Wednesday, January 28, 2009

Tahun Duka Cita

black on white


Lagi asyik baca Sirah Nabawiyah ... coba tulis dikit-dikit deh, kan ini tempat nyatet ... :)

Dalam sirah nabawiyah dikenal istilah tahun dukacita. Yakni tahun kesepuluh kenabian, ketika istri Rasulullah Khadijah dan paman beliau Abu Thalib, wafat. Apa hikmah dan rahasia Allah dalam peristiwa ini, ketika kekuatan Islam belum terbentuk dan masih sedikitnya pertahanan kaum muslimin di Mekkah? Padahal Abu Thalib sangat banyak memberikan pembelaan kepada Rasulullah. Demikian juga Khadijah yang selalu menghibur, membesarkan hati, dan meringankan beban penderitaan Rasulullah.

Pertama, bahwa sesungguhnya pertolongan, perlindungan, dan kemenangan itu hanya datang dari Allah. Allah telah berjanji untuk melindungi RasulNya, dan itulah sebaik-baik janji.

Kedua, perlindungan dan penjagaan di sini tidak berarti terhindar dari gangguan, penyiksaan, atau penindasan, tetapi perlindungan yang dijanjikan Allah dalam firmanNya:

"Allah melindungi dari (gangguan) manusia." (QS Al Maidah 5:67)

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu), dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya, Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olok kamu." (QS Al Hijr 15:94-95)

Adalah termasuk sunnatullah dan hikmah ilahiyah yang sangat besar artinya bahwa Rasulullah harus mengalami dan menghadapi berbagai cobaan berat di jalan dakwah. Dengan demikian, para da'i pada setiap jaman akan menganggap ringan segala bentuk cobaan yang ditemui di jalan dakwah.

Kembali ke istilah tahun duka cita, kurang tepat jika tahun ini dinamakan demikian. Yang sebenarnya terjadi adalah seiring dengan meninggalnya kedua orang ini, peluang-peluang dakwah seakan-akan menjadi tertutup. Bahkan beliau sempat memanjatkan doa:

"Ya Allah, kepadaMu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan ketidakberdayaan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Zat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Engkaulah pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Jika Engkau tidak murka kepadaku, semau itu tak kuhiraukan karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajahMu yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akhirat, dan murkaMu yang hendak Engkau turunkan kepadaku. Hanya Engkaulah yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apapun selain atas perkenanMu."


Pengaduan kepada Allah adalah ibadah. Merendahkan diri kepadaNya dan menghinakan diri dihadapan pintuNya adalah perbuatan taqarrub dan ketaatan.

Sesungguhnya, penderitaan dan musibah yang dialami manusia mempunyai beberapa hikmah. Di antaranya akan membawa orang yang yang ditimpa ini kepada pintu Allah dan meningkatkan ubudiyah kepadaNya. Karena itu, tidak ada pertentangan antara kesabaran dan dan pengaduan kepada Allah. Dari peristiwa di atas, Rasulullah mengajarkan tentang kewajiban ubudiyah dan segala konsekuensinya kepada kita.

Firman Allah:
"Sesungguhnya, Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorang pun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu. Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil." (QS Al An'am 6:33-35)

Kesimpulan? Jangan pernah berputus asa ketika kita berada di jalanNya. Terus berjalan, terus minta diberikan petunjuk, mohon keampunan, mohon ridhoNya. Terus berjalan, sesungguhnya janji Allah adalah sebaik-baik janji ...

2 comments:

Diana said...

Duh, penuturan yang sangat menyentuh... Subhanallah, memang janji Allahlah sebaik-baik janji *berkaca-kaca*

kopiahlembik said...

Salam
izin copy ?