Tuesday, December 02, 2008

6 Tips Penting untuk fotografi di luar ruangan

if ...


Pssst ini ringkasan dari artikel Six Silver Bullets for Big Impact Scenics di majalah Outdoor Photography edisi November 2008 .... : ) Bagus banget, jadi saya ringkas (dan dimodifikasi dikit-dikit hehehe) Mudah-mudahan bisa diingat-ingat kalau mau foto lagi ... :)

Apa ya hal-hal yang perlu kita perhatikan, camkan, dan resapi dalam 'perjalanan' kita di dunia fotografi? Kata sang penulis, ada 6 hal sebagai berikut:

1. Keluar dan carilah, lebih sering lagi
Sering kali kita merasa dengan melakukan satu perjalanan ke tempat, kita sudah merekam tempat itu. Padahal ini bukan jaminan. Kita tahu bahwa keadaan suatu tempat sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca (hujan, terang, gelap, kering, cerah, mendung, berawan, dsb), situasi tempat (kering, basah, embun, gugur, lebat, dsb), komponen pendukung (banyak orang, sepi, banyak binatang, kucing, sapi, burung, lebah, kupu-kupu, dsb), suasana hati (riang, sedih, gembira, lagi stress, dsb), teman (rame, sedikit, jago semua, lagi belajar semua, dsb), dan banyak lagi. Lalu bagaimana kita bisa yakin kalau kita sudah merekam tempat itu sebaik-baiknya lewat kamera kita?

Kita tidak bisa menentukan kapan hal yang unik akan terjadi, kita tidak bisa memesan suatu kondisi pencahayaan yang cantik, maupun menginstruksikan agar terjadinya langit yang dramatis, kata tulisan ini. Jadi, keluar dan carilah, lebih sering lagi ... temukan keunikan tempat itu, keunikan yang hanya ‘milik’ kita.

2. Serius yaaa ....
Temukan obyek anda dengan serius, gunakan kamera dengan serius, dan – yang paling penting – anda sendiri kudu’ serius! Percayailah diri anda, bahwa anda bisa membuat foto yang bagus, percayailah bahwa kamera yang anda pegang bisa menghasilkan foto yang bagus, dan percayailah bahwa anda akan menemukan obyek yang bagus.

Kalau kita menemukan obyek yang kita rasa bagus, tenanglah dan gunakan waktu anda untuk mempelajarinya. Tanyalah pada diri sendiri, “Foto apa yang bisa saya buat?” “Komposisi apa yang terbaik?” Dan percayalah, pertanyaan ini sama sekali tidak berhubungan dengan kamera apa yang sedang anda pakai. Juga tidak berhubungan apakah anda sudah berjalan 1 jam ke lokasi ini, atau obyek ini anda temukan di halaman rumah anda.

Kalau anda mau memfotonya, maka fotolah dengan baik! Tidak ada yang tahu, jangan-jangan dari situasi sederhana anda akan menghasilkan foto yang gemilang ... : )

PS. Tips dari editor alias saya, serius tapi fun ya ... :)

3. Riset, riset, riset
Di tips pertama kita dah lihat banyaknya faktor di luar kontrol kita. Namunnnnn ... masih banyak yang kita bisa lakukan agar lebih optimal dalam perburuan kita. Pengetahuan tempat (enaknya dikunjungi pagi atau sore, musim kemarau atau hujan, dsb), pengetahuan mengenai daerah tersebut (sejarahnya, pola cuaca, tanaman/bunga yang tumbuh, dst) akan sangat membantu. Persiapan logistik yang juga disesuaikan dengan kondisi tempat yang akan kita kunjungi akan sangat membantu kita untuk berkonsentrasi pada acara jepret dan bukan pada yang lainnya (makan dimana ya? Beli air minum deket ga? Eh, kita sholatnya di jalan atawa dimana? :) )

4. Peralatan bagus, sekedar peralatan bagus
Peralatan kita sangat mendukung kesiapan kita dalam mengambil foto. Namun, jangan lupa, peralatan itu hanya akan mendukung sampai titik tertentu. Peralatan bagus akan mendukung kita mengambil foto yang baik secara teknis. Namun dia tidak akan membuat foto kita menjadi suatu kenangan indah, dia tidak akan meningkatkan komposisi maupun pencahayaan. Dan tidak akan menjadikan foto kita menjadi lebih baik.

Jadi belilah peralatan yang cukup ... yang cukup ... saja ... :)

5. Jangan maksa cing ...
Cukup sering kita sudah sampai ke tempat yang kita tuju dan ternyata situasinya tidak seperti yang kita bayangkan dan impikan. Katakan saja, hujan ... atau mendung .. atau penuh sesak dengan orang ... atau ... atau ... hehehe. Kata tulisan ini, situasi ini jangan sampai membuat kita frustasi.

Ingatlah bahwa tujuan awal kita memfoto tempat ini karena keindahannya. Dan seharusnya situasi yang ada tidak menutupi keindahan ini.

Jadi bagaimana? Yang penting, kita harus melupakan niat kita untuk berusaha sekerasnya mencari keindahan itu lewat bidikan kita. Alih-alih, kita biarkan badan dan jiwa kita menyatu dengan alam. Temukan iramanya, biarkan alam itu bicara, biarkan keindahannya – baik secara landscape maupun makro/detil – perlahan menyentuh jiwa ... uhuuiiii ... hehehe.

Yakinlah, alam perlahan akan memperlihatkan wujudnya bagi jiwa yang sabar. Jiwa yang dengan santun menikmati hembusan angin, mendungnya langit, riuhnya keramaian, mata yang menelusuri garis-garis alam, lengkung dedaunan, corak awan, hati yang tersenyum dengan warna-warni kehidupan ... yang akhirnya pada titik tertentu memperlihatkan pada kita, bahwa menikmati ini semua jauh lebih penting dari mencoba menangkap ini semua lewat bidikan kamera itu.

Kata tulisan ini, pada akhirnya, sebuah foto akan sangat bertalian erat dengan emosi dan perasaan kita. Kalau kita tidak bisa menangkap emosi sebuah situasi, maka kemungkinan besar kita tidak akan bisa mengekspresikannya lewat foto kita. Dan akhirnya foto kita akan menjadi ‘kering’. Indah secara teknis mungkin, tetapi tak bercerita tentang perasaan dan emosi kita mencermati alam itu.

Keindahan alam bisa membawa kita kepada kedamaian hati, ketenangan jiwa, dan memberikan kesempatan yang tulus untuk melihat hidup ini dengan lebih sederhana dan jauh lebih indah. Kata orang bule, La vie est belle ... gitu loh kira-kira ... :D

Buatlah tujuan utama adalah untuk tenggelam dalam pengalaman ini. Jangan paksakan diri dengan pikiran bahwa kita harus menemukan sesuatu untuk difoto. Ingat, kita ada di tempat itu untuk menemukan pemandangan yang indah. Maka temukan itu dahulu, baru kita berfikir untuk ‘memindahkannya’ ke sebuah foto ...

6. Hidup tidak berakhir dengan bunyi shutter kita ... :)
Katakan kita sudah melakukan semuanya. Persiapan, perjalanan, pembentukan emosi, menuangkannya, dan yang lalu diakhiri dengan pencetan kita di shutter ... klik ... Apakah ‘hidup’ berakhir di sini? Tidak ... masih jauh dari selesai ...

Masih banyak sekali yang harus ditulis dan ‘ditulis’. Kita sering sekali gagal pada titik mempersembahkan foto kita kepada para penikmat foto. Padahal ini titik paling kritis, ketika seluruh usaha kita, mimpi kita, keahlian kita, peralatan kita yang mahal, dan keinginan kita berbagi dengan dunia ini, terfokus pada persembahan ini ...

Pekerjaan sampe klik! adalah seperti menyiapkan bahan-bahan mentah bagi masakan kita. Pekerjaan kita meja komputer, ruang gelap, adalah sama penting dengan menyiapkan bahan-bahan mentah. Terlepas dari apa yang mau kita bagi – entah keindahan, mimpi, visi, inspirasi, teori, apalah itu – adalah tugas kita untuk menyiapkannya sebaik-baiknya.

Don’t quit before the finish line.

1 comment:

Anonymous said...

Salam kenal...

Interesting topics.
Saya suka jeprat-jepret, tapi kok gambarnya "kering"...
Ada artikel tentang bagaimana cara menghindari hasil jepretan terasa "kering" tidak?
Tks...