Thursday, April 19, 2007

Reality Show (was American Idol)

she ...


Tergelitik (lagi-lagi) oleh komentar Harrie soal posting American Idol ...

Kalo saya nonton Indonesian/ American Idol, bukan untuk cari idola, untuk melihat para penyanyi yang bonek..hi.hi.hi lucu banget

Memang menarik sih menyaksikan episode-episode awal American Idol. Kita terpingkal-pingkal melihat orang-orang yang sudah jelas ndak bisa nyanyi ngotot jadi vokalis termahsyur. Cuma - kalau saya sih - lama-lama jadi trenyuh melihat mereka. Begitu sulitnya mengukur diri dan kemampuan dan begitu mudahnya mempermalukan diri di depan umum (seluruh dunia kali yak!). Tidak itu saja, seusai audisi di dalam, mereka kemudian mengomel di luar, memaki-maki dst dst ...

Kejadian lain adalah melihat mereka memelas dan menangis di depan para juri. Kalo pake bahasa Inggris, "This is my only hope ... please ... please ... please ..." dengan ekspresi yang tak tergambarkan oleh kata-kata.

Kalau udah nonton begini lama-lama jadi mikir, jangan-jangan ini semua cerminan hidup pada diri sendiri. Tidak bisa mengukur diri, terlalu percaya pada kemampuan diri sendiri, terlalu mudah kecewa dalam menghadapi tantangan, dan terlalu bergantung pada sesuatu yang fana, entah pekerjaan, seseorang, jabatan, dan yang sejenis itu semua ....

Kalau ditarik (emang tali ya ditarik .. :-P ) lebih jauh, sebenarnya lebih banyak lagi ya reality show di televisi. Umumnya sih bertujuan menguras air mata, membuat kita turut prihatin, bersyukur atas yang kita miliki saat ini, setidaknya begitu kata produsennya :) Dalam kenyataan sehari-hari, mungkin yang sebenarnya terjadi ini semua hanya salah satu tontonan kita, seperti kita menonton acara flora dan fauna atau misalnya acara pertandingan olahraga. Menonton penderitaan orang lain, kita menggangguk-angguk mencoba meresapi, dan setelah itu memencet remote untuk pindah ke saluran lain.

Buat sang produsen sendiri, mungkin yang sebenarnya terjadi adalah yang penting iklan banyak masuk, TV-nya makin beken, namanya juga makin beken, dan ujungnya yang penting untung ... tung ... tung ...

Terlalu sinis ya pemikiran saya? :) Memang sih, perilaku kita seharusnya tidak tergantung pada input yang masuk, tetapi sepenuhnya bergantung pada kita sendiri (jadi ingat tulisan lama soal Social Mirror). Tapi kalau saya sendiri rasa-rasanya mending cari acara yang lain. Atau sekalian matikan TV-nya dan melakukan kegiatan lain, membaca, menulis, dengerin musik, atau ngelamun di blog ini ... :)

3 comments:

NiLA Obsidian said...

cabbbeeee dehhhh nonton acara begituan....

jangan bicara impact positif buat masyarakat, buat diri sendiri aja dulu....apa yg aku rasain? nothing.....

semoga tayangan2 di tv lebih berpikir jauh ke depan....jangan lagi berdalih "mengikuti trend masyarakat"

Anonymous said...

kalo dari kacamata anak pemalu dan minderan sepertiku sih mereka itu hebat-hebat loh - pede banget. kadang aku mikir, dari mana yah dapetnya kepedean segitu besarnya....

Diah Utami said...

Yah... kadang jadi 'lucu-lucuan' aja buat saya nontonin Indonesian Idol (terutama). Yarisugi, kata orang Jepang. Terlalu... gimana ya? Berlebihan aja menyikapi apa yang terjadi di depan juri. Baru masuk babak workshop aja sampe sujud-sujud syukur segala. Padahal belum tentu itu baik untuk mereka. Banyak kejadian lain yang lebih pantas disikapi dengan sujud syukur, dan saya rasa, tempatnya bukan di panggung Indonesian Idol, AFI, KDI, atau apapun itu yang namanya pencarian 'idola'.