Tuesday, May 24, 2005

Finding Neverland

Finding Neverland
Dikutip dari Harian Sinar Harapan

Finding Never Land. Bukan, ini bukan judul film nominasi Oscar yang diperankan oleh Johnny Depp. Ini merupakan salah satu prinsip untuk mencetak sukses. Ingin tahu rahasianya?

MENGAPA ”FINDING NEVER LAND”?

Masih ingatkah Anda ketika baru pertama kali bisa naik sepeda, menyetir mobil? Masih ingatkan Anda ketika pertama kali ke suatu tempat yang sekarang menjadi tempat favorit Anda? Masih ingatkah Anda ketika pertama kali merasakan secara nyata bagaimana naik kelas, lulus sekolah, ataupun mendapatkan gaji pertama? Nah, apa yang Anda dapatkan dari semua ”pengalaman pertama” tersebut?

Kepuasan. Ketika pertama kali kita lulus ujian, berhasil mengendarai sepeda, menyetir mobil, naik ke kelas yang lebih tinggi, mendapat gaji pertama, kita merasakan kepuasan. Kepuasan karena berhasil melakukan sesuatu yang baru untuk pertama kalinya ini ternyata memiliki pengaruh yang luar biasa. Karena kita puas, kita ingin mencoba lagi. Jika pertama kali kita belum terlalu mahir, kali-kali berikutnya kita berusaha untuk menjadi lebih baik dari yang pertama kali. Akhirnya, kita bisa menjadi mahir. Jadi kepuasan, mendorong kita untuk maju. Kepuasan juga mendorong kita untuk mencoba lagi dengan cara yang lebih baik. Kepuasan memberi semangat bagi kita untuk mengasah keterampilan, dan belajar.

Penemuan Baru. Dengan mencoba sesuatu yang baru, seringkali kita menemukan hal-hal baru. Kita menemukan mana yang bisa menyebabkan kegagalan, mana yang bisa membawa keberhasilan. Ketika kita mencoba naik sepeda untuk pertama kali, biasanya kita akan jatuh. Dari kejatuhan ini, kita belajar bagaimana lain kali agar tidak jatuh lagi. Motivasi ini menyebabkan kita terdorong untuk mengeksplorasi cara-cara baru lagi yang belum pernah kita lakukan sebelumnya agar terhindar dari kejatuhan kedua kalinya. Jika, ternyata kita masih jatuh juga, kita terdorong untuk mencoba cara lain lagi, sampai akhirnya kita bisa menemukan cara untuk mengendalikan sepeda dengan baik. Jadi, mencoba sesuatu yang baru akan memberikan inspirasi bagi kita untuk mendapatkan temuan-temuan baru yang bermuara pada pencarian terhadap keberhasilan. Jika kita mencari, pasti kita akan mendapatkannya.

Pandangan Baru. Dengan mencoba sesuatu yang baru, pandangan dan wawasan kita juga menjadi lebih terbuka. Jika pada awalnya kita hanya mengenal kota kelahiran kita semata, setelah kita pertama kali mengunjungi kota lain, ternyata kita mendapatkan pandangan baru terhadap dunia dan kehidupan ini. Ternyata, udara masih ada yang terasa segar, tidak terpolusi seperti di Jakarta. Ketika kita pertama kali belajar di universitas, kita banyak bertemu dengan orang-orang dari berbagai daerah yang ikut belajar di tempat yang sama. Di sini kita belajar bahwa, terdapat berbagai macam karakter orang, termasuk juga karakter yang positif. Kita juga bisa belajar dari kualitas positif yang dimiliki orang lain yang baru pertama kali kita kenal. Dengan demikian, wawasan kita menjadi lebih diperkaya, demikian juga dengan pengetahuan kita, dan keahlian kita (kita bisa saling membagi pengetahuan, dan keterampilan dengan orang-orang yang pertama kali kita temui).

Prestasi baru. Dengan mencoba melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, kita tidak akan tahu bahwa kita ternyata mampu mengukir prestasi baru. Seorang atlet yang pernah meraih medali perak, akan berusaha mengukir prestasi yang lebih unggul yang belum pernah ia raih sebelumnya. Hanya dengan semangat seperti inilah, rekor-rekor lama di pertandingan olah raga nasional dan internasional berhasil ditumbangkan oleh rekor-rekor baru. Hanya dengan mencoba melakukan suatu hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, kita bisa mendorong kemampuan kita melebihi apa yang kita perkirakan. Tanpa mencoba yang lebih, kita tidak akan pernah bisa mengukur kemampuan maksimal kita.

RISIKO?
Selain hal-hal yang positif, tentunya, mencoba sesuatu yang sebelumnya belum pernah kita lakukan, mengandung risiko.

Salah atau gagal. Ketika mencoba sesuatu pertama kali, kita menghadapi risiko salah. Salah jalan, salah alamat, salah langkah, salah pengertian, salah perkiraan, dan masih banyak kemungkinan kesalahan lainnya. Ketika pertama kali membangun bisnis, tidak sedikit pebisnis yang melakukan berbagai kesalahan: salah dalam membuat perencanaan, salah dalam memprediksi biaya dan pendapatan, salah dalam menebak selera pasar. Kesalahan yang bertumpuk bisa juga mengarah pada kegagalan: gagal dalam ujian, gagal dalam membangun bisnis, gagal dalam membukukan memecahkan rekor. Namun, dari kesalahan ini kita juga bisa banyak belajar, agar kali berikutnya, kesalahan tidak perlu diulang lagi.

Tidak nyaman. Apa pun yang dilakukan untuk pertama kalinya, pasti tidak langsung sempurna. Ada proses ketidaknyamanan yang terlibat (jatuh, ragu-ragu, berbuat kesalahan, kegagalan, tersesat). Semua ini memang bagian dari pertumbuhan. Ketika gigi bayi pertama kali akan tumbuh, sang bayi juga mengalami demam. Jika seorang anak kelas 6 SD ingin naik ke Sekolah Menengah, ia juga harus mengalami ketidaknyamanan belajar untuk ujian, dan mengambil ujian tersebut, sebelum akhirnya dinyatakan lulus melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya yang lebih tinggi. Demikian pula dengan sukses. Ketika kita akan meraih sukses, kita harus berani mengambil risiko untuk merasa tidak nyaman. Karena sukses terjadi, ketika kita melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan sebelumnya: membuat barang dengan kualitas yang lebih baik, melayani pelanggan dengan layanan yang lebih prima, memasarkan produk dan jasa dengan strategi yang lebih efektif. Semua kelebihan ini hanya bisa diraih jika kita mau mengambil risiko untuk merasa tidak nyaman ketika mencoba sesuatu untuk pertama kali.

BAGAIMANA?
Setelah kita sadar bahwa melakukan sesuatu untuk pertama kali (sesuatu yang belum pernah kita lakukan sebelumnya) bisa membuka jalan menuju sukses, lalu apa yang harus kita lakukan?

Mimpi. Manusia bisa mencapai bulan, karena Jules Vernes yang menuliskan mimpinya dalam buku cerita tentang tokoh yang berhasil pergi ke bulan. Manusia bisa menikmati perjalanan dari satu benua ke benua lain melalui udara, hanya dalam bilangan jam, karena dua bersaudara Wright yang berhasil merealisasikan mimpi mereka untuk terbang seperti burung. Mimpi inilah yang akan menjadi pendorong kita untuk mencoba hal-hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Tanpa mimpi, kita tidak akan punya keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru. Tanpa mimpi, kita tidak akan pernah punya keinginan untuk mencoba kemampuan baru, untuk membukukan sukses.

Keberanian. Mimpi hanyalah tinggal mimpi jika kita tidak punya keberanian untuk mewujudkannya. Ray Kroc yang sudah memasuki usia 50 tahun tidak akan pernah menjadi seorang yang superkaya yang memiliki gerai makanan cepat saji yang tersebar di seluruh benua, jika ia tidak memiliki keberanian untuk mencoba membangun usaha sendiri yang belum pernah ia lakukan sebelumnya (sebelumnya ia hanyalah seorang karyawan yang bekerja untuk orang lain ataupun perusahaan lain). Dengan keberanian, Ray Kroc mencoba membangun usaha sendiri, dengan membeli restoran McDonald bersaudara yang dianggapnya menjalankan usaha makanan yang unik (cepat saji).

Perencanaan. Keberanian tanpa perencanaan adalah bunuh diri. Perencanaan tanpa keberanian adalah sia-sia. Jadi kedua elemen ini harus ada jika kita ingin meraih sukses. Seperti para atlet menyusun rencana sukses untuk memenangkan pertandingan, seperti tentara di medan perang menyusun rencana untuk mengalahkan lawan, demikian pula dengan orang-orang yang ingin meraih sukses. Suskes perlu dipetakan dalam sebuah rencana. Peta inilah yang akan dijadikan pedoman untuk mengeksplorasi daerah-daerah baru, kemampuan baru, pengalaman baru, strategi baru yang belum pernah dicoba sebelumnya. Semua hal-hal yang baru ini membuka pintu kesempatan yang tidak terbatas untuk meraih sukses.

Jadi, sudahkah Anda melakukan sesuatu untuk pertama kali hari ini? Belum? Mengapa tidak Anda coba sekarang? Sesuatu yang baru membuka wawasan baru dan kemungkinan sukses baru. Selamat mencoba.

No comments: