Leaving A Legacy
Arvan Pradiansyah - ilm.co.id
Tiga orang tukang batu nampak begitu sibuk. Mereka semua sedang menyusun batu bata ketika seseorang datang mendekati mereka dan menanyakan apa yang sedang mereka kerjakan. Tukang batu pertama yang dari tadi nampak mengomel menjawab dengan kesal, "Apa kamu tak lihat, saya sedang sibuk menyusun batu bata", Tukang batu kedua berdesah, "Saya sedang mencari nafkah untuk hidup." Anehnya tukang batu ketiga justru bersiul-siul. Wajahnya pun nampak berseri-seri. "Saya sedang membangun mesjid (katedral)," katanya.
Cerita sederhana mengenai tukang batu di atas sebenarnya dapat juga mewakili apa yang terjadi di tempat kerja. Ada karyawan yang setiap hari tak pernah berhenti mengeluh. Ia merasakan pekerjaannya sebagai sesuatu yang rutin dan membosankan. Orang ini gagal menemukan makna dibalik pekerjaannya. Orang kedua sudah mulai dapat melihat makna pekerjaannya, tetapi semuanya itu hanya untuk memenuhi kebutuhannya sekarang ini. Orang ketiga begitu bersemangat karena ia merasakan makna pekerjaannya yang jauh lebih besar dari sekedar kegiatan fisiknya. Ia sadar bahwa hasil pekerjaannya bukanlah sekedar untuk dinikmati di masa sekarang, tetapi untuk masa-masa mendatang, bahkan setelah ia meninggalkan dunia yang fana ini. Inilah yang disebut leaving a legacy (meninggalkan warisan).
Leaving a Legacy merupakan kebutuhan manusia yang tertinggi setelah kebutuhan fisik (to live), kebutuhan sosial emosional (to love) dan kebutuhan mental (to learn). Inilah kebutuhan untuk menemukan makna di balik apa yang kita lakukan sekarang. Lihatlah pekerjaan Anda. Apa maknanya bagi Anda? Kalau yang Anda cari hanyalah aspek fisiknya yaitu sekedar mencari nafkah, berarti Anda baru ada di tingkat pertama yaitu : to live. Namun banyak juga orang yang bekerja bukan semata-mata karena uang, tetapi karena membutuhkan lingkungan bergaul dan bersosialisasi. Kalau itu yang terjadi pada Anda, Anda sudah berada di tingkat kedua yaitu : to love.
Bagi Anda yang tergolong high achiever, pekerjaan yang baik bukanlah yang sekedar memberikan penghasilan dan sosialisasi yang memadai. Pekerjaan tersebut juga harus memberikan tantangan dan kesempatan untuk terus belajar. Menurut Herzberg, penghasilan yang memadai dan lingkungan kerja yang menyenangkan saja belum akan mendatangkan kepuasan kerja (job satisfaction). Kedua hal tersebut hanya akan menghindarkan Anda dari ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction). Anda tak akan mendapatkan kepuasan kerja bila Anda hanya melakukan sesuatu yang rutin dan mudah. Anda membutuhkan tantangan karena hanya dengan tantangan inilah Anda dapat terus maju dan berkembang. Inilah tingkatan ketiga yaitu : to learn.
Tingkatan yang keempat yaitu to leave a legacy (meninggalkan warisan) berada di atas itu semua. Anda bekerja karena pekerjaan Anda tersebut memberikan sumbangan (kontribusi) kepada orang lain. Anda menjual barang dan jasa karena hal itu dapat meningkatkan kualitas hidup orang lain: membuat mereka menjadi lebih baik, lebih produktif, lebih sukses, lebih bahagia, lebih maju dan seterusnya. Apapun yang Anda lakukan senantiasa dimaknai dalam konteks membantu orang lain untuk sukses.
Tingkatan keempat inilah yang akan begitu menggairahkan kita untuk bekerja. Inilah yang akan memberikan kepuasan kerja yang tak ada taranya. Inilah yang akan membuat keberadaan Anda di dunia ini jauh lebih lama melebihi usia yang mungkin diberikan Tuhan kepada Anda. Inilah tabungan-tabungan kebaikan yang akan terus mengalir kepada Anda sekalipun Anda telah meninggalkan dunia yang fana ini.
Lantas, pekerjaan macam apa yang dapat membuat Anda mencapai tingkatan keempat ini? Jawabnya, semua jenis pekerjaan yang baik, asalkan dilakukan dengan tulus dan ikhlas. Pekerjaan tersebut memang masih tetap sama secara fisik, tetapi dengan niat yang tulus makna pekerjaan ini sekarang telah jauh melampaui bentuk fisiknya. Sebuah pekerjaan sederhana seperti tukang sapu memang hanya bermakna fisik bila dilakukan sekedar untuk memidahkan sampah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi pekerjaan itu akan bermakna spiritual kalau diniatkan untuk menciptakan suasana kerja yang bersih yang menimbulkan semangat dan kegairahan semua orang untuk mencapai produktivitas.
Seorang pengarang Lord Hallifax pernah mengatakan, "Service is the rent that we pay for our room on earth." Pelayanan adalah harga yang harus kita bayar untuk tempat kita di bumi. Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang sudah tua dan renta yang sedang menanam pohon mangga. Melihat hal itu tetangganya keheranan dan bertanya, "Apakah Bapak berharap dapat makan buah mangga dari pohon ini?"
Si kakek menjawab, "Memang tak mungkin, mengingat umurku sekarang ini. Tapi saya telah menikmati banyak buah mangga yang ditanam orang lain. Saya hanya mencoba untuk membalas budi dengan memberikan sesuatu kepada generasi yang akan datang."
Ada banyak pekerjaan yang memberikan manfaat kepada orang lain melebihi umur kita sendiri bahkan melampaui kendala ruang dan waktu. Seorang penemu listrik misalnya, telah membawa kesejahteraan bagi umat manusia sedunia sampai sekarang ini dan di masa depan. Seorang penemu roda telah memudahkan hidup begitu banyak manusia. Semua penemu benda-benda yang telah memudahkan hidup manusia ini masih terus memberikan manfaat kepada dunia sekalipun mereka telah lama tiada.
Para ilmuwan, para guru, para penulis buku, mereka punya peluang untuk hidup lebih lama daripada usia mereka sendiri. Selama masih ada orang yang mengamalkan ilmu mereka yang mungkin dapat diwariskan dari generasi ke generasi, selama masih ada orang yang menjadi lebih baik, lebih sabar dan lebih arif karena membaca karya-karya mereka, selama itu pula tabungan-tabungan kebaikan itu akan mengalir kepada mereka.
Begitu juga seorang seniman, musisi, penyanyi, pemain drama, dan lain-lain. Kalau mereka dapat menciptakan musik-musik yang menggugah orang untuk melakukan kebaikan, menghibur orang ke arah yang positif, mengingatkan orang akan Tuhan dan sebagainya, mereka akan terus mendapatkan "deposito kebaikan" yang melampaui ruang dan waktu. Seorang ibu yang sederhanapun dapat memberikan sumbangan yang tak ternilai kepada dunia berupa putra-putri yang baik yang selalu mengajak orang untuk berbuat kebaikan, dan pada saatnya nanti akan melahirkan generasi penerus yang baik. Tabungan kebaikan si ibu ini akan terus mengalir dari generasi ke generasi melampaui kendala ruang dan waktu.
Kualitas kita bukanlah ditentukan oleh lamanya kita hidup, bukan pula oleh pangkat dan posisi kita, tetapi oleh manfaat yang kita berikan kepada dunia. Orang yang terbaik adalah orang yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. "The Best of You is The Most Advantageous One." Inilah kriteria orang yang sukses. Ukuran kesuksesan bukanlah ketika kita hidup, melainkan ketika kita telah meninggalkan dunia yang fana ini.