Thursday, June 29, 2006

Radio Rusak



Pencerahan ini saya dapatkan ketika mendengarkan radio dalam perjalanan pulang. Lupa saya nama radio, yang pasti gelombang FM ...

Sebagian besar dari anda tentunya punya radio sejak dahulu. Mulai dari yang ukurannya gede (en tebal en berat) sampai radio saku. Pada jaman waktu kaset atau CD (apalagi DVD en teman-temannya) belum populer, radio adalah salah satu teman kita dalam kehidupan sehari-hari.

Apa yang biasa kita lakukan ketika radio kita mulai kresek-kresek, suaranya mengecil tiba-tiba, atau suaranya jadi tidak jelas? Biasanya kita tepuk-tepuk kan? Biasanya di awal, dengan tepukan halus di bagian belakang radio, suaranya jadi membaik lagi. Kadang di bagian belakang, kadang pula bagian atas, kadang radionya kita angkat dan goyang-goyang dst dst ....

Semakin parah kondisi radio itu, semakin keras tepukan atau goyangan kita. Kalau perlu digebrak biar bunyi ... hehehe. Kenapa kita lakukan itu padahal kita tahu makin lama style ini akan menyebabkan radio kita makin rusak. Alasannya biasanya sederhana, malas ....

Ketimbang mencari obeng, membuka radio, kemudian mencoba mencari sumber kerusakan, jauh lebih mudah menepuknya. Tokh habis itu bunyi kembali! Apalagi kalau kita termasuk orang yang tidak menyukai mengutak-ngutik elektronik. Udah ... gebuk ... eh tepuk aja ... :)

Makin lama makin rusak, makin lama tepukan menjadi gebukan gemas campur kesal. Dan akhirnya ... rusaklah sang radio itu. Apa yang kita lakukan? Ya biasanya masuk keranjang sampah dan siap-siap beli yang baru ...

===

Apa maksud cerita di atas? Secara tidak sadar mungkin sebagian kita melakukan hal yang sama terhadap anak-anak kita. Ketimbang sibuk mendidik, kita lebih senang memarahi mereka. Lebih praktis dan hasilnya langsung kelihatan.

Namun lambat laun, mereka makin bandel dan kita semakin keras memarahi mereka. Akhirnya? Ya seperti cerita-cerita di sinetron lah, broken home, orang tua berantem terus, rumah seperti neraka, penyesalan yang tak ada gunanya ...... :(

Hikmah cerita di atas ialah kita harus bisa meluangkan waktu bagi anak-anak kita. Memarahi sangat mudah sekali, namun itu sama sekali tidak mendidik. Seperti memelihara radio agar awet, kita harus belajar dan sabar dalam mendidik anak. Jika tidak, situasi kita akan berakhir dengan rusaknya 'sang radio'. Jika radio bisa dibeli lagi, bagaimana dengan anak kita?

Satu pelajaran buat saya sendiri ....

4 comments:

T A T A R I said...

iya sih..orang tua tuh suka marah2 karena kitanya bandel..
tapi waktu itu radio tetep aja rusak tuh walo aku gak bandel
hi..hi..hi...
*komengakpentingdotkom*

Diah Utami said...

Pelajaran bagus juga buat saya. Menangani 'anak-anak orang' di sekolah tentu akan berbeda dengan menangani anak sendiri ya bang? Tapi jelas tidak boleh memperlakukan mereka sebagai 'radio rusak'. Tapi ngomong-ngomong... kenapa ya dengan digebrak, suara radio bisa balik lagi...?

Diah Utami said...

Eh BTW, itu foto di mana? Kawah Putih apa bukan?

zuki said...

@tatari: baru tahu ada komengakpentingdotkom ... hehehe ... becanda ... :)

@diah: biasanya digebrak bunyi lagi karena ada kabel atau semacam itu yang nyaris putus. jadi digebrak dia nyangkut lagi ... :)

Iya, foto kawah putih .. :)