Masih soal Pekalongan ... :). Kemarin saya beruntung bisa menyaksikan pernikahan teman saya. Kalau tidak salah ini pernikahan ini berdasarkan tradisi Arab (harus saya cek persisnya dengan dia lagi ... takutnya salah hehehe). Prosesnya menarik, berbeda dengan yang biasanya kita temui.
Di siang hari ada acara akad nikah. Yang datangnya umumnya pria meski wanita tidak dilarang. Rata-rata berpakaian putih, kemeja putih, gamis putih, kopiah putih. Ada rebana dan salawat .... bahasa Indonesia sama sekali tidak digunakan.
Calon pengantin pria datang dengan iringan rebana juga. Disambut di depan rumah, ada pembicaraan (sayang dalam bahasa Arab juga), dan kemudian duduk di teras rumah. Ijab kabul dalam bahasa Arab dan yang menarik ialah justru wali perempuan yang harus mengucapkan kata-kata yang panjang sementara calon pengantin pria cukup 3-4 kata saja.
Selesai ijab kabul, pengantin pria pun memasuki rumah, meninggalkan para hadirin. Iya, tepat sekali, meninggalkan para hadirin. Begitu ia masuk, hadirin pun makan, tidak ada acara salam-salaman.
Yang menarik ialah makanan tidak disajikan dalam bentuk prasmanan. Tapi diedarkan dalam piring-piring, masing-masing dapat satu piring. Dipikir-pikir ini bagus ya dalam pengertian tidak mubazir, tidak membuat orang makan melewati kemampuannya, dan semua makan sambil duduk.
Habis makan? Pulang ... begitu saja hehehe. Sempat kaget juga karena masih ingat makan, lho kok bubar? Ternyata memang begitulah tradisinya.
Sekarang bagaimana dengan acara resepsinya? Terbalik dengan acara akad nikah, acara resepsi lebih untuk kaum wanita. Kaum pria ada yang datang (termasuk kami yang tidak punya acara lain di Pekalongan .. :) ), tapi tidak banyak. Seperti halnya acara resepsi, acara akad nikah tidak ada salaman, makanan pun diedarkan dalam piring-piring ...
Yang cukup mengesankan ialah pada acara resepsi (mulai jam 8 malam ....) ialah adanya orkes (group band) yang menyenandungkan lagu-lagu Arab. Musik Arab ternyata asyik juga, meski agak ganjil melihat sang penyanyi bernyanyi dan bergoyang (tidak seronok tapi cukup menggoda) hanya untuk kaum wanita. Ya ... mungkin memang begitu tradisinya.
Benar-benar pengalaman menarik .... :)
2 comments:
kalau orang jawa (asal belum kena budaya standing party), makannya juga gitu kok. Tamu tinggal duduk anteng dan makanan pun datang. Porsinya kecil cuma ada 5 tahap, unjukan(minuman, biasanya teh dan snack), sup, daharan (makan nasi plus beberapa lauk), Es, dan Kondur (pulang maksudnya).
Salam buat kuni si gadis kecil....siap2 mantu lho Pak
oh ya ... enak ya, santai, bersahabat, dan duduk .. :)
Post a Comment