Lamunan ini berdasarkan buku Stephen Covey, 7 Habits. Belon kelar bacanya .. jadi mohon maap kalau salah dalam memahami isinya.
Dalam bukunya Covey menyebutkan bahwa dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa dalam 50 tahun terakhir ini, kita banyak berfokus pada bagaimana membangun personality (personality ethics) dalam berinteraksi dengan orang lain dan masyarakat. Ini seperti teknik berkomunikasi, membangun public image, teknik-teknik meyakinkan orang lain dll.
Di sisi lain kira-kira 150 tahun sebelum masa di atas, fokus kita justru pada membangun karakter (character ethics) sebagai dasar kesuksesan. Hal-hal seperti integritas, keberanian, keadilan, kesederhanaan, rasa kemanusiaan dll merupakan contoh-contoh karakter ini. Hanya dengan mengembangkan hal-hal di atas, maka seseorang akan mencapai keberhasilan yang nyata (real) dan mencapai kebahagiaan.
Yang terjadi menurut Covey ialah orang cenderung mengabaikan pembangunan character ethics dan langsung menuju pada personality ethics. Mengapa? Karena personality ethics berhubungan dengan orang lain, sehingga bisa dianggap sebagai solusi untuk mencapai quick win. Misalnya menyenangkan orang lain, membuat orang lain percaya pada kita, dst, dst. Yang berbahaya ialah, karena hubungan ini tidak didasari oleh character ethics yang baik, maka sifatnya akan sementara dan tidak langgeng. Sebagai contoh misalnya meski orang sempat percaya pada kita, namun cepat atau lambat ia akan mengetahui bahwa ternyata kita adalah pemimpin yang 'buruk' di rumah, kita mengagung-agungkan kata persaudaraan, tetapi ternyata kita tidak pernah bersilaturahmi dengan tetangga dan lain sebagainya. Akibatnya tentu rasa percaya itu lambat laun akan luntur.
Menurut Covey, adalah sangat penting untuk membangun character ethics. Membangun karakter dengan prinsip-prinsip dasar seperti integritas dll di atas. Kemudian dari situ diteruskan dengan membangun personality ethics.
Contoh-contoh masalah ini banyak terjadi di masyarakat kita. Kita sering dengar adanya pejabat yang sampai 'berbusa-busa' mendengung-dengungkan keadilan, persaudaraan dsb. Namun di sisi lain, kita tahu siapa dia 'sebenarnya'. Ibarat makanan yang busuk, meski dibungkus sedemikian rapi dan bagus, tetap saja lambat laun akan tercium bau yang tidak enak.
Nah, bagaimana dengan kita? Apakah kita sibuk dengan membungkus segala sesuatu tetapi melupakan pembangunan karakter kita sendiri?
No comments:
Post a Comment