Kejarlah Daku Kau Kukejar!
Arvan Pradiansyah - Republika
Pasti Anda semua cukup familiar dengan kalimat di atas. Benar, ini plesetan judul sebuah film tahun 1980-an yang dibintangi oleh Lydia Kandou dan Deddy Mizwar. Versi sinetronnya pun kini dapat kita saksikan tiap minggu di TV. Tapi, kenapa tiba-tiba saya menyebut judul ini? Anda pasti dapat menduganya. Ini berkaitan dengan target-target yang akan kita kejar pada 2003.
Saya ingin berbagi pengalaman mengenai target. Jujur saja, kadang-kadang saya mencapai target, kadang-kadang juga tidak. Ketika tak mencapai target, saya sungguh menyesal. Tetapi, bahkan ketika mencapai target, saya juga menyesal. Kenapa? Karena, saya merasa hal tersebut telah saya bayar dengan harga yang sangat mahal.
Di kantor upaya pencapaian target sering membuat saya kehilangan waktu untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan para kolega. Banyak pula terjadi konflik antarindividu maupun antartim semata-mata karena mengejar target. Di beberapa organisasi -- termasuk organisasi politik -- saling sikut, saling jegal dan saling menjatuhkan juga dilakukan untuk mengejar ''setoran.'' Buntut dari semua ini adalah perasaan sakit hati, dendam, dan permusuhan yang tak hilang dalam waktu singkat.
Di rumah target-target ini sering membuat kita menomorduakan hubungan yang akrab dengan anggota keluarga. Kita kehilangan saat-saat berharga dengan pasangan dan anak-anak. Saya sangat menyesal karena tak sempat menikmati saat-saat yang indah ketika Alisa, anak pertama saya, belajar berjalan. Saya juga tak ingat kapan persisnya ia mulai berbicara. Kesempatan itu telah hilang dan takkan pernah kembali. Saya terlalu sibuk dan sering hanya sempat mencium kening kedua anak saya saat mereka telah tertidur lelap.
Padahal kalau dipikir-pikir, apa sih yang kita cari dalam hidup ini? Targetkah atau kebahagiaan itu sendiri? Untuk menjawabnya, saya ingin mengajak Anda merenungkan saat-saat Anda berbaring di tempat tidur menunggu maut menjemput. Akankah Anda mengatakan, ''Alangkah bahagianya kalau saya dapat meluangkan waktu lebih banyak di kantor?'' ataukah ''Alangkah bahagianya kalau saya dapat meluangkan waktu lebih banyak lagi dengan keluarga dan orang-orang yang saya cintai?'' Coba renungkan hal ini secara mendalam!
Ada sebuah cerita menarik mengenai seorang eksekutif yang tengah berlibur di sebuah desa. Suatu siang ia berjumpa dengan seorang nelayan yang sedang asyik bermain dengan kedua anaknya. Eksekutif ini bertanya kenapa sang nelayan tak bekerja lebih keras, padahal hidupnya masih kekurangan. ''Katakan, apa yang dapat saya lakukan!'' ujar nelayan.
''Belilah kapal yang lebih besar!'' kata sang eksekutif. ''Dengan demikian Anda dapat menangkap ikan lebih banyak.'' Nelayan kembali bertanya, ''Dengan ikan yang lebih banyak, apa yang dapat saya lakukan?''
''Juallah ke kota, Anda akan mendapat uang banyak,'' lanjut sang eksekutif. ''Dengan uang itu Anda dapat membangun rumah yang bagus dan menyekolahkan anak-anak sehingga menjadi orang yang pintar. Nah, dengan semua yang kau miliki itu kau akan sangat berbahagia.''
Mendengar hal itu sang nelayan tertawa terbahak-bahak, ''Kalau kebahagiaan yang saya cari, buat apa repot-repot. Sekarangpun saya sudah sangat bahagia!''
Jadi, mumpung masih awal tahun, pikirkanlah benar-benar. Apa yang sebenarnya Anda kejar, target-target Andakah, atau kebahagiaan itu sendiri? Inilah ironisnya manusia modern. Kita menciptakan target kita sendiri, yang kadang-kadang sengaja dibuat lebih tinggi dari kemampuan kita. Kemudian target itulah yang sepanjang tahun mengejar-ngejar kita, membuat kita makan tak enak dan tidur tak nyenyak. Target inilah yang selalu kita bawa kemanapun kita pergi.
Target telah menggantikan hidup itu sendiri. Perilaku manusia modern ternyata tak jauh berbeda dengan manusia zaman dahulu yang menciptakan berhala-berhala mereka sendiri, kemudian repot-repot menyembahnya. Target-target ini telah menjadi ''tuhannya'' manusia modern!
Karena itu, bagi Anda yang telah menyusun target tahun ini, ada beberapa hal yang ingin saya sarankan. Pertama, Anda boleh saja ''memiliki target,'' tetapi jangan sampai Anda ''dimiliki target.'' Coba renungkan perbedaan yang sangat dalam antara dua kata ini.
Kedua, Anda perlu menyadari bahwa tercapai atau tidaknya target berada di luar kontrol Anda. Karena itu, memikirkan target hanya akan melemahkan Anda sendiri, membuat Anda makin stres, dan tak berdaya. Yang dapat dikontrol semata-mata adalah usaha Anda. Analoginya, Anda tak dapat mengontrol jam berapa Anda sampai di kantor. Yang dapat Anda kontrol adalah jam berapa Anda berangkat dari rumah.
Tujuan kita hidup adalah mencari kebahagiaan. Tapi banyak orang yang mengatakan begini, ''Saya baru bahagia kalau berhasil mencapai target.'' Ucapan ini hanyalah untuk menghibur diri. Anda takkan pernah bahagia karena begitu target tahun ini tercapai, target tahun depan sudah siap mengejar Anda, bahkan dalam jumlah yang jauh lebih besar. Kalau saja target tersebut bisa berbicara, inilah yang akan ia katakan kepada Anda ''Kejarlah Daku, Kau Kukejar!''
No comments:
Post a Comment