Friday, December 29, 2006

No blog dulu ya ...

Karena jalur internet kita belum betul-betul balik normal, sementara saya stop dulu ya bloggingnya ... :)

Wednesday, December 27, 2006

Belum Haji Sudah Mabrur

Autum Leaves


Banjir di Aceh, Lumpur di Porong, gempa di Natal, banjir yang mengancam Jakarta, korupsi, gagalnya tim di Asian Games, egoisme yang merajalela, hilangnya rasa empati, simpati, prihatin pada penderitaan dan kesulitan orang lain ... tiada habis-habisnya ... peringatan apa yang Allah sampaikan pada kita?

Belum Haji Sudah Mabrur
Ahmad Tohari - Republika: Senin, 18 Desember 2006

Ini kisah tentang Yu Timah.

Siapakah dia? Yu Timah adalah tetangga kami. Dia salah seorang penerima program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang kini sudah berakhir. Empat kali menerima SLT selama satu tahun jumlah uang yang diterima Yu Timah dari pemerintah sebesar Rp 1,2 juta. Yu Timah adalah penerima SLT yang sebenarnya. Maka rumahnya berlantai tanah, berdinding anyaman bambu, tak punya sumur sendiri. Bahkan status tanah yang di tempati gubuk Yu Timah adalah bukan milik sendiri.

Usia Yu Timah sekitar lima puluhan, berbadan kurus dan tidak menikah. Barangkali karena kondisi tubuhnya yang kurus, sangat miskin, ditambah yatim sejak kecil, maka Yu Timah tidak menarik lelaki manapun. Jadilah Yu Timah perawan tua hingga kini. Dia sebatang kara. Dulu setelah remaja Yu Timah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta. Namun, seiring usianya yang terus meningkat, tenaga Yu Timah tidak laku di pasaran pembantu rumah tangga. Dia kembali ke kampung kami. Para tetangga bergotong royong membuatkan gubuk buat Yu Timah bersama emaknya yang sudah sangat renta. Gubuk itu didirikan di atas tanah tetangga yang bersedia menampung anak dan emak yang sangat miskin itu.

Meski hidupnya sangat miskin, Yu Timah ingin mandiri. Maka ia berjualan nasi bungkus. Pembeli tetapnya adalah para santri yang sedang mondok di pesantren kampung kami. Tentu hasilnya tak seberapa. Tapi Yu Timah bertahan. Dan nyatanya dia bisa hidup bertahun-tahun bersama emaknya.

Setelah emaknya meninggal Yu Timah mengasuh seorang kemenakan. Dia biayai anak itu hingga tamat SD. Tapi ini zaman apa. Anak itu harus cari makan. Maka dia tersedot arus perdagangan pembantu rumah tangga dan lagi-lagi terdampar di Jakarta. Sudah empat tahun terakhir ini Yu Timah kembali hidup sebatang kara dan mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berjualan nasi bungkus. Untung di kampung kami ada pesantren kecil. Para santrinya adalah anak-anak petani yang biasa makan nasi seperti yang dijual Yu Timah.

Kemarin Yu Timah datang ke rumah saya. Saya sudah mengira pasti dia mau bicara soal tabungan. Inilah hebatnya. Semiskin itu Yu Timah masih bisa menabung di bank perkreditan rakyat syariah di mana saya ikut jadi pengurus. Tapi Yu Timah tidak pernah mau datang ke kantor. Katanya, malu sebab dia orang miskin dan buta huruf. Dia menabung Rp 5.000 atau Rp 10 ribu setiap bulan. Namun setelah menjadi penerima SLT Yu Timah bisa setor tabungan hingga Rp 250 ribu. Dan sejak itu saya melihat Yu Timah memakai cincin emas. Yah, emas. Untuk orang seperti Yu Timah, setitik emas di jari adalah persoalan mengangkat harga diri. Saldo terakhir Yu Timah adalah Rp 650 ribu.

Yu Timah biasa duduk menjauh bila berhadapan dengan saya. Malah maunya bersimpuh di lantai, namun selalu saya cegah.

"Pak, saya mau mengambil tabungan," kata Yu Timah dengan suaranya yang kecil.

"O, tentu bisa. Tapi ini hari Sabtu dan sudah sore. Bank kita sudah tutup. Bagaimana bila Senin?"

"Senin juga tidak apa-apa. Saya tidak tergesa."

"Mau ambil berapa?" tanya saya.

"Enam ratus ribu, Pak."

"Kok banyak sekali. Untuk apa, Yu?"

Yu Timah tidak segera menjawab. Menunduk, sambil tersenyum malu-malu. "Saya mau beli kambing kurban, Pak. Kalau enam ratus ribu saya tambahi dengan uang saya yang di tangan, cukup untuk beli satu kambing."

Saya tahu Yu Timah amat menunggu tanggapan saya. Bahkan dia mengulangi kata-katanya karena saya masih diam. Karena lama tidak memberikan tanggapan, mungkin Yu Timah mengira saya tidak akan memberikan uang tabungannya. Padahal saya lama terdiam karena sangat terkesan oleh keinginan Yu Timah membeli kambing kurban.

"Iya, Yu. Senin besok uang Yu Timah akan diberikan sebesar enam ratus ribu. Tapi Yu, sebenarnya kamu tidak wajib berkurban. Yu Timah bahkan wajib menerima kurban dari saudara-saudara kita yang lebih berada. Jadi, apakah niat Yu Timah benar-benar sudah bulat hendak membeli kambing kurban?"

"Iya Pak. Saya sudah bulat. Saya benar-benar ingin berkurban. Selama ini memang saya hanya jadi penerima. Namun sekarang saya ingin jadi pemberi daging kurban."

"Baik, Yu. Besok uang kamu akan saya ambilkan di bank kita."

Wajah Yu Timah benderang. Senyumnya ceria. Matanya berbinar. Lalu minta diri, dan dengan langkah-langkah panjang Yu Timah pulang.

Setelah Yu Timah pergi, saya termangu sendiri. Kapankah Yu Timah mendengar, mengerti, menghayati, lalu menginternalisasi ajaran kurban yang ditinggalkan oleh Kanjeng Nabi Ibrahim? Mengapa orang yang sangat awam itu bisa punya keikhlasan demikian tinggi sehingga rela mengurbankan hampir seluruh hartanya?

Pertanyaan ini muncul karena umumnya ibadah haji yang biayanya mahal itu tidak mengubah watak orangnya. Mungkin saya juga begitu. Ah, Yu Timah, saya jadi malu. Kamu yang belum naik haji, atau tidak akan pernah naik haji, namun kamu sudah jadi orang yang suka berkurban. Kamu sangat miskin, tapi uangmu tidak kaubelikan makanan, televisi, atau pakaian yang bagus. Uangmu malah kamu belikan kambing kurban.

Ya, Yu Timah. Meski saya dilarang dokter makan daging kambing, tapi kali ini akan saya langgar. Saya ingin menikmati daging kambingmu yang sepertinya sudah berbau surga.

Mudah-mudahan kamu mabrur sebelum kamu naik haji.

Kajian 27 Desember 2006

Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya. QS Al Hajj 8.

Tuesday, December 26, 2006

Nobel Peace show in Norway

The place ...


Semalam iseng-iseng 'minjam' TV dari kekuasaan anak-anak dan ibunya jam 8 malam. Pencet sana-sini eh, ketemu pertunjukan di Norway dalam memperingati penghargaan Nobel untuk perdamaian tahun ini. Prof Muhammad Yunus dan Grameen Bank dengan usahanya mengembangkan kehidupan ekonomi dan sosial kaum miskin, seperti kita tahu meraih penghargaan ini.

Beliau memulai usahanya di tahun 1974 (32 tahun yang lalu!) dengan meminjamkan uang USD 27 kepada orang miskin. Hingga kini usaha ini terus berjalan dengan skala di luar yang pernah dibayangkan oleh siapa pun.

Meski sudah tahu berita ini cukup lama, tapi baru malam saya 'tersadarkan' ... Luar biasa ya ... membuat saya terpikir lagi kalau pemeo berjuang dari bawah bukanlah sesuatu yang hanya sekedar pemeo. Tidak usahlah berpikir terlalu jauh untuk merubah dan memperbaiki negeri ini, misalnya, tapi kita mulailah dahulu dengan apa yang terlihat jelas di sekitar kita. Keluarga, tetangga, suasana kantor, suasana lalu lintas, dan banyak lagi. Dengan ketekunan, kerja keras, konsistensi, tidak ada yang mustahil (tentunya jangan lupa kalau pada akhirnya keberhasilan itu ditentukan oleh Yang Maha Kuasa) ....

Yang juga membuat acara semalam menarik adalahnya munculnya Yusuf Islam (Cat Stevens) menyanyikan lagunya Peace Train. Kebetulan saya baru beli album barunya, An other Cup. Musiknya simpel namun enak banget. Memang suaranya tidak seperti suara vokalis lain, misalnya Freddie Mercury yang mempesona dan seksi. Suara beliau khas, bermartabat, menyejukkan, dan berwibawa. Kok bisa? Entahlah, itu 'kata' telinga saya ....

Peace Train

Yusuf Islam (Cat Stevens)

Now I’ve been happy lately,
thinking about the good things to come
And I believe it could be,
something good has begun

   Oh I’ve been smiling lately,
   dreaming about the world as one
   And I believe it could be,
   some day it’s going to come

Cause out on the edge of darkness,
there rides a peace train
Oh peace train take this country,
come take me home again


Now I’ve been smiling lately,
thinking about the good things to come
And I believe it could be,
something good has begun

   Oh peace train sounding louder
   Glide on the peace train
   Come on now peace train
   Yes, peace train holy roller

Everyone jump upon the peace train
Come on now peace train

Get your bags together,
go bring your good friends too
Cause it’s getting nearer,
it soon will be with you

   Now come and join the living,
   it’s not so far from you
   And it’s getting nearer,
   soon it will all be true

Now I’ve been crying lately,
thinking about the world as it is
Why must we go on hating,
why can’t we live in bliss

Cause out on the edge of darkness,
there rides a peace train
Oh peace train take this country,
come take me home again

Kajian 26 Desember 2006

Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu, dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. QS Al Hajj 6-7.

Friday, December 22, 2006

Seri Kehidupan Suami/Istri - Istri (1)

Sunset @ Seine River


Dikutip dari buku Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami – Istri oleh Ibrahim Amini – Al Bayan. Semoga ada manfaatnya ...

Seri Kehidupan Suami Istri
Mengungkapkan Rasa Cinta kepada Suami

Semua orang haus akan persahabatan dan kebaikan hati. Mereka semua ingin dicintai oleh orang lain.

Hati manusia menginginkan yang demikian. Seseorang yang tidak dicintai oleh orang lain merasa dirinya kesepian dan terpencil. Wahai kaum wanita! Suami anda pun demikian. Dia juga membutuhkan cinta dan kasih sayang.

Sebelum kawin, cinta dan kasih sayang orangtuanya telah memenuhi kebutuhan ini, tetapi kini dia mengharapkan andalah yang memenuhinya. Laki-laki mencari istri untuk mendapatkan cinta dan persahabatan yang merupakan kebutuhan manusia. Ia berjuang keras untuk mencari nafkah dan menyenangkan anda. Dia berbagi segala kesulitan hidup dengan anda. Dan karena pasangan sejati anda lebih memikirkan tentang kebahagiaan anda daripada orangtua anda, maka tunjukkanlah penghargaan anda kepadanya dan cintailah dia, dia akan mencintai anda. Cinta adalah hubungan dua arah yang mempersatukan dua hati. Seorang pemuda berusia dua puluh tahun yang datang ke Teheran untuk belajar di universitas, jatuh cinta dengan seorang janda berumur 39 tahun yang menjadi induk semangnya. Hal ini disebabkan karena wanita tadi telah mengisi tempat ibunya yang kosong di hatinya dengan kasih sayangnya.

Bila cinta terjadi secara timbal-balik, dasar-dasar perkawinan menjadi kokoh dan perpisahan pun dapat dihindarkan. Jangan terlalu merasa bahwa suami anda jatuh cinta kepada anda pada pandangan pertama, karena cinta yang demikian itu tidak kekal. Cinta abadi terjadi karena kebaikan hati dan kasih sayang yang tetap dalam bentuk persahabatan yang akrab.

Bila anda mencintai suami anda dan bersahabat dengannya, maka ia akan bahagia dan mau berjuang dan mengorbankan dirinya demi kesejahteraan anda. Seorang laki-laki yang merasakan cinta istrinya, jarang menderita kesehatan yang kurang baik atau lekas marah. Bila seorang laki-laki tidak mendapatkan cinta dan persahabatan yang hangat dari pasangannya, ia dapat menjadi minder (rendah diri) dan segan untuk pulang. Mungkin ia akan menghabiskan sebagian besar waktunya di luar rumah untuk mencari kawan dan perhatian. Mungkin ia berkata pada dirinya sendiri: "Mengapa aku harus bekerja untuk orang yang tidak menyukaiku. Lebih baik aku bersenang-senang sendiri dan berusaha mendapatkan teman yang sejati."

Ada kemungkinan seorang wanita mencintai suaminya tetapi jarang menunjukkan (mengekspresikan)-nya rasa cintanya itu. Ia tidak cukup untuk memantapkan tali persahabatan dan hal seperti itu tidak dibenarkan. Sesekali, ucapan-ucapan seperti "aku mencintaimu", "aku merindukanmu", "aku senang berjumpa denganmu", sangat membantu dalam menciptakan persahabatan yang baik. Ketika suami sedang dalam perjalanan, istri sebaiknya menulis surat bahwa ia merindukan suaminya. Bila ada telepon di tempat kerja suami, istri dapat menelponnya sesekali, tetapi tidak terus-menerus. Istri sebaiknya memberikan pujian terhadap suaminya di hadapan teman-teman dan keluarga bila ia sedang tidak berada di tempat itu dan membelanya bila seseorang berbicara tidak baik mengenai dia.

Allah SWT berfirman mengenai ikatan cinta dan kasih sayang ini dalam Al Qur’an: "Dan di antara tanda-tandaNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berpikir." (QS 30: 21)

Imam Ridha a.s. menyatakan : "Wanita yang menunjukkan rasa cinta dan kasih sayangnya merupakan berkah bagi suaminya."

Rasulullah SAW bersabda: "Wanita yang terbaik di antara kamu adalah yang memiliki cinta dan kasih sayang."

Imam Shadiq a.s. mengatakan: "Bila kau mencintai seseorang, biarkan ia mengetahuinya."

Kajian 22 Desember 2006

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. QS Al Hajj 5.

Thursday, December 21, 2006

Person of the Year: You

Boat to boat


Ya, kita .... anda ... saya ... kita. Kitalah yang bersama-sama merubah tatanan yang ada, mendobrak batas-batas tradisional. Kitalah yang bersama-sama memperlihatkan kekuatan dari apa yang disebut kerjasama. Ya ... kitalah ... kita yang bersama-sama bisa merubah dunia ini menjadi sesuatu yang semakin baik ... :)


Person of the Year: You

Yes, you. You control the Information Age. Welcome to your world.
LEV GROSSMAN - Time.com

The "Great Man" theory of history is usually attributed to the Scottish philosopher Thomas Carlyle, who wrote that "the history of the world is but the biography of great men." He believed that it is the few, the powerful and the famous who shape our collective destiny as a species. That theory took a serious beating this year.

To be sure, there are individuals we could blame for the many painful and disturbing things that happened in 2006. The conflict in Iraq only got bloodier and more entrenched. A vicious skirmish erupted between Israel and Lebanon. A war dragged on in Sudan. A tin-pot dictator in North Korea got the Bomb, and the President of Iran wants to go nuclear too. Meanwhile nobody fixed global warming, and Sony didn't make enough PlayStation3s.

But look at 2006 through a different lens and you'll see another story, one that isn't about conflict or great men. It's a story about community and collaboration on a scale never seen before. It's about the cosmic compendium of knowledge Wikipedia and the million-channel people's network YouTube and the online metropolis MySpace. It's about the many wresting power from the few and helping one another for nothing and how that will not only change the world, but also change the way the world changes.

The tool that makes this possible is the World Wide Web. Not the Web that Tim Berners-Lee hacked together (15 years ago, according to Wikipedia) as a way for scientists to share research. It's not even the overhyped dotcom Web of the late 1990s. The new Web is a very different thing. It's a tool for bringing together the small contributions of millions of people and making them matter. Silicon Valley consultants call it Web 2.0, as if it were a new version of some old software. But it's really a revolution.

And we are so ready for it. We're ready to balance our diet of predigested news with raw feeds from Baghdad and Boston and Beijing. You can learn more about how Americans live just by looking at the backgrounds of YouTube videos—those rumpled bedrooms and toy-strewn basement rec rooms—than you could from 1,000 hours of network television.

And we didn't just watch, we also worked. Like crazy. We made Facebook profiles and Second Life avatars and reviewed books at Amazon and recorded podcasts. We blogged about our candidates losing and wrote songs about getting dumped. We camcordered bombing runs and built open-source software.

America loves its solitary geniuses—its Einsteins, its Edisons, its Jobses—but those lonely dreamers may have to learn to play with others. Car companies are running open design contests. Reuters is carrying blog postings alongside its regular news feed. Microsoft is working overtime to fend off user-created Linux. We're looking at an explosion of productivity and innovation, and it's just getting started, as millions of minds that would otherwise have drowned in obscurity get backhauled into the global intellectual economy.

Who are these people? Seriously, who actually sits down after a long day at work and says, I'm not going to watch Lost tonight. I'm going to turn on my computer and make a movie starring my pet iguana? I'm going to mash up 50 Cent's vocals with Queen's instrumentals? I'm going to blog about my state of mind or the state of the nation or the steak-frites at the new bistro down the street? Who has that time and that energy and that passion?

The answer is, you do. And for seizing the reins of the global media, for founding and framing the new digital democracy, for working for nothing and beating the pros at their own game, TIME's Person of the Year for 2006 is you.

Sure, it's a mistake to romanticize all this any more than is strictly necessary. Web 2.0 harnesses the stupidity of crowds as well as its wisdom. Some of the comments on YouTube make you weep for the future of humanity just for the spelling alone, never mind the obscenity and the naked hatred.

But that's what makes all this interesting. Web 2.0 is a massive social experiment, and like any experiment worth trying, it could fail. There's no road map for how an organism that's not a bacterium lives and works together on this planet in numbers in excess of 6 billion. But 2006 gave us some ideas. This is an opportunity to build a new kind of international understanding, not politician to politician, great man to great man, but citizen to citizen, person to person. It's a chance for people to look at a computer screen and really, genuinely wonder who's out there looking back at them. Go on. Tell us you're not just a little bit curious.

Kajian 21 Desember 2006

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). QS Al Hajj 1.

Wednesday, December 20, 2006

Siapa Tak Menanam, Dia Tak Menuai

Flowers, garden, building, sky


Siapa Tak Menanam, Dia Tak Menuai, judul paling atas di harian Kompas kemarin 'meratapi' nasib tim kita di Asian Games Doha 2006. Dari awal sebetulnya saya ragu, kenapa kita mengirim tim kita dengan catatan prestasi yang makin morat-marit ... nyang kata orang cerminan situasi bangsa saat ini ... hiks ...

Untung tulisan ini tidak membahas soal di atas ... :) Judul di atas mengingatkan saya, apa yang saya sudah tanam tahun ini? Adakah yang berguna bagi diri sendiri (tidak usah ngomongin bagi bangsa dan negara dulu deh)? Atau jangan-jangan saya terlena dalam kesibukan sehari-hari dan lupa menanam?

Dalam lamunan ini saya pun teringat pelatihan yang pernah saya ikuti. Kata instrukturnya, "Apa yang anda tanam hari ini, akan anda tuai buahnya di kemudian hari. Banyak orang ingin panen duluan baru dia mau menanam. Beri saya promosi dulu, baru saya akan kerja keras ..."

Lanjut beliau, "Sayang sekali, hidup tidak seperti ini. Hukum alam berkata, menabur dahulu, menyiraminya dengan kerja keras, dan anda akan menuai pada saatnya. Segala sesuatu ada masanya. Apa yang anda tuai hari ini, adalah hasil dari apa yang anda tanam di masa lalu."

Saya pun teringat kutipan tulisan lama Menanamlah - Zaim Uchrowi yang berakhir dengan kata-kata "Sibuklah menanam dan menanam. Biarkan Tuhan menunaikan tugasNya, memberi hasil pada setiap hal yang kita tanam."

Juga tulisan soal Hubungan Segi Tiga - Arvan Pradiansyah yang berbicara mengenai hal yang sama dengan sudut pandang yang lain. Di akhir tulisannya beliau mengutip kata-kata Ibu Theresa, "Ketahuilah, pada akhirnya, sesungguhnya ini semua adalah masalah antara engkau dan Tuhan; tak pernah antara engkau dan mereka."

Tahun ini hampir berlalu. Saatnya kita menuai apa yang kita tanam. Kita menanam bibit kejujuran, ikhlas, kesabaran, kasih sayang, kini saat memetik hasilnya ...

Kita menanam bibit kebencian, dendam, ketidakpuasan. Oh sungguh celaka nasib kita ...

Kajian 20 Desember 2006

Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan dan Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan. QS Al Anbiyaa' 110.

Tuesday, December 19, 2006

Harmonis

A Bridge


Akhir minggu kemarin saya dapat pembelajaran baru. Sesuatu yang mungkin sederhana tapi baru saya sadari. Soal harmonisasi, soal mencari persamaan, bukan soal mencari perbedaan.

Waktu itu saya duduk di toko audio langganan saya, sibuk menyimak musik. Seperti sebelum-sebelumnya, acap kali selain saya ada orang lain yang turut menyimak. Yang saya baru sadar kemarin ialah buat sebagian orang, sambil menyimak mereka sibuk mencari sesuatu yang kurang pas, entah bass-nya kurang dalam, high-nya kurang bersih, vokalnya tenggelam, dan seterusnya.

Sementara saya dan sebagian yang lainnya asyik saja duduk menikmati musik. Lengkap dengan berbagai kekurangan-kekurangannya, kalau memang benar, seperti diutarakan orang-orang di atas.

Kalau dipikir-pikir kasihan juga mereka. Jadi kenikmatan mendengarkan musiknya hilang karena sibuk mencari-cari ....

Kalau kita dengar jazz yang agak berat, seringkali ada nada-nada yang mencelat keluar. Buat penggemar lagu-lagu pop, nada-nada ini jelas terdengar aneh, karena seperti nyasar, keluar jalur. Namun lagi-lagi, kalau kita mau lebih rileks dan menerima ’loncatan’ dan ’lompatan’ ini, indah juga jadinya ... :)

Kalau ditarik balik ke hidup ini, mungkin mirip kali ya. Apa kita mau sibuk mencari-cari apa yang salah dalam hidup ini? Gaji kurang, teman hidup kurang cantik/ganteng, anak-anak rewel, lalu lintas macet, pekerjaan tidak habis-habisnya, bos yang payah, dan seterusnya dan seterusnya.

Atau mencoba menikmati, mencari keselarasan dari semua ’keramaian’ ini? Mensyukurinya, mencoba ’menyambungnya’, mencari benang merahnya, dan rileks dengan berbagai variasi yang muncul, hitung-hitung biar hidup nggak begitu-begitu saja ... :)

Jadi, akhir minggu kemarin sambil serius (sok serius) denger musik, otak saya berputar ... alhamdulillah, dapat satu pelajaran lagi ...

Kajian 19 Desember 2006

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Katakanlah: "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: "Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)". QS Al Anbiyaa' 107-108.

Monday, December 18, 2006

Resensi ....


Gambar dari dianakrall.com


Hmm ... sudah lama juga tidak resensi musik. Kemarin saya habis beli beberapa CD. Album Diana Krall yang baru (balik ke ’real’ jazz), album kolaborasi Al Jarreau dan George Benson (asyik, jazz ringan) , Ada Band (Romantic Rhapsody, album lama tapi belum punya), en album livenya Sadao Wanatabe (hmm ... gara-gara ini jadi nyari-nyari berbagai musik instrumen seperti Keiko Matsui, Al Di Meola, McLaughin). Keren-keren semuanya .... Cuma nyari informasi Sadao Wanatabe di internet ternyata terbatas sekali ya ...

Sayang sekali sistem audio di rumah habis ’naik kelas’ lagi. Efeknya semua CD-CD lama diputar lagi, jadi belum sempat dengar betul keempat CD di atas .. :)


Gambar dari joshgroban.com


Belum tuntas, kemarin beli 2 CD lagi. Album Josh Groban yang baru, Awake, serta album Yusuf Islam, An Other Cup. Sebetulnya masih panjang lagi daftarnya gara-gara artikel di harian Kompas soal 20 album terbaik 2006 seperti kumpulan lagu The Beatles yang diaransir, direkompilasi, dan diremix, Bob Dylan, The Who, dan lain-lain.

Ini belum ngitung tambahan 2 grup band (Gypsy King dan Counting Crow) yang saya baru tahu ’dahsyat’ juga musiknya. Ahhh ... banyak betul pe-ernya ...

Film? Lagi malas nonton film. Sempat nyoba nonton beberapa DVD, tapi kok film sekarang makin lama makin sadis aja ya? Lucky Number Slevin (Josh Hartnett, Bruce Willis) sadis terus menerus. Miami Vice (Jamie Foxx, Colin Farrell) nggak kalah sadis, cuek, dan kehidupan ’mahal’. Lord of War (Nicolas Cage), nggak selesai nontonnya karena nggak kepingin tahu bagaimana ’nasib’ istri dan anak si Lord ...

Beberapa hari yang lalu sempat nguping salah satu radio anak muda terkenal di Jakarta. Mereka membahas (sambil cekikikan) soal orang *n*i* yang mengajukan protes ke produsen k*nd*m karena ukurannya yang tidak cocok. Kok bisa-bisanya ya anak remaja udah ngebahas ini tanpa ragu ... berarti memang sudah bagian dari dunianya? Kacau ...

Maaf buntutnya jadi ngelantur ...

Kajian 18 Desember 2006

(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami lah yang akan melaksanakannya. QS Al Anbiyaa' 104.

Friday, December 15, 2006

Seri Kehidupan Suami/Istri - Suami (1)

Panen ...


Seperti yang pernah saya utarakan (ceile ... bahasanya baku banget ...) saya mencoba memperluas isi blog ini. Untuk hari Jum'at, saya coba topik seputar keluarga ... tulisan ini diambil dari sebuah buku yang berjudul Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami – Istri oleh Ibrahim Amini – Al Bayan

Oh ya, seri ini akan mengambil dua sisi, suami dan istri. Jadi minggu ini untuk suami, minggu depan untuk istri .. :)

Seri Kehidupan Suami Istri
Cintailah Istri Anda

Seorang wanita adalah pusat segala kebaikan yang dikuasai penuh oleh perasaan. Keberadaannya tergantung pada cinta dan kasih sayang. Ia ingin dicintai oleh orang lain dan makin banyak yang mencintai makin baik. Ia sangat mengorbankan dirinya agar disukai. Sifat ini sangat kuat dalam diri wanita sehingga bila ia menyadari bahwa tak seorang pun mencintainya, ia akan menganggap dirinya gagal. Ia akan kecewa terhadap dirinya dan merasa terbuang. Karena itu, pasti orang dapat menyatakan bahwa rahasia pria yang berhasil dalam kehidupan perkawinannya adalah pengungkapan rasa cintanya kepada dirinya.

Bapak-bapak yang kami hormati! Istri anda, sebelum menikah dengan anda sangat menikmati cinta dan kasih sayang orang-tuanya. Kini, setelah ia menyetujui perkawinan dengan anda, setelah ia memilih untuk hidup bersama anda, ia mengharapkan anda untuk memenuhi keinginan-keinginannya dalam cinta dan kasih sayang. Ia mengharapkan anda untuk menunjukkan cinta yang lebih daripada yang diterimanya dari orangtua dan sahabat-sahabatnya. Ia telah begitu mempercayai anda dan itulah sebabnya maka ia mempercayai anda dengan segala keberadaannya.

Rahasia perkawinan yang bahagia adalah pengungkapan cinta kepada istri anda. Bila anda ingin mendapatkan hatinya, bila anda ingin agar ia mematuhi permintaan-permintaan anda, bila anda ingin memperkuat tali perkawinan anda, buatlah agar ia mencintai anda, atau selalu setia kepada anda, atau ..., maka anda harus selalu menunjukkan kasih sayang dan mengungkapkan cinta anda kepadanya.

Bila anda tidak memberikan kasih sayang anda kepada istri, maka ia akan kehilangan daya tarik kepada rumahnya, anak-anaknya dan di atas semua itu, kepada anda. Rumah anda akan selalu dalam keadaan berantakan. Ia tidak akan sudi melakukan usaha untuk seseorang yang tidak dicintainya.

Sebuah rumah tanpa kasih sayang akan mirip dengan neraka yang menyala, walaupun rumah itu tampak sangat rapi dan penuh dengan barang-barang.

Istri anda mungkin akan menjadi sakit atau mengalami kekacauan mental. Ia mungkin akan mencari kesenangan dengan orang lain bila anda tidak memberinya kepuasan. Ia mungkin akan bersikap dingin terhadap anda dan rumah tangga sehingga ia akan menghendaki perceraian.

Andalah yang bertanggungjawab terhadap semua ini karena anda telah gagal untuk memuaskannya. Memang benar, bahwa tahap-tahap perceraian terjadi karena sikap-sikap yang tidak ramah.

Persahabatan dan cinta dalam keluarga lebih berharga daripada apa pun dan karena itulah Allah telah menjadikannya tanda-tanda kekuasaan dan berkah yang luar biasa yang telah dikaruniakan kepada manusia. Al Qur'an menyatakan: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (QS 30:21)."

Imam Shadiq a.s. menegaskan: "Barangsiapa yang menjadi sahabat kami, akan lebih mengungkapkan kebaikan hatinya kepada pasangannya."

Rasulullah saw. menyatakan: "Makin setia seseorang kepada pasangannya semakin banyak kebaikan hati yang diungkapkannya."

Imam Shadiq a.s. mengatakan: "Salah satu sifat-sifat nabi Allah adalah bahwa mereka semua baik kepada istri-istri mereka."

Rasulullah saw. mengatakan: "Kata-kata seorang pria yang ditujukan kepada istrinya: 'Aku sangat mencintaimu' tak akan pernah lepas dari hati istrinya."

Cinta dan kasih sayang tentu saja harus tulus agar dapat mencapai hati seseorang, itu pun belum cukup karena mengungkapkan rasa sayang itu adalah penting. Dengan menunjukkan perasaan anda lewat kata-kata dan perbuatan, maka cinta anda akan dibalas dan hati anda pun akan mempererat ikatan cinta itu.

Berterus-teranglah dan jangan segan-segan mengungkapkan rasa cinta kepada istri anda. Baik di belakangnya maupun dihadapannya anda harus memberikan pujian kepadanya. Kirimilah surat kepadanya ketika anda sedang keluar kota dan katakan bahwa anda merindukannya. Sekali-sekali belilah sesuatu untuknya. Teleponlah ia ketika anda sedang bekerja dan tanyakan bagaimana keadaannya.

Salah satu hal penting dalam pikiran seorang wanita adalah kata-kata pengungkapan cinta semacam ini.

Kajian 15 Desember 2006

Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. QS Al Anbiyaa' 92.

Thursday, December 14, 2006

There is More to Life Than Increasing Its Speed

Notre Dame under Blue Sky


Seperti kata Mahatma Gandhi, there is more life than increasing its speed ... :) apa kabar anda semua, bagaimana kesibukan menjelang akhir tahun. Sibuk mengejar-ngejar pekerjaan, deadline, tagihan-tagihan, belanja (untuk yang masih punya budget)? Kejarlah daku kau menghilang sampai ngos-ngosan ... :-P

Mudah-mudahan kesibukan ini semua tidak membuat kita lupa kalau banyak 'kehidupan' di kehidupan ini ... hidup bukan cuma semata-mata hal-hal di atas. Tapi banyak yang lain seperti kegembiraan, tertawa, rasa syukur, menikmati proses, keluarga, hobi, belajar, mengajar, dan banyak hal lainnya lagi.

Kemarin pas pulang saya bilang kepada diri sendiri, the day is over, it is time for another life ... teman sebelah nyambung ... the real life ... :)

Seperti biasa, mau beban pekerjaan seperti apa pun, saya selalu berusaha pulang tepat waktu. Dan sore itu mau langsung berenang ... :) eh, BTW, kemarin sore saya berenang di tengah-tengah hujan lebat!

So ... bagaimana dengan anda, sibuk menaikkan 'kecepatan' atau tetap bisa menikmati dan mensyukuri hidup ini?

Kajian 14 Desember 2006

Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang lalim." QS Al Anbiyaa' 87.

Wednesday, December 13, 2006

Xerox Seeks Erasable Form of Paper for Copiers

Academic National de Musique


Bicara soal membuat dunia ini lebih hijau. Apa ya kontribusi kita?

Xerox Seeks Erasable Form of Paper for Copiers
John Markoff - The New York Times

PALO ALTO, Calif., Nov. 21 — During the 1970s, researchers at Xerox’s Palo Alto Research Center explored a software technique called "garbage collection" used for recycling computer memory. The technique allowed the automatic reuse of blocks of memory that were storing unused programs and data.

Today an anthropologist at the center, Brinda Dalal, has become a self-styled "garbologist" to assist in a joint effort with chemists at the Xerox Research Center of Canada to develop an "erasable paper" system. The goal is to recycle paper documents produced by the company’s copiers — potentially an unlimited number of times.

What she has discovered is a notable change in the role of paper in modern offices, where it is increasingly used as a medium of display rather than storage. Documents are stored on central servers and personal computers and printed only as needed; for meetings, editing or reviewing information.

The pieces of paper spewed from copiers frequently end up back in the recycling bin on the same day they are printed, she noted.

Of the 1,200 pages the average office worker prints per month, 44.5 percent are for daily use — assignments, drafts or e-mail. In her research, scouring the waste produced by office workers, she found that 21 percent of black-and-white copier documents were returned to the recycling bin on the same day they were produced.

"We were surprised by our results," she said. "Nobody looks at the ephemeral information going through people’s waste baskets."

Her research is part of a three-year-old technology development effort to design an add-on system for an office copier to produce "transient documents" that can be easily reused. The researchers now have a prototype system that will produce documents on a specially coated paper with a light yellow tint. Currently, the process works without toner and produces a low-resolution document that appears to be printed with purple ink.

The printed information on the document "disappears" within 16 hours. The documents can be reused more quickly by simply placing them in the copier paper tray. The researchers said that individual pieces of paper had been printed on up to 50 times, and the only current limit in the process appears to be paper life.

"People really like paper," said Eric J. Shrader, a computer scientist who is area manager for printing systems at the Hardware Systems Laboratory of the research center, which is known as PARC. "They like the way it feels."

The project is still very much in a laboratory phase, he said. The researchers are still trying to refine the process, both to increase contrast and to extend control over the lifespan of the print process.

During the 1990s, the Japanese office equipment maker Ricoh developed a commercial system that made it possible to remove toner from paper to make recycling possible, he said. It was possible to recycle individual pieces of paper up to 10 times, according to Ricoh, but that system is no longer commercially available.

Xerox has not yet decided whether it will commercialize its technology, Mr. Shrader said, but the goal is to create a system where the specially coated paper costs between two and three times standard copier paper, making the total cost of the system substantially less than conventional paper when paper is reused repeatedly.

The company said the precise nature of the technology was proprietary and that Xerox had applied for a number of related patents covering the invention. The researchers describe the invention as being based on compounds that can change color when they absorb a certain wavelength of light, but can then gradually revert to their original appearance. The compounds currently self-erase in about 16 to 24 hours, or can be erased immediately when heated.

The challenge Xerox faces is to find a market for a new paper printing technology in an era when information is increasingly being viewed and read on electronic displays of all types.

For example, PARC itself has done extensive research on the idea of "electronic paper." Its researchers separately developed an "electronic reusable paper" system called Gyricon. A Gyricon sheet is a thin layer of transparent plastic composed of small beads similar to toner particles. The beads are "bichromal," with light and dark sides. When a voltage is applied at different positions on the sheet, the beads rotate to create an image. Xerox tried unsuccessfully to commercialize the technology.

The Sony Reader, introduced this year, is based on a similar technology developed by the E Ink Corporation of Cambridge, Mass.

"I worry that this would be like coming out with Super 8 just before the video camera," said Paul Saffo, a Silicon Valley researcher who has been a consultant to Xerox. "This would have been a bigger deal 10 years ago. These days there’s so much getting read online I wonder if time hasn’t passed this by."

Kajian 13 Desember 2006

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan. QS Al Anbiyaa' 47.

Monday, December 11, 2006

Kualitas Pemimpin Sejati (bagian 15)

Boats


Ck ck ck ... sampe lupa kalau buku ini belum selesai diringkas di blog ini. Mohon maaf ya ... minta maaf tapi kurang jelas kepada siapa ... :).

Tulisan ini berdasarkan buku karangan John C Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of a Leader. Tiada maksud untuk menulis ulang buku ini (takut kena urusan copyright hehehe ...), tapi lebih berupa ringkasan berdasarkan pemahaman saya .. :-O

15. Hubungan: Jika Anda Akur, Merekapun Akur

Orang tidak perduli seberapa banyak yang anda ketahui, hingga mereka tahu seberapa jauh anda perduli - John C Maxwell.

Dalam bukunya ini, Maxwell bercerita tentang seorang dokter, professor, dan penulis William Osler. Osler, yang meninggal di tahun 1919, menulis buku berjudul Principles and Practice of Medicine. Buku ini mempengaruhi persiapan para dokter selama lebih dari 40 tahun di seluruh dunia.

Sepanjang masa karirnya Osler senantiasa memperlihatkan kemampuan luar biasa dalam menjalin hubungan dengan sesama. Ia mendirikan Association of American Physicians agar para profesional medis dapat berkumpul, berbagi informasi, dan saling mendukung. Sebagai guru, ia rubah cara fakultas kedokteran berfungsi. Ia bawa siswa-siswinya ke luar dari ruang kuliah ke dalam bangsal rumah sakit untuk berinteraksi dengan pasien. Ia percaya bahwa siswa-siswi paling baik belajar dari para pasien sendiri.

Namun semangat Osler yang utama ialah mengajarkan para dokter memiliki belas kasih. Katanya, "Ada perasaan yang kuat di antara orang-orang bahwa kita, para dokter, lebih mementingkan penyakit serta aspek-aspek ilmiahnya ketimbang si pasien ... saya mendesak kalian agar dalam praktek lebihi memperhatikan si pasien ... menangani manusia malang yang menderita, kita lihat wajah aslinya, dengan segala kekurangan serta kelemahannya, dan kalian harus menjaga kelembutan hati agar tidak menghina sesama manusia."

Pendapat salah satu rekannya mengenai Osler, "dokter terbesar dalam sejarah ... dan di atas segalanya, seumur hidupnya ia menjadi sahabat kami; seseorang yang memiliki sifat bersahabat yang lebih besar ketimbang siapapun dalam generasi kami. Perhatiannya kepada kami semualah yang paling menonjol dalam sifatnya ... "

So, kembali pada kita, Maxwell menganjurkan 3 hal untuk mengelola serta mengembangkan hubungan baik sebagai seorang pemimpin:

1. Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain
Mereka suka diistimewakan, maka berikanlah pujian yang tulus
Mereka menginginkan hari esok yang lebih baik, maka berilah mereka pengharapan
Mereka menginginkan petunjuk, maka berikanlah petunjuk kepada mereka
Mereka egois, maka dahulukanlah kepentingan mereka
Mereka bisa jatuh secara emosional, maka berikanlah dorongan kepada mereka
Mereka menginginkan sukses, maka bantulah mereka untuk meraihnya


Menurut Maxwell, salah satu kunci dari hal yang pertama ini adalah memperlakukan setiap orang sebagai individu yang berbeda dan anda harus dapat menyesuaikan kepemimpinan anda menurut orang yang anda pimpin.

2. Memiliki kemampuan mengasihi orang lain
Kata Presiden Definitive Computer Services, Henry Gruland, "Menjadi pemimpin adalah lebih dari sekedar ingin memimpin. Pemimpin memiliki empati terhadap orang lain dan kemampuan untuk menemukan yang terbaik dari orang lain ... bukan yang terburuk ... dengan benar-benar perduli terhadap orang lain."

3. Memiliki kemampuan untuk membantu orang lain
Kita sering lupa kalau orang hormat pada pemimpin yang mengutamakan kepentingan mereka. Jika fokus anda adalah apa yang dapat anda berikan kepada orang lain ketimbang apa yang dapat anda peroleh dari mereka, mereka akan mengasihi dan hormat kepada anda.

===
Dalam sebuah cerita pendek berjudul, "The Capitol of the World", Ernest Hemingway, bercerita tentang seorang ayah dan putranya yang remaja, Paco, yang hubungannya retak. Paco minggat dari rumah, dan sang ayah menempuh perjalan panjang untuk mencarinya.

Usaha demi usaha tidak membuahkan hasil. Akhirnya, sebagai upaya terakhir, sang ayah memasang iklan di surat kabar setempat di Madrid. Isinya, "Paco anakku, temuilah ayah di depan kantor surat kabar ini besok siang ... segalanya sudah Ayah ampuni .. Ayah sayang padamu."

Apa yang terjadi? Keesokan paginya di depan kantor surat kabar tersebut hadir 800 lebih pemuda yang bernama Paco. Mereka semua berkeinginan memulihkan hubungan yang retak ....

Jika anda akur, mereka pun ingin akur ...

Kajian 12 Desember 2006

Katakanlah: "Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain (Allah) Yang Maha Pemurah?" Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari mengingati Tuhan mereka. QS Al Anbiyaa' 42.

Poligami Dilarang, Perzinaan Dibebaskan

Sit and watch


Saya tidak berkomentar tentang hal ini, karena ilmu dan penafsiran saya tidaklah mencukupi. Namun tulisan di bawah rasanya layak 'naik-cetak' di lamunan-sejenak. Mencoba melihat sudut yang lain ...

Poligami Dilarang, Perzinaan Dibebaskan
Hidayatullah.com - Kamis, 07 Desember 2006

Rencana Pemerintah merevisi UU Perkawinan ditanggapi keras kalangan Muslim. Banyak yang menilai, usulan ini bukan atas dasar agama, tapi atas hawa nafsunya.

Menurut sejumlah sumber, dai kondang Abdullah Gymnastiar, alias Aa Gym, telah menikah lagi sejak tiga bulan silam. Sedangkan Maria Eva, perempuan yang berselingkuh dengan Yahya Zaini, mengaku bahwa perzinaan yang mereka lakukan berlangsung pada tahun 2004.

Namun atas kehendak Allah SWT, kedua berita itu sama-sama baru tersiar ke masyarakat pada awal Desember 2006 ini. Nampaknya Allah memang telah merekayasa demikian, untuk memperlihatkan bagaimana reaksi bangsa ini menanggapi poligami dan perzinaan. Mana yang pilih madu dan mana pula yang pilih racun.

Seperti diketahui, setelah Aa Gym melakukan jumpa pers dan mengakui bahwa ia memang telah menikah lagi, mendadak sontak banyak perempuan yang bereaksi negatif. Tak cuma para aktivis gerakan feminisme, para ibu-ibu peserta pengajian Aa Gym, banyak yang mengutarakan kekecewaan dan kecamannya.

Nursyahbani Katjasungkana misalnya. Aktivis gerakan perempuan yang juga anggota Komisi III DPR dari FKB menyatakan mendukung gerakan penandatanganan Koalisi Perempuan Kecewa Aa Gym (KPKAG), yakni kelompok yang kecewa Aa Gym menikah lagi.

"Sebagai kaum perempuan, kami tentu saja ikut sakit hati, poligami dengan alasan apa pun telah menyakiti hati kaum perempuan," ujar Nursyahbani kepada wartawan.

Revisi PP No. 10/1983
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta, juga ikut uring-uringan. Selasa (5/12), bersama-sama Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nazaruddin Umar keduanya menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono guna membicarakan PP10/1983 tentang pembatasan poligami. Dia ingin pembatasan itu tidak hanya bagi PNS dan anggota TNI/Polri, tapi juga berlaku bagi pejabat negara dan pegawai swasta.

Kepada wartawan Meutia mengungkapkan, Presiden menyatakan keprihatinannya dengan kasus poligami yang diterapkan tokoh masyarakat itu. Karena itu, Presiden, kata dia menyetujui untuk memperluas aturan itu.

"Presiden mempunyai moral obligation (terikat secara moral) buat memperhatikan masyarakatnya," kata Meutia.

Kata Meutia, ide revisi PP 10/1983 ini, karena adanya keresahan masyarakat . "Titik tolaknya adalah keresahan masyarakat, terutama perempuan yang merasa tak diperlakukan tidak adil dalam perkawinan," ujarnya.

Poligami Liar
Anehnya, Meutia dan mereka yang anti-poligami, tidak merasa resah dan prihatin atas "poligami liar" yang dilakukan Maria Eva dan Yahya Zaini. Padahal, seperti diakui Maria, setelah berzina berkali-kali dengan anggota DPR dari Partai Golkar itu akhirnya dia hamil.

Tetapi karena Yahya dan istri Yahya tak menghendaki anak dari hasil perbuatan haram mereka, Eva tidak berkeberatan untuk menggugurkan kandungannya. Maka pasangan tak bermoral itu kemudian pergi ke sebuah rumah sakit untuk membunuh janinnya itu.

Lagi-lagi Meutia juga tidak mengeluarkan kecaman atas tindakan pembunuhan janin itu. Apakah para perempuan tidak ikut merasa sakit hati dan diperlakukan tidak adil mengetahui Maria Eva dihamili di luar nikah lalu disuruh membunuh calon anaknya?

Atau andaikan mereka tidak menggugurkan kandungan, apakah kaum ibu itu tidak sedih dan sakit hati mengetahui kelak anak Maria Eva lahir tanpa bapak yang seharusnya bertanggung jawab atas nasib masa depan anak itu?

Rencana pemerintah yang akan memperketat aturan poligami, ditanggapi keras oleh sejumlah tokoh umat Islam. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi misalnya menyatakan, poligami sebaiknya tidak diatur dalam sebuah peraturan atau perundang- undangan. Menurutnya, poligami adalah masalah pribadi seseorang sehingga tidak layak jika harus diurusi pemerintah.

"Lebih baik mengurusi masalah kedisiplinan kerja dan peningkatan kinerja aparatur pemerintahan," sebagaimana dikutip koran SINDO saat berada di Indramayu. Meski tidak secara gamblang menolak rencana revisi PP No 45/1990 ini, Hasyim Muzadi menyatakan, persoalan poligami sebaiknya dibiarkan berjalan secara alamiah.

Di hadapan ribuan kader NU Indramayu dalam acara pelantikan pengurus cabang setempat, Hasyim menyampaikan bahwa poligami adalah pilihan seseorang. Artinya, poligami menjadi tanggung jawab masing-masing individu dengan berbagai konsekuensi yang akan diperoleh.

Senada dengan Hasyim, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai, wacana poligami tidak perlu dikembangkan karena hanya akan membawa masyarakat pada perdebatan yang tidak perlu. Dia menyesalkan jika persoalan ini ditarik ke tataran politik atau kebijakan negara karena bisa kontraproduktif dalam upaya membangkitkan bangsa dari keterpurukan.

"Sementara, begitu banyak masalah bangsa yang strategis yang harus kita selesaikan," imbaunya.

Menurut Din, poligami adalah masalah khilafiyah (perbedaan pendapat) dalam Islam, terkait penafsiran terhadap ayat Al-Qur'an. Karena masalah ini adalah masalah keagamaan, dia mengharapkan semua pihak untuk berhati-hati menyimpulkannya.

...

Kajian 11 Desember 2006

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. QS Al Anbiyaa' 35.

Friday, December 08, 2006

Go or No Go? That's a Leadership Decision

Chaise .... ?


Go or no go? Menarik sekali. Seperti kata tulisan di atas, ini bukan soal jawaban ya atau tidak, tapi adalah soal keputusan.

Berapa sering anda mengalami ini dalam kehidupan anda? Bagaimana anda memutuskannya? Atau jangan-jangan dibiarin aja dan tidak diputuskan? :)

Go or No Go? That's a Leadership Decision
Decisions have consequences, and sometimes become our most important life lessons, especially for leaders.
John Baldoni - CIO.com


"OK, we go!" With those words, Dwight D. Eisenhower, Supreme Commander of Allied Forces in Europe, set in motion the largest air, water and land assault in history. His words were the culmination of years of planning and months of steady build-up of manpower and material. The decision was expected, but there was hesitancy, tension and drama till the very end. Already the invasion had been called off for the previous day. The weather over the Normandy coastline, the site of the invasion, was terrible—cold, rainy and accompanied by rough seas. While the tides were favorable for a landing, the weather was still not, but another postponement might tip off the Germans of the site and time of a location. With a prediction of favorable weather, however, Eisenhower drew upon all of his knowledge as well as his gut instinct and gave the order. As a result, June 6, 1944, will forever be known as D-Day, and the first day in the freeing of Europe from Nazi oppression.

Finding the Go Point
Preparing for and issuing “make or break” decisions is a subject that Michael Useem explores in his brand new book, The Go Point. "Ultimately every decision," writes Useem, "Comes down to a go point—that decisive moment when the essential information has been gathered, the pros and cons are weighed and the time has come to get off the fence."

The purpose of a go point is not yes or no; the purpose is to decide. Decisions of consequence are what leaders are expected to make. And in this regard, Useem, a professor at The Wharton School at the University of Pennsylvania, offers some intriguing leadership insights that managers can and should consider when the stakes are high.

Maintain situational awareness. Decisions made on mountains above 26,000 feet require superhuman strength; the thin air and piercing cold make physical movement difficult, in particular when the weather changes or a climber become disoriented. Such a situation occurred on K2, second only in height to its neighbor Mount Everest. Wisely, climb commander Rodrigo Jordan stationed himself farther down the mountain where he could maintain situation awareness and direct rescue operations. When one summit climber did get into trouble, Jordan was able to direct appropriate manpower as well as make cool headed decisions. That’s a lesson that managers can learn; be close to the action, but not so close that you are overwhelmed by circumstance that you cannot make clear-headed decisions.

Devolve decision making. Good leaders, especially in business, understand that leadership is not a solo enterprise. Zhang Ruimin, CEO of Haier, learned this lesson when he was transforming the company from a state-owned venture near bankruptcy into China’s leading appliance maker. He created something the company calls, "mini mini corporations," or MMCs. Their purpose, as Zhang says, is to "respond swiftly to the needs of their respective markets and win more customers by independent innovations." This approach has enabled Haier to compete globally. Zhang, however, saves big decisions for himself. Pushing decision making is not "abdicating decision-making responsibility." It is part of process that Useem calls building a support net that helps to gather input and "assigning the decision to the person best advantaged" to make the decision.

Restore integrity. Sometimes a leader has to clean up the mess of a predecessor. That’s the situation that Jack Krol found himself in when he was hired as the lead director of Tyco, the company that Dennis Kozlowski had built from next to nothing into a giant player and subsequently looted along the way. The task that Krol and CEO Ed Breen (who had recruited him to the board) faced was formidable. It involved restoring fiscal integrity, spinning off nearly 50 businesses and dismissing a "staggering 290 of 300 of Tyco’s top executives," a move that sent a clear message that Tyco was building a new culture—one based on integrity and not personal enrichment.

Learning from What Goes Wrong
Some decisions go tragically wrong. A prime example, as Useem narrates, was Robert E. Lee’s decision to order Pickett’s Charge on the third day of the Battle of Gettysburg. Confederate forces had battled the Union troops to a standstill but the Yankees still held the high ground, and had thus far thwarted the Rebel incursion into the North. Lee, a daring general and a reasonably good strategist, decided to gamble and attacked what he perceived to be a weak point in the Union lines. It was not, and that hot afternoon of July 3 saw waves of Southerners go to their graves under the orders of their commander, a man they worshipped as godlike till their dying day. When Lee ordered George Pickett to prepare for a counter assault, Pickett exclaimed, "General, I have no division." It was a slaughter, and sent Confederate forces back to Virginia never again to threaten Union territory.

Bad decisions, however, need not be tragedies. They can be learning opportunities. Charles Elachi, director of NASA’s Jet Propulsion Laboratory, used mission failure to Mars as one such opportunity. Faced with the resignation of two senior managers responsible for the failed mission, Elachi replied, "We have spent $400 million training you. You have to learn from those mistakes, and I am sure you will not repeat them." As Useem points out; they did. In 2004 those same managers were responsible for heading two successful robotic explorations of the Red Planet.

Decision making from a leadership perspective is not a cut-and-dried proposition. Some leaders will rely on data; others will go on instinct. Many more will go with a combination of the two. Ultimately to go or not go depends upon experience, knowledge and understanding of the situation as well as the human condition. And another factor comes into play—personal courage. Don Mackey was the on-site fire commander on Storm King Mountain in the summer of 1994. When a fire he and his team of smokejumpers had been fighting suddenly became unpredictable and uncontrollable, Mackey ordered everyone out of the canyon but himself. He stayed behind to bring others to safety.

Fourteen perished that day, including Mackey, but six more owed their lives to his personal intervention. Fortunately, all was not lost on Storm King; study of what happened on that mountain has led firefighters worldwide to adopt and implement new methods of battling forest fires that have reduced fatalities in this most dangerous of jobs. Decisions have consequences, yes, and sometimes become our most important life lessons, especially for leaders.

Kajian 7 Desember 2006

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. QS Al Anbiyaa' 33.

Thursday, December 07, 2006

Cukup Allah dan RasulNya ...

A Bridge


Pagi ini berangkat kerja sempat dengar ceramah pagi soal sedekah yang membahas hadits berikut:

Umar ibnul-Khaththab r.a., berkata, Rasulullah menyuruh kami supaya bersedekah. Kebetulan ketika itu, aku mempunyai harta. Maka kataku dalam hati, "Sekarang, aku dapat mengungguli Abu Bakar sekalipun aku tidak pernah mengunggulinya."
Aku pun datang membawa separo hartaku.
Rasulullah bertanya, "Berapa engkau tinggalkan untuk keluargamu?"
"Sebanyak itu pula," jawabku.

Datanglah Abu Bakar membawa seluruh hartanya dan Rasulullah bertanya kepadanya, "Berapa engkau tinggalkan untuk keluargamu?"
Jawabnya, "Aku tinggalkan buat mereka Allah dan Rasul-Nya."
Aku (Umar) berkata, "Aku tidak akan dapat mengungguli Anda buat selama-lamanya."
(HR Abu Dawud dan Tirmidzi)


Tak terasa air mata pun mengalir ... aku tinggalkan buat mereka Allah dan RasulNya ...

Apa sih yang kita cari di dunia ini? Tersuruk-suruk di antara berbagai kesibukan, terlena dalam berbagai jadwal, tenggelam dari satu acara ke acara yang lain. Karir, harta, wanita, pujian publik, makan enak. Sementara waktu tanpa ampun terus berjalan, argo terus naik, kita terengah-engah menarik beban dunia ini dari satu perhentian ke perhentian yang lain.

Aku tinggalkan buat mereka Allah dan RasulNya ...

Sanggupkah kita mengarungi dunia ini cukup dengan Allah dan RasulNya?

Kajian 6 Desember 2006

Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. QS Al Anbiyaa' 32.

Tuesday, December 05, 2006

Google: 'iPod will hold all the world's TV in 12 years'

Pepohonan di kejauhan ...


Wake up everyone (especially myself)! Dunia sedang berubah dengan kecepatan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya ....

Google: 'iPod will hold all the world's TV in 12 years'
The future of music inspires the future of mobile
By Jo Best

The idea of fitting your entire music collection into a single device the size of a packet of cigarettes might have seemed outlandish 15 years ago. But that was before the iPod. Now, one Google exec is predicting the iPod will lead a further media transformation of similar magnitude in the coming decade.

Speaking at the FT World Communications Conference, Nikesh Arora, Google's VP of European operations, told delegates that, in the coming years, the plummeting price of storage and its increasing volume-to-size ratio will give iPods almost unlimited potential to hold music and video.

Postcards from the bleeding edge…

Read the latest missive from tech guru and silicon.com columnist, Peter Cochrane, as he blogs from around the world.

Arora said, by 2012, iPods could launch at similar prices to those on sale now and yet be capable of holding a whole year's worth of video releases. Around 10 years down the line that could be expanded, creating iPods that can hold all the music ever sold commercially.

He said: "In 12 years, why not an iPod that can carry any video ever produced?" The Google exec said tech is now pursuing a price volume game - searching for the price point at which content will take off for the mainstream.

He added: "It's clearly begun happening," citing iTunes' 99¢ per song download model.

And, Arora believes, mobile is likely to follow the same path. "Mobile is not going to be a different thing," he added - and if the mobile industry is to capitalise on the growth of content, it would be wise to ape the development of the internet.

He said: "The mobile industry has to go through the same phases the internet has gone through... Mobile will have the same learning curve. It would be somewhat foolish to leapfrog the stages the internet went through.

"But before they get there, they will need to satisfy the basic things people are used to doing on the internet."

As a result, the Google VP believes, there will be greater convergence between mobile and internet, as consumers expect to be able to access traditional web content and services on the mobile platform.

Google has already begun to exploit the union by expanding its ad sales business to the world of mobile, after signing deals with operators in Asia and Europe.

The search giant's CEO believes advertising will eventually go on to play a greater role in the mobile industry: eventually doing away with subscriptions in favour of users agreeing to watch targeted advertising.

Kajian 5 Desember 2006

Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) guncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. QS Al Anbiyaa' 31.

Monday, December 04, 2006

PR dari Bung Ad@m ..

Reading newspaper


Akhirnya ... sempat juga ngerjain PR yang satu ini ... :-P

**NINE last things you did**
1. last place you were : Depok Town Square (belanja bulanan hehehe)
2. last photo taken: belajar ambil foto model
3. last book bought: Menjadi Manusia Haji - Ali Syari'ati
4. last song uploaded to iPod: Lagu-lagunya Tracy Chapman
5. last sport activities: main badminton ngelawan anak-anak dan istri
6. last sms: to my lovely wife hehehe ....
7. last time you cried: man ... kapan ya? :-P
8. last CD played: Laura Fygi - Song Book
9. last ngutak-ngutik barang elektronik: Minggu lalu pas pasang wifi di rumah .. :)

**EIGHT have you evers**
1. have you ever dated someone twice: date, apaan tuh, tanggal ya? :-P
2. have you ever been cheated on: of course ... don't be ridiculous ... :)
3. have you ever kissed someone: tentu dong ....
4. have you ever kissed someone you regret: nope ... :)
5. have you ever fallen in love: what kind question is this to a man who love his wife and 2 lovely kids? :-P
6. have you ever lost someone: yes
7. have you ever been depressed: yes, it is part of life ...
8. have you ever eat a life animal: maksudnya hidup-hidup dimakan? Nggak lah ... :-P

**SEVEN branded things**
Waduh ... nyang ini mohon maap nggak diisi, jarang perhatiin merk soale ... murah, enak, apa lagi coba? :)
1. shoes:
2. bags:
3. shirt:
4. make up:
5. jeans:
6. coffee:
7. glasses:

**SIX things you did in the past four days**
1. thinking
2. talking
3. smiling
4. laughing
5. loving
6. enjoying life

**FIVE things on your mind right now**
1. Ngisi blog hehehe ...
2. Beresin foto ....
3. Dengerin CD yang baru dibeli
4. Update isi iPod
5. think 'bout my future

**FOUR people you can tell pretty much ANYTHING to**
1. Istri
2. Ibu
3. Rasanya nggak ada lagi yakh ...
4. Nggak ada lagi tuh??

**THREE favorite colors**
1. Biru
2. Putih
3. Merah

**TWO things you want to do before you die**
1. Menghargai hidup
2. Bersyukur

**ONE goal for this year**
1. Jadi fotografer hehehe ...

Sekarang dilempar kemana ya? Hehehe ... ke A-eL, CUPI, dan T A T A R I deh ... :)

Kajian 4 Desember 2006

Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. QS Al Anbiyaa' 19.

Friday, December 01, 2006

Ciri-Ciri Pemimpin yang Berprinsip

Street lights Pier 39


Ciri-Ciri Pemimpin yang Berprinsip
Stephen R. Covey dari http://www.HRD-Forum.com

Dalam situasi bisnis sekarang ini tampaknya mudah sekali orang membenarkan cara-cara kasar demi tujuan baik. Bagi mereka, "bisnis adalah bisnis", sedangkan "etika dan prinsip terkadang harus mengalah pada keuntungan". Selain itu, banyak juga kita lihat para pelaku dan pemimpin bisnis yang tampak berhasil menumpuk kekayaan, namun di belakang kehidupan mereka tampak kacau dan mengenaskan. Padahal bila kita tinjau, hampir setiap minggu muncul teori manajemen baru, namun tampaknya sedikit sekali yang meninggalkan hasil yang diharapkan. Mengapa demikian?

Menurut Stephen R. Covey, penulis buku terkenal, "Seven Habits of Highly Effective People", dalam bukunya yang lain "Principle Centered Leadership", hal ini disebabkan mereka tidak lagi berpegang pada prinsip dasar yang berlaku di alam ini. Padahal hukum alam, berdasarkan pada prinsip, berlaku tanpa peduli apakah kita menyadarinya atau tidak. Oleh karena itu semestinya kita meletakkan prinsip-prinsip ini di pusat kehidupan, hubungan, kontrak-kontrak manajemen dan seluruh organisasi bisnis anda.

Covey percaya bahwa kesuksesan kita, baik pribadi maupun organisasi, tidak dapat diraih begitu saja. Kesuksesan harus datang dari "dalam diri" dengan berdasarkan pada apa yang kita pahami dan yakini untuk menjadi prinsip yang tak tergoyahkan. Dengan demikian kepemimpinan yang berprinsip memusatkan kehidupan dan kepemimpinan kita pada prinsip-prinsip utama yang benar.

Artikel ini tidak membahas apa itu prinsip menurut Covey, namun meringkas ciri-ciri pemimpin yang berprinsip. Ciri-ciri dari pemimpin yang mendasarkan tindakannya pada prinsip. Dengan demikian setidaknya kita bisa mengenal bagaimana kepemimpinan yang berpusat pada prinsip itu. Ada delapan ciri-ciri pemimpin yang berprinsip.

1--Mereka terus belajar.
Pemimpin yang berprinsip menganggap hidupnya sebagai proses belajar yang tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka. Di saat yang sama, mereka juga menyadari betapa lingkaran ketidaktahuan mereka juga membesar. Mereka terus belajar dari pengalaman. Mereka tidak segan mengikuti pelatihan, mendengarkan orang lain, bertanya, ingin tahu, meningkatkan ketrampilan dan minat baru.

2--Mereka berorientasi pada pelayanan.
Pemimpin yang berprinsip melihat kehidupan ini sebagai misi, bukan karier. Ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan melayani orang lain. Inti kepemimpinan yang berprinsip adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain. Pemimpin yang tak mau memikul beban orang lain akan menemui kegagalan. Tak cukup hanya memiliki kemampuan intelektual, pemimpin harus mau menerima tanggung jawab moral, pelayanan, dan sumbangsih.

3--Mereka memancarkan energi positif.
Secara fisik, pemimpin yang berprinsip memiliki air muka yang menyenangkan dan bahagia. Mereka optimis, positif, bergairah, antusias, penuh harap, dan mempercayai. Mereka memancarkan energi positif yang akan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Dengan energi itu mereka selalu tampil sebagai juru damai, penengah, untuk menghadapi dan membalikkan energi destruktif menjadi positif.

4--Mereka mempercayai orang lain.
Pemimpin yang berprinsip mempercayai orang lain. Mereka yakin orang lain mempunyai potensi yang tak tampak. Namun tidak bereaksi secara berlebihan terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat saat menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat mereka tidak menjadi naif.

5--Mereka hidup seimbang.
Pemimpin yang berprinsip bukan ekstrimis. Mereka tidak menerima atau menolak sama sekali. Meraka sadar dan penuh pertimbangan dalam tindakannya. Ini membuat diri mereka seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, dan bijak. Sebagai gambaran, mereka tidak gila kerja, tidak fanatik, tidak menjadi budak rencana-rencana. Dengan demikian mereka jujur pada diri sendiri, mau mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan sebagai hal yang sejalan berdampingan dengan kegagalan.

6--Mereka melihat hidup sebagai sebuah petualangan.
Pemimpin yang berprinsip menikmati hidup. Mereka melihat hidup ini selalu sebagai sesuatu yang baru. Mereka siap menghadapinya karena rasa aman mereka datang dari dalam diri, bukan luar. Mereka menjadi penuh kehendak, inisiatif, kreatif, berani, dinamis, dan cerdik. Karena berpegang pada prinsip, mereka tidak mudah dipengaruhi namun fleksibel dalam menghadapi hampir semua hal. Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan.

7--Mereka sinergistik.
Pemimpin yang berprinsip itu sinergistik. Mereka adalah katalis perubahan. Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena itu, mereka selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif. Dalam bekerja mereka menawarkan pemecahan sinergistik, pemecahan yang memperbaiki dan memperkaya hasil, bukan sekedar kompromi dimana masing-masing pihak hanya memberi dan menerima sedikit.

8--Mereka berlatih untuk memperbarui diri.
Pemimpin yang berprinsip secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia: fisik, mental, emosi, dan spiritual. Mereka selalu memperbarui diri secara bertahap. Dan ini membuat diri dan karakter mereka kuat, sehat dengan keinginan untuk melayani yang sangat kuat pula.

Kajian 1 Desember 2006

Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. QS Al Anbiyaa' 16.