Wednesday, January 31, 2007

An other cup - Yusuf Islam/Cat Steven


Gambar dari Wikipedia


Kata pengantar dari album Yusuf album yang terbaru, An other cup ...

A spiritual master received a learned man who came to gain deeper insight into the mysteries of life.

The master prepared tea. While serving the tea he began to explain, but the learned professor kept on interrupting with his own opinions. So the master poured his visitor's cup full, and then kept on pouring.

The learned man watched the overflow until he no longer could restrain himself, "It is overfull. No more will go in!"

"Like this cup," the master said, "you are full of your own opinions and speculations. How can I show you anything unless you first empty your cup?"


Semakin sering saya dengar album Yusuf yang terbaru ini semakin takjub saya. Vokal yang sederhana, bernyanyi dengan rileks. Musik yang ringkas, bersih, dengan melodi yang kuat dan pemilihan alat musik yang mengesankan. Untuk pertama kalinya pula saya tertarik untuk mengetahui lirik-lirik lagu-lagu dari seorang penyanyi.

Apalagi melihat penampilannya di pertunjukan di Norway membuat saya benar-benar tersepona ... :) Kesederhanaan sekaligus kekuatan yang terpancar dari sosoknya, sungguh menyejukkan.

Lirik berikut ini adalah salah satu dari lagu di album terbarunya ini. Menurut saya nafas yang terpancar dari lirik ini adalah soal kesederhanaan, keinginan yang tidak muluk-muluk. Hal lain adalah meski keinginan itu ada, namun Yusuf mengungkapkannya dengan cara yang positif ...

Hmmm ... bikin hidup ini terasa semakin indah dan patut untuk selalu disyukuri ...

Maybe There's a World

I have dreamt of a place and time,
Where nobody gets annoyed,
But I must admit I'm not there yet
but something's keeping me going

Maybe there's a world that I'm still to find
Maybe there's a world that I'm still to find
Open up o world and let me in,
Then there'll be a new life to begin

I have dreamt of an open world,
Borderless and wide
Where the people move from place to place
And nobody's taking sides

Maybe there's a world that I'm still to find
Maybe there's a world that I'm still to find
Open up a world and let me in,
Then there'll be a new life to begin

I've been waiting for that moment
To arrive
All at once the palace of peace
Will fill my eyes - how nice!

Maybe there's a world that I'm still to find
Maybe there's a world that I'm still to find
Open up o world and let me in,
Then there'll be a new life to begin

I've been waiting for that moment
To arrive
All at once the wrongs of the world,
Will be put right - how nice!

Kajian 31 Januari 2007

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. QS Al Hajj 73.

Tuesday, January 30, 2007

Makan malam yang ...

Sarapan


Melanjutkan cerita sebelumnya, di salah-satu malam dari ketiga hari itu kami menyempatkan diri untuk santap malam bersama. Restoran yang terpilih adalah salah satu restoran ternama di daerah Raden Saleh. Restoran yang sudah cukup tua namun tetap terkenal karena sajian rijsttafel-nya ini baru saja diulas olah harian Kompas awal tahun ini.

Berangkat ke sana dari kantor jam 5.30 sore, di tengah-tengah hujan deras, kami baru sampai menjelang jam 7. Suatu usaha yang luar biasa hanya untuk suatu makan malam ... :-P

Seusai sholat magrib, saya sempat melihat-lihat dekor restoran sebelum memasuki ruang makan. Banyak sekali patung dan koleksi barang-barang seperti senjata, suvenir, lukisan dan lain-lain. Untung agak terang suasananya karena terus terang nggak nyaman. Kalau gelap, banyak patung, senjata, lukisan, hmmm ......

Duduk bersama-sama dengan yang lain, kami pun beramah-tamah. Meski dalam hati sebenarnya kepingin banget mandi dan ganti kaos oblong dan sarung hehehe ....

Seusai acara makan dibuka dengan pidato, eh rupanya ada sajian tari-tarian. Tepatnya Tari Piring Minangkabau di awal acara, hiburan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Trio penyanyi dengan gitar dan ulosnya, serta ditutup dengan Tarian Selendang Betawi.

Pada saat Tari Piring Minangkabau, mendadak saya seperti ditampar. Ya ditampar, ditabok, ditempeleng. Saya kaget dan tiba-tiba sadar kalau saya nggak cocok ada di situ. Yang terbayang langsung adalah acara-acara pejabat di tengah-tengah kesulitan masyarakat saat ini. Tukang ojek, tukang parkir yang mungkin saat itu sibuk mencari sesuap nasi di tengah-tengah hujan. Para peminta-minta di pinggir jalan. Berita-berita yang menyedihkan di koran-koran. Kecelakaan, tabrakan, tenggelam. Jadi kepingin banget berdiri dan meninggalkan acara ini. Sayang sungguh sayang, malam ini bak sebuah babak dari suatu sandiwara dan saya adalah salah satu pemainnya yang harus bermain ... suka tak suka ...

Akhirnya acara usai. Semua orang (?) senang dan pulang. Untunglah, jadi bisa keluar dari 'panggung'. 'Melepas' semua kostum dan skenario yang harus digunakan ....

Sebelum sampai rumah saya mampir di tukang nasi goreng langganan ... :) Lidah nggak cocok dengan makanan di restoran itu yang notabene sudah disesuaikan dengan lidah Barat ...

Kalo kata Phil Collins, Another Day in Paradise ... :-P

Kajian 30 Januari 2007

Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lohmahfuz) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. QS Al Hajj 70.

Monday, January 29, 2007

Kenapa menghilang ...

Seorang anak di Museum Bahari


Hmm ... seminggu blog ini tidak sempat diupdate. Sampe-sampe CUPI komentar kalau urusan ngeblog saya udah pindah ke flickr hehehe ....

Sebenarnya yang terjadi adalah kantor saya kedatangan tamu besar, CIO+1. Ada 3 orang pula. Jadi begitulah, sejak 2 minggu sebelum kedatangan mereka, kita sudah sibuk menyiapkan presentasi, agenda selama mereka di sini, dry-run, menyiapkan teman-teman yang lain untuk menanyakan hal-hal yang relevan selama mereka di sini dan seterusnya.

Minggu lalu akhirnya mereka datang. Tiga hari penuh. Selama 3 hari kami 'sibuk' di ruang rapat. Bicara sampe berbusa-busa. Berkata-kata, tersenyum, dan berbicara dengan gaya 'jaim'. Ruang rapat yang penuh dengan kue-kue, kopi Starbuck, jus, CocaCola, makan siang yang membludak, sampai acara makan malam yang mewah ...

Untung hanya 3 hari. Untung semua ini sudah lewat. Karena ini acara olahraga saya terpaksa libur dulu. Ngeblog nggak sempat. Badan yang tidak sempat bergerak tapi diisi terus ....

Ya mudah-mudahan ada gunanya. Setidaknya kami sudah berusaha ... berusaha mengimbangi petunjuk/arahan dengan keinginan dan nilai-nilai pribadi ... :)

Apa kabar semuanya? :)

Kajian 29 Januari 2007

Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat. QS Al Hajj 66.

Friday, January 19, 2007

Seri Kehidupan Suami/Istri - Suami (3)

Kegembiraan para pemetik teh


Dikutip dari buku Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami – Istri oleh Ibrahim Amini – Al Bayan. Semoga ada manfaatnya ...

Seri Kehidupan Suami Istri

Berlakulah Baik Terhadap Istri Anda

Dunia mengambil jalan sesuai dengan pola yang teratur. Banyak kejadian terjadi dan bermunculan satu demi satu. Keberadaan kita di dunia yang luas ini bagaikan partikel-partikel kecil yang bergerak dan menempel pada partikel lain di setiap waktu. Lajunya dunia ini tidak berada di tangan kita, dan kejadian-kejadian yang timbul tidak terjadi karena keinginan kita. Sejak saat pertama orang melangkahkan kaki keluar dari rumah pada pagi hari, sampai pada waktu ia pulang ke rumah di sore hari, orang mungkin saja menjumpai beratus-ratus keadaan yang tak menyenangkan.

Orang menjumpai banyak kesulitan besar di arena hidup ini. Mungkin anda dihina oleh orang lain, bertemu seorang teman yang tidak ramah, harus menunggu bis terlalu lama, atau telah dituduh melakukan sesuatu di tempat kerja. Kehilangan uang, dirampok, atau telah menjumpai hal-hal lain semacam itu yang dapat terjadi pada siapa saja, di mana saja.

Mungkin anda akan sangat marah dengan kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup anda yang membuat anda mirip dengan bom waktu yang dapat meledak kapan saja.

Baik, mungkin anda berpikir bahwa anda tidak dapat menyalahkan orang lain atau dunia untuk kekecewaan anda, maka ketika pulang ke rumah, anda mengarahkan kemarahan anda kepada istri dan anak-anak.

Anda memasuki rumah dan seakan-akan Izrail (malaikat pencabut nyawa) telah pulang. Anak-anak menepis bagaikan tikus-tikus di hadapan anda. Tuhan melarang anda untuk mencari-cari kesalahan! Mungkin makanan terlalu asin atau hambar, teh anda belum siap, rumah mungkin dalam keadaan berantakan atau anak-anak ribut, dan ini memberikan alasan yang tepat bagi anda untuk marah-marah di rumah anda sendiri.

Anda kemudian naik pitam dan berteriak kepada semua orang, menyakiti mereka, memukul dan sebagainya. Kemudian anda akan mengubah rumah yang penuh dengan cinta dan persahabatan itu menjadi neraka di mana anda dan seluruh keluarga harus menderita.

Bila anak-anak dapat berlari dari rumah ke jalan, mereka akan melakukannya; dan bila tidak, mereka akan menghitung detik-detik sampai anda keluar dari rumah.

Sangat jelas, betapa menakutkan dan apatisnya keadaan yang tampak sekali di dalam rumah semacam itu. Selalu saja ada percekcokan dan perbantahan. Rumah selalu dalam keadaan berantakan, istri benci melihat wajah suaminya.

Bagaimana seorang wanita dapat hidup bahagia dengan laki-laki pemarah yang selalu bermuka masam itu? Yang paling buruk adalah keadaan anak-anak yang harus tumbuh di dalam lingkungan semacam itu. Pertengkaran keluarganya pasti akan meninggalkan bekas luka di dalam hati dan jiwa mereka yang sangat peka. Anak-anak yang mengalami kesulitan semacam ini cenderung akan menjadi orang agresif, pemarah, tertekan dan putus asa bila mereka dewasa nanti. Mereka akan merasa sedih sekali bila keluarganya tersesat. Mereka mungkin akan masuk ke dalam perangkap orang-orang yang menyeleweng dan melakukan kriminalitas dalam segala bentuk. Mereka mungkin akan menjadi bingung dan terganggu jiwanya sehingga dapat membahayakan jiwa orang lain atau melakukan bunuh diri.

Para pembaca disarankan untuk mengadakan penyelidikan di bidang kriminalitas. Statistik dan harian yang memberitakan masalah-masalah kriminil semua mengungkapkan kenyataan ini.

Tanggung jawab dari semua ini terletak pada pemimpin keluarga yang tidak dapat mengendalikan amarahnya dan telah salah dalam memperlakukan keluarganya. Orang semacam itu tidak akan mendapatkan kedamaian di dunia dan di akhirat nanti.

Bapak yang baik! Kita tidak berada pada suatu posisi di mana kita dapat mengendalikan kejadian-kejadian dunia. Kecelakaan, kesulitan dan kejadian-kejadian yang menimbulkan penderitaan semuanya tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan ini. Setiap orang akan mengalami kesulitan pada waktu-waktu yang berbeda. Sebenarnya, orang akan mencapai kematangan pribadi lewat kesulitan-kesulitan. Orang harus menghadapinya dengan kekuatan dan harus mencoba untuk mencari pemecahannya. Manusia mempunyai kemampuan untuk menghadapi ratusan kesulitan baik yang kecil maupun yang besar dan tidak boleh menyerah dan menganggapnya bernasib buruk.

Kejadian-kejadian dunia bukanlah satu-satunya alasan untuk marah, tetapi sebenarnya sistem saraf kitalah yang terserang oleh kejadian-kejadian semacam itu dan menyebabkan kita mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Karena, itu bila seseorang dapat mengendalikan dirinya ketika dihadapkan dengan kesulitan hidup, maka orang tidak akan merasa tersinggung atau marah.

Misalnya, anda dihadapkan oleh kejadian yang tidak menyenangkan. Kejadian ini mungkin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan di mana kita tidak dapat ikut campur, atau kita mampu mempercayai keputusan itu sendiri.

Jelas, dalam kasus pertama, perasaan tersinggung kita tidak akan membantu sama sekali. Kita bersalah bila menjadi marah atau naik pitam. Kita harus ingat bahwa kita tidak bertanggung jawab atas terjadinya kejadian itu dan bahkan mencoba menyambutnya dengan wajah tersenyum. Tetapi bila pengalaman buruk kita adalah dari jenis yang kedua, maka kita dapat mencari pemecahannya.

Bila kita tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan mencoba mengendalikan diri kita, tentunya kita - secara bijaksana - dapat mengatasi kesulitan itu. Dalam hal ini kita tidak akan marah dengan sendirinya yang akan menambah kesulitan. Karena itu, orang yang bijaksana tidak akan terpengaruh dengan kesulitan-kesulitan.

Kita mempunyai kemampuan untuk mengatasi semua kesulitan lewat kesabaran dan kebijaksanaan. Apakah tidak patut disayangkan bila kita kehilangan kendali karena kejadian yang tidak dapat kita elakkan dalam kehidupan ?

Lebih lagi, mengapa anda harus menyalahkan istri dan anak-anak karena nasib yang tidak baik ini?

Istri anda mengerjakan tugasnya. Ia harus merawat rumah dan anak-anak. Ia harus mencuci, menyetrika, masak dan membersihkan rumah, dan lain-lain. Anda harus mendorongnya dengan memperlakukannya secara benar.

Anak-anak juga melakukan tugas mereka. Mereka pun menunggu ayah mereka untuk membuat mereka bahagia. Ajarkan hal-hal yang benar kepada mereka dan doronglah mereka dalam belajar.

Apakah adil bila anda menghadapi keluarga anda dengan bermuka masam dan bersikap marah?

Mereka mengharapkan anda untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka agar menjadi hak mereka. Mereka mengharapkan kebaikan dari anda dan menginginkan anda untuk bercakap-cakap dengan lembut kepada mereka dan berkelakuan menyenangkan.

Mereka akan membenci anda karena menyakiti hati mereka dan mengubah rumah menjadi tempat yang gelap di mana tak ada secercah kebahagiaan di dalamnya.

Tahukah anda sampai di mana mereka akan menderita karena sikap anda yang kasar dan tidak menyenangkan?

Walaupun anda tidak bersungguh-sungguh terhadap keluarga anda, paling sedikit kasihanilah diri anda sendiri. Anda harus yakin bahwa kesehatan anda akan hancur karena sifat pemarah.

Bagaimana anda dapat terus bekerja dan berhasil mencapai sesuatu? Mengapa anda harus mengubah rumah anda menjadi neraka ?

Apakah tidak lebih baik bila anda selalu gembira dan menghadapi kesulitan dengan kebijaksanaan dan bukan dengan amarah?

Apakah tidak lebih baik anda percaya bahwa marah tidak akan menyelesaikan persoalan tetapi bahkan akan menambah-nambah persoalan. Apakah anda tidak setuju bahwa, ketika berada di rumah, anda harus beristirahat dan memulihkan kekuatan supaya mendapatkan pemecahan yang sesuai untuk persoalan anda dengan pikiran yang jernih? Anda harus menjumpai keluarga anda dengan wajah tersenyum. Anda sebaiknya bergurau dengan mereka dengan cara yang baik dan mencoba menciptakan suasana babagia di rumah. Anda sebaiknya makan dan minum bersama mereka dan beristirahat. Dengan demikian anda dan keluarga akan menikmati hidup ini dan akan mengatasi persoalan anda dengan mudah.

Itulah sebabnya agama Islam yang suci menganggap kelakuan baik sebagai sebagian dari agama dan tanda keimanan yang paling tinggi.

Rasulullah SAW. mengatakan: "Barangsiapa yang lebih baik kelakuannya, maka ia lebih sempurna imannya. Yang terbaik di antara kamu adalah yang berbuat baik kepada keluarganya."

Rasulullah SAW juga menegaskan: "Tak ada perbuatan yang lebih baik daripada kelakuan yang baik."

Kajian 19 Januari 2007

Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia. QS Al Hajj 65.

Thursday, January 18, 2007

Kesedihan, Kebahagiaan, Keheningan

Perahu yang tertidur di Situ Patengan

Kesedihan, Kebahagiaan, Keheningan
Gede Prama - Kompas 13 Januari 2007

Ada seorang ibu yang memiliki sepasang putra-putri, lalu mengisi hidupnya hanya dengan kesedihan. Putra tertua kebetulan penjual es krim keliling. Sementara putri kedua adalah penjual payung.

Ketika hari panas, ibu ini menangis untuk putrinya karena teramat sedikit yang beli payung. Saat hari hujan, ibu ini menangis untuk putranya karena jarang sekali orang membeli es krim.

Cerita ini hanya pengandaian tentang teramat banyaknya hidup kekinian yang diwarnai kesedihan. Ada saja alasan yang membuat kehidupan tergelincir ke dalam kesedihan. Dari bencana, penyakit, umur tua, hingga kematian. Sehingga jadilah kesedihan semacam hulu dari sungai kehidupan yang penuh stres, keluhan, penyakit, dan konflik.

Kegembiraan-kesedihan
Seorang sahabat psikiater pernah bercerita, tidak sedikit rumah sakit jiwa yang mulai kekurangan tempat. Sejumlah rumah sakit jiwa bahkan memulangkan pasien yang belum sepenuhnya sembuh, semata- mata karena ada pasien parah yang lebih membutuhkan.

Kebanyakan orang membenci kesedihan. Mungkin karena berbicara ke dunia publik, lalu Dalai Lama kerap mengatakan, "Ada yang sama di antara kita, tidak mau penderitaan, mau kebahagiaan". Dan ini tentu amat manusiawi. Sedikit manusia yang berani mengatakan, jika mau menangis janganlah menangis di depan kematian. Menangislah di depan kelahiran. Sebab semua kelahiran membawa serta penyakit, umur tua, lalu kematian.

Dengan kata lain, kelahiran sekaligus kehidupan tak bisa menghindar dari kesedihan. Kesedihan selalu mengikuti langkah kelahiran. Seberapa kuat manusia berusaha, seberapa perkasa manusia membentengi diri, kesedihan tetap datang dan datang lagi.

Seperti ayunan bandul, semakin keras dan semakin bernafsu seseorang dengan kebahagiaan, semakin keras pula kesedihan menggoda. Ini yang bisa menjelaskan mengapa sejumlah penikmat kebahagiaan secara berlebihan, lalu digoda kesedihan juga berlebihan. Ini juga yang ada di balik data WHO jika Amerika Serikat (sebagai salah satu tempat terbesar di mana kebahagiaan demikian dikejar dan dicari), menjadi konsumen pil tidur per kapita tertinggi di dunia.

Ada peneliti membandingkan dua negara yang sama-sama mayoritas beragama Buddha, yaitu Jepang dan Burma. Dari segi materi, Jepang merupakan sebuah keajaiban dan keunikan. Dibanding Jepang, Burma secara materi jauh dari layak. Namun dalam fenomena sosial seperti bunuh diri, perceraian, dan depresi, Jepang jauh lebih tinggi dari Burma. Seperti berbisik meyakinkan, di mana kebahagiaan materi berlimpah, di sana kesedihan juga berlimpah.

Seperti sadar realita pendulum seperti itu, banyak pertapa, penekun meditasi, yogi, sahabat sufi, dan lainnya, mengizinkan pendulum emosi hanya bergerak dalam ruang terbatas. Saat kebahagiaan datang, disadari kalau kebahagiaan akan diganti kesedihan. Sehingga nafsu perayaan berlebihan agak direm. Konsekuensinya, saat kesedihan berkunjung, ia tidak seberapa menggoda.

Merasa berkecukupan

Kahlil Gibran dalam The Prophet memberi kata-kata indah, saat kita bercengkerama dengan kebahagiaan di ruang tamu, kesedihan menunggu di tempat tidur. Dalam pengertian lebih sederhana, manusia serumah dengan kebahagiaan dan kesedihan. Bagaimana bisa lari jauh atau lama dari kesedihan yang notabene serumah dengan kita?

Karena itu, sejumlah guru mengajarkan untuk melampaui kebahagiaan-kesedihan. Dalam bahasa guru jenis ini, kebahagiaan dan kesedihan hanya permainan bagi jiwa-jiwa yang sedang tumbuh menjadi dewasa. Pertumbuhan itulah yang memerlukan gerakan kebahagiaan, kesedihan, kebahagiaan, kesedihan, dan seterusnya.

Namun bagi setiap jiwa yang sudah mulai dewasa, ia akan sadar, kalau baik kebahagiaan maupun kesedihan memiliki sifat yang sama, tak pasti dan silih berganti. Bukankah bergantung pada sesuatu yang tak pasti akan membuat hidup tidak pasti? Lebih dari itu, baik kebahagiaan dan kesedihan berakar pada hal yang sama, keinginan. Bila keinginan terpenuhi, kebahagiaan datang berkunjung. Saat keinginan tidak terpenuhi, kesedihan tamunya.

Dan setiap pejalan kaki ke dalam diri yang jauh tahu, keinginan (lebih-lebih disertai kemelekatan) adalah ibu penderitaan. Kesadaran seperti inilah yang membimbing sejumlah orang untuk memasuki wilayah-wilayah keheningan.

Berbeda dengan kebahagiaan yang lapar akan ini, lapar akan itu; membandingkan dengan ini dengan itu; ingin lebih dari ini, lebih dari itu. Keheningan sudah berkecukupan. Seperti burung terbang di udara, ikan berenang di air, serigala berlari di hutan, matahari bersinar siang hari, bintang bercahaya di malam hari. Semua sempurna. Tidak ada yang layak ditambahkan atau dikurangkan. Penambahan atau pengurangan mungkin bisa membahagiakan. Tetapi, dalam kebahagiaan, batin tidak sepenuhnya tenang-seimbang, selalu ada ketakutan digantikan kesedihan.

Dalam kamus orang-orang yang sudah memasuki keheningan, sekaya apa pun Anda akan tetap miskin tanpa rasa berkecukupan. Semiskin apa pun Anda, akan tetap kaya kalau hidup berkecukupan. Maka seorang guru yang telah tercerahkan pernah berucap, "Enlightenment is like the reflection of the moon in the water. The moon doesn’t get wet, the water is not separated". Pencerahan seperti bayangan bulan di air. Bulannya tidak basah karena air. Airnya tidak terpecah karena bulan. Dengan kata lain, inti pencerahan adalah tidak tersentuh. Tidak marah saat dimaki, tidak sombong tatkala dipuji. Tidak melekat pada kebahagiaan, tidak menolak kesedihan. Persis seperti bunga padma, di air tidak basah, di lumpur tidak kotor.

Dan salah satu akar menentukan dari ketidaktersentuhan ini adalah keberhasilan mendidik diri untuk merasa berkecukupan. Yang tersisa setelah ini hanya empat "M", mengalir, mengalir, mengalir, dan mengalir.

Kajian 18 Januari 2007

Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. QS Al Hajj 50.

Wednesday, January 17, 2007

Malapetaka

Autumn ...

Malapetaka
Jakob Sumardjo - Kompas, 6 Januari 2007

Menjadi rakyat di Indonesia adalah menjadi obyek bulan-bulanan kekuasaan di segala lini. Mereka yang memiliki otoritas untuk memutuskan suatu tindakan yang akan menimpa banyak orang, itulah kekuasaan itu. Otoritas semacam itu ada di semua tingkat dan semua tempat hajat orang banyak, baik yang tetap maupun aksidental.

Sejarawan Australia, MC Ricklefs, menyatakan, "Di sebuah negeri yang menunjukkan adanya kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, dan tradisi-tradisi otoriter, banyak yang bergantung pada kearifan dan nasib baik kepemimpinan Indonesia. Sejarah bangsa Indonesia sejak 1950 sebagian merupakan kisah kegagalan berbagai kelompok pimpinan secara berturut-turut."

Rakyat sebagai obyek
Menjadi pemimpin di Indonesia, di bidang apa pun dan di tingkat mana pun, adalah pengemban tugas berat, justru karena rakyatnya yang miskin, kurang pendidikan, dan tradisi berpikir "bapak selalu benar". Mereka yang menduduki jabatan kepala negara sampai kepala bagian di kantor adalah bapak yang selalu benar. Mereka adalah panutan dan teladan dalam aktualisasi kepemimpinan.

Rakyat dan orang banyak memercayai para pemimpin dan ketuanya karena prinsip kebenaran, kesungguhan, keahlian, keberanian, pengorbanan, dan mendahulukan kepentingan orang banyak daripada diri sendiri. Mereka pantang selamat sebelum yang dipimpinnya selamat, pantang kaya sebelum rakyatnya kaya.

Lihatlah para pemimpin kita di zaman kolonial yang ingin membebaskan rakyatnya dari penjajahan. Mereka rela dipenjara sebelum rakyatnya merdeka dari penjajahan, kemiskinan, dan kebodohan. Sampai tua pun, setelah Indonesia merdeka, mereka pantang kaya, seperti diperlihatkan Bung Hatta, Bung Syahrir, Haji Agus Salim, dan Ki Hajar Dewantoro. Mereka berpikir untuk rakyat, tidak memikirkan diri dan keluarganya.

Sejak 1950, setelah kemerdekaan, kisah kegagalan demi kegagalan dipertontonkan para pemimpin Indonesia. Dengan kedok "atas nama rakyat" mereka rakus mengurus diri sendiri. Rakyat menjadi mainan. Hajat orang banyak hanya berhenti pada kata-kata. Kekuasaan hanya dilihat sebagai kue raksasa yang nikmat untuk dibagi dan diperebutkan. Rakyat hanya pelengkap, bukan subyek kalimat lagi. Rakyat hanya bulan-bulanan para pemimpinnya.

Pemimpin idaman Indonesia adalah manunggaling kawula-Gusti, menyatunya yang dipimpin dan pemimpin. Pemimpin menjadikan diri sebagai yang dipimpin. Bagaimana wali kota mampu menertibkan pedagang kaki lima jika tidak pernah menjadikan dirinya pedagang kaki lima. Di sini subyek menjadi subyek rakyat. Wali kota menjadi rakyat untuk dapat memimpin rakyatnya. Derita dan tangis rakyatnya adalah derita dan tangisnya sendiri, tangis keluarganya.

Harus mati-matian
Malapetaka demi malapetaka, bencana demi bencana, akhir-akhir ini yang menimpa banyak rakyat, hanya dipandang sebagai "yang lain", bukan bagian dari aku. Karena sebagai "lain", maka hanya obyek belaka. Tangis mereka bukan tangis keluarga saya. Saya tahu mereka menderita, tetapi tidak cukup merasakan penderitaan mereka. Itu sebabnya penyelesaiannya cukup dengan menghitung statistika. Berapa yang mati, berapa yang luka, berapa banyak rupiah harus dikeluarkan. Jika hitungannya telah ditetapkan, lenyaplah penderitaan rakyat itu.

Memimpin Indonesia tidak dapat dibaca dari buku-buku. Memimpin Indonesia adalah memimpin manusia-manusia Indonesia seperti digambarkan Profesor Ricklefs di atas. Rakyat adalah manusia, bukan gerombolan makhluk hidup yang bisa dinaikkan ke atas truk lalu dipindah ke sana kemari. Rakyat yang miskin, kurang pendidikan, adalah rakyat dengan penderitaannya sendiri, memercayai mereka yang ditunjuk sebagai pemimpin.

Jika anak adalah titipan Tuhan kepada orangtuanya, maka rakyat adalah titipan Tuhan bagi para pemimpinnya. Jika Anda dapat menderita saat anak-anak Anda menderita, mengapa Anda tidak mampu menderita ketika rakyat Anda menderita?

Memimpin Indonesia yang plural dan besar mungkin lebih berat dan lebih rumit dari negara dan bangsa mana pun. Memimpin di Indonesia tidak dapat sembrono, sambil lalu, amatiran. Kerja keras saja tidak cukup, harus mati-matian. Bangsa sebesar ini dan tanah seluas ini harus dikenal sebagai mengenal telapak tangan sendiri. Indonesia adalah Anda. Rakyat adalah Anda. Menduduki jabatan pemimpin di mana pun di Indonesia adalah amanah yang nyata, bukan sekadar jargon politik. Bagaimana Anda akan mengangkat kemiskinan mereka? Bagaimana memberi pekerjaan kepada mereka? Bagaimana menyelamatkan mereka dari bencana?

Jika penanganan bencana dan malapetaka kian buruk, jika jumlah pengangguran kian besar, jika busung lapar tak kunjung lenyap, jika kejahatan kian meningkat, jika rasa aman semakin tipis, lantas siapa yang harus bertanggung jawab? Siapa yang berani bertanggung jawab atas malapetaka nasional ini?

Tidak pernah seorang pemimpin yang pernah berkuasa mengakui ketidakberhasilannya dan meminta maaf kepada rakyatnya. Semua pemimpin, dari kepala negara hingga kepala desa, mengaku dirinya telah berbuat benar untuk rakyat meski hasilnya statistik yang kian menurun. Harga rupiah jatuh dari tahun ke tahun. Itukah kesalahan rakyat? Harga beras tiga tahun lalu sekitar Rp 2.500, kini sekitar Rp 6.000. Inikah keberhasilan?

***

Krisis Indonesia adalah krisis para pemimpinnya. Berbagai jabatan mahaberat hanya dilihat segi flamboyannya, seolah tak kalah dengan para pemimpin negara super power. Mereka bukan Agus Salim yang masih mengontrak rumah meski berkali-kali jadi menteri.

Kajian 17 Januari 2007

Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kamu". QS Al Hajj 49.

Tuesday, January 16, 2007

Find Their Calling

Mafia talks ...


Musti dibaca, baik bagi yang punya anak buah atau yang lagi berfikir untuk 'loncat' lagi ... :)

Find Their Calling

Beverly Kaye and Sharon Jordan-Evans - CIO.com

The match between your employees' values and the organization or team's values is a more powerful factor by far than money in keeping good people.

How satisfied are your talented people with their everyday tasks? Do you know enough about your employees' values to answer that question? Values are not difficult to uncover, but they are powerful forces in an employee's decision to stay or leave. Imagine your employees as your customers. Now, what do they value most? How can you help them attain it?

The risk of losing employees because of conflicts over values is far greater than the risk of losing them because of compensation. Values define what we consider to be important. They are the standards by which we measure our bottom-line needs. The more your employees' work incorporates their values, the more they will find that work meaningful, purposeful, and important.

When values are left out of the work equation, the work may still get done, but without the energy and commitment. Eventually, either you or your employees will notice. Today's employees across all generations want to find value and meaning in their work. Our lives aren't as compartmentalized as they once were, and more employees are demanding a better blending of work and home life.

Organizations have vision statements, mission statements, and values statements, but they rarely have a process that helps employees determine the link between those statements and their own values.

Any of the following can help you start a conversation about values:
- What do you need most from your work? Does the job deliver?
- What makes for a really good day?
- What would you miss if you left this job?
- What did you like best about other jobs you've had?
- Tell me about a time when you really felt energized at work.

These questions can be asked during any one on one conversation that you have with your direct reports. Many managers add these to performance management or development planning sessions.

Another reason (if you need it!) to learn more about values is to insure smoother functioning of your team. Organizations are more team-based than ever. Yet the failure to understand one another's values leads to discord on teams. The team that cannot draw on its members' values may end up arguing, wasting time, and failing. Team members lose heart when organizational values and their values do not mesh. Be aware of the individual values on your team and be willing to discuss them. You will strengthen the group and increase its members' job satisfaction.

Diversity of values will build strength in your team. Those who value creativity will be your innovators. Those who value independence will work productively for long stretches without prodding from you. Those who value order and routine will be your dependable, solid citizens. Don't try to make the solid citizen into a creative innovator. Recognize what each person values and mine those values for the sake of the whole team. Here are some questions that might stimulate a team discussion about values:
- What are the values of our work team? How are we similar? How are we different?
- How might our differences get in the way?
- Under what circumstances or pressures do we find our values colliding?
- What can we learn from someone whose values are different from our own?

Finally, be aware of your own values -- and their impact on your employees. We have looked at hundreds of transcripts from exit interviews. We were amazed at how many talented employees left because their values conflicted with those of their immediate supervisor or manager.

Kajian 16 Januari 2007

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. QS Al Hajj 46.

Monday, January 15, 2007

Punya Apa?

Faces


Pagi ini dalam perjalanan ke kantor, saya kembali diingatkan oleh sang penceramah di radio. Kata beliau, kita ini sebenarnya tidak punya apa-apa. Sewaktu lahir kita tidak punya apa-apa dan sewaktu kita pulang kita juga tidak akan membawa apa-apa. Boleh saja kita memiliki dan menguasai segala macam barang, harta dan lain-lain .... tapi di akhir perjalanan hidup ini, kita akan kembali kepadaNya tanpa itu semua ...

Memang kita perlu harta, barang, rumah, baju, makanan, dan lain sebagainya. Namun jika konsepnya itu semua adalah milik kita, maka hidup kita akan sibuk menjaga, mempertahankan, dan bahkan menambahnya sebanyak mungkin. Padahal kita akan pulang tanpa itu semua ....

Menurut sang penceramah, konsep seharusnya bukanlah 'memiliki' tapi 'diamanati' ... karena dititipi, tentunya apa yang kita mau lakukan dengan semua ini adalah tergantung pada keinginan ’pemiliknya’. Karena diamanati, dapat titipan, tentunya kalau tiba-tiba itu semua diambil, kita biasa-biasa saja. Mau diambil pemiliknya, ya silahkan …

Namun ketika konsepnya adalah ‘memiliki’, ketika semua itu diambil, kita lalu merasa kehilangan segala-galanya dan akan memperjuangkan segalanya, kalau perlu di atas semua nilai-nilai yang kita anut, untuk mendapatkannya kembali. Padahal, kembali lagi … kita akan pulang tanpa itu semua …

Jadi teringat posting lama, tulisan Arvan Pradiansyah soal Sepatu si Bapak Tua yang antara lain mengatakan:
Sikap mempertahankan sesuatu -- termasuk mempertahankan apa yang sudah tak bermanfaat lagi -- adalah akar dari ketamakan. Penyebab tamak adalah kecintaan yang berlebihan pada harta benda. Kecintaan ini melahirkan keterikatan. Kalau Anda sudah terikat dengan sesuatu, Anda akan mengidentifikasikan diri Anda dengan sesuatu itu. Anda bahkan dapat menyamakan kebahagiaan Anda dengan memiliki benda tersebut. Kalau demikian, Anda pasti sulit memberikan apapun yang Anda miliki karena hal itu bisa berarti kehilangan sebagian kebahagiaan Anda.

Jadi ... mari sama-sama ngitung yuk ... apa sih sebetulnya yang kita miliki di dunia yang fana ini?

Kajian 15 Januari 2007

Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat. QS Al Hajj 38.

Friday, January 12, 2007

Seri Kehidupan Suami/Istri - Istri (2)

Autumn ...


Dikutip dari buku Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami – Istri oleh Ibrahim Amini – Al Bayan. Semoga ada manfaatnya ...

Seri Kehidupan Suami Istri
Menjaga Kehomatan Suami

Keinginan untuk dihormati adalah sesuatu yang wajar tetapi tidak setiap orang siap memberikannya. Suami anda berhubungan dengan banyak orang selama seharian tidak di rumah. Mungkin beberapa di antara orang-orang itu ada yang tidak berlaku sopan dan menyinggung perasaan hingga membuatnya kecewa. Sebagai istrinya, anda diharapkan untuk menunjukkan rasa hormat dan dorongan di rumah hingga ia merasa harga dirinya cukup tinggi.

Menghormati dan menghargai suami tidak akan membuat anda rendah, tetapi ini akan memberikan tenaga dan dorongan untuk berjuang demi mencapai kehidupan yang lebih baik. Anda harus selalu menyambutnya, dan dengan sambutan anda itu ia akan mendapatkan perasaan terhormat. Jangan memotongnya bila ia sedang berbicara. Bila berbicara kepadanya, berlakulah sopan dan penuh hormat dan jangan berteriak kepadanya. Biarkanlah ia masuk terlebih dahulu bila anda berdua menghadiri pesta perkawinan, misalnya. Beritahukanlah kepada anak-anak agar menghormatinya dan marahilah mereka bila berlaku tidak sopan kepadanya. Hormatilah ia di hadapan para tamu dan perhatikanlah kebutuhan-kebutuhannya seperti tamu-tamu itu.

Bila ia mengetuk pintu, anda harus berusaha untuk membukakannya dengan tersenyum dan air muka yang gembira. Hal yang kecil ini mempunyai pengaruh besar dalam menyegarkan kembali pikiran suami yang lain. Mungkin beberapa wanita akan berpikir dengan membayangkannya sebagai orang asing. Ini bukanlah sikap yang benar karena laki-laki itu telah berjuang sehari penuh demi kesejahteraan keluarganya dan ia butuh penghormatan dan sambutan ketika tiba di rumah. Sambutan pertama itu memberikan pengaruh besar dan apa yang baik untuk tamu baik pula untuk anggota keluarga.

Rasulullah SAW bersabda: "Tugas seorang wanita adalah membukakan pintu dan menyambut suaminya."

Imam Shadiq a.s. mengatakan: "Seorang wanita yang menghormati suaminya dan tidak merepotkannya akan beruntung dan menjadi makmur."

Rasulullah SAW juga bersabda: "Seorang istri bertugas untuk menyediakan sebuah baskom dan handuk untuk membasuh tangan suaminya."

Berhati-hatilah agar tidak menghinanya, jangan berkata kasar kepadanya, jangan menyalahinya, jangan mengabaikannya, dan jangan memanggilnya dengan julukan yang tidak baik. Bila anda menyerangnya, ia pun lalu akan menyakiti anda. Akhirnya rasa cinta dan percaya akan rapuh. Kemudian anda akan terus menerus berkelahi dan berbantah-bantahan yang akan menjurus kepada perceraian. Bahkan bila anda meneruskan untuk hidup bersamanya, kehidupan anda berdua akan penuh berisi kekacauan. Perasaan bermusuhan dan gangguan kejiwaan dapat berkembang terus hingga ke suatu titik yang dapat membahayakan kehidupan pasangan tersebut yang dapat menjurus kepada perbuatan jahat (kriminal).

Cerita berikut ini akan menggambarkan beberapa di antara permasalahan tersebut di atas:

Seorang laki-laki, berusia 22 tahun, menusuk istrinya yang berumur 19 tahun hingga menemui ajalnya setelah sang istri menyalahkannya.

Di pengadilan ia bercerita: "Saya menikah dengan wanita ini setahun yang lalu. Pada awalnya, istri saya sangat mencintai saya, tetapi tak lama kemudian dia berubah dan mulai menghina saya. Dia selalu menggunakan kata-kata kotor kepada saya setiap ada kesempatan dan selalu menertawakan karena hal-hal sepele. Karena mata saya juling, istri saya pun selalu memanggil saya dengan sebutan 'keledai buta'. Pada suatu hari, ia memanggil saya dengan sebutan 'keledai buta', dan saya menjadi sangat marah sehingga saya menusuknya sebanyak 15 kali dengan pisau.

Kajian 12 Januari 2007

Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji. QS Al Hajj 24.

Thursday, January 11, 2007

Bersyukur Setiap Saat

Geometry

Bersyukur Setiap Saat
Jennie S. Bev.

“Just to be alive is a grand thing.” - Agatha Christie

Untuk menemukan sukses di dalam diri Anda, pada saat yang sama Anda perlu bersyukur dan menyadari kehadiran mindset sukses tersebut. Tanpa rasa syukur yang besar, hampir mustahil rasanya kita bisa menemukan mindset sukses di dalam diri. Mengapa? Karena rasa syukur yang besar merupakan dasar dari segala hal yang positif di dalam persepsi kita. Ingatlah bahwa segala sesuatu yang kita rasakan dan pikirkan merupakan hasil olahan pikiran kita sendiri. Semua itu tidak lain dan tidak bukan merupakan persepsi kita terhadap dunia, bukan dunia itu sendiri.

What you think makes you what you are. Apa yang kita pikirkan menjadikan siapa diri kita. Jika kita berpikir bisa, maka kemungkinan besar kita bisa mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Ada juga pepatah yang berkata, "If you think you can, you really can." Jika kita berpikir tidak bisa, kemungkinan besar kita akan kalah dulu sebelum berperang dan mencari seribu satu alasan mengapa kita tidak bisa melakukannya. Alam bawah sadar kita selalu menuruti pikiran kita. Jika kita ragu-ragu melakukan sesuatu, biasanya hasilnya pun biasanya mencerminkan keragu-raguan. Jika kita melakukan sesuatu dengan mantap, maka hasilnya pun biasanya mantap, alias memuaskan.

Sebagai analogi, seorang anak yang sering dimarahi dan dilabel sebagai "pemalas" seringkali tumbuh sebagai seorang malas. Mengapa? Pikirannya percaya akan label tersebut dan perbuatannya mengikuti label tersebut. Inilah kekuatan bawah sadar yang seringkali dianggap sepele oleh para orang tua. Ini bahayanya jika kita menyebut anak kita sendiri sebagai "pemalas" atau "bodoh," karena bisa-bisa ia sungguh-sungguh tumbuh sebagai seorang pemalas dan bodoh.

Seringkali, label seperti ini kita lakukan juga terhadap diri sendiri. Tidak jarang kita dengar label diri sendiri yang cukup "aneh," misalnya: "Saya ini tidak sepandai Anda jadi saya tidak bisa menulis buku," "Saya ini bukan anak konglomerat dan tidak berbakat bisnis maka saya tidak berhasil dalam bisnis," dan "Saya ini tidak pandai sekolah jadi saya tidak selesaikan sekolah saya." Saya hanya bisa tertawa saja karena semua itu adalah label negatif yang dipakai diri sendiri untuk menjustifikasikan mengapa ia belum juga menemukan sukses di dalam dirinya.

Kebenaran prinsip bahwa apa yang kita pikirkan menjadikan siapa diri kita, tidak bisa dipungkiri lagi karena semua orang sukses (yang sesuai dengan definisi ala Jennie S. Bev yang dituangkan dalam buku ini, tentunya) mempunyai sikap penuh syukur, penuh berterima kasih, dan tidak senang mencela siapa pun dan apa pun. Semakin positif diri kita, semakin banyak hal-hal positif yang akan terproyeksikan keluar, dan semakin banyak orang bermental positif (baca: sukses) yang akan tertarik untuk berkomunikasi. Ini juga yang menjawab mengapa "orang sukses kok temannya kebanyakan orang sukses pula."

Kejelian hati dan pikiran kita untuk mengucapkan syukur dan berterima kasih di setiap kesempatan merupakan dasar dari pikiran-pikiran positif, termasuk mindset sukses. Dengan semakin jeli melihat hal-hal yang positif maka semakin jeli pula kita melihat ke dalam diri dan mengambil sari bahwa kita semua merupakan personifikasi sukses itu sendiri. Dengan selalu mengucapkan terima kasih dan bersyukur akan hal-hal kecil, maka alam bawah sadar kita semakin terbiasa untuk menerima hal-hal positif dengan kesadaran penuh. Ini akan terakumulasi di dalam diri sedemikian rupa sampai akhirnya membentuk diri kita yang baru.

Diri ini merupakan personifikasi sukses yang siap memproyeksikan keadaan di dalam diri ke luar. Dengan kata lain, dengan memenuhi pikiran dan perasaan kita dengan persepsi-persepsi positif, kita akan berhasil mengatasi sumber-sumber negatif dari luar. Dengan isi pikiran dan perasaan yang positif, maka perbuatan kita pun akan menarik hal-hal yang positif, termasuk hal-hal yang menggandakan kekuatan baik dari uang dan hal-hal lainnya. Singkat kata, semakin tinggi nilai persepsi diri yang positif, mindset sukses akan semakin terpancar dengan perbuatan-perbuatan yang menjadi magnet dari kebebasan finansial.

Sesuatu yang baru? Tidak juga, karena semua agama mengajarkan mengucapkan syukur dan semua orang tua yang baik mengajarkan anak-anaknya untuk berterima kasih kepada orang lain. Kenyataannya, karena satu dan lain hal, manusia-manusia modern macam kita semua, lebih sering mencela daripada bersyukur dan berterima kasih kepada orang lain. Lebih banyak menjelek-jelekkan pihak lain daripada memuji, serta lebih banyak rasa iri daripada membina hubungan yang sinergis.

Jika kebiasaan-kebiasaan tidak terpuji tersebut dipertahankan, sangatlah mengecewakan hasilnya. Saya ingat ketika saya menunggu di tempat praktek dokter di Jakarta beberapa tahun yang lalu, betapa saya merasa sungguh tidak berharga karena ternyata pak mantri yang mengurus registrasi sangat merasa berkuasa dengan memerintah-merintah para pasien yang sedang sakit dengan nada yang tidak enak. Hal-hal seperti ini sangat sering saya jumpai, dan bisa ditebak bahwa pelaku demikian adalah orang-orang yang, maaf, biasanya adalah pecundang. Walaupun dalam hati kecil saya mengerti bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan orang sakit pasti membawa stres.

Namun, sebenarnya ia bisa mengatur para pasien dengan cara yang lebih sopan, bahkan sebaiknya dilakukan dengan upaya supaya para pasien merasa sedikit lebih nyaman di ruang tunggu dokter daripada di rumah. Satu ucapan singkat, "terima kasih" kepada para pasien yang telah mengantri giliran dengan sabar sebenarnya merupakan satu getaran positif yang mudah, murah, dan meriah. Sayangnya, ia tidak menyadari keampuhan kata ini.

Untuk menemukan diri yang sukses di dalam, mengucapkan syukur bisa dibarengi ketika mengucapkan kata-kata pemacu dan melakukan visualisasi setiap jam sebanyak sepuluh kali tersebut (yang dibahas dalam bab di atas). Bisa juga Anda gunakan waktu khusus setiap hari, misalnya ketika bangun pagi, menjelang tidur malam, dan ketika melakukan shalat maupun doa-doa khusus.

Saya sendiri tidak mengkhususkan diri kapan saya bersyukur dan berterima kasih atas segala sesuatu yang terjadi dalam keseharian. Mengapa? Walaupun cara demikian memang baik, namun seringkali jika tidak berhati-hati dan pilot otomatis sudah bekerja, maka segala sesuatu yang dijalankan dengan rutin akan menjadi rutinitas belaka. Rutinitas tidak lagi memberikan arti mendalam, malah menjadi hambar.

Sebaliknya, saya biasanya mengucapkan terima kasih begitu ada sesuatu yang menarik perhatian, mempunyai arti, dan dilakukan oleh orang lain untuk saya. Misalnya, begitu bangun pagi. Kalimat pertama yang diucapkan adalah, "Terima kasih untuk hari baru yang cerah ini." Setelah itu, saya mengucapkan terima kasih pula untuk diberi nafas pada hari ini dan juga kesehatan saya dan suami. Setelah itu, begitu membuka pintu kamar tidur, biasanya saya disambut oleh binatang piaraan saya. Satu lagi ucapan terima kasih saya haturkan kepadaNya dan kepada si Happy itu. Terima kasih kepada Tuhan karena Happy masih hidup dan lucu seperti kemarin, serta terima kasih kepada Happy karena tempat tidurnya rapi dan tidak berantakan, sambil biasanya saya mengusap kepalanya yang berbulu itu.

Dari begitu bangun pagi di kamar lantai atas sampai turun ke lantai bawah, sudah berapa kali saya mengucapkan terima kasih dan bersyukur? Mungkin sudah lima sampai tujuh kali. Dalam satu hari? Berapa kali saya berterima kasih dan bersyukur di dalam hati? Berapa kali yang saya ucapkan dengan lantang bersuara kepada orang lain? Mungkin bisa 50 sampai 100 kali, bisa jadi lebih, karena tidak saya hitung.

Tidak praktis kedengarannya? Kok ya aneh mengucapkan terima kasih sampai puluhan kali dan satu hari? Bahkan ratusan kali? Jawabannya mudah saja: dengan berterima kasih dan bersyukur, kita selalu mencari sisi positif dari segala sesuatu. Dengan mencari sisi positif, maka diri kita menjadi semakin positif dalam melihat segala sesuatu. Bahkan hal-hal yang negatif sekali pun pasti ada positifnya, karena tidak ada setengah lingkaran "yin" yang seratus persen putih dan tidak ada lingkaran "yang" yang seluruhnya hitam. Pasti ada putih setitik di dalam hitam kelam dan ada hitam setitik di dalam putih bersih.

Dengan selalu mengingat kelimpahan kita, otak kita mencetak keyakinan (belief) bahwa memang benar kita hidup dalam kelimpahan. Maka, semua perbuatan kita didasari oleh keyakinan ini, termasuk persepsi diri kita sebagai personifikasi dari sukses. Lantas, sampai kapan Anda perlu mengucapkan terima kasih dan bersyukur berpuluh-puluh kali tersebut? Sepanjang hayat.

Ah, tidak praktis, mungkin itu lagi pendapat Anda. Sekali lagi saya tekankan bahwa buku ini tidak mengajarkan Anda untuk sukses dalam semalam, namun dengan mengubah mindset maka segala faktor eksternal yang sering menjadi atribut orang sukses akan datang dengan sendirinya bagaikan arus sungai.

Berterima kasih dan bersyukur toh tidak memerlukan modal uang maupun sumber daya apa pun. Intinya hanya satu, yaitu kemauan keras untuk mengubah diri. Jangan pikirkan "pahala" yang Anda dapat dari perbuatan ini dulu. Jangan pula mengharapkan nasib Anda akan berubah dalam sekejap. Yang jelas, dengan mengucapkan terima kasih kepada orang lain tanpa ada rasa keterpaksaan dan rasa canggung saja sudah merupakan jembatan kita ke dalam hati orang itu.

"Terima kasih" tidak akan pernah ditolak oleh orang lain, malah biasanya disambut dengan senyum lebar dan hati yang sedikit lebih lembut daripada sebelumnya. Ini saja sudah merupakan magnet yang bisa membantu Anda dalam memproyeksikan diri yang sukses ke luar. Jadi, jika ada keragu-raguan dan keengganan untuk berterima kasih dan bersyukur dalam skala dan frekuensi luar biasa, maka sebaiknya Anda urungkan niat Anda untuk menjadi personifikasi dari sukses itu sendiri.

Kajian 11 Januari 2007

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. QS Al Hajj 23.

Wednesday, January 10, 2007

iPhone - barang baru dari Apple/Jobs



Hmmm .... :)

Jobs touts iPhone, 'AppleTV'

ComputerWorld

Apple Computer Inc. CEO Steve Jobs took the wraps off of the company's long-awaited "iPhone" today, touting it as a three-in-one piece of hardware that acts as a mobile phone, a widescreen iPod with touch controls and an Internet communications device.

"This is a day I've been looking forward to for two and a half years," Jobs said. "Every once in a while a revolutionary product comes along that changes everything."

In 1984, said Jobs, Apple introduced the Macintosh and changed the computer industry. In 2001, the company introduced the iPod and changed the entire music industry.

"Well, today we're introducing three revolutionary products of this class," Jobs said. "The first one is a widescreen iPod with touch controls. The second is a revolutionary mobile phone. The third is a breakthrough Internet communications device."

But, he added, "these are not three separate devices. This is one device. And we are calling it iPhone. Today Apple is going to reinvent the phone."

...

Kajian 10 Januari 2007

Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. QS Al Hajj 18.

Tuesday, January 09, 2007

Kualitas Pemimpin Sejati (bagian 16)

Night shot @ISO 1600


Tulisan ini berdasarkan buku karangan John C Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of a Leader. Tiada maksud untuk menulis ulang buku ini (takut kena urusan copyright hehehe ...), tapi lebih berupa ringkasan berdasarkan pemahaman saya .. :-O

16. Tanggung Jawab: Jika anda tidak mau membawa bolanya, anda takkan dapat memimpin timnya

Sukses besar menuntut anda memikul tanggung jawab ... jika dianalisa, akhirnya ditemukan bahwa suatu kualitas yang dimiliki oleh semua orang sukses adalah kemampuan untuk memikul tanggung jawab
– Michael Korda, Pemimpin Editor Simon & Schuster

Menurut Maxwell, orang yang bertanggung jawab memiliki karakteristik berikut:

1. Mereka melaksanakan tugasnya
Seorang jutawan muda ditanya, mengapa ia bekerja 12 hingga 14 jam seharinya. Ia menjawab, "Saya membutuhkan waktu 15 tahun bekerja untuk sebuah organisasi besar, untuk menyadari bahwa di dalam masyarakat kita anda bekerja 8 jam sehari untuk bertahan hidup, dan jika anda hanya bekerja 8 jam sehari, anda hanya bertahan hidup ... segalanya yang di atas 8 jam merupakan investasi untuk masa depan anda."

2. Mereka rela menempuh jarak ekstra
Orang-orang yang bertanggung jawab tidak pernah memprotes, "Itu bukan tugas saya." Mereka bersedia melakukan apapun yang diperlukan untuk menuntaskan pekerjaan yang dibutuhkan oleh organisasi. Jika anda ingin sukses, bersedialah untuk mendahulukan organisasi ketimbang agenda sendiri.

3. Mereka didorong oleh hasrat mencapai kesempurnaan
Kesempurnaan adalah motivator yang hebat.

4. Mereka tetap menghasilkan terlepas dari situasinya
Kualitas tertinggi dari seseorang yang bertanggung jawab adalah kemapuan untuk menuntaskan. Dalam bukunya, An Open Road, Richard L Evans menulis, "Sungguh berharga menemukan seseorang yang bersedia memikul tanggung jawab, yang bersedia menuntaskan hingga detil-detil terakhirnya – mengetahui bahwa jika ia diberikan tugas, ia akan menuntaskannya dengan efektif, dengan penuh kesadaran."


Berikut adalah 3 tips dari Maxwell untuk meningkatkan rasa tanggung jawab:
- Bertahanlah
Kadang kita kurang ulet dalam menghadapi suatu situasi, apalagi dalam keadaan tertekan. Untuk itu kita perlu berfikir kreatif. Menelepon orang lain misalnya untuk membantu? Merekrut orang? Cari dan temukan solusi, berfikirlah di luar kelaziman (out of the box).

- Akuilah apa yang belum baik
Jika anda telah berusaha namun hasilnya belum mencukupi, mungkin karena standar anda terlalu rendah. Jika ya, lakukan perubahan, tingkatkan standar anda.

- Carilah peralatan yang lebih baik
Jika anda sudah berusaha keras, standar tinggi, namun anda belum mencapai yang diinginkan, mungkin ini saatnya untuk menambah peralatan. Mengambil kursus atau pelatihan, mencari pembimbing atau mentor, dan lain sebagainya.

Kajian 9 Januari 2007

Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al Qur'an yang merupakan ayat-ayat yang nyata; dan bahwasanya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. QS Al Hajj 16.

Monday, January 08, 2007

Hackintosh aka Mac on PC


Gambar dari http://geocities.com/egwanpradhana/


Ya ... Hackintosh alias Mac on PC ... :) Inilah hasil utak-utik 2 minggu terakhir ini. Sudah agak lama dengar soal ini tapi maju mundur mau nyoba. Kenapa? Karena kaya'nya musti dioprek (utak-utik) baru bisa jalan. Sementara saya lagi agak malas ngoprek ... :-P

Namun gara-gara ada komunitas (dan milis tentunya) ini di Indonesia akhirnya 2 minggu yang lalu saya coba. Mulai dari bangun PC-nya (kebetulan memang harus beli PC), cari softwarenya (dari link di gambar di atas), sampai proses instalasinya. Ternyata memang harus ngoprek hehehe ... untung tidak serepot yang saya duga.

So, sekarang di rumah ada 2 Mac. Satu 'asli', eMac ... satu lagi 'agak asli' yaitu instalasi Hackintosh di PC. Jalan normal nggak? Semalam saya udah pindahin data-data dan aplikasi-aplikasi ke PC ini ... termasuk koleksi foto-foto tentunya, siap bekerja di 'tempat baru' ... :)

Mau nyoba? Bisa mulai dari sini OSx86 Project. Asyik lho .... :)

Kajian 8 Januari 2007

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. QS Al Hajj 14.

Friday, January 05, 2007

Seri Kehidupan Suami/Istri - Suami (2)

Cars, Trucks, and Ships!


Dikutip dari buku Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami – Istri oleh Ibrahim Amini – Al Bayan. Semoga ada manfaatnya ...

Seri Kehidupan Suami Istri
Hormatilah Istri Anda

Seorang wanita bangga akan dirinya seperti juga seorang pria. Ia ingin dihormati oleh orang lain. Ia akan tersinggung bila ia dihina atau diremehkan. Ia merasa senang bila dihormati dan akan merasa benci dengan orang-orang yang menghinakannya

Bapak-Bapak! Istri anda pasti mengharapkan agar anda lebih menghormatinya daripada orang lain. Ia sangat berhak untuk mengharapkan pasangan hidupnya dan sahabat terbaiknya untuk merawatnya.

Ia bekerja demi kesenangan anda dan anak-anak dan karena itulah ia mengharapkan anda untuk menghargai dan menghormatinya. Menghormatinya tidak akan membuat anda rendah tetapi sebenarnya ini justru akan membuktikan cinta dan kasih sayang anda kepadanya. Karena itu, hormatilah ia lebih daripada orang lain dan berkatalah dengan sopan kepadanya. Jangan memotong pembicaraannya atau berteriak kepadanya. Panggillah ia dengan nama yang terhormat dan baik. Tunjukkan rasa hormat anda bila ia hendak duduk. Bila anda memasuki rumah dan ia lupa mengucapkan salam, maka ucapkanlah salam kepadanya.

Katakan "selamat tinggal" bila anda pergi. Jangan putus hubungan dengannya bila anda bepergian atau berada jauh dan rumah. Berkirim suratlah kepadanya.

Tunjukkanlah rasa hormat anda kepadanya bila anda berdua menghadiri suatu pertemuan. Bersungguh-sungguhlah dalam menghindari segala jenis penghinaan dan hal-hal yang menyinggung perasaan. Jangan menyalahkan atau - secara bercanda - mengganggunya. Jangan berpikir bahwa karena anda berdua terlalu akrab dengannya maka ia tidak keberatan anda memperolok-oloknya. Sebaliknya, ia akan membenci sikap yang demikian itu tetapi tidak mau mengungkapkannya.

Seorang wanita bangsawan, yang berusia sekitar 35 tahun, mengatakan tentang permintaan cerainya: "Sudah 12 tahun saya menikah. Suami saya adalah orang baik-baik dan banyak sifat baik dan terpuji dalam dirinya. Tetapi ia tidak pernah mau menyadari bahwa saya adalah istrinya dan ibu dari kedua orang anaknya. Ia pikir ia adalah orang yang disukai dalam perkumpulan-perkumpulan, tetapi ia selalu mengadakan pertunjukan dengan cara menggoda saya dan menghina saya. Anda mungkin tidak percaya sampai di mana saya telah dihinanya. Jiwa saya telah banyak terganggu hingga saya pergi kepada seorang psikiater untuk dirawat. Saya telah membicarakannya kepada suami saya berkali-kali. Saya telah memohon kepadanya untuk tidak memperlakukan saya dengan cara begitu. Saya telah mengingatkannya bahwa saya adalah istrinya, dan membicarakan umur saya serta bercanda mengenai diri saya di hadapan khalayak ramai sehingga mereka tertawa dan bersenang-senang adalah hal yang tidak layak. Saya merasa malu di depan orang banyak karena saya bukan orang yang pandai melucu. Saya tidak dapat mengikutinya. Karena permohonan saya tidak diterima oleh suami saya, maka saya memilih untuk berpisah dengannya. Saya mengerti bahwa saya tidak akan berbahagia hidup sendiri, tetapi saya tidak dapat hidup dengan seseorang yang terus menerus menghina saya."

Semua wanita mengharapkan suaminya untuk menghormati mereka dan mereka semua tidak suka dihina. Bila seorang wanita tetap diam setelah dihina oleh suami mereka, ini bukan berarti mereka suka.

Bila anda menghormati istri anda, ia akan melakukan hal yang sama terhadap anda, dan karenanya hubungan anda akan makin erat. Anda pun akan dihormati oleh orang lain. Bila anda memperlakukannya secara salah dan ia merasa sakit hati, maka sekali lagi ini adalah kesalahan anda.

Duhai Bapak yang baik! Menikah tidak sama dengan mempunyai budak. Anda tidak dapat memperlakukan orang yang merdeka sebagai budak. Istri anda telah menikah dengan anda dengan tujuan untuk hidup bersama anda dan untuk berbagi dalam kehidupan dengan laki-laki yang dicintainya. Ia mengharapkan hal yang sama dan anda seperti anda mengharapkan darinya. Karena itu, perlakukanlah ia dengan cara yang anda pun menyukainya.

Imam Shadiq a.s., mengutip kata-kata ayahnya, mengatakan: "Barangsiapa melakukan pernikahan, maka ia harus menghormati istrinya."

Rasulullah saw. mengatakan: "Barangsiapa menghormati seorang Muslim maka Allah akan memberikan kepadanya kehormatan diri."

Rasulullah juga menegaskan: "Tidak ada orang yang menghormati wanita kecuali orang-orang yang murah hati, dan tidak ada orang yang akan menghinanya kecuali orang-orang yang tidak menghormati."

Sebagai tambahan Rasulullah mengatakan: "Barangsiapa menghina keluarganya, maka ia akan kehilangan kebahagiaan dalam kehidupannya."

Kajian 5 Januari 2007

Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al Qur'an yang merupakan ayat-ayat yang nyata; dan bahwasanya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. QS Al Hajj 16.

Thursday, January 04, 2007

Kita Masih Diberi Waktu

Waiting ...


Kita Masih Diberi Waktu
Arvan Pradiansyah - Republika

Apakah makna pergantian tahun bagi Anda? Bagaimana pula cara yang biasa Anda lakukan untuk menyambut datangnya tahun baru? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang senantiasa muncul di kepala saya setiap menghadapi pergantian tahun. Ini memang pertanyaan penting yang amat perlu kita renungkan.

Pertanyaan mengenai makna mungkin agak sulit dijawab langsung. Anda perlu meluangkan waktu sebentar untuk merenungkannya. Sebaliknya pertanyaan mengenai cara sangat mudah dijawab. Pada dasarnya ada dua cara yang dilakukan orang menyambut tahun baru. Pertama, dengan bergembira dan berpesta, mulai dari pesta rakyat sampai dengan perhelatan di hotel-hotel berbintang. Kedua, dengan merenung, baik yang dilakukan sendirian maupun bersama-sama dalam satu forum. Kedua cara ini didasari oleh dua pandangan yang berbeda dalam melihat dunia.

Orang yang merayakan tahun baru dengan berpesta mungkin memandang hidup ini sebagai sebuah garis lurus atau sebuah tangga. Dengan demikian pergantian tahun dipandang sebagai umur yang bertambah, sebagai sebuah pencapaian yang patut dirayakan, sama seperti halnya merayakan ulang tahun kita. Ini tentunya berbeda dengan mereka yang menyambut tahun baru dengan renungan. Bagi mereka hidup adalah sebuah lingkaran.

Mengapa demikian? Marilah kita lihat. Kehidupan ini adalah laksana sebuah perjalanan. Kita memulainya dari satu titik, dan kita akan mengakhiri perjalanan kita persis di titik yang sama. Dalam bahasa agama dikatakan bahwa kita berasal dari Tuhan dan kita akan kembali kepada Tuhan.

Dahulu kita tidak ada dan nantinya juga tidak ada lagi. Kita memulai perjalanan kita dalam keadaan telanjang dan tidak memiliki apa-apa. Kita pun akan mengakhiri perjalanan kita dengan cara yang sama.

Coba renungkan sebentar analogi di atas. Kalau demikian, begitu Anda memulai perjalanan sebetulnya Anda sedang berjalan untuk kembali ke titik awal. Dalam sebuah lingkaran, pertambahan senantiasa berarti pengurangan. Semakin umur Anda bertambah, semakin pendeklah umur Anda dan semakin dekatlah Anda pada ketiadaan.

Panjang pendeknya umur seseorang hanyalah ditentukan oleh besar kecilnya lingkaran. Semakin besar lingkaran tersebut semakin lamalah perjalanan yang akan Anda tempuh, sebaliknya semakin kecil lingkaran, semakin pendeklah perjalanan Anda.

Nah, kalau demikian, pergantian tahun hanyalah berarti satu hal: Anda sudah semakin dekat dengan kematian. Karena itu, Anda harus waspada. Bergembira tentunya boleh-boleh saja. Namun, seringkali kegembiraan membuat kita lupa dan terlena.

Masalahnya, kita tak pernah tahu berapa besar lingkaran yang kita miliki. Kita tak tahu berapa lama lagi kita akan kembali ke titik awal. Kita tak tahu kapan "kontrak" kita habis. Tidak ada tanda-tanda yang jelas untuk itu. Orang muda yang segar bugar bisa dipanggil secara mendadak. Orang yang sedang berada di puncak karier sekonyong-konyong bisa berpulang kepada Tuhan. Semuanya terjadi secara mengejutkan dan tiba-tiba.

Sebetulnya kalau kita mau merenungkan hidup ini secara lebih dalam, ada tanda-tanda yang bisa mengingatkan kita pada hal ini. Itulah yang terjadi pada saat kita tidur. Tidur itu adalah saudaranya mati. Bukankah kondisi orang yang tidur persis sama seperti orang mati? Kita tak bisa berkata apa-apa. Telinga kita terbuka lebar tapi kita tak bisa mendengar. Posisi kitapun tak jauh beda dengan orang yang mati.

Karena itulah kita perlu berdoa sebelum tidur agar kita tidur dalam kebaikan dan rahmat Tuhan. Begitu kita terbangun di pagi hari kita pun perlu mengucapkan syukur kepada Tuhan yang memberikan lagi satu hari yang indah untuk kita nikmati. Demikianlah cara kita hidup dari hari ke hari. Tiap hari kita sebenarnya melalui sebuah proses yang berulang-ulang. Pagi-pagi kita hidup, beraktivitas, dan malamnya kembali "mati." Sampai pada suatu saat nanti kita akan tidur untuk selama-lamanya.

Kalau Anda berpikir demikian, Anda tak akan pernah melewatkan waktu Anda dengan berhura-hura. Anda pun akan menjauhi kemarahan dan permusuhan. Hidup memang cuma sebentar, karena itu mari kita manfaatkan waktu kita bersama orang-orang yang kita cintai. Setiap kali bertemu dan berpisah dengan siapapun, kita selalu akan memastikan bahwa kita telah memberikan yang terbaik, sebab siapa tahu itu adalah pertemuan kita yang terakhir.

Hidup adalah anugerah karena itu marilah kita isi dengan kebaikan dan cinta kasih. Saya ingin menutup tulisan ini dengan sebuah lagu inspiratif dari Ebiet G Ade:

Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
Hanya atas kasihNya hanya atas kehendakNya, kita masih bertemu matahari
Kepada rumpun ilalang, kepada bintang gemintang
Kita dapat mencoba meminjam catatannya

    Sampai kapankah gerangan, waktu yang masih tersisa
    Semuanya menggeleng, semuanya terdiam
    Semuanya menjawab tak mengerti
    Yang terbaik hanyalah segeralah bersujud
    Mumpung kita masih diberi waktu

Kajian 4 Januari 2007

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. QS Al Hajj 14.

Wednesday, January 03, 2007

Bencana yang tak kunjung habis

Wrap up ...


Sedih, cemas, gelisah. Ada apa di balik ini semua? Kita yang tetap sombong dan tidak mengacuhkan peringatan-peringatan dariNya? Di blog yang masih balita ini setidaknya sudah 6 kali saya menulis tentang bencana dan peringatan dariNya. Butuh berapa kali dan berapa besar peringatan lagi sebelum kita sadar?

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. QS Al Hajj 11.

Tuesday, January 02, 2007

2007

Ice cream anyone?


Hmmm ... kelihatannya internet sudah kembali normal ya? Ini tes posting dulu deh ... :)

Kalau sudah pindah tahun Masehi begini saya suka canggung. Ketemu setiap orang, hampir pasti mereka menyodorkan tangan sambil berucap, "Happy New Year ..."

Yang bikin lebih canggung lagi, target-target pekerjaan di kantor juga dihubungkan dengan tahun Masehi. Jadi memang di akhir tahun itu biasanya saya lega (atau pusing) dengan hasil-hasil yang telah dikerjakan ... meski tetap saja buat saya pribadi, ini hanyalah perpindahan tahun Masehi, kenapa musti happy-happy?

Kalau bersyukur, mungkin rasanya lebih pas. Mensyukuri yang telah dilalui, apapun itu, dan bersiap menghadapi tantangan yang baru. Cuma kok kalau perpindahan tahun Hijriah, suasana ini tidak muncul ... ?

Ada yang menyebut ini soal perang kebudayaan, perang pemikiran. Bagaimana kebudayaan, pemikiran kita 'tercuci' oleh kebudayaan dan pemikiran lain ...

Begitulah ... setiap tahun kegelisahan ini muncul. Bikin kagok kalau ketemu orang hehehe ....

Anyhow, ini kan cuma ngetes posting? :-P