Wednesday, August 24, 2005

Dirgahayu Negeriku ...

Menyimak isi harian Kompas tertanggal 16 Agustus saya berulangkali tertegun melihat iklan-iklan yang berhubungan dengan kemerdekaan negeri kita ini. Salah satu yang menarik ialah iklan dari salah satu Bank. Iklan ini berupa foto Panglima Besar Sudirman sedang memberikan hormat dalam suatu upacara. Tulisan yang terpampang di iklan ini:
Di atas kepala Panglima Sudirman: Siapa yang tak kenal Pak Dirman?
Di sela-sela foto orang-orang yang mengikuti upacara: Siapa yang kenal bapak-bapak lainnya?

Dan di bawah foto ini: Sejarah mencatat nama besar, namun banyak nama yang terlupakan. Sebuah renungan memperingati 60 tahun kemerdekaan Indonesia. Dirgahayu Republik Indonesia.

===
Hari ini kita merayakan kemerdekaan negeri ini, bangsa ini, rakyat ini dari penjajahan 60 tahun yang silam. Mari kita rayakan, kita merdekakan diri kita dari segala belenggu yang ada.

Di blog ini, kita bisa menulis semau apa, seenak hati kita, sekehendak intuisi kita. Free ... free spech ... freedom. Kenapa tidak 'perlebar' kemerdekaan ini?

Mari kita merdekakan diri kita. Lepaskan belenggu, keluarkan semua kreativitas kita, berfikir di luar kelaziman kita. Kita bangun negeri kita yang tercinta ini. Tidak perlu ada ketergantungan pada fasilitas, pada pemerintah, pada segala hal. Banyak yang kita bisa lakukan tanpa harus bergantung pada sesuatu yang fana. Mari ... kita bisa melakukannya!

Kita mulai dengan membebaskan diri kita. Jangan biasakan terbelenggu oleh pola pikir, cara pandang kita. Buka wawasan, buka pemikiran, buka mata dan hati lebar-lebar!

Kita mulai dengan yang dekat-dekat. Ajari anak, istri/suami, teman, tetangga ilmu yang sudah kita kuasai, berikan contoh, dan jadilah suri tauladan!

Jangan tunggu besok, jangan tunggu lusa. Mulai sekarang, mulai saat ini juga!

Mari ... mari ... mari ..

Merdeka!!

13 comments:

alia said...

Setuju !!!!!! Merdeka !!!!!!
Ngomong2 ada lomba apa nih di bukit cengkeh. Ketua RT ganti dong....jalan2 ke puncak lagi nggak ? kalau iya sayang banget kenapa nggak ke Australia aja :))

Eya Fairy said...

Merdekaaaaa!!! Merdekaa!!!

Heheheh.......Btw thanks yah udah ngisi comment blog gue.....Thanks utk wise words-nya. Waktu itu emang gue lagi sedih, makanya gue bikin puisi Negeri Kegembiraan itu.

bitiqe said...

postingan ini kan buat dilombakan bang? kok udah dipost sebelum waktunya lomba??

zuki said...

@eya fairy: merdeka juga! eh mati lampu?? :-P

@bitiqe: iya, tapi begimane neh ... udah nggak tahan mau posting ... biarin deh .. diterima syukur ... nggak diterima ya sudah ... :-D

yaya said...

Merdeka...hehehehe

Anonymous said...

merdekaaaa..
waahh iya tuh siapa sih yg gak kenal pak dirman, seorang guru SD yg mimpin perang guerilla, padahal dulu bukan jenderal resmi. hebat yah beliau

btw moga sukses yah lomba entrynya
^__^

Anonymous said...

Pak Dirman....
They don't make a man like that anymore....hehehe
Selamat berlomba ya

Anonymous said...

Saya sedikit tersentak dengan tulisan Ahmad Syafii Maarif di Republika kemaren, begini kutipannya;

SMS Jenderal Marinir

Seorang sahabat Jenderal Marinir (Purn) Gafur Khalik dalam rangka memperingati 60 tahun Indonesia merdeka pada 18 Agustus 2005 mengirim SMS kepada saya sebagai berikut: ''60 tahun merdeka. Kita menikmati tumpeng. Nasi beras Vietnam, tempe kedelai Amerika Serikat, abon daging Australia, buah pisang Brasil, bawang Cina, garam India, bendera kertas Skotlandia. Bayar tumpeng ke bank Singapura dengan mobil Jepang.

Kita bangga karena tampah dan besek, bambu Indonesia. Merdeka dan dirgahayulah bangsaku.'' (Ejaan disesuaikan dan singkatan ditulis lengkap). Apa yang terbaca dalam ungkapan itu tidak lain dari rasa kecewa yang berat dari seorang jenderal karena menyaksikan bangsa ini tidak mungkin mandiri, tetapi justru semakin bergantung saja kepada bangsa lain, termasuk untuk komoditas yang paling sederhana. Lalu, di mana kedaulatan kita sebagai bangsa merdeka? Inilah di antara pertanyaan fundamental yang melingkari otak dan hati kita semua.


Lengkapnya di http://www.republika.co.id/detail.asp?katakunci=+SMS&id=227483;

Jangan lihat Jendral Marinirnya, tapi pikirannya perihal ketergantungan tersebut. Apakah kita sudah sampai pada pemikiran untuk mendirikan bangsa ini? Bagaimana keluarga kita sendiri sebagai elemen kecil kemandirian ini?

Salamku untuk rekan-rekan Semua,

A/N

AMRIL TAUFIQ GOBEL said...

Merdeka Bung Zuki! Saya juri lomba entry 17-an blogfam. Semoga menang ya?

Umi Hanik said...

setuju 3 M nya ya pak..
sukses pak lomba ngentry 17annya..kalo menang traktiran ya pak :P

met wiken!

Dini said...

Walopun telat, SETUJU! Hidup 3M! :)

Anonymous said...

Permisi.. Kali ini lagi berkunjung sebagai jurig.. eh juri.

Kapan2 kita bikin lomba sound system ya pak.. hehehe

Anonymous said...

yuk. mari. :)
makasih udah ikutan lomba 17-an blogfam ya.