Friday, November 02, 2007

A Journey Bring Us Face to Face with Ourselves

Lonely bench in black and white world ...


Kalimat di atas saya temukan di salah satu majalah yang saya baca di pesawat. Menarik juga dan membuat jadi berpikir. Apa betul begitu?

Dari tahun ke tahun, sejauh ini perjalanan saya semakin hari semakin lama. Dua tahun yang lalu, cukup 1.5 minggu, tahun lalu 2 minggu. Tahun ini? Tiga setengah (3.5) minggu … Jika 2 tahun yang lalu, selama perjalanan selalu bersama orang lain, tahun lalu, 1 minggu sendirian. Bagaimana dengan tahun ini? Dari 3.5 minggu ini, hanya 1 minggu yang bersama orang lain.

Artinya, waktu perjalanan semakin lama, dan semakin lama pula 'hidup' sendiri. Lama … padahal baru 3.5 minggu hehehehe ...

Di satu sisi, saya semakin mengerti beratnya hidup orang-orang yang harus selalu berpisah dengan kehidupan kebersamaannya. Entah bersama keluarganya (satu hal yang pasti buat saya), entah bersama teman-temannya, baik di tempat kerja, sekolah, tempat bermain, ataupun di rumah.

Sering kita mendengar cerita tentang seseorang yang berlaku di luar kebiasaannya, misalnya (biar seru!) selingkuh .... . Di satu sisi, saya harus mengakui kalau ini merupakan salah satu konsekuensi logis akibat perpisahan yang terlalu lama, meski di sisi lain tetap saja ini tidak bisa dibenarkan dan harus dicarikan jalan keluarnya.

Yang menarik juga, adalah seperti judul coret-coret ini, kita akan semakin menemukan diri kita. Apakah misalnya, kita akan terus sibuk bergerak – lupa berhenti (seperti saya hehehe)? Bisa-bisa kita lantas lupa siapa sih diri kita ini.

Atau dengan perjalanan ini, kita bisa semakin menemukan waktu untuk mencari tahu, siapa diri kita ... Apakah kita benar seperti prasangka kita? Atau dalam perjalanan ini kita menemukan hal-hal yang ternyata menimbulkan reaksi yang berbeda, sesuatu yang selama ini kita sangka tidak ada? Interaksi kita dengan orang-orang yang berlatar belakang yang berbeda, lingkungan yang berbeda, kehidupan yang tidak sama, apakah seperti yang kita perkirakan, atau justru kita menemukan hal-hal yang baru?

Kemarin, ketika saya meninggalkan hotel saya yang kedua (kedua cing!) setelah tinggal di situ selama 2 minggu lebih, ada perasaan sedih dan sepi. Aneh juga ... bukannya senang, tapi kok malah sebaliknya. Kenapa bisa begitu? Kelihatannya badan dan jiwa saya sudah menyesuaikan diri dengan kamar yang saya tinggali itu. Lokasi lampu, kursi, meja, tempat tidur, tempat pakaian, kamar mandi, wastafel, TV, radio, remote. Mandi, membaca, bekerja, sikat gigi, menyetrika, berolahraga, sholat, tidur. Hidup sudah mulai teratur ... menyesuaikan dengan apa yang ada dan tersedia.

A journey bring us face to face with ourselves ... jadi apa yang (akhirnya kembali) saya temukan dalam perjalanan ini? Apa sebenarnya yang bisa mengikat diri, menghibur kesepian dan kerinduan, serta memberikan petunjuk pola dan keteraturan apa yang cocok buat saya?

Ternyata kerinduan padaNya adalah yang terus memberikan semangat dan konsistensi dalam perjalanan ini. Dengan terus mengingatNya, hidup tidak terasa sendiri, kerinduan terobati dengan banyak 'berdiskusi' denganNya, serta sholat, dan tilawah yang teratur membantu saya untuk konsisten dari hari ke hari ...

Satu hal yang terlupa, adalah pentingnya untuk terus menghitung diri ... menghisab diri ... ini seharusnya akan semakin mengingatkan diri untuk tujuan akhir hidup ini. Ah ... hari ini harus mulai lagi .. insya Allah ... Tolong diingatkan ya teman-teman ... :)

2 comments:

Vaye said...

teuteup semanget bos
*keplo keplok mode* :D

Indra Fathiana said...

sy jg pernah dgr ungkapan spt itu om.. perjalanan membuat kita 'melihat' dunia, bertemu banyak orang, dan tentu saja membuat kita semakin kaya menemukan hikmah.
*tergantung orangnya jg sii..kalo kt dosen psiko kepribadian sy, tergantung penghayatan dan pemaknaan dia*