Friday, September 19, 2008

Panah Yang Tak Pernah Melesat

Masjid Namirah - Arafah


Panah Yang Tak Pernah Melesat
(Al Fikrah No.17 Thn VIII/6 Dzulqa'dah 1428 H)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS 2:186)

Tanyakan kepada semua orang, adakah manusia yang tidak memiliki persoalan hidup? Siapa di antara kita yang sepanjang hidupnya diliputi kesenangan? Siapa pula di antara kita yang tidak memiliki obsesi yang tak kunjung terealisasi? Adakah di antara kita yang merasa tenang karena yakin bahwa dosa-dosanya tidak akan menyeretnya ke dalam neraka?

Mereka tentu akan menjawab, "Tidak ada!"

Kita semua memiliki beragam persoalan. Kita pun sering diliputi kesedihan dan duka. Cita-cita dan harapan yang masih tertunda. Bayangan-bayangan dosa pun senantiasa menghantui. Lalu kemana hendak mengadu?

Mengapa Ragu Berdoa


Seorang lelaki datang kepada Rasulullah dan mengatakan, "Wahai Rasulullah, apakah Tuhan kita itu jauh sehingga kita menyeru-Nya, ataukah Dia dekat, sehingga kita cukup berbisik kepada-Nya?" Maka turunlah firman Allah "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, ….." (QS. Al Baqarah: 186).

Pertanyaan yang ditanyakan oleh lelaki tersebut adalah pertanyaan yang begitu mudah. Tapi Rasulullah tidak menjawabnya. Apakah Rasulullah tidak mengetahui jawabannya? Tentu saja Rasulullah tahu.

Marilah kita cermati kembali firman Allah di atas, "Apabila ia memohon kepada-Ku". Ayat ini mengandung konsekuensi berdoa terlebih dahulu sebelum berharap pengabulannya. Ya, Allah akan mengabulkan permintaan Anda, tapi dengan syarat, Anda mesti berdoa terlebih dahulu.

Perhatikanlah pertanyaan-pertanyaan Allah dalam ayat-ayat berikut ini, dan perhatikan pula jawabannya. Allah berfirman, "Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji." (QS. Al Baqarah: 189).

"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar." (QS. Al Baqarah: 217).

"Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul." (QS. Al Anfâl: 1).

Setiap pertanyaan dalam ayat-ayat di atas jawabannya selalu didahului dengan kata "qul" (katakanlah). Berbeda dengan ayat berikut ini, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku." (QS. Al Baqarah: 186).

Dalam ayat ini, Allah yang langsung menjawabnya tanpa menggunakan kata "qul" (katakanlah), sebab hubungan yang ada adalah hubungan langsung, kontak terbuka antara kita dengan Allah kapan dan di mana saja, tanpa ada perantara antara kita dengan-Nya. Apalagi yang menghalangi tangan kita untuk tengadah berdoa kepada-Nya? Bukankah Allah Yang Mahakaya lagi Mahakuasa atas segala sesuatu telah berkata kepada kita, "Mintalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan permohonanmu"?

Allah yang Mahakaya, Pemilik segala sesuatu, menyuruh Anda untuk meminta kepada-Nya. Tapi mengapa ketika kita ditimpa musibah, atau didera cobaan dan kesulitan, kita lebih memilih untuk meminta dan mengadu kepada sesama makhluk? Masuk akalkah seorang yang sedang tenggelam, memohon pertolongan dari orang yang juga tenggelam? Masuk akalkah, seseorang yang sedang membutuhkan, meminta pertolongan kepada orang yang juga membutuhkan?

Allah berfirman, "Hai manusia, kamulah yang berhajat kepada Allah; dan Allah Dialah yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Mahaterpuji." (QS. Fâthir: 15).

Alangkah dalam pengertian ayat ini! Setiap kita membutuhkan Allah! Orang kaya di antara kita adalah fakir. Penguasa kita adalah fakir. Rakyat jelata kita pun fakir. Setiap kita adalah hamba-hamba Allah yang fakir! DAn Allahlah yang Mahakaya, Al Ghaniy Al Hamîd. Kata-kata Al Ghaniy ini disebutkan dalam bentuk ma'rifah, agar kita tahu bahwa kekayaan ini adalah kekayaan (ketidakbutuhan) yang sifatnya mutlak dan absolut.

Anda bertanya, "Siapakah sebenarnya Sang Pemberi yang begitu Dermawan itu?" Dialah Allah! Salah satu nama-Nya adalah "Al Karîm", yang berarti Zat Yang Mahamemberi tanpa diminta. Subhanallah! Maka apalagi jika diminta!

Keutamaan Doa

Pernahkah Anda memperhatikan susunan surah-surah dalam Al Qur'an? Ternyata Kitabullah dimulai dengan doa, surah Al Fatihah. Bukankah surah ini berisi doa agar kita ditunjuki jalan yang lurus? Lalu surah An-Nâs, surah penutup dalam Al Qur'an. Surah ini pun berisi doa perlindungan dari kejahatan bisikan setan, jin maupun manusia.

Maka Al Qur'an dibuka dengan doa lalu ditutup dengan doa pula, menunjukkan keutamaan yang agung dari doa ini.

1. Yang Paling Mulia di Sisi Allah
Rasulullah bersabda, "Tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah melebihi doa." (HR. Tirmidzi & Ibnu Majah).

2. Karenanya Allah C
Rasulullah bersabda, "Siapa yang tidak berdoa kepada Allah I, maka Allah akan murka kepadanya." (HR. HR. Ahmad dan selainnya, dinyatakan hasan oleh Al Albani).

Dari hadits ini, kita bisa pahami bahwa doa adalah ibadah yang dicintai oleh Allah. Demikian pula orang yang berdoa dicintai oleh Allah. Mengapa demikian? Karena Allah murka kepada hamba-Nya yang tidak mau berdoa.

Nah, sekarang Anda dihadapkan pada dua pilihan, Anda tetap enggan dan malas berdoa lalu Allah murka kepada Anda, atau Anda berdoa dan Allah pun cinta kepada Anda? Jiwa-jiwa yang sehat tentu akan memilih pilihan kedua, seperti halnya Anda. Bukan begitu?

3. Ibadah yang Paling Utama
Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma berkata, "Ibadah yang paling afdhal adalah doa." (HR. Hâkim, juga diriwayatkan secara marfu’ dan dinyatakan hasan oleh Al Albânî).

Bentuk-bentuk Pengabulan Doa

Sekian banyak kenikmatan yang telah Allah karuniakan kepada Anda merupakan jawaban atas doa-doa Anda kepadaNya. Anda bertanya, "Bagaimana bisa seperti itu?"
Ternyata, doa yang kita panjatkan tidak ada yang sia-sia, karena bisa jadi doa yang kita panjatkan itu dikabulkan dalam bentuk lain.

Di antara bentuk pengabulan doa adalah:
Pertama: Doa Anda dikabulkan di dunia.
Kedua: Ditangguhkan sampai hari kiamat.
Ketiga: Sebagai penangkal kejelekan yang mungkin akan menimpa Anda.

Inilah rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya, di mana Dia tak pernah menyia-nyiakan kebaikan yang kita lakukan.

Tapi mungkin Anda tidak tertarik dengan hal ini. Dan Anda berkata, misalnya ketika Anda sedang butuh uang untuk suatu keperluan dan Anda telah berdoa kepada Allah agar diberi rezeki, "Allah Maha Mengabulkan doa, dan saya menginginkan doa saya dikabulkan di dunia. Saya hanya ingin uang, bukan dalam bentuk lain."

Ini adalah hal yang wajar. Tapi apakah Anda yakin bahwa setiap doa Anda akan mendatangkan kebaikan? Sebab bisa jadi, sebagian doa Anda justru akan mendatangkan kejelekan bagi Anda. Anda mungkin telah berdoa agar bisa lulus di perguruan tinggi favorit di kota Anda. Anda betul-betul menghiba bahkan sampai meneteskan air mata dalam berdoa.

Namun Anda ternyata tidak diterima di perguruan tinggi itu. Apa yang akan Anda katakan? "Allah tidak mengabulkan doaku!".

Namun sebenarnya Allah telah mengabulkannya! Yaitu dengan menghalangi kejelekan yang hampir menimpa Anda tanpa Anda sadari jika Anda diterima kuliah di tempat tersebut. Bisa jadi di PT itu Anda akan dipertemukan dengan teman-teman yang buruk akhlak dan perangainya, yang justru akan menggelincirkan Anda dalam kebinasaan dunia dan
akhirat.

Atau, Allah menangguhkan jawaban doa tersebut di akhirat dalam bentuk pahala yang tidak pernah Anda sangka-sangka sebelumnya. Demikian menakjubkannya pahala itu, sampai-sampai Anda berharap agar doa-doa Anda tidak dikabulkan di dunia. Semua untuk simpanan akhirat saja.