Monday, November 28, 2005

Smart Talk Trap (3 of 4)

Tulisan ini (lagi-lagi) merupakan ringkasan dari paper Jeffrey Pfeffer dan Robert I Sutton di Harvard Business Review yang berjudul The Smart Talk Trap. Karena cukup panjang, maka saya buat dalam 4 bagian. Kenapa saya buat ringkasannya? Karena fenomena ini saya temukan dimana-mana ... :)

===
1. Perusahaan itu memiliki para pemimpin yang mengetahui dan melakukan pekerjaan
Orang-orang ini biasanya menggunakan waktunya untuk benar-benar bekerja bersama timnya, memberikan pengarahan kepada mereka, dan berbicara langsung dengan pelanggannya.

Para pemimpin yang melakukan pekerjaan – dan tidak hanya membicarakannya – sangat membantu dari terjebak dalam situasi knowing-doing gap. Mereka bekerja di garis terdepan, sehingga mereka tahu persis apa yang terjadi, bagaimana timnya bekerja, dan masalah-masalah apa saja yang terjadi.

Yang tidak kalah pentingnya, dengan adanya pemimpin yang mengetahui persis pekerjaan, mereka akan sulit terjebak dengan smart-talk, complex ideas dan seterusnya. Mereka tahu apa yang persis terjadi dan mereka dapat dengan mendeskripsikannya dengan sederhana.

Sebagai contoh James Goodnight, CEO dari SAS Institute. Ia menghabiskan waktunya 40% untuk melakukan programming dan memimpin product development team. Ia mengetahui bahwa programmer yang bekerja hingga larut malam cenderung melakukan banyak kesalahan. Untuk mengatasi hal ini, Goodnight kemudian merubah jam kerja menjadi 35 jam/minggu. Hasilnya: SAS dapat mengurangi pekerjaan meng-QC hasil programming dan pelanggan merasa senang karena bugs pada software berkurang.

2. Para pemimpin itu memiliki kecenderungan untuk menggunakan kata-kata dan ide yang lurus serta sederhana.
Contoh pada kasus ini ialah Greg Brennemen, President dan COO Continental Airlines. Ketika ia melihat menurunnya kemampuan perusahaannya untuk bekerja tepat waktu, ia memperkenalkan program yang sangat sederhana. Ia membangun hubungan langsung dengan para pegawai yang bekerja di lapangan dan memastikan penerbangan tepat waktu, dan ia selalu menekankan pentingnya servis kepada pelanggan dan terbang tepat waktu. Program sederhana ini terbukti memberikan hasil yang lebih baik ketimbang program-program besar yang bisa menghabiskan uang banyak serta butuh waktu lama untuk mengimplementasikannya.

Rencana sederhana sangat berguna karena dengan mudah dapat diimplementasikan. Contoh lain ialah Apple Computer. Ketika Steve Jobs mulai bekerja di perusahaan ini pada tahun 1977, Apple Computer memiliki product line yang sangat bervariasi, tipe 1400, 2400, 3400, 4400, 5400, 5500, 6500, dan seterusnya hingga e-Mate, dan Newton. Setelah mencoba memahami ini selama 3 minggu, Jobs berkata, ”Saya tidak bisa memahaminya. Bahkan saya tidak tahu produk mana yang bisa saya rekomendasikan untuk teman saya.” Akhirnya ia memutuskan bahwa Apple akan memiliki 4 product line, business desktop & laptop, dan consumer desktops & laptop. Setelah 2 tahun berjuang dengan konsep ini, Apple berhasil menghasilkan keuntungan kembali.

1 comment:

Apey said...

great!! bagus nih ulasan smart talknya. Gw serasa baca article dari Tom Peters. ayuukk dong..di tunggu yg ke-4 ya pak:)