Wednesday, September 17, 2008

Tersenyum ... :)

Smile


Dalam hidup ini begitu banyak hal yang silih berganti mengisi hidup kita. Mulai dari urusan serius sampai yang kita rasa remeh-remeh. Misalnya kita mau dipromosi di kantor, motor kita yang menyerempet orang yang mau menyeberang jalan, senyuman bos di kantor sewaktu bertemu, anak kita yang cerita soal ulangannya yang bagus, harga telur yang naik, keinginan ibu untuk naik haji, mobil yang mogok ketika mau dipakai, menu berbuka nanti sore, dan banyak lagi ....

Begitu banyak yang lewat, sibuk silih berganti. Begitu banyaknya sampai sering kali kita melihatnya sebagai sesuatu yang rutin. Sesuatu yang memang pantas kita terima, tanpa perlu pusing memikirkannya. Udara pagi, matahari pagi, kendaraan yang berfungsi, rutinitas di kantor, situasi rumah yang kondusif, segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya, dan kita menerimanya dengan anggapan bahwa ini semua adalah hak kita, kita pantas menerimanya.

Kita mengucapkan rasa syukur karena diberikan kesehatan, kekuatan, kelapangan, iman, dan islam. Namun apakah kita benar-benar merasakan itu? Merasakan dan mensyukuri ketika kita bangun untuk sahur tadi badan kita sehat? Kita bisa bangun dari tempat tidur, mengambil wudhu, lalu melangkah ke meja makan. Mensyukuri kita masih bisa mengangkat tangan kita, mengambil sendok. Mensyukuri kita masih bisa mengunyah dengan baik, meminum dengan mudah.

Menelusuri apa-apa yang kita lakukan sejak bangun saja tadi, kita temukan begitu banyak kejadian – sesederhana apapun itu – yang seharusnya membuat kita tersadar dan menyadari betapa banyak nikmat ya Allah curahkan untuk kita.

Apa yang terjadi kalau kita tadi tidak bisa bangkit? Kalau kita merasakan kesakitan yang amat sangat? Kalau ketika wudhu kita terpleset? Kalau tenggorokan kita tercekat dan kita tak bisa menelan apapun. Subhanalloh ....

Firman Allah:
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
(QS Al A’raaf 7:10)

Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (QS Al Mulk 67:23)

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim 14:7)

Jadi bagaimana kita bisa meresapi setiap kejadian yang menimpa diri kita dan senantiasa mensyukurinya, setiap detik darinya?

Ada resep sederhana. Kita mulai dan kita senantiasa dalam keadaan tersenyum. Kita sunggingkan senyum, meski ketika mobil kita mogok, karena kita ingat bahwa keluarga melepas kita berangkat dengan senyum. Kita tersenyum ketika harga telur naik, karena kita masih bisa beli telur meski mungkin jumlahnya harus dikurangi. Dan seterusnya ...

Yang mungkin kita sering lupa bahwa ternyata tersenyum itu sangat menyenangkan. Sangat menyenangkan :) Bukan hanya tersenyum itu, tapi seluruh prosesnya. Mulai dari proses belajarnya, bagaimana otot-otot pipi yang tadinya kaku ini rileks dan secara alamiah bisa menarik pipi dan bibir ini untuk tersenyum. Lalu bagaimana otot ini secara perlahan-lahan mendesak dan mendorong hati ini untuk turut tersenyum dan memancarkannya di wajah kita.

Proses lain ialah bagaimana kita melemparkan senyum itu. Kita belajar tersenyum pada tukang parkir, pada petugas saat bayar parkir, pada keamanan yang mau memeriksa mobil, pada supir angkot, pada tukang ojek, pada tukang yang sedang bekerja di rumah tetangga, pada tukang nasi goreng cek-cek, pada teman kantor, pada orang yang kita temui di lift, pada kasir dan pelayan tempat saya makan siang, pada istri, pada anak-anak, pada tetangga, pada para bapak-bapak di mesjid ...

Lebih jauh lagi, mudah-mudahan – Insya Allah – kita akan mulai menikmati reaksi balik dari orang-orang yang kita temui. Ada yang segera membalas dengan tulus, ada yang heran (siapa sih ini orang, kok senyam-senyum), ada yang ragu-ragu (eng ... ini bapak kerja di sini kaya'nya deh), sampai ada yang diam saja (kaya'nya karena bingung ....).

Namun, itu tak sepenting kenyataan bahwa kita perlu dan senantiasa tersenyum. Tersenyum untuk menghargai setiap detik kita dan setiap butiran rezeki yang senantiasa dilimpahkanNya ...

Mari ... sejak sekarang, sejak saat ini, kita biasakan diri untuk tersenyum ...

Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam dalam suatu kesempatan pernah bersabda, ”Tersenyum ketika bertemu dengan saudara kalian adalah termasuk ibadah”. (Riwayat At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi)

Abdullah bin Al-Harist Radliyallahu’anhu menuturkan, yang artinya,”Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebuh banyak tersenyum daripada Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam “. (Riwayat At-Tirmidzi)