Pada awalnya, hobi ini cukup bikin frustrasi. Terlalu banyak pilihan, terlalu banyak yang harus dipikirin sebelum jepret! Beda dengan kamera saku, yang tinggal bidik dan jadi ... :) Belum lagi berbagai teori, mulai teori komposisi, rule of third, depth of field (DOF), Point of Interest, White Balance, sampai pada konsep metering. Mumet dah!
Saya juga baru tahu kalau di dunia penggemar fotografi ada istilah hunting. Kalau di dunia Linux ada istilah installafest, di media yang anda sedang baca ini istilah nge-blog (he3x), hunting rupanya artinya adalah bersama-sama pergi ke suatu tempat atau suatu obyek tertentu untuk mencari sasaran pemotretan. Untuk yang baru belajar, inilah kesempatan untuk belajar dari yang senior.
Jadi begitulah di acara hunting yang pertama, saya turut dengan hati yang masih galau membawa kamera raksasa, gelagapan memilih pengaturan di kamera, pusing mengingat-ingat teori-teori yang sudah dikasih tahu senior maupun yang sudah dibaca. Mau foto apa? Udah nggak penting lagi ... udah kadung puyeng hehehe ....
Waktu itu kami ke Kebun Raya Bogor. Sempat diajari sebentar, sehabis itu masing-masing mulai sibuk sendiri-sendiri. Ada yang ngejar foto pemandangan kebun, ada yang ngejar capung di kolam, ada yang udah lenyap entah kemana. Tinggal saya yang bengong, jalan paling belakang, "Foto apa ya?" Hiks ... :-P
Akhirnya jepret sana, jepret sini. Sesekali ngintip yang dikerjain senior sambil nanya, foto apa dan pengaturan apa yang dibuat di kamera. Jepret pemandangan, jepret capung, jepret kolam, jepret pohon, orang, jembatan, air sungai, jepret, jepret, jepret!
Acara selesai, pulang, buka foto di komputer. Bagus? Mana tahu ... Akhirnya mengikuti kebiasaan di dunia Linux dulu, saya coba tampilkan hasil hunting ini ke teman-teman. Mereka juga menampilkan hasil mereka. Nah, di situ baru saya pelan-pelan bisa 'menangkap'. Kenapa foto mereka lebih bagus?
Obyek yang difoto sama, sudut pengambilan kurang lebih sama, tapi kenapa punya mereka jauh lebih indah? Kenapa wajah orang bisa terang sementara punya saya gelap? Kenapa foto saya goyang? Kenapa latar belakang foto mereka bisa kabur sehingga efek 3D sangat kental? Kenapa foto mereka warnanya indah sementara saya datar saja? Banyak lagi pertanyaan yang perlahan terjawab dengan proses di atas. Membandingkan dan menerima saran dan kritik.
Berangkat dari situ saya pun rajin mengeluarkan foto saya untuk dikritik. Memang nggak enak dan agak memalukan hehehe .... cuma rasa-rasanya inilah metode belajar yang paling efektif, murah lagi, alias nggak ada biayanya :-P
bersambung ...
3 comments:
pak, mau donk ikutan belajar fotografi juga. gimana caranya?
Metode belajar yang bagus, tapi saya yakin seyakin-yakinnya, bang Zuki tidak saja metode belajar, penyerapan yang cepat, tapi ada segi bakat juga. Great share bang... TeeJe.
Bang, sering2 ya kasih kritikan ke foto2 aku...hehehe, abis abang kasih kritik gitu aku biasanya liat lagi foto2 aku, dan langsung baca2 lagi teori2nya, abis itu mulai jadi bisa ngerti dikit demi dikit, tadinya sih buku bilang apa alis masih berkerut2...kritikan bikin teori yang aku baca jadi clear, hehehe
Post a Comment