Judul di atas diambil dari salah satu bab buku Staying Sane in a Crazy World racikan Arnold dan Clifford (bapak anak) Lazarus. Cek catatan di blog ini, terakhir saya buka buku ini adalah bulan Januari tahun lalu soal Melawan Penundaan. Ck ck ck ... udah lama juga ya ... jadi malu sendiri ... :-P
Terlalu cepat mengambil kesimpulan ... di kantor - sebagai contoh - sering kali kita melihat hal ini terjadi. Bawahan bicara pada atasan, baru saja mulai, sang atasan dengan 'bijaknya' langsung memotong dan memberikan saran/ instruksi/ perintah. Padahal, kalau ceritanya 3 halaman, itu 1 paragraf pun belum selesai diutarakan ....
Ada teman curhat ke kita. Berhubung kita lagi sibuk, dia belum selesai curhat, kita sudah ngambil kesimpulan, ah masalahnya ini ... itu ... udah deh, mending dengerin ane .. ini resepnya ... begini ... begitu ... dst .. dst. Tinggal teman kita yang bingung. Belum lega karena curhat belum selesai, nasehat yang dikasih nggak nyambung ... tinggallah dia mengangguk-angguk kebingungan ... :-P
Memang tidak mudah sih ya ... kita punya kecenderungan untuk cepat memotong pembicaraan. Apalagi lawan bicara cenderung bertele-tele, mutar kemana-mana dan tidak kian sampai pada inti permasalahan.
Menurut saya, setidaknya di sini kita belajar 3 hal. Yang pertama, belajar mendengarkan dengan empati. Tunjukkan simpati dengan mendengarkan secara tulus. Ini penting sekali, dan menurut saya inilah inti pembelajaran ini. Yang kedua, belajar mendengar. Jangan putuskan pembicaraan, dan gunakan bahasa tubuh untuk membuat lawan bicara merasa didengarkan. Misalnya dengan posisi badan dan wajah yang sepenuhnya menghadapnya, mata yang terus menatapnya, anggukan kepala, kata-kata sederhana seperti, "Ya ... hmmm ... begitu ....". Yang ketiga, adalah belajar menggali lebih dalam. Cerna semua fakta yang dikemukakan dan lontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk memvalidasi atau memperluas fakta tersebut. Olah semua keping puzzle yang disodorkan menjadi suatu gambar yang lengkap.
Ada konsekuensi yang jelas dari 3 hal di atas. Yang pertama, butuh waktu. Sesuatu yang sering kali langka di jaman ini. Namun ini adalah hal yang mutlak untuk melakukan 3 hal di atas. Yang kedua, konsentrasi yang penuh. Tanpa ini - meminjam kata-kata bahasa Inggris - kita itu seperti hearing (suara kereta lewat, bunyi printer, suara angin yang hanya numpang liwat) dan bukan listening.
Dari pengalaman, dengan mempraktekkan 3 hal di atas, sering kali lawan bicara kita 'menemukan' sendiri jawaban dari pertanyaannya. Dia bisa melepaskan uneg-unegnya dengan teman bicara yang penuh empati. Pertanyaan-pertanyaan yang kita lontarkan akan mengarah pada bentuk diskusi dan bukan sekedar nasihat yang menggurui. Dan dengan lepasnya uneg-uneg itu perlahan-lahan ia sendiri bisa berfikir secara jernih dan menganalisis kembali permasalahan yang ia hadapi.
Kembali pada soal melompat pada kesimpulan, salah satu saran dari teman-teman kantor pada saya, adalah saya punya kecenderungan untuk terlalu lama berfikir sebelum mengambil satu tindakan/keputusan. Sebagai suatu saran, tentunya ini adalah satu hal yang sangat berharga untuk kemajuan diri. Cuma dipikir-pikir rasanya sih nggak juga ... :)
Belajar dari metode stop, look, and think, kalau ada sesuatu, pertanyaan saya yang pertama biasanya, kapan batas akhir (deadline) ini harus dilakukan? Kalau masih ada waktu, biasanya memang saya akan masuk fase analisis, tidak terburu-buru mengambil kesimpulan. Tapi kalau tidak ada waktu, memang pada saat itu juga kita harus bisa membuat keputusan, apapun keputusan itu. Lebih baik membuat keputusan yang salah, ketimbang tidak memutuskan apa-apa ... kalaupun itu salah, kita bisa belajar darinya ... :)
Memang sih ... memang ... saya punya kecenderungan untuk menganalisis segala hal. Kurang nikmat rasanya kalau maen langsung bikin kesimpulan .... :-P
Bagaimana dengan anda? :)
4 comments:
Terburu-buru itu adalah ibu dari segala masalah....gitu kata kakekku Bang, kaya nya aku justru harus banyak belajar dari bang zuki, karena sering grasak grusuk...akhirnya gubraaakkkgghhh!! hehehe...
mmmmm...iya ya..sering juga melompat pada kesimpulan..gak liat proses
Teori sih tahu, tapi prakteknya memang susah banget ya. Ketika murid bilang ingin curhat, sementara kerjaan kita menggunung, atau sudah saatnya bagi mereka untuk kembali menyimak pelajaran, nah... ini yang bikin sya nggak bisa (atau nggak mau) nyediain kuping. Jadi, kesimpulannya? Saya juga masih mesti banyak belajar. Hehe...
ibarat nulis skripsi bikin kesimpulan dulu terus depannya belakangan ya gak mungkin ya bang. apa kbr bang? sehat2 sajakah?
Post a Comment