Sunday, March 02, 2008

Di Balik Mendung



Rute rumah - mesjid yang hanya memakan waktu kurang dari 2 menit, memberikan hikmah yang seakan tidak ada habisnya. Siang Sabtu kemarin, saya dan anak saya berangkat untuk sholat dhuhur. Sewaktu berangkat, sudah agak ragu-ragu, perlu bawa payung ga ya? Akhirnya kami ga bawa payung ... biasa, kaya'nya kurang keren kalau bawa payung :-P

Sampai di mesjid sambil menunggu orang-orang sholat sunnat, kami sempat melongok langit yang kian kelam dari lantai dua mesjid. Awan tebal, berlapis, putih, hitam, putih. Sempat kami hitung, ada 14 lapis. Lalu ada pula awan gelap yang bergerak cepat di angkasa ... seakan takut akan kehujanan ...

Anak saya terus bersemangat melihat awan sementara saya lantas teringat ayat yang baru saja dibahas di kantor ... subhanalloh ... saya terpukau adalah nuansa dan kekuatanNya pada tumpukan awan itu ...

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. QS Al Baqarah 164.

Saat sholat tiba, kami pun sholat. Di tengah sholat, hujan lalu turun dengan derasnya. Ditemani angin yang cukup kencang pula. Namun seiring dengan selesainya kami sholat, sang hujan dengan perlahan menurunkan temponya. Subhanalloh ... sungguh mudah bagi Ia untuk mengatur ini semua ....

Seusai sholat, kamipun asyik menonton langit dan alam sambil menunggu hujan reda. Awan berlapis-lapis telah lenyap digantikan oleh butiran air yang turun dan langit yang kelabu. Lalu perlahan suasana lain menyeruak sekeliling kami, hati kami, jiwa kami ....

Kami seperti sedang di Kopeng. Keheningan yang nyaman di udara, kabut di puncak-puncak genteng rumah, butiran air yang sampai ke tanah, ke genteng, ke pohon, ke rumput dengan irama yang tetap, binar-binar di air yang menggenang. Air yang bergerak seperti mesin berjalan di genteng sebelum akhirnya jatuh ke tanah, tetesan yang berbelok dahulu di ujung genteng sebelum akhirnya harus jatuh ....

Siang itu indah sekali. Hujan, titik air yang jatuh, air yang menggenang di sana sini, tanah, ranting, rumput yang basah, angin sepoi-sepoi ... suasana sepi tenggelam bersama alam ... sampai akhirnya di kejauhan istri terlihat datang untuk menjemput kami. Subhanalloh ... Sungguh kita harus senantiasa bersyukur ...

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. QS Al Baqarah 152.

Kebahagiaan itu tidak ada dimana-mana ... ia ada di hati ini ... ada di hati ini ... bukalah hati kita tuk menemukannya ... :)

1 comment:

Diana said...

Setujuuuuuuuu! :)