Tuesday, March 25, 2008

Bersyukur

autumn in colorado ...

Bersyukur
Jamil Azzaini - Kubik

Saya memiliki tukang pijat langganan di rumah. Dia seorang tunanetra, namanya Agus. Walau istrinya juga tunanetra namun ketiga anaknya sehat dan lincah. Anak pertamanya kini sudah sekolah SMP sambil ”nyantri” di salah satu pesantren besar di Bogor. Sejak kecil Agus dan istrinya sudah tidak mampu melihat indahnya dunia. Menurut pengamatan saya, kehidupan sosial ekonomi keluarga Agus di atas kebanyakan tetangganya.

Dalam kehidupan dunia kita semua memiliki dua lingkaran. Lingkaran pertama adalah lingkaran yang menguasai kita. Pada lingkaran ini kita tidak punya peran atau andil sedikitpun, semua sudah given. Contohnya, kita tidak bisa memilih siapa orang tua kita, bentuk wajah kita, buta sejak lahir, warna kulit dan rambut kita. Sejak lahirpun kita sudah dibekali memiliki kebutuhan jasmani dan naluri.

Lingkaran kedua adalah lingkaran yang kita kuasai. Kitalah yang menentukan kemana kita pergi, memilih makanan yang kita santap, mengambil atau tidak harta yang bukan milik kita. Kita juga boleh memilih pekerjaan yang sesuai dengan hati nurani kita atau tetap bekerja di perusahaan atau instansi yang sebenaranya tidak cocok dengan prinsip hidup kita. Di lingkaran ini, hidup adalah pilihan.

Di lingkaran pertama, sikap kita seharusnya adalah bersabar dan kita terima apa adanya, tak perlu disesali. Sementara di lingkaran kedua, sikap kita adalah bersyukur yakni dengan cara mengoptimalkan semua potensi yang kita miliki untuk menebar kebaikan dan manfaat kepada banyak pihak.

Bila seseorang memberikan sesuatu kepada kita dan kemudian kita berucap terima kasih, menurut saya belum bisa dikatakan bersyukur. Mengapa? Boleh jadi sesuatu yang kita terima itu kemudian tidak kita manfaatkan. Makna bersyukur yang sesungguhnya adalah ucapan terima kasih yang disertai memanfaatkan secara optimal pemberian tersebut.

Begitu pula Tuhan telah memberikan banyak nikmat dan karunia baik di alam semesta maupun yang melekat pada diri kita. Kita dikatakan bersyukur bila semua yang telah Tuhan berikan kita manfaatkan seoptimal mungkin untuk menebar kebaikan dan manfaat.

Agus terlahir buta, dia harus bersabar menerima kondisi itu. Namun Agus harus bersyukur karena masih memiliki indera lain yang bisa dimanfaatkan. Bentuk syukurkanya dia tuangkan dalam bentuk membuat usaha pijat. Dia menyediakan kamar di rumah yang dia bangun dari hasil usahanya sendiri, bahkan dia juga merekrut temannya yang juga buta untuk bekerja dengannya. Saya sering memanggil Agus untuk datang ke rumah. Selain memijat saya, kami sering berdiskusi tentang banyak hal.

Hidup adalah pilihan. Kita bisa diam saja di rumah, bermalasan-malasan, menyiapkan seribu alasan untuk tidak aktif di berbagai kegiatan, menyalahkan kondisi, bergantung pada orang lain, menjadi beban bagi orang lain, berputus asa dari berbagai ujian hidup yang kita jalani, mengharapkan keajaiban datang. Kita boleh memilih itu semua, tapi itu adalah pilihan orang yang tidak bersyukur kepada Tuhan.

Pilihan orang bersyukur adalah, proaktif, selalu mencari alternatif dan ide-ide baru, selesai satu pekerjaan beralih ke pekerjaan lainnya, selalu ingin berprestasi dan memberi yang terbaik, keberadaannya selalu ingin memberi manfaat, selalu ingin punya kader yang berilmu dan berkualitas.

Orang yang bersyukur nikmat hidupnya akan selalu ditambah oleh Sang Maha Pemberi. Contohnya Agus, karena dia bersyukur maka kehidupan sosial ekonominya jauh lebih baik dibandingkan para tetangganya. Jadi, bersyukurlah...

No comments: