Tuesday, September 18, 2007

Masjid Nabawi - Madinah (3rd shoot)


Gaya kepemimpinan

Baru-baru ini saya mengikuti pelatihan kepemimpinan. Tepatnya pelatihan bagi supervisor, agar selain menjadi supervisor/manajer yang baik, mereka juga menjadi seorang pemimpin (leader) yang baik.

Berbagai teori diajarkan. Tips dan trik bertebaran dimana-mana. Teknik penting, tapi lebih penting lagi rasa tulus, demikian kata pengajarnya. Hari terakhir kami belajar seperti apa seorang pemimpin itu, tentunya menurut versi pelatihan ini ... 

Banyak hal yang menarik. Selain itu banyak pula hal yang mengetuk hati ini. Pertanyaan-pertanyaan seperti, "Siapa saya?" "Kenapa saya di sini?" "Sudah benarkah langkah yang saya tempuh selama ini?" "Apakah saya bisa berbuat lebih baik lagi?" dan banyak lagi menghantui para peserta, setidaknya saya ...

Menurut pelatihan ini, ada 2 gaya kepemimpinan. Yang pertama gaya ahli (expert). Ciri gaya kepemimpinan ini adalah mengarahkan (direct), menguasai (kontrol), dan cepat dan efisien. Karena sifat-sifat ini, gaya ini bisa membuat suatu masalah tak terselesaikan secara tuntas (karena mau cepat dan efisien), tidak bisa menggali tuntas masalah-masalah yang kompleks, kaku, dan dapat mengubur kreativitas.

Gaya kedua adalah moderator (fasilitator). Cirinya antara lain bersikap terbuka, bisa menggali semua pilihan yang ada untuk suatu masalah, terjadinya pembagian tanggung jawab antara atasan dan bawahan, bisa menghasilkan solusi yang luar biasa, dan memberikan kuasa (kontrol). Gaya ini cenderung cocok untuk membangun (develop) orang. Karena sifatnya yang memfasilitasi, gaya ini akan cenderung lambat.

Selama beberapa tahun ini rasa-rasanya gaya saya berpindah dari gaya ahli menjadi gaya moderator. Seperti ciri-ciri di atas, dengan kesabaran, saya bersama teman-teman berhasil membangun suatu tim yang kokoh dan tangguh. Lebih dari itu, saya mengenal teman-teman, dan yang juga penting adalah tumbuhnya rasa empati dan perhatian pada hal-hal yang remeh.

Kembali ke soal pelatihan, sang pengajar menekankan pentingnya penggabungan kedua gaya ini dalam mengelola tim. Ini karena masing-masing gaya memiliki kelebihan dan kekurangan dan yang terbaik tentunya adalah penggabungan keduanya dan mengambil yang baik-baik dari keduanya ...

Berbekal ilmu baru ini, saya pun coba praktek di kantor. Karena udah terbiasa dengan gaya moderator, saya coba kembali melakukan gaya ahli, dan mengkombinasikan keduanya. Yang terjadi, sampai saat ini rasanya kagok banget ... kok seperti mengkhianati diri sendiri hehehehe .... rasa empati dalam hati seperti dipangkas habis demi kata efisiensi dan efektivitas.

Contoh lain adalah ketika saya memberikan mentoring. Jika selama ini, yang saya arahkan adalah agar dia menjadi dirinya sendiri, maka dengan gaya ahli sayalah yang menentukan sebaiknya ia menjadi apa dan mendorongnya dengan keras agar dia bergerak ke arah itu. Ah ... seperti saya yang tahu saja apa yang terbaik bagi dirinya ...

Begitulah ... secara teori penggabungan kedua gaya ini sangat baik. Tetapi dalam prakteknya ternyata susah mencari titik keseimbangannnya. Belajar lagi .... belajar lagi ....

2 comments:

Apey said...

emang tidak mudah untuk menerapkan satu pola kepemimpinan tertentu yg sesuai dgn idea kita. Perlu lingkungan dan teman2 yang kondusif utk perubahan itu.
Saya ikut mendoakan aja, supaya Pak Zuki akan tetap bisa mendrive timnya untuk jadi lebih baik dgn gaya apapun yg diterapkan.

Anonymous said...

Amiiin ya Rabbal Alamin.. TJ.