau, yang merasa takut kepada pemburu. Pada saat itu tukang sihir menyerah, "Apapun yang saya lakukan tidak akan membantumu karena engkau mempunyai hati seekor tikus."

Rasulullah bersabda :
Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Segumpal darah yang aku maksudkan adalah hati. (Hadis Riwayat Al-Bukhari)

Wednesday, October 28, 2009

Indahnya Berbagi dengan Sesama

peace on earth


Indahnya Berbagi dengan Sesama
Ust Hanif Hanan - bmh.or.id

Bila Anda memiliki segelas teh, lalu disuruh memberikannya kepada orang di sebelah, tinggal berapa teh yang tersisa Anda miliki? Tinggal berapa? Demikian mudahnya. Kalau memiliki tiga diberikan satu, tentu tinggal dua. Kalau memiliki dua diberikan satu tentu sisa satu. Kalau hanya memiliki satu diberikan satu, ya habis, tentu saja. Tak bersisa. Itulah yang sering terbayang dalam benak kebanyakan orang. Hitung-hitungannya memang begitu. Namun benarkah demikian itu?

Ya, demikian keyakinan atau pengalaman sebagian orang. Bahwa memberikan apa yang dimiliki faktanya hanya akan membuat berkurang. Lain dengan investasi bisnis yang bisa diharap bagi hasilnya. Tapi kalau berbagi kepada fakir miskin dan yatim piatu, apa mungkin mereka bisa memberi imbalan hasil? Apa yang mau ditunggu? Sia-sia saja. Itulah yang terbayang.

Bayangan demikian itu membuat seseorang berat berbagi. Meski hartanya banyak, kalau disuruh bersedekah masih harus hitung- hitungan dulu. “Ini kan hasil jerih payah saya sendiri. Untuk apa harus dibagi dengan mereka yang kekurangan dan menderita? Peduli amat dengan nasib mereka,” demikian pikirnya.

Benarkah cara pandang hidup demikian itu baik baginya?

Roda kehidupan terus berputar, kadang di atas kadang juga di bawah. Kemudahan dan kesulitan datang silih berganti. Bila keadaan lapang itu berubah menjadi sempit, siapa pun akan butuh pertolongan orang lain. Ia berharap ada orang yang peduli dan mau menolong dirinya.

Tapi bagaimana orang- orang di sekitarnya memperlakukan seorang yang bakhil itu? Bisa jadi masih ada yang berfikir, “Ah, untuk apa menolong orang yang bakhil seperti dia. Bukankah saat berlebih ia hanya memikirkan diri sendiri? Biarin saja agar tau rasa.” Si Bakhil akhirnya benar-benar merasakan kesulitan. Pintu-pintu tertutup. Ia terbelenggu oleh kebakhilannya sendiri.

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. (QS Ali Imran [3]: 180)

Saat dikaruniai Allah kekayaan lebih, sesungguhnya merupakan kesempatan seorang untuk berbagi dengan sesama. Itulah saat yang tepat menanam kebaikan. Tetapi hawa nafsu dan syaitan membisikkan manusia untuk lebih mementingkan diri sendiri dan cinta dunia. Mereka tidak peduli terhadap kesulitan hidup fakir miskin, yatim piatu, dan dhuafa. Mereka menganggap sikap bakhilnya itu akan membuatnya lebih baik. Padahal pada kenyataanya itu hanya akan menyempitkan jiwanya sendiri saja dan berakibat buruk baginya. Ia telah diperbudak oleh hartanya dan dikucilkan masyarakatnya.

Lepaskan jiwa dari belenggu dunia. Ingatlah sesungguhnya harta dan dunia ini adalah amanahNya agar kita berbagi dengan sesama. Janganlah kita menyumbat aliran rahmatNya dengan sikap tak mau berbagi. Bakhil hanya akan membelenggu diri. Apalagi saat roda kehidupan terhenti alias maut menjemput, harta yang telah menjerat jiwanya di dunia itu juga akan menjerat pula di akhirat. Naudzubillah.

Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imran [3]: 180)

Jaminan Allah

Hitung- hitungan dalam kehidupan itu ternyata tidak seperti anggapan orang di atas bahwa bila memberi akan berkurang. Misalnya saat Anda dan beberapa teman sedang bertamu. Oleh tuan rumah Anda disuguhi segelas teh. “Tolong Pak, minumannya diberikan teman sebelah.” Mungkin ada yang berpikir, “Kalau saya berikan, bagaimana bagian saya nanti?” Tapi begitu Anda memberikannya kepada teman sebelah, habiskah yang kita miliki? Ya, sejenak sepertinya apa yang kita miliki itu berpindah tangan. Tak bersisa. Namun tak seberapa lama tuan rumah memberi lagi. Ternyata dengan memberi bukannya habis tapi ada lagi pengganti. Saat kita memberikannya lagi pada teman lain yang belum mendapat bagian, tuan rumahnya memberinya lagi. Lagi dan lagi.

Kita hidup di dunia ini juga demikian. Ibaratnya kita sebagai tamu Allah. Kita lahir dalam keadaan telanjang dan tak membawa sehelai benang pun. Kemudian kita bisa hidup karena dicukupi dengan suguhan berbagai karunia dan rizki- Nya. Cukup makan, sandang dan papan. Pada saat kita berlebih, Allah memerintahkan kita bersedekah dan berbagi kepada hamba- hamba- Nya yang lain yang belum kebagian seperti kita.

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. (QS. Ibrahim [14]: 31)

Bila hamba-Nya itu mau berbagi, akankah Allah membiarkan mereka itu terlantar sia-sia di dunia ini? Sama sekali tidak. Allah Maha Melihat, dan Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik. Bukankah Allah Maha Kuasa dan Maha Kaya?

Sesungguhnya kalian akan diberi pertolongan dan akan diberikan rizki oleh Allah SWT, manakala kalian mau menolong dan berpihak, membantu, serta mau memberikan kepada orang-orang yang lemah dan menderita dalam kehidupannya. (Hadits Riwayat Muslim).

Saat kita memberi, secara psikis Allah telah melepaskan jiwa ini dari belenggu cinta dunia. Jiwa ini merdeka dari perbudakan harta. Secara sosial, didekatkan hati-hati sesama saling kasih sayang dan senyum yang menyegarkan jiwa ini.

Andai roda kehidupan sedang berputar ke bawah, seorang yang suka berbagi pun tak akan berlarut dalam kesulitan terlalu lama. Sebab pintu-pintu pertolongan Allah terbuka lebar lewat berbagai jalan. Buah dari sukanya berbagi itu, akan mengundang demikian banyak orang yang dengan senang hati menolongnya. Hal yang tak akan dinikmati oleh seorang yang bakhil.

Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Abu Darda, bahwa Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, “Inginkah kalian mendapatkan dua hal, yakni mendapatkan ketenangan batin dan kebahagiaan yang hakiki, serta terpenuhinya segala kebutuhan hidup kalian?”

Para sahabat menjawab: "Benar ya Rasul, kami menginginkan hal itu.” Rasul pun menjawab: “Sayangilah anak-anak yatim; usaplah kepalanya (bertanggung jawab serta memperhatikan kehidupan mereka), dan berilah makanan dari sebagian makanan yang kalian makan (untuk para dhu'afa dan fakir miskin); maka pasti kalian akan mendapatkan ketenangan batin dan kebahagiaan yang hakiki, serta terpenuhi kebutuhan kalian.”

Sungguh alangkah indahnya hidup orang yang telah mendapat jaminan keberlimpahan ketenangan lahir dan batin.Ya Allah berkahilah rizki hamba. Berikan kekuatan tangan ini untuk berbagi. Amiiin.***

Monday, October 26, 2009

giant antenna ...

giant antenna


great human creation ... but after all,
it's just a silhouette in the universe

Photo taken @ Jatiluhur, West Java

Sunday, October 25, 2009

Teladan Rasulullah - Yang Cerdas dan Yang Bodoh

that view ...


Teladan Rasulullah - Yang Cerdas dan Yang Bodoh
dikutip dari sebuah milis

"Orang yang cerdas adalah orang yang bisa mengekang nafsunya dan beramal untuk (bekal) sesudah mati. Sedangkan orang yang lemah (pikiran) adalah orang yang mengikuti kehendak nafsunya dan berangan pada (pemberian) Allah swt." (HR. Turmudzi dan Ahmad)

Rasulullah kerap melihat suatu masalah dari sudut yang berbeda. Standar kecerdasan seseorang dari hadits di atas dilihat dari kemampuannya mengekang nafsu dan tingkat amal-amal shalih yang dilakukannya untuk bekal hari akhirat. Sebaliknya pengumbar dan budak nafsu adalah ciri orang yang lemah pikiran. Kenapa? Orang yang cerdas dalam kriteria Rasulullah adalah orang yang memiliki pandangan jauh ke depan, yakni kehidupan akhirat sebagai terminal kehidupan terakhir. Ia adalah orang yang penuh pertimbangan, tidak sembrono, cermat, hati-hati dan sungguh-sungguh melakukan aktivitasnya karena ia ingin segala sesuatu yang dilakukannya tidak sia-sia apalagi membahayakan dirinya. Amal-amal shalih pasti akan membuahkan ketenangan, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam hidup.

Sebaliknya mereka yang akalnya lemah adalah para pengumbar dan budak nafsu, tapi berharap sesuatu yang baik. Kenapa dikatakan lemah akal? Karena orang yang bertipe seperti ini tidak pernah berpikir apa akibat perbuatan yang dilakukannya. Ia tidak pernah memperhitungkan bagaimana hasil kemaksiatan yang ia lakukan, baik di dunia apalagi di akhirat.

Sikap ini merupakan ciri orang yang tak memiliki perhitungan dan pandangan ke depan. Bahkan, saking bodohnya, ia justru memiliki perhitungan dan pandangan yang terbalik. Karena ia mengharapkan hasil yang berlawanan dari yang dikerjakan.

Apa sebenarnya yang disebut hawa nafsu? Hawa nafsu banyak ragamnya, termasuk kecenderungan pada yang baik maupun yang buruk. Manusia secara fitrah memang memiliki nafsu atau kesukaan terhadap hal-hal tertentu.

Dalam Al-Qur`an disebutkan,
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yakni wanita wnita, anak-anak, harta yang bnyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan dan sawah ladang ..." (QS. Ali Imran:14)

Sikap mencintai seperti ini wajar. Tapi Islam mengajarkan bagaimana seseorang menempatkan sikap itu secara proporsional. Kecenderungan pada wanita, harta, anak-anak dan masalah keduniaan adalah hal yang mubah. Bahkan bisa meningkat pada tingkatan wajib. Karena bagaimanapun dunia merupakan tempat manusia hidup. Dinamika kehidupan akan mati tanpa wujudnya kecenderungan tersebut.

Tapi bila kecintaan itu sudah melewati batas, bisa jadi terlarang. Ketika sarana dan prasarana hidup difungsikan menyimpang dari tujuan asasi kehidupan ini sendiri - ibadah kepada Allah - maka di sanalah seseorang dikatakan telah menjadi hamba hawa nafsunya, karena hawa nafsu itu telah menjauhkannya dari Allah SWT. Dalam hal inilah Allah SWT mencela perbuatan mengikuti hawa nafsu,
"Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (QS. Shad : 26)

Hawa nafsu harus diarahkan kepada jalan yang benar. Diwarnai dengan niat mencari ridha Allah, dan diarahkan sesuai tujuan ibadah kepada Allah SWT. Mencintai istri, anak, bekarja mencari nafkah, bisa menjadi bernilai ibadah. Karenanya Rasulullah saw bersabda, "Tiadalah sempurnya keimanan seorang mukmin sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa." (HR. Imam Suyuthi)

Sunday, October 18, 2009

Kekuatan Ibu



Kekuatan Ibu
The Mountain - Jim Stovall (dikutip dari sebuah milis)

Alkisah, hiduplah dua suku di pegunungan Andes. Satu suku tinggal di lembah-lembah, sedangkan suku yang lain tinggal di atas gunung. Suatu hari, suku gunung menyerang suku lembah dan menjarah seluruh isi desa. Mereka menculik seorang bayi dari salah satu keluarga suku lembah dan membawanya ke atas gunung.

Ornag-ornag suku lembah tidak tahu bagaimana mendaki gunung. Mreka tidak tahu jalan mana yang digunakan oleh suku gunung. Mereka tidak tahu dimana letak desa suku gunung. Juga, tidak tahu bagaimana mengikuti jejak-jejak suku gunung di tebing-tebing gunung itu.

Tapi, meski pun begitu, mereka mengirim para prajurit terbaik mereka unutk memanjat gunung dan membawa pulang bayi mereka.

Prajurit pertama mencoba memanjat tebing diikuti yang lain. Ketika prajurit pertama gagal, mereka semua pun gagal. Mereka mencoba lagi dengan cara lain. Namun, gagal. Setelah berhari-hari mereka mendaki, mereka hanya bisa memanjat beberapa ratus kaki saja.

Suku lembah kehilangan harapan dan putus asa. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke desa saja. Semua upaya dilakukan namun gagal.

Ketika mereka sedang bersiap-siap untuk kembali ke desa, tiba-tiba mereka melihat ibu dari bayi yang diculik itu sedang menuruni tebing gunung melewati mereka, sambil menggendong bayinya. Mereka terkejut sekali, bagaimana si ibu itu bisa menuruni tebing yang justru mereka sendiri gagal untuk mendakinya? Bagaimana si ibu itu bisa memanjat tebing-tebing itu mengalahkan mereka? Terlebih lagi, mereka melihat si bayi itu telah terselamatkan. Bagaimana mungkin?

Seorang prajurit menyambut ibu itu dan bertanya, "Wahai ibu, kami gagal mendaki tebing ini. Bagaimana kau melakukan semua ini, mengalahkan seluruh prajurit terkuat? Bagaimana bisa?"

Ibu itu mengangkat bahu dan berkata, "Sebab bayi yang diculik itu bukanlah bayimu."

Pojok Renungan Editor: Cinta memberikan kekuatan. Sebab, cinta adalah kekuatan. Dan, cinta seorang ibu adalah kekuatan yang mengalahkan segala kekuatan. Perjuangan tanpa cinta memberikan kegagalan.

Sunday, October 11, 2009

Harga Sebuah Baju

morning colors

Harga Sebuah Baju
Dikutip dari sebuah milis

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.

Mereka meminta janji.

Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.

"Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard", kata sang pria lembut.
"Beliau hari ini sibuk," sahut sang Sekretaris cepat. "Kami akan menunggu," jawab sang Wanita.

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak.

Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.

"Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi," katanya pada sang Pimpinan Harvard.

Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka.

Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang diluar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul. Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut.

Sang wanita berkata padanya, "Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini. bolehkah?" tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.

Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. "Nyonya," katanya dengan kasar, "Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan."

"Oh, bukan," Sang wanita menjelaskan dengan cepat, "Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard."

Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, "Sebuah gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung ??! Kalian perlu memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard."

Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang.

Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, "Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?"

Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan.

Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.

Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS.

Thursday, October 08, 2009

Wednesday, October 07, 2009

Tuesday, October 06, 2009

Sunday, October 04, 2009

Thursday, October 01, 2009

Wednesday, September 30, 2009

Monday, September 28, 2009

Thursday, September 10, 2009

Wednesday, September 09, 2009

Tuesday, September 08, 2009

Monday, September 07, 2009

Sunday, September 06, 2009

Friday, September 04, 2009

Thursday, September 03, 2009

Wednesday, September 02, 2009

Tuesday, September 01, 2009

Monday, August 31, 2009

Sunday, August 30, 2009

Thursday, August 20, 2009

Wednesday, August 19, 2009

Tuesday, August 18, 2009

Monday, August 17, 2009

Thursday, August 06, 2009

twilight

twilight


a beautiful sunset
in a calmly lake
where you're the only one with camera
together with fishermen, kids, cats

Photo taken @ Jatiluhur dam, West Java

Wednesday, August 05, 2009

Tuesday, August 04, 2009

picture of life

picture of life


Colorful, sketches here and there
weathering, yet strong
reflection on water, bright of the sunshine
tells story about life and existence

it is getting old, isn't it?

Photo taken @ Musi river, Palembang

Monday, August 03, 2009

geometry

geometry


I could see vertical lines
horizontal, triangle
I see harmony
in this chaos ... :)

Photo taken @ Musi river, Palembang

Sunday, August 02, 2009

morning walk

morning walk


it was a long journey
driving hours of a straight brown dusty road
then we met him, alone
enjoying the walk

Photo taken @ Dayung area, South Sumatra

Friday, July 31, 2009

Thursday, July 30, 2009

Wednesday, July 29, 2009

Tuesday, July 28, 2009

Monday, July 27, 2009

Saturday, July 25, 2009

Friday, July 24, 2009