Cara pandang ... mungkin istilah kerennya paradigma kali ya? Anyway, cara pandang kita menentukan 'apa' yang kita lihat. Kalau kita memandang hidup ini indah, ya .. hidup ini indah. Kalau kita memandang hidup ini dari sudut negatif ... ya biasanya ada aja masalah yang kita temui sehari-hari yang membuat kita merasa hidup ini semakin pahit ... pahit ... pahit ..
Stephen Covey memberikan ilustrasi menarik soal ini. Pada suatu saat di hari Minggu pagi di subway New York. Ia ada di subway ini. Banyak orang lain yang ada di subway ini pula. Suasana tenang, ada yang membaca koran, ada yang melamun, ada pula yang memejamkan matanya ... suasana tenang dan santai di Minggu pagi.
Namun mendadak seorang pria dan anaknya memasuki subway ini. Sang anak berteriak, melempar barang kian kemari, bahkan menyambar majalah atau koran yang tengah dibaca orang. Sang ayah duduk menutup matanya meski jelas ia mengetahui apa yang sedang terjadi.
Covey merasa benar-benar terganggu. Ia merasa tidak percaya kalau sang ayah diam saja membiarkan anaknya yang bertingkah luar biasa dan mengganggu orang-orang dan ketentraman pagi itu.
Akhirnya ia pun tak tahan dan melontarkan pertanyaan kepada sanng ayah, "Pak, anak anda mengganggu orang-orang. Apa kiranya bisa anda tenangkan ia sedikit?"
Sang ayah seperti tersadarkan dari tidur dan perlahan-lahan menjawab, "Oh ya pak, saya kira anda benar. Saya kira memang seharusnya saya melakukan sesuatu. Kami baru saja dari rumah sakit tempat ibunya baru meninggal dunia kira-kira sejam yang lalu. Saat ini saya tidak bisa berfikir dan saya kira begitu juga yang dialami anak saya ini ..."
Covey benar-benar seperti tertampar. Cara pandangnya semula seketika juga berubah. Saat itu pula ia melihat hal yang sama tetapi dengan hasil yang berbeda. Rasa terganggunya hilang sama sekali, yang muncul justru adalah rasa simpati dan turut bersedih.
Segalanya berubah dalam hitungan detik ...
===
Sering kali dalam hidup ini kita menghadapi hal yang sama. Kita sudah menetapkan cara pandang kita terhadap sesuatu tanpa menyimak, meneliti terlebih dahulu. Kita sudah terburu-buru mengambil kesimpulan tanpa meneliti seluruh fakta yang ada. Yang lebih repot lagi, kita sering kali menerapkan ini pada orang, pada manusia yang kita temui.
Mungkin dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui situasi yang sama seperti yang ditemui Stephen Covey. Misalnya, rekan kerja kita kemarin buru-buru pulang kerja sebelum usai waktu kerja. Kita langsung 'menghukum' ia sebagai orang yang malas bekerja. Padahal setelah kita tanya, rupanya rumahnya kebanjiran. Saya yakin cara pandang kita akan berubah seketika dari 'menghukum' menjadi rasa prihatin dan simpati ... "Aduh, kasihan, masuk ke rumah. Perabot kena dong ya? Siapa aja yang bantu? Sekarang masih masuk atau sudah surut? Sudahlah, nggak usah masuk kerja, saya yang bereskan urusan kantor, kamu beresin rumah dulu deh ... dst dst".
So, hati-hati dengan cara pandang kita ... :-)
Aaah ... tempat 'berhenti' sejenak ntuk mikir-mikir mau dibawa kemana sih hidup ini ... :-)
Thursday, June 30, 2005
Tabrakan KRL (lagi) di Pasar Minggu ...
Masya Allah. Apa begitu sulitnya mengurus kereta api ya? Saya bukan orang pintar apalagi tahu banyak soal kereta api. Cuma apa itu orang-orang tidak berpikir kalau yang mereka urus itu hayat hidup orang banyak?
Iya ... apa itu orang-orang tidak berfikir kalau yang mereka urus itu hayat hidup orang banyak?
Begitu banyak orang pintar di negeri ini, tapi entah kenapa setiap kali mereka 'masuk' ke lingkaran birokrasi (a.k.a kekuasaan), mereka jadi 'tumpul' dan tidak berfikir kalau yang mereka urus itu hayat hidup orang banyak ... kenapa ya? Kenapa?
Iya ... apa itu orang-orang tidak berfikir kalau yang mereka urus itu hayat hidup orang banyak?
Begitu banyak orang pintar di negeri ini, tapi entah kenapa setiap kali mereka 'masuk' ke lingkaran birokrasi (a.k.a kekuasaan), mereka jadi 'tumpul' dan tidak berfikir kalau yang mereka urus itu hayat hidup orang banyak ... kenapa ya? Kenapa?
Wednesday, June 29, 2005
Lagi soal blog ...
Dipikir-pikir banyak cara orang menulis di blog. Ada yang benar-benar menjadikan blog tempat ia mencurahkan hatinya (awas tumpah ya ... :-)). Ada pula yang menulis seperti menulis artikel di majalah maupun koran. Ada yang menceritakan kehidupan sehari-harinya (banyak yang ada foto anak-anaknya, lucu-lucu .. :-D). Saya sendiri, seperti bercerita, berkomunikasi dengan anda yang membaca blog saya ini (thanks ya mau menyempatkan diri baca ...). Kurang tahu persis yang mana yang lebih efektif, benar (?), ataupun digemari banyak orang.
Masih soal blog, saya kebanjiran ide nih untuk nulis. Sulit juga menangkalnya ... it is just keep on coming! Bagaimana ya mengaturnya? Sekarang saya keep di catatan saya. Cuma karena selalu banyak ide baru, sering kali ide-ide sebelumnya selalu 'tersingkirkan' dan tidak pernah masuk daftar 'tayang'. Bingung juga mengurusnya ... :-O
Masih soal blog, saya kebanjiran ide nih untuk nulis. Sulit juga menangkalnya ... it is just keep on coming! Bagaimana ya mengaturnya? Sekarang saya keep di catatan saya. Cuma karena selalu banyak ide baru, sering kali ide-ide sebelumnya selalu 'tersingkirkan' dan tidak pernah masuk daftar 'tayang'. Bingung juga mengurusnya ... :-O
Semoga Yang Di Atas mendengar ...
Rekan Ve, terima kasih banyak atas do'anya. Amien! Saya percaya, sepenuhnya percaya, bahwa Allah Yang Maha Kuasa mendengar semua permohonan kita. Mendengar keluh kesah kita, mendengar kata-kata kita di sanubari yang paling dalam, mendengar ucapan terima kasih dan syukur kita padaNya.
Ia, Sang Maha Pengasih dan Penyayang, adalah tempat satu-satunya bagi kita bersandar, tempat meminta petunjuk dan pertolongan, dan tempat satu-satunya kita menaruh cinta kita yang sejati ...
Ya Allah ....
Ia, Sang Maha Pengasih dan Penyayang, adalah tempat satu-satunya bagi kita bersandar, tempat meminta petunjuk dan pertolongan, dan tempat satu-satunya kita menaruh cinta kita yang sejati ...
Ya Allah ....
The Nothing Book
Teman saya sudah beberapa saya lihat selalu membawa-bawa buku yang sama setiap kali kita rapat. Bentuknya seperti novel tipis. Ini membuat saya heran dan bertanya-tanya dalam hati, "Apa beliau mau baca novel itu selagi kita rapat?"
Akhirnya beberapa hari yang lalu saya berkesempatan duduk disampingnya dan 'menyambar' buku itu (sori ya bro hehehe ...). Rupanya itu buku berisi lembaran-lembaran kosong! Ada judulnya seperti layaknya novel. Judulnya adalah The Nothing Book. Apa sih buku ini? Berikut kutipan yang saya baca di halaman belakang buku ini (dan saya temukan juga di Amazon.com):
It takes a long time to understand nothing. -- Edward Dahlberg
When asked what five books he would take with him to a desert island, George Bernard Shaw replied that he would take five blank books. The Nothing Book is a blank book. The possibilities are endless. Write your own novel, compile a personal cookbook, draw pictures, make lists, keep records, collect autographs, write poetry, plan vacations, start a diary or scrapbook, design clothes, invent needlework or knitting patterns, doodle, compose songs, jot down important dates, keep a guest book, press flowers, gather favorite quotes, accumulate (or invent) funny stories, use your imagination and do your own thing The Nothing Book is your book, it is meant to be whatever you want it to be. As Byron once wrote:
'Tis pleasant, sure, to see one's name in print; A book's a book, although there's nothing in't.
Menarik sekali. Selama ini saya menggunakan PDA sebagai media untuk mencatat hal-hal di atas (kecuali mungkin untuk mengumpulkan tanda tangan .. :-P). Buku ini jelas dari satu sisi sangat praktis, karena kita dengan mudah bisa melakukan apa saja di atas kertas kosong, menulis, mencoret, merobek .. Namun di sisi lain, PDA juga praktis jika kita ingin memindahkan apa yang telah kita tuangkan ke komputer untuk diproses (diproses ... udah kaya' mau bikin tahu tempe aja hehehe) lebih lanjut.
Cuma mikir-mikir lagi, Blog sebenarnya juga media untuk menuangkan ide, fikiran, menulis novel, diary (hik .. hik .. sedih banget deh .. :-P), dan lain sebagainya. Keunggulan blog tentunya, accessible anytime anywhere (as long as there is internet connection) and can be read by anyone else ...
Hmm ... udah punya PDA, udah punya lamunan-sejenak, should I have The Nothing Book as well? Hmmm ....
Akhirnya beberapa hari yang lalu saya berkesempatan duduk disampingnya dan 'menyambar' buku itu (sori ya bro hehehe ...). Rupanya itu buku berisi lembaran-lembaran kosong! Ada judulnya seperti layaknya novel. Judulnya adalah The Nothing Book. Apa sih buku ini? Berikut kutipan yang saya baca di halaman belakang buku ini (dan saya temukan juga di Amazon.com):
It takes a long time to understand nothing. -- Edward Dahlberg
When asked what five books he would take with him to a desert island, George Bernard Shaw replied that he would take five blank books. The Nothing Book is a blank book. The possibilities are endless. Write your own novel, compile a personal cookbook, draw pictures, make lists, keep records, collect autographs, write poetry, plan vacations, start a diary or scrapbook, design clothes, invent needlework or knitting patterns, doodle, compose songs, jot down important dates, keep a guest book, press flowers, gather favorite quotes, accumulate (or invent) funny stories, use your imagination and do your own thing The Nothing Book is your book, it is meant to be whatever you want it to be. As Byron once wrote:
'Tis pleasant, sure, to see one's name in print; A book's a book, although there's nothing in't.
Menarik sekali. Selama ini saya menggunakan PDA sebagai media untuk mencatat hal-hal di atas (kecuali mungkin untuk mengumpulkan tanda tangan .. :-P). Buku ini jelas dari satu sisi sangat praktis, karena kita dengan mudah bisa melakukan apa saja di atas kertas kosong, menulis, mencoret, merobek .. Namun di sisi lain, PDA juga praktis jika kita ingin memindahkan apa yang telah kita tuangkan ke komputer untuk diproses (diproses ... udah kaya' mau bikin tahu tempe aja hehehe) lebih lanjut.
Cuma mikir-mikir lagi, Blog sebenarnya juga media untuk menuangkan ide, fikiran, menulis novel, diary (hik .. hik .. sedih banget deh .. :-P), dan lain sebagainya. Keunggulan blog tentunya, accessible anytime anywhere (as long as there is internet connection) and can be read by anyone else ...
Hmm ... udah punya PDA, udah punya lamunan-sejenak, should I have The Nothing Book as well? Hmmm ....
John Denver
Kelihatannya sudah jadi kebiasaan saya kalau capek banget, salah satu bentuk penyalurannya adalah menikmati musik sambil tiduran ... :-). Semalam, giliran DVD John Denver yang jadi pengantar ritual ini. Enak juga, musik country yang santai, suara John yang khas dan bening, plus nuansa panggung yang santai dan rileks.
Dengan konsep 'menikmati hidup' saya mencoba benar-benar menikmati DVD ini. Benar saja, banyak hal yang sebelum hanya numpang lewat saja, kali ini bisa saya resapi dengan nikmat. Lagu-lagunya rata-rata bercerita tentang keindahan alam, bersihnya udara segar, leganya dunia luar, dan kecintaannya pada alam.
Dalam pengantar salah satu lagunya, John bercerita tentang temannya yang cinta alam dan tinggal di Alaska. Setiap kali kali ia menyanyikan lagu ini, yang terbayang olehnya ialah temannya itu menari dengan indahnya dikebekuan Alaska. Tanpa musik, namun dengan udara yang bersih, dingin, pemandangan yang serba putih ... dan temannya menari dengan luwes dan lembutnya .... Hmmm ... mendengar penuturannya saja, saya sudah membayangkan betapa indahnya pemandangan itu ...
John juga mengajak kita untuk menjaga alam. Tidak perlu dengan proyek dan usaha yang besar. Tapi justru dengan kegiatan-kegiatan sederhana. Misalnya tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencabut pohon/ranting sesuka hati, menanam pohon .. dan lain-lain. Jadi ingat salah satu semboyang yang dipopulerkan Aa Gym, Mulai dari yang kecil, Mulai dari yang kecil, Mulai dari sekarang!
So, sudahkah kita melakukan hal kecil untuk menjaga lingkungan kita hari ini?
Dengan konsep 'menikmati hidup' saya mencoba benar-benar menikmati DVD ini. Benar saja, banyak hal yang sebelum hanya numpang lewat saja, kali ini bisa saya resapi dengan nikmat. Lagu-lagunya rata-rata bercerita tentang keindahan alam, bersihnya udara segar, leganya dunia luar, dan kecintaannya pada alam.
Dalam pengantar salah satu lagunya, John bercerita tentang temannya yang cinta alam dan tinggal di Alaska. Setiap kali kali ia menyanyikan lagu ini, yang terbayang olehnya ialah temannya itu menari dengan indahnya dikebekuan Alaska. Tanpa musik, namun dengan udara yang bersih, dingin, pemandangan yang serba putih ... dan temannya menari dengan luwes dan lembutnya .... Hmmm ... mendengar penuturannya saja, saya sudah membayangkan betapa indahnya pemandangan itu ...
John juga mengajak kita untuk menjaga alam. Tidak perlu dengan proyek dan usaha yang besar. Tapi justru dengan kegiatan-kegiatan sederhana. Misalnya tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencabut pohon/ranting sesuka hati, menanam pohon .. dan lain-lain. Jadi ingat salah satu semboyang yang dipopulerkan Aa Gym, Mulai dari yang kecil, Mulai dari yang kecil, Mulai dari sekarang!
So, sudahkah kita melakukan hal kecil untuk menjaga lingkungan kita hari ini?
Kajian 29 Juni 2005
Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Qur'an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar QS An Nisaa' 162.
Tuesday, June 28, 2005
Hari yang melelahkan ...
Hari yang panjang .. diskusi berjam-jam, membicarakan hayat hidup orang banyak (ceile ...). Capek? Jelas. Lelah? Pasti. Puas? Hmmm ... :-). Manusia berusaha, Yang Maha Kuasa yang menentukan ... So, puas? So pasti lah, usaha rasanya sudah optimal. Jadi ya sisanya serahkan kepada Yang Maha Adil ...
Alhamdulillah ....
Alhamdulillah ....
Monday, June 27, 2005
Tanggung jawab sebagai pemimpin
Sebagai pemimpin, kita bertanggung jawab dalam banyak hal. Kelangsungan organisasi/perusahaan/rumah tangga atau apapun yang kita pimpin, keberhasilan mencapai sasaran yang dicanangkan, manajemen kita dalam mengelola keuangan maupun resource lainnya, pengelolaan sumber daya manusia dan banyak hal lainnya.
Kali ini saya mau coba belajar bahas soal pengelolaan sumber daya manusia. Sedikit aja ... maklum masih belajar ... ;-P
Dalam mengelola sumber daya manusia, sering kali kita 'terjebak' dan menganggap manusia itu seperti layaknya resource yang lain (uang, alat-alat, teknologi). Dengan pola pikir yang sama, manusia dikelompokkan menjadi sekelompok manusia, dibagi-bagi dan diarahkan mengerjakan suatu hal. Manusia-manusia itu menjadi 'sesuatu' yang sama dan mudah dikenali dengan si-A, si-B, si-C dan seterusnya. Jika si-A berhasil mengerjakan tugasnya, maka kita akan beri penghargaan dan seterusnya. Namun jika si-B gagal, seperti layaknya alat-alat/teknologi, maka si-B kita kesampingkan atau kita 'buang'. Setiap tahun si-si-si ini kita berikan tugas/goals, kita berikan job description. Untuk menunjang pekerjaannya, jika perlu si-si-si ini kita berikan pelatihan dan training. Di akhir tahun kita evaluasi, jika berhasil maka manusia tersebut itu mendapat reward dan jika tidak berhasil maka kita akan mulai 'mengelompokkannya' dalam kelompok 'sesuatu' yang gagal dan perlu dipertimbangkan tindakan lanjutan (seperti layaknya pasien yang masuk ICU ...).
Yang sering kita lupa ialah manusia adalah 'sesuatu' yang unik. Setiap manusia diciptakan dengan keunikan masing-masing. Diciptakan dengan sifat-sifat yang berbeda, penampakan fisik yang berbeda, ditempa oleh perjalanan hidup yang berlainan, akhirnya membentuk seseorang dengan keunikannya. Kita percaya bahwa Yang Maha Pencipta menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini dengan tujuannya masing-masing. Demikian pula dengan manusia, masing-masing dari kita diciptakan dengan maksud dan tujuan yang berbeda.
Akibat keterlupaan ini, kita cenderung mengabaikan keunikan. Kita menerapkan standar yang sama bagi setiap orang dan mengharapkan setiap orang berperilaku sesuai standar yang kita berikan. Kita mengharapkan semua orang berperilaku seperti layaknya suatu robot, alat yang sudah memiliki standar. Jika seseorang tidak memenuhi standar yang kita tetapkan, artinya sederhana saja. Seperti layaknya suatu alat, artinya sudah saatnya diperbaiki (jika bisa), atau lebih sederhana diganti dan dibuang 'saja'.
Karena kita yakin akan standar kita, meluangkan waktu untuk mengenal orang lain, keunikannya, prinsip-prinsip hidupnya, maupun standar-standar yang dimilikinya, bagi kita mungkin buang-buang waktu saja. Kita lupa, (meminjam perumpamaan Aa Gym) layaknya sebuah bangunan, kita perlu batu bata, semen, pasir, batu kali, besi, kusen dan lain-lain. Kita tidak bisa membangun dengan hanya bermodalkan batu bata. Kita juga tidak akan bisa membangun bangunan yang kokoh jika kita tidak mengetahui persis kualitas pasir yang ada, batu bata yang kita pakai, maupun ketebalan besi yang kita baru saja beli.
Akibat dari 'keterlupaan' bisa saja menjadi fatal. Suatu organisasi bisa saja tidak stabil karena banyaknya arus keluar-masuk pegawainya. Kehangatan, semangat kerja, rasa memiliki, adalah hal lain yang juga mungkin akan hilang. Sebagaimana layaknya diperlakukan sebagai suatu robot/alat, sang manusia pun akan bekerja sesuai batas-batas yang dituntut. Ia tidak akan berusaha kreatif, melakukan inisiatif, ia tidak merasa ia 'bagian', ia tidak memiliki rasa memiliki dan seterusnya.
Hmm ... sekarang bagaimana kalau lihat tanggung jawab ini dari sisi lain?
Kita tahu negara ini sedang krisis moral. Salah satu penyebabnya ialah rendahnya tingkat pendidikan yang bukan sekedar 'pendidikan'. Kita tahu juga negara ini mengalami krisis teladan. Lalu bagaimana tanggung jawab kita sebagai pemimpin di sini?
Saya fikir salah satu tugas kita ialah dengan tidak mudah menyerah pada keadaan. Meminjam istilah di atas, mudah-mudahan kita tidak terlalu mudah untuk mengganti ataupun 'membuang'. Adalah tugas kita untuk melakukan seluruh cara yang kita ketahui - yang terutama dimulai dengan mengenal manusia, orang, si-A, si-B dan seterusnya itu - untuk memperbaiki keadaan. Jelas bahwa ini adalah tugas dan komitmen dua arah, dari kita maupun dari si-si-si itu. Namun sudah jelas, namanya juga pemimpin, inisiatif harus datang dari kita. Akan banyak konsekuensi yang harus kita pikul seperti tugas-tugas yang tertunda, proyek yang tidak memenuhi jadwal dan lain-lain. Namun jangan lupa pepatah,"Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian."
Adalah tanggung jawab kita untuk memimpin dan memberikan contoh bagaimana untuk belajar, belajar dari siapa saja, termasuk dari orang-orang yang kita pimpin. Adalah tanggung jawab kita untuk memimpin dan memberikan contoh bagaimana mengenal orang lain, mengetahui keunikannya, maupun standar-standar yang ia miliki. Adalah tanggung jawab kita untuk memikul segala konsekuensi dari seluruh proses pembelajaran ini. Percayalah, dengan berjalannya proses ini, orang-orang dan manusia-manusia yang kita pimpin akan jauh lebih bersemangat memikul segala konsekuensi ini .. karena mereka percaya, mereka tidak berjalan sendirian ... ada kita yang saling menemani dan menyemangati sepanjang perjalanan ... perjalanan pun akan tidak terasa berat karena kita tidak lagi bersama si-si-si, tapi bersama Abdul yang senang main bola, Rani yang suaranya bagus, Rahman yang senang olahraga, Susi yang anaknya kembar dan cantik-cantik dan seterusnya dan seterusnya.
Adalah tugas kita sebagai pemimpin, pemimpin kecil apalagi besar, untuk menyumbangkan sesuatu bagi negeri ini. Pimpin dan bimbing teman-teman kita agar mereka menjadi manusia-manusia yang berkualitas dan patut dicontoh. Berat? Seperti kata Maxwell tentang ciri-ciri pemimpin sejati, "Jadilah batu karang!"
Jadilah batu karang yang kokoh, tempat bersandar bagi orang-orang yang kita pimpin ...
Good luck para pemimpin!
Kali ini saya mau coba belajar bahas soal pengelolaan sumber daya manusia. Sedikit aja ... maklum masih belajar ... ;-P
Dalam mengelola sumber daya manusia, sering kali kita 'terjebak' dan menganggap manusia itu seperti layaknya resource yang lain (uang, alat-alat, teknologi). Dengan pola pikir yang sama, manusia dikelompokkan menjadi sekelompok manusia, dibagi-bagi dan diarahkan mengerjakan suatu hal. Manusia-manusia itu menjadi 'sesuatu' yang sama dan mudah dikenali dengan si-A, si-B, si-C dan seterusnya. Jika si-A berhasil mengerjakan tugasnya, maka kita akan beri penghargaan dan seterusnya. Namun jika si-B gagal, seperti layaknya alat-alat/teknologi, maka si-B kita kesampingkan atau kita 'buang'. Setiap tahun si-si-si ini kita berikan tugas/goals, kita berikan job description. Untuk menunjang pekerjaannya, jika perlu si-si-si ini kita berikan pelatihan dan training. Di akhir tahun kita evaluasi, jika berhasil maka manusia tersebut itu mendapat reward dan jika tidak berhasil maka kita akan mulai 'mengelompokkannya' dalam kelompok 'sesuatu' yang gagal dan perlu dipertimbangkan tindakan lanjutan (seperti layaknya pasien yang masuk ICU ...).
Yang sering kita lupa ialah manusia adalah 'sesuatu' yang unik. Setiap manusia diciptakan dengan keunikan masing-masing. Diciptakan dengan sifat-sifat yang berbeda, penampakan fisik yang berbeda, ditempa oleh perjalanan hidup yang berlainan, akhirnya membentuk seseorang dengan keunikannya. Kita percaya bahwa Yang Maha Pencipta menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini dengan tujuannya masing-masing. Demikian pula dengan manusia, masing-masing dari kita diciptakan dengan maksud dan tujuan yang berbeda.
Akibat keterlupaan ini, kita cenderung mengabaikan keunikan. Kita menerapkan standar yang sama bagi setiap orang dan mengharapkan setiap orang berperilaku sesuai standar yang kita berikan. Kita mengharapkan semua orang berperilaku seperti layaknya suatu robot, alat yang sudah memiliki standar. Jika seseorang tidak memenuhi standar yang kita tetapkan, artinya sederhana saja. Seperti layaknya suatu alat, artinya sudah saatnya diperbaiki (jika bisa), atau lebih sederhana diganti dan dibuang 'saja'.
Karena kita yakin akan standar kita, meluangkan waktu untuk mengenal orang lain, keunikannya, prinsip-prinsip hidupnya, maupun standar-standar yang dimilikinya, bagi kita mungkin buang-buang waktu saja. Kita lupa, (meminjam perumpamaan Aa Gym) layaknya sebuah bangunan, kita perlu batu bata, semen, pasir, batu kali, besi, kusen dan lain-lain. Kita tidak bisa membangun dengan hanya bermodalkan batu bata. Kita juga tidak akan bisa membangun bangunan yang kokoh jika kita tidak mengetahui persis kualitas pasir yang ada, batu bata yang kita pakai, maupun ketebalan besi yang kita baru saja beli.
Akibat dari 'keterlupaan' bisa saja menjadi fatal. Suatu organisasi bisa saja tidak stabil karena banyaknya arus keluar-masuk pegawainya. Kehangatan, semangat kerja, rasa memiliki, adalah hal lain yang juga mungkin akan hilang. Sebagaimana layaknya diperlakukan sebagai suatu robot/alat, sang manusia pun akan bekerja sesuai batas-batas yang dituntut. Ia tidak akan berusaha kreatif, melakukan inisiatif, ia tidak merasa ia 'bagian', ia tidak memiliki rasa memiliki dan seterusnya.
Hmm ... sekarang bagaimana kalau lihat tanggung jawab ini dari sisi lain?
Kita tahu negara ini sedang krisis moral. Salah satu penyebabnya ialah rendahnya tingkat pendidikan yang bukan sekedar 'pendidikan'. Kita tahu juga negara ini mengalami krisis teladan. Lalu bagaimana tanggung jawab kita sebagai pemimpin di sini?
Saya fikir salah satu tugas kita ialah dengan tidak mudah menyerah pada keadaan. Meminjam istilah di atas, mudah-mudahan kita tidak terlalu mudah untuk mengganti ataupun 'membuang'. Adalah tugas kita untuk melakukan seluruh cara yang kita ketahui - yang terutama dimulai dengan mengenal manusia, orang, si-A, si-B dan seterusnya itu - untuk memperbaiki keadaan. Jelas bahwa ini adalah tugas dan komitmen dua arah, dari kita maupun dari si-si-si itu. Namun sudah jelas, namanya juga pemimpin, inisiatif harus datang dari kita. Akan banyak konsekuensi yang harus kita pikul seperti tugas-tugas yang tertunda, proyek yang tidak memenuhi jadwal dan lain-lain. Namun jangan lupa pepatah,"Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian."
Adalah tanggung jawab kita untuk memimpin dan memberikan contoh bagaimana untuk belajar, belajar dari siapa saja, termasuk dari orang-orang yang kita pimpin. Adalah tanggung jawab kita untuk memimpin dan memberikan contoh bagaimana mengenal orang lain, mengetahui keunikannya, maupun standar-standar yang ia miliki. Adalah tanggung jawab kita untuk memikul segala konsekuensi dari seluruh proses pembelajaran ini. Percayalah, dengan berjalannya proses ini, orang-orang dan manusia-manusia yang kita pimpin akan jauh lebih bersemangat memikul segala konsekuensi ini .. karena mereka percaya, mereka tidak berjalan sendirian ... ada kita yang saling menemani dan menyemangati sepanjang perjalanan ... perjalanan pun akan tidak terasa berat karena kita tidak lagi bersama si-si-si, tapi bersama Abdul yang senang main bola, Rani yang suaranya bagus, Rahman yang senang olahraga, Susi yang anaknya kembar dan cantik-cantik dan seterusnya dan seterusnya.
Adalah tugas kita sebagai pemimpin, pemimpin kecil apalagi besar, untuk menyumbangkan sesuatu bagi negeri ini. Pimpin dan bimbing teman-teman kita agar mereka menjadi manusia-manusia yang berkualitas dan patut dicontoh. Berat? Seperti kata Maxwell tentang ciri-ciri pemimpin sejati, "Jadilah batu karang!"
Jadilah batu karang yang kokoh, tempat bersandar bagi orang-orang yang kita pimpin ...
Good luck para pemimpin!
Keharmonisan ...
Pertama sekali terima kasih banyak khusus untuk rekan Ve! Komentar-komentar anda selalu membangkitkan semangat saya untuk menulis. Terus kasih komentar ya .. biar nggak kehabisan bahan menulis nih .. :-D
Keharmonisan yang sulit dicari di sudut-sudut kota ini? Betul sekali, apalagi kalau sudah masuk suasana bisnis, perkantoran. Yang banyak terjadi ialah suasana tegang, deadline, terburu-buru, rapat, follow up, review, assessment, performance review, metrics, budget, actual, forecast ... nggak ada habisnya. Belum kalau ditambah dengan dengan berbagai intrik, injak bawah, sikut kiri-kanan, jilat ke atas ... rusuh!
Namun kalau kita menyempatkan diri masuk ke pelosok-pelosok kota ini ... saya yakin kita akan menemui nuansa yang berbeda. Nongkrong di stasiun bis, kereta, naik ojek sepeda, makan mie ayam di pinggir jalan, berdesak-desakan di KRL bisa memberikan 'rasa' yang lain. Tidak juga? Mungkin anda belum menikmatinya secara utuh ... coba telusuri lagi tulisan Arvan di blog ini. Salah satu tipsnya adalah coba jangan lakukan semua ini sebagai bagian dari rutinitas hidup. Namun coba lalui dengan perlahan-lahan sambil meresapi seluruh peristiwa yang anda lewati. Saya percaya anda akan 'menemukan' banyak hal yang sebelumnya terlewat panca indera anda ... :-D
Tidak percaya? Coba dulu dong ... baru beli ... hehehe
Keharmonisan yang sulit dicari di sudut-sudut kota ini? Betul sekali, apalagi kalau sudah masuk suasana bisnis, perkantoran. Yang banyak terjadi ialah suasana tegang, deadline, terburu-buru, rapat, follow up, review, assessment, performance review, metrics, budget, actual, forecast ... nggak ada habisnya. Belum kalau ditambah dengan dengan berbagai intrik, injak bawah, sikut kiri-kanan, jilat ke atas ... rusuh!
Namun kalau kita menyempatkan diri masuk ke pelosok-pelosok kota ini ... saya yakin kita akan menemui nuansa yang berbeda. Nongkrong di stasiun bis, kereta, naik ojek sepeda, makan mie ayam di pinggir jalan, berdesak-desakan di KRL bisa memberikan 'rasa' yang lain. Tidak juga? Mungkin anda belum menikmatinya secara utuh ... coba telusuri lagi tulisan Arvan di blog ini. Salah satu tipsnya adalah coba jangan lakukan semua ini sebagai bagian dari rutinitas hidup. Namun coba lalui dengan perlahan-lahan sambil meresapi seluruh peristiwa yang anda lewati. Saya percaya anda akan 'menemukan' banyak hal yang sebelumnya terlewat panca indera anda ... :-D
Tidak percaya? Coba dulu dong ... baru beli ... hehehe
Kajian 27 Juni 2005
Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri (memberi pahala terhadap amal-amal hambaNya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmatNya) lagi Maha Mengetahui QS An Nisaa' 147.
Sunday, June 26, 2005
Hasil lari pagi ...
Pagi ini seusai lari (olahraga nih ye ..) seperti biasa saya melakukan ritual Minggu pagi, cari sarapan untuk orang rumah. Kali ini sasarannya adalah warung nasi uduk di perkampungan yang bersebelahan dengan kompleks tempat saya tinggal. Warung yang ini belum pernah saya kunjungi, jadi ini adalah pengalaman pertama ... :-D
Berdiri di depan warung menunggu giliran, saya 'menikmati' sesuatu yang baru. Kelihatannya warungnya cukup 'beken' (tapi nasi uduk masih 2 ribu/porsi kok!) karena menunya bervariasi. Ada nasi uduk, lontong sayur, lontong isi, hingga berbagai jenis gorengan termasuk combro (wuih .. pedes rek!). Orang banyak hilir mudik membeli berbagai jenis makanan ini. Sang penjual adalah seorang ibu, sudah berumur. Dari pembicaraannya dengan yang lain, anaknya bahkan sudah berkeluarga. Para pembeli sopan-sopan, tidak ada yang menyerobot. Bahkan saya sempat nyaris 'bersaling tangan' ketika hendak mengambil kantong plastik, karena seorang pembeli sepersekian detik telah mendahului mengambil kantong itu. Tetapi ia kemudian menyodorkan kantong itu ke saya dan mempersilahkan saya menggunakannya.
Di situ saya merasakan indahnya pagi ini. Apalagi ketika sehari-hari kita bekerja dituntut dengan berbagai deadline, jadwal, keputusan-keputusan yang harus diambil, berinteraksi dengan user/klien, koordinasi dengan cabang-cabang lain dan banyak lagi lainnya. Pagi ini saya merasakan irama yang berbeda ... sama-sama ramai, tapi berbeda ramainya. Unsur kemanusiaan, unsur keserhanaan bangsa kita terasa betul. Aaah ... sambil menghirup udara segar (habis ngos-ngosan soalnya hehehe), saya menikmati pagi ini ...
Saya juga 'menikmati' hal yang lain. Melihat kegesitan ibu sang penjual (banyak jenis makanan, 3 kompor, 2 asisten) saya teringat dengan berbagai orang yang saya temui di hidup ini. Setiap orang memiliki kelebihan yang sering kali kita abaikan. Kita cenderung untuk melihat kekurangan orang, dan bukan kelebihannya. Kalau kita sepintas melihat sang ibu, mungkin kesimpulan kita ia adalah seorang manusia biasa. Namun, berdiri di situ selama kurang lebih 10 menit, saya bisa mulai 'melihat' kehebatannya.
Inilah mungkin yang mungkin kita perlu lakukan di hidup ini. Hargai orang, siapa pun dia. Luangkan waktu untuk mengetahui dirinya. Perlakukan dia sebagai seorang yang sejajar dengan kita. Dengan begitu insya Allah kita akan membangkitkan berbagai 'kekuatan' yang tersembunyi dari pandangan kita ...
Salam olahraga ... :-P
Berdiri di depan warung menunggu giliran, saya 'menikmati' sesuatu yang baru. Kelihatannya warungnya cukup 'beken' (tapi nasi uduk masih 2 ribu/porsi kok!) karena menunya bervariasi. Ada nasi uduk, lontong sayur, lontong isi, hingga berbagai jenis gorengan termasuk combro (wuih .. pedes rek!). Orang banyak hilir mudik membeli berbagai jenis makanan ini. Sang penjual adalah seorang ibu, sudah berumur. Dari pembicaraannya dengan yang lain, anaknya bahkan sudah berkeluarga. Para pembeli sopan-sopan, tidak ada yang menyerobot. Bahkan saya sempat nyaris 'bersaling tangan' ketika hendak mengambil kantong plastik, karena seorang pembeli sepersekian detik telah mendahului mengambil kantong itu. Tetapi ia kemudian menyodorkan kantong itu ke saya dan mempersilahkan saya menggunakannya.
Di situ saya merasakan indahnya pagi ini. Apalagi ketika sehari-hari kita bekerja dituntut dengan berbagai deadline, jadwal, keputusan-keputusan yang harus diambil, berinteraksi dengan user/klien, koordinasi dengan cabang-cabang lain dan banyak lagi lainnya. Pagi ini saya merasakan irama yang berbeda ... sama-sama ramai, tapi berbeda ramainya. Unsur kemanusiaan, unsur keserhanaan bangsa kita terasa betul. Aaah ... sambil menghirup udara segar (habis ngos-ngosan soalnya hehehe), saya menikmati pagi ini ...
Saya juga 'menikmati' hal yang lain. Melihat kegesitan ibu sang penjual (banyak jenis makanan, 3 kompor, 2 asisten) saya teringat dengan berbagai orang yang saya temui di hidup ini. Setiap orang memiliki kelebihan yang sering kali kita abaikan. Kita cenderung untuk melihat kekurangan orang, dan bukan kelebihannya. Kalau kita sepintas melihat sang ibu, mungkin kesimpulan kita ia adalah seorang manusia biasa. Namun, berdiri di situ selama kurang lebih 10 menit, saya bisa mulai 'melihat' kehebatannya.
Inilah mungkin yang mungkin kita perlu lakukan di hidup ini. Hargai orang, siapa pun dia. Luangkan waktu untuk mengetahui dirinya. Perlakukan dia sebagai seorang yang sejajar dengan kita. Dengan begitu insya Allah kita akan membangkitkan berbagai 'kekuatan' yang tersembunyi dari pandangan kita ...
Salam olahraga ... :-P
Saturday, June 25, 2005
Jumlah hits blog ini
Hmm ... dalam seminggu tembus 250, berarti sehari sekitar 35 hits. Not too bad lah .. :-P
Ada Honor Guru TK Rp 10.000/Bulan
Dikutip dari Suara Merdeka
UMIAYU - Honor guru TK di Kabupaten Brebes ternyata masih ada yang Rp 10.000/bulan. Kenyataan itu terjadi di TK Muttaqin Desa Kaligadung, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes.
Di TK yang tempatnya menebeng gedung SD desa setempat itu, salah seorang gurunya berhonor Rp 10.000/bulan.
Sementara itu di sejumlah TK lain, kondisinya hampir tidak jauh berbeda. Misalnya di TK Masitoh Desa Jatisawit, Kecamatan Bumiayu.
Pengajar di sekolah itu menerima honor Rp 25.000/ bulan. Di Desa Pamijen, radlatul atfal (sekolah setingkat TK) memberi honor pengajarnya Rp 75.000 per bulan.
Dengan gaji sebesar itu, tuntutan yang harus diberikan guru jauh melebihi kewajiban. "Setiap pukul 07.00, kami harus sudah siap menunggu anak-anak datang," ujar Siti Asiyah, pengajar di Radlatul Atfal Dukuhturi, Kecamatan Bumiayu.
Dalam ruang kelas, para pengajar dituntut membimbing dan menanamkan nilai dasar pembiasaan kepada anak-anak melalui berbagai kegiatan.
Jika dilihat dari waktu kerja, tugas mereka memang relatif singkat karena hanya sampai pukul 10.00.
Namun, waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan semua pekerjaan di sekolah bisa sampai pukul 13.00.
Selain memberesi ruang kelas siswa, mereka masih harus mengantar para siswa ke luar gedung sekolah hingga dijemput orang tua masing-masing.
Siti Asiyah mengemukakan, sebenarnya Pemkab memberikan subsidi kepada para guru TK melalui tunjangan Rp 100.000 per bulan. Tunjangan diberikan secara rapel per semester. Namun, jumlah itu dinilai masih jauh dari standar layak. "Penghasilan mereka hanya sekitar Rp 5.000/hari," ujar dia.
Salah seorang guru TK di Dukuhturi mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan keadaan yang mereka terima. "Pekerjaan ini kami lakukan sebagai panggilan jiwa saja. Jika melihat honornya, kami malu menyebutkan," ucap dia. Meski tidak memungkiri sering memikirkan nasibnya, dia tetap ikhlas membimbing anak-anak.
Jutaan Rupiah
Kepala Dinas P dan K Kecamatan Bumiayu Drs Sartono mengakui, kesejahteraan guru TK masih jauh di bawah standar kesejahteraan.
Pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena masalah honor merupakan urusan sekolah bersangkutan. Peran Pemkab hanya sebatas bidang teknis pendidikan.
Dia menyebutkan, perhatian Pemkab dalam bentuk tunjangan hanya sebagai insentif. Saat ini, Pemkab belum mampu memberikan bantuan dalam jumlah memadai. Hal ini karena kondisi keuangan daerah belum memungkinkan.
UMIAYU - Honor guru TK di Kabupaten Brebes ternyata masih ada yang Rp 10.000/bulan. Kenyataan itu terjadi di TK Muttaqin Desa Kaligadung, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes.
Di TK yang tempatnya menebeng gedung SD desa setempat itu, salah seorang gurunya berhonor Rp 10.000/bulan.
Sementara itu di sejumlah TK lain, kondisinya hampir tidak jauh berbeda. Misalnya di TK Masitoh Desa Jatisawit, Kecamatan Bumiayu.
Pengajar di sekolah itu menerima honor Rp 25.000/ bulan. Di Desa Pamijen, radlatul atfal (sekolah setingkat TK) memberi honor pengajarnya Rp 75.000 per bulan.
Dengan gaji sebesar itu, tuntutan yang harus diberikan guru jauh melebihi kewajiban. "Setiap pukul 07.00, kami harus sudah siap menunggu anak-anak datang," ujar Siti Asiyah, pengajar di Radlatul Atfal Dukuhturi, Kecamatan Bumiayu.
Dalam ruang kelas, para pengajar dituntut membimbing dan menanamkan nilai dasar pembiasaan kepada anak-anak melalui berbagai kegiatan.
Jika dilihat dari waktu kerja, tugas mereka memang relatif singkat karena hanya sampai pukul 10.00.
Namun, waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan semua pekerjaan di sekolah bisa sampai pukul 13.00.
Selain memberesi ruang kelas siswa, mereka masih harus mengantar para siswa ke luar gedung sekolah hingga dijemput orang tua masing-masing.
Siti Asiyah mengemukakan, sebenarnya Pemkab memberikan subsidi kepada para guru TK melalui tunjangan Rp 100.000 per bulan. Tunjangan diberikan secara rapel per semester. Namun, jumlah itu dinilai masih jauh dari standar layak. "Penghasilan mereka hanya sekitar Rp 5.000/hari," ujar dia.
Salah seorang guru TK di Dukuhturi mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan keadaan yang mereka terima. "Pekerjaan ini kami lakukan sebagai panggilan jiwa saja. Jika melihat honornya, kami malu menyebutkan," ucap dia. Meski tidak memungkiri sering memikirkan nasibnya, dia tetap ikhlas membimbing anak-anak.
Jutaan Rupiah
Kepala Dinas P dan K Kecamatan Bumiayu Drs Sartono mengakui, kesejahteraan guru TK masih jauh di bawah standar kesejahteraan.
Pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena masalah honor merupakan urusan sekolah bersangkutan. Peran Pemkab hanya sebatas bidang teknis pendidikan.
Dia menyebutkan, perhatian Pemkab dalam bentuk tunjangan hanya sebagai insentif. Saat ini, Pemkab belum mampu memberikan bantuan dalam jumlah memadai. Hal ini karena kondisi keuangan daerah belum memungkinkan.
Management Skills Blog
Baru ketemu situs ini ... Management Skills Blog dari hasil baca-baca majalah. Kelihatannya memang porsi Blog di dunia IT cukup besar. Salah satu buktinya ialah makin banyak majalah luar yang menyediakan porsi khusus Blog. Agak "aneh" juga, kok ada porsi blog di majalah IT .. :-)
Kemarin juga baru aja menerima email spam pertama yang menawarkan keunggulan Blog sebagai media pemasaran .... interesting ... buntutnya memang ngajakin ikut seminar di Jakarta ...
Have a nice weekend everyone!
Kemarin juga baru aja menerima email spam pertama yang menawarkan keunggulan Blog sebagai media pemasaran .... interesting ... buntutnya memang ngajakin ikut seminar di Jakarta ...
Have a nice weekend everyone!
Friday, June 24, 2005
21 Kualitas Pemimpin Sejati (bagian 3)
Tulisan ini berdasarkan buku karangan John C Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of a Leader. Tiada maksud untuk menulis ulang buku ini (takut kena urusan copyright hehehe ...), tapi lebih berupa ringkasan berdasarkan pemahaman saya .. :-O
3. Komitmen; Inilah yang membedakan pelaku dari pemimpi
Ia yang melakukan sebaik-baiknya hidup selamanya - Johann von Schiller, Penulis drama
Apa sih contoh komitmen itu? Maxwell memberikan gambaran:
- bagi petinju, artinya bangkit lagi dari kanvas setelah berulang-ulang dipukul roboh,
- bagi pelari maraton, artinya lari 10 mil lagi padahal kekuatannya sudah terkuras,
- bagi tentara, artinya melintasi bukit tanpa mengetahui ada apa di balik sana,
- bagi pemimpin, artinya berbuat lebih karena semua orang tergantung padanya.
So, apa sih sifat sesungguhnya dari komitmen itu?
1. Komitmen dimulai dari dalam hati
Mulailah hari dengan komitmen. Canangkan di dalam hati, tulis di selembar kertas, resapi. Lakukan setiap hari. Hari demi hari. Mulai hari dengan komitmen, canangkan di dalam hati, tulis di selembar kertas, resapi. Lakukan terus menerus sehingga komitmen itu 'membakar' anda, menjadikan anda sepenuhnya siap menerima semua konsekuensi dari komitmen itu.
2. Komitmen diuji oleh perbuatan
Satu-satunya ukuran sejati dari komitmen adalah perbuatan. Orang lain akan melihat anda dan mereka akan menyimak apakah anda hanya sekedar berkata-kata atau benar-benar melaksanakan apa yang anda putuskan menjadi komitmen anda.
3. Komitmen membuka pintu menuju prestasi
Sebagai pemimpin, anda akan menghadapi banyak tantangan dan halangan. Dan akan ada saat ketika komitmen menjadi satu-satunya hal yang mendorong anda untuk terus maju. David McNally berkomentar, "Komitmen adalah musuh penolakan, karena komitmen adalah janji serius untuk terus maju, terus bangkit, sudah berapa kalipun anda dipukul roboh."
Berdasarkan sifat di atas, kita manusia bisa digolongkan dalam 4 kategori:
- pengecut, tidak memiliki sasaran dan tidak punya komitmen
- peragu, tidak tahu/yakin apakah dapat mencapai sasaran, oleh karena itu takut membuat komitmen
- penyerah, orang yang mulai menuju suatu sasaran, namun segera menyerah jika menemui hambatan
- mati-matian, orang yang menetapkan sasaran, berkomitmen untuk mencapainya, dan membayar harga untuk mencapainya
Kita termasuk golongan yang mana ya?
..............
3. Komitmen; Inilah yang membedakan pelaku dari pemimpi
Ia yang melakukan sebaik-baiknya hidup selamanya - Johann von Schiller, Penulis drama
Apa sih contoh komitmen itu? Maxwell memberikan gambaran:
- bagi petinju, artinya bangkit lagi dari kanvas setelah berulang-ulang dipukul roboh,
- bagi pelari maraton, artinya lari 10 mil lagi padahal kekuatannya sudah terkuras,
- bagi tentara, artinya melintasi bukit tanpa mengetahui ada apa di balik sana,
- bagi pemimpin, artinya berbuat lebih karena semua orang tergantung padanya.
So, apa sih sifat sesungguhnya dari komitmen itu?
1. Komitmen dimulai dari dalam hati
Mulailah hari dengan komitmen. Canangkan di dalam hati, tulis di selembar kertas, resapi. Lakukan setiap hari. Hari demi hari. Mulai hari dengan komitmen, canangkan di dalam hati, tulis di selembar kertas, resapi. Lakukan terus menerus sehingga komitmen itu 'membakar' anda, menjadikan anda sepenuhnya siap menerima semua konsekuensi dari komitmen itu.
2. Komitmen diuji oleh perbuatan
Satu-satunya ukuran sejati dari komitmen adalah perbuatan. Orang lain akan melihat anda dan mereka akan menyimak apakah anda hanya sekedar berkata-kata atau benar-benar melaksanakan apa yang anda putuskan menjadi komitmen anda.
3. Komitmen membuka pintu menuju prestasi
Sebagai pemimpin, anda akan menghadapi banyak tantangan dan halangan. Dan akan ada saat ketika komitmen menjadi satu-satunya hal yang mendorong anda untuk terus maju. David McNally berkomentar, "Komitmen adalah musuh penolakan, karena komitmen adalah janji serius untuk terus maju, terus bangkit, sudah berapa kalipun anda dipukul roboh."
Berdasarkan sifat di atas, kita manusia bisa digolongkan dalam 4 kategori:
- pengecut, tidak memiliki sasaran dan tidak punya komitmen
- peragu, tidak tahu/yakin apakah dapat mencapai sasaran, oleh karena itu takut membuat komitmen
- penyerah, orang yang mulai menuju suatu sasaran, namun segera menyerah jika menemui hambatan
- mati-matian, orang yang menetapkan sasaran, berkomitmen untuk mencapainya, dan membayar harga untuk mencapainya
Kita termasuk golongan yang mana ya?
..............
Companies Striking Out on Strategy
Artikel menarik ... setidaknya buat saya .. :-)
Opinion by Thornton A. May
JUNE 06, 2005 (COMPUTERWORLD) - The process for making and executing strategy in most organizations is broken. Conversations with business school faculty colleagues conducting research on companies based in Canada, Mexico and the U.S. indicate that 70% to 90% of enterprises fail to successfully execute their strategies. The decisions facing executives today truly do matter and will set the course for the next decade. Existing strategy-making and strategy-executing processes appear woefully unsuited to meet the challenge.
The IT Leadership Academy, drawing on research and executive interviews conducted at the CIO Executive Summits in New York and Southern California and at the CIO Boot Camp in Las Vegas, created a strategy diagnostic that parsed the world into four categories of organization:
Right strategy, right execution: 20%
Right strategy, wrong execution (in part): 19%
Wrong strategy, right execution: 29%
Wrong strategy, wrong execution (in part): 32%
This frightening data set motivated us to look closely at the conventional wisdom at work regarding making and executing strategies. The first thing we did was recheck the numbers. Could the practice of strategy truly be as bad as the numbers indicated?
We asked MBA students across the country to describe the strategies in place at a variety of major vendors. Despite the fact that these students were encouragingly smart and hard-working and had recently been exposed to the very best in contemporary thinking about strategy, they were hard-pressed to come up with a consistent description of IT vendor strategy. Strike 1 for strategy occurs when people outside the organization can't figure out what your strategy is.
We asked employees in the CIOs' chains of command whether the stated strategies of their organizations materially affected their day-to-day workplace behaviors. More than 70% said they did not. While the top of the house might be in alignment regarding strategy, the people at the oars frequently are not. Perfect pictures of the future don't do anybody any good if they don't change behaviors. Strike 2 for strategy occurs when the behavior of people inside the organization isn't driven by strategy.
Conventional wisdom (a wonderful phrase first coined by John Kenneth Galbraith in The Affluent Society) has it that strategy and strategists have bounced back from a near-death experience in the 1980s, a coma during the whole dot-com boom-and-bust era, and the recent episode of carnivorous cost control. Strategy is very much back on the executive agenda. Unfortunately, senior executive behaviors regarding strategy-making and strategy-executing are all over the map.
In their very readable Strategy Maps: Converting Intangible Assets Into Tangible Outcomes (Harvard Business School Press, 2004), Robert S. Kaplan (my former professor) and David P. Norton (my former boss) provide a very understandable definition of strategy: "Strategy is based on a differentiated customer value proposition. ... Strategy requires a clear articulation of targeted customer segments and the value proposition required to please them. Clarity of this value proposition is the single most important dimension of strategy." Strike 3 for strategy comes when organizations don't keep this very simple definition in mind.
As a futurist, I believe that all signs indicate that we have emerged into what tomorrow's business historians could term a strategic era, an era when firms have a big choice about their future evolution. Understanding and fixing broken strategy-making and strategy-executing processes will be a big part of determining whether that future is one you will enjoy.
Thornton A. May is a longtime industry observer, management consultant and commentator. Contact him at thorntonamay@aol.com.
Opinion by Thornton A. May
JUNE 06, 2005 (COMPUTERWORLD) - The process for making and executing strategy in most organizations is broken. Conversations with business school faculty colleagues conducting research on companies based in Canada, Mexico and the U.S. indicate that 70% to 90% of enterprises fail to successfully execute their strategies. The decisions facing executives today truly do matter and will set the course for the next decade. Existing strategy-making and strategy-executing processes appear woefully unsuited to meet the challenge.
The IT Leadership Academy, drawing on research and executive interviews conducted at the CIO Executive Summits in New York and Southern California and at the CIO Boot Camp in Las Vegas, created a strategy diagnostic that parsed the world into four categories of organization:
Right strategy, right execution: 20%
Right strategy, wrong execution (in part): 19%
Wrong strategy, right execution: 29%
Wrong strategy, wrong execution (in part): 32%
This frightening data set motivated us to look closely at the conventional wisdom at work regarding making and executing strategies. The first thing we did was recheck the numbers. Could the practice of strategy truly be as bad as the numbers indicated?
We asked MBA students across the country to describe the strategies in place at a variety of major vendors. Despite the fact that these students were encouragingly smart and hard-working and had recently been exposed to the very best in contemporary thinking about strategy, they were hard-pressed to come up with a consistent description of IT vendor strategy. Strike 1 for strategy occurs when people outside the organization can't figure out what your strategy is.
We asked employees in the CIOs' chains of command whether the stated strategies of their organizations materially affected their day-to-day workplace behaviors. More than 70% said they did not. While the top of the house might be in alignment regarding strategy, the people at the oars frequently are not. Perfect pictures of the future don't do anybody any good if they don't change behaviors. Strike 2 for strategy occurs when the behavior of people inside the organization isn't driven by strategy.
Conventional wisdom (a wonderful phrase first coined by John Kenneth Galbraith in The Affluent Society) has it that strategy and strategists have bounced back from a near-death experience in the 1980s, a coma during the whole dot-com boom-and-bust era, and the recent episode of carnivorous cost control. Strategy is very much back on the executive agenda. Unfortunately, senior executive behaviors regarding strategy-making and strategy-executing are all over the map.
In their very readable Strategy Maps: Converting Intangible Assets Into Tangible Outcomes (Harvard Business School Press, 2004), Robert S. Kaplan (my former professor) and David P. Norton (my former boss) provide a very understandable definition of strategy: "Strategy is based on a differentiated customer value proposition. ... Strategy requires a clear articulation of targeted customer segments and the value proposition required to please them. Clarity of this value proposition is the single most important dimension of strategy." Strike 3 for strategy comes when organizations don't keep this very simple definition in mind.
As a futurist, I believe that all signs indicate that we have emerged into what tomorrow's business historians could term a strategic era, an era when firms have a big choice about their future evolution. Understanding and fixing broken strategy-making and strategy-executing processes will be a big part of determining whether that future is one you will enjoy.
Thornton A. May is a longtime industry observer, management consultant and commentator. Contact him at thorntonamay@aol.com.
HP Integrity NonStop
Baca-baca ... baru tahu kalau ada server yang didisain tidak pernah mati. Salah satunya adalah HP Integrity NonStop. Spesifikasinya:
- Supports up to 4,080 Itanium 2 processors
- Is rated for 99.99999% hardware availability
- Can run 20 years on average without scheduled downtime!
- Pricing starts at about $400,000
Hidup 20 tahun tanpa mati! Cuma harganya juga hebat yak! :-P
- Supports up to 4,080 Itanium 2 processors
- Is rated for 99.99999% hardware availability
- Can run 20 years on average without scheduled downtime!
- Pricing starts at about $400,000
Hidup 20 tahun tanpa mati! Cuma harganya juga hebat yak! :-P
Thursday, June 23, 2005
Optimis?
Meski lelah, hati saya tergelitik oleh komentar rekan Ve, "kelihatannya anda orang optimis ...". Menarik sekali komentarnya ...
Menurut saya, optimis - seperti juga kebahagiaan - adalah pilihan. Optimis bukanlah sifat yang terbentuk sejak lahir, tapi tumbuh dan berkembang berdasarkan kebiasaan kita dalam menghadapi hidup. Kalau kita membiasakan diri untuk optimis dalam hidup, lama-lama kita akan terbiasa.
Sama halnya anak-anak makan pertama kali makan yang pedas-pedas. Pertama sekali bisa 'mabok kepayang' hehehe ... Tetapi karena orang tuanya senang makanan pedas .. ya lama-lama dia akan terbiasa dan rasa pedas itu bukan sesuatu yang mengganggu. Semakin lama dan sering ia makan makanan pedas, akhirnya kalau makan tanpa rasa pedas, dia akan kehilangan 'sesuatu'. Kalau nggak pedas, belum makan namanya!
Kembali ke soal optimis. Kalau kita sudah terbiasa optimis dalam hidup ini, lambat-laun itu akan betul-betul mengakar dalam hidup kita menjadikannya bagian dari karakter kita. Kita akan selalu memandang hidup ini dari segi positif, penuh optimis, dan semangat .. :-)
Mungkin garis lain yang bisa ditarik dari ini ialah pentingnya bekerja keras, namun menyerahkan hasilnya kepada Yang Maha Kuasa. Kita akan senantiasa optimis karena kita percaya dan menyerahkan segalanya padaNya, Yang Maha Adil, Pemurah, dan Pengampun ...
So, buat rekan Ve, terima kasih atas komentarnya. Saya yakin anda orang yang optimis. Begitu juga rekan-rekan blogger ... :-D ...
Dunia ini terlalu luas bagi kita untuk menjadi orang yang pesimis ...
Menurut saya, optimis - seperti juga kebahagiaan - adalah pilihan. Optimis bukanlah sifat yang terbentuk sejak lahir, tapi tumbuh dan berkembang berdasarkan kebiasaan kita dalam menghadapi hidup. Kalau kita membiasakan diri untuk optimis dalam hidup, lama-lama kita akan terbiasa.
Sama halnya anak-anak makan pertama kali makan yang pedas-pedas. Pertama sekali bisa 'mabok kepayang' hehehe ... Tetapi karena orang tuanya senang makanan pedas .. ya lama-lama dia akan terbiasa dan rasa pedas itu bukan sesuatu yang mengganggu. Semakin lama dan sering ia makan makanan pedas, akhirnya kalau makan tanpa rasa pedas, dia akan kehilangan 'sesuatu'. Kalau nggak pedas, belum makan namanya!
Kembali ke soal optimis. Kalau kita sudah terbiasa optimis dalam hidup ini, lambat-laun itu akan betul-betul mengakar dalam hidup kita menjadikannya bagian dari karakter kita. Kita akan selalu memandang hidup ini dari segi positif, penuh optimis, dan semangat .. :-)
Mungkin garis lain yang bisa ditarik dari ini ialah pentingnya bekerja keras, namun menyerahkan hasilnya kepada Yang Maha Kuasa. Kita akan senantiasa optimis karena kita percaya dan menyerahkan segalanya padaNya, Yang Maha Adil, Pemurah, dan Pengampun ...
So, buat rekan Ve, terima kasih atas komentarnya. Saya yakin anda orang yang optimis. Begitu juga rekan-rekan blogger ... :-D ...
Dunia ini terlalu luas bagi kita untuk menjadi orang yang pesimis ...
Belajar Hingga Ajal
Zaim Uchrowi
Ibu sepuh itu mengacungkan tangannya. Ia telah 2 hari menginap di Cipanas, Puncak. Ia tidak ingin ketinggalan dari yang muda untuk mengikuti lokakarya. Ia tidak mau melewatkan setiap kesempatan, "Nama saya Siti Aminah ...," ucapnya memperkenalkan diri, sebelum mengajukan sebuah pertanyaan.
Tidak cukup di situ, begitu acara usai, ia mendatangi saya. Ia tanyakan berbagai hal. Berbagai pertanyaannya mengundang penasaran.
"Sekarang aktif di mana, Bu?"
"Saya hanya aktif di pengajian-pengajian. Tetapi sekarang saya menyusun skripsi."
"Skripsi?"
"Iya"
"Di mana, Bu?"
Di IAIN Jakarta."
"Usia Ibu berapa?"
"67 tahun."
"67 tahun? Menyusun skripsi?"
"Iya. Dulu kuliah saya terhenti karena harus mengurus anak-anak. Sekarang ank saya sudah selesai semua, juga dari paskasarjana."
Belum lenyap keterkesimaan saya, Bu Aminah bercerita tentang perjalanan skripsinya. Ia katakan telah mengajukan sebuah judul. Namun, pembimbingnya menyarankannya mengganti judul itu. "Katanya, materi yang dulu seperti ceramah. Jadi, harus saya rubah." Ada nuansa riang dari kata-katanya itu.
Lebih dari 15 tahun yang lalu saya tersentak ketika seorang teman senior Tuti Kakiailatoe, di usia 40-an, mengundurkan diri dari kerja. Ia ingin berkonsentrasi menyelesaikan S1-nya. Ia berhasil melakukannya. Sesudahnya, ia bahkan ke Amerika untuk menempuh program master hingga PhD. Ia tuntaskan semua itu, ketika usianya sudah 50-an.
Kini, "rekor" itu hendak dipecahkan oleh Bu Aminah. Ia akan menyelesaikan program S1 di saat usianya mendekati 70 tahun. Sebuah prestasi yang layak mendapatkan penghargaan "Pembelajar Sejati" dari negara.
Bayangkan bila semua orang seantusias Bu Aminah untuk terus belajar. Negeri dan bangsa ini tidak akan seporak-poranda sekarang. Negeri ini tentu sudah dapat bangkit kembali dari hantaman krisis, seperti Korea Selatan, atau setidaknya, seperti Thailand. Negeri ini tidak akan menjadi bulan-bulanan, baik oleh kepentingan politik asing, maupun oleh penjarah-penjarah lokal.
Rasul, secara sangat jelas, mengatakan bahwa mencari ilmu adalah "wajib" bagi setiap muslim, laki-laki maupun perempuan. Mencari ilmu adalah tuntutan. Sejak dari buaian ibu hingga masuk liang lahat. Tetapi, kata-kata Rasul itu berlalu begitu saja.
Banyak orang lebih sibuk mencari posisi. Posisi yang akan membuatnya dapat mengeruk harta lebih banyak lagi. Mungkin saja ia seorang intelektual, politikus, pejabat, atau pemimpin umat. Apakah dengan posisi terhormat itu masih harus menjadi "murid"?
Saya teringat almarhum Pak Makagiansar. Mantan pejabat penting lembaga dunia di bawah PBB itu acap menyebut diri sebagai "siswa". Ia tidak segan belajar dari orang lain, siapa pun, tentang apa pun. Ia telah melatih diri untuk menjadi "pendengar" yang baik, sebuah ketrampilan yang sangat dikuasai Muhammad sang Rasul. Bagi para pembelajar, seperti pak Max, panggilan akrab sosok itu, posisi dan harta sama sekali bukan tujuan. Keduanya hanya akibat logis. Yang lebih penting adalah kita terus belajar.
Seorang siswa SMU pun bertanya, "Dulu pemimpin kita, seperti Soekarno, Sjahrir, dan Hatta hebat-hebat ..., mengapa sekarang menurun?"
"Mungkin para pemimpin sekarang perlu belajar dari Bu Aminah agar tidak melulu sibuk mengumpulkan kekuasaan dan kekayaan," bisik saya di dalam hati.
Ibu sepuh itu mengacungkan tangannya. Ia telah 2 hari menginap di Cipanas, Puncak. Ia tidak ingin ketinggalan dari yang muda untuk mengikuti lokakarya. Ia tidak mau melewatkan setiap kesempatan, "Nama saya Siti Aminah ...," ucapnya memperkenalkan diri, sebelum mengajukan sebuah pertanyaan.
Tidak cukup di situ, begitu acara usai, ia mendatangi saya. Ia tanyakan berbagai hal. Berbagai pertanyaannya mengundang penasaran.
"Sekarang aktif di mana, Bu?"
"Saya hanya aktif di pengajian-pengajian. Tetapi sekarang saya menyusun skripsi."
"Skripsi?"
"Iya"
"Di mana, Bu?"
Di IAIN Jakarta."
"Usia Ibu berapa?"
"67 tahun."
"67 tahun? Menyusun skripsi?"
"Iya. Dulu kuliah saya terhenti karena harus mengurus anak-anak. Sekarang ank saya sudah selesai semua, juga dari paskasarjana."
Belum lenyap keterkesimaan saya, Bu Aminah bercerita tentang perjalanan skripsinya. Ia katakan telah mengajukan sebuah judul. Namun, pembimbingnya menyarankannya mengganti judul itu. "Katanya, materi yang dulu seperti ceramah. Jadi, harus saya rubah." Ada nuansa riang dari kata-katanya itu.
Lebih dari 15 tahun yang lalu saya tersentak ketika seorang teman senior Tuti Kakiailatoe, di usia 40-an, mengundurkan diri dari kerja. Ia ingin berkonsentrasi menyelesaikan S1-nya. Ia berhasil melakukannya. Sesudahnya, ia bahkan ke Amerika untuk menempuh program master hingga PhD. Ia tuntaskan semua itu, ketika usianya sudah 50-an.
Kini, "rekor" itu hendak dipecahkan oleh Bu Aminah. Ia akan menyelesaikan program S1 di saat usianya mendekati 70 tahun. Sebuah prestasi yang layak mendapatkan penghargaan "Pembelajar Sejati" dari negara.
Bayangkan bila semua orang seantusias Bu Aminah untuk terus belajar. Negeri dan bangsa ini tidak akan seporak-poranda sekarang. Negeri ini tentu sudah dapat bangkit kembali dari hantaman krisis, seperti Korea Selatan, atau setidaknya, seperti Thailand. Negeri ini tidak akan menjadi bulan-bulanan, baik oleh kepentingan politik asing, maupun oleh penjarah-penjarah lokal.
Rasul, secara sangat jelas, mengatakan bahwa mencari ilmu adalah "wajib" bagi setiap muslim, laki-laki maupun perempuan. Mencari ilmu adalah tuntutan. Sejak dari buaian ibu hingga masuk liang lahat. Tetapi, kata-kata Rasul itu berlalu begitu saja.
Banyak orang lebih sibuk mencari posisi. Posisi yang akan membuatnya dapat mengeruk harta lebih banyak lagi. Mungkin saja ia seorang intelektual, politikus, pejabat, atau pemimpin umat. Apakah dengan posisi terhormat itu masih harus menjadi "murid"?
Saya teringat almarhum Pak Makagiansar. Mantan pejabat penting lembaga dunia di bawah PBB itu acap menyebut diri sebagai "siswa". Ia tidak segan belajar dari orang lain, siapa pun, tentang apa pun. Ia telah melatih diri untuk menjadi "pendengar" yang baik, sebuah ketrampilan yang sangat dikuasai Muhammad sang Rasul. Bagi para pembelajar, seperti pak Max, panggilan akrab sosok itu, posisi dan harta sama sekali bukan tujuan. Keduanya hanya akibat logis. Yang lebih penting adalah kita terus belajar.
Seorang siswa SMU pun bertanya, "Dulu pemimpin kita, seperti Soekarno, Sjahrir, dan Hatta hebat-hebat ..., mengapa sekarang menurun?"
"Mungkin para pemimpin sekarang perlu belajar dari Bu Aminah agar tidak melulu sibuk mengumpulkan kekuasaan dan kekayaan," bisik saya di dalam hati.
Kajian 23 Juni 2005
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Cukuplah Allah sebagai pemelihara. QS An Nisaa' 132.
Wednesday, June 22, 2005
Menikmati Hidup Yang Penuh Keindahan
Arvan Pradiansyah
Hidup itu indah! Pernyataan ini bukanlah slogan yang dibuat-buat sekedar untuk menghibur diri. Hidup yang indah adalah suatu kenyataan. Namun keindahan hidup itu tidaklah tergantung dari apa yang kita miliki. Keindahan hidup tergantung dari cara kita melihat, dari jendela yang kita gunakan untuk melihat dunia. Kalau kita melihat dari jendela-jendela keindahan, hidup akan terlihat indah. Sebaliknya, kalau jendela kita kotor, hidup pun akan terlihat kotor dan coreng moreng.
Kunci kebahagiaan hidup ada di dalam, bukan di luar. Ada satu pernyataan Stephen Covey yang sangat terkenal, "If you think the problem is out there, that very thought is a problem" kalau anda merasa masalahnya ada di luar sana, pikiran itu sendiri adalah masalahnya. Kebahagiaan itu sendiri sebenarnya adalah sesuatu yang tidak membutuhkan syarat apapun juga karena ia bersumber pada sesuatu yang ada di dalam.
Bagaimana dengan hidup anda sendiri? Apakah anda merasa berbahagia atau tidak? Kalau jawabannya tidak, saya akan menunjukkan kiat yang sangat sederhana dan dapat anda praktekkan saat ini juga: bersihkan jendela anda, rubahlah cara anda memandang hidup ini. Untuk itu ada beberapa paradigma dan cara memandang hidup yang perlu anda pertimbangkan.
Pertama, anda harus merubah cara pandang anda terhadap masalah. Kalau biasanya anda mengeluh setiap berhadapan dengan masalah, kini anda harus justru bersyukur. Masalah menunjukkan bahwa anda benar-benar hidup! Jangan memandang masalah sebagai suatu bencana dan hambatan. Masalah justru adalah suatu peluang untuk maju dan berkembang. Masalah yang pelik akan membuat otak kita berpikir keras mencari solusi yang kreatif. Masalah akan membuat kita mengerahkan segenap daya dan kemampuan kita untuk menyelesaikannya. Dan kalau kita dapat menjalani prosesnya dengan benar, kita akan mendapatkan kenikmatan hidup begitu kita dapat menyelsaikan masalahnya. Kuncinya, hadapilah setiap masalah dengan tenang, pandanglah itu sebagai kesempatan berharga untuk tumbuh. Orang yang tidak pernah berpikir keras tidak akan menjadi orang yang tangguh dan kreatif. David Brinkley, seorang jurnalis senior dan komentator televisi terkenal di Amerika Serikat pernah mengatakan, "Orang sukses adalah orang yang dapat membangun pondasi dari batu-batu yang dilemparkan oleh orang lain padanya."
Kedua, anda juga harus sadar bahwa kebanyakan masalah yang kita hadapi sebenarnya hanyalah masalah kecil saja. Masalah-masalah ini seringkali membuat kita pusing, sedih, dan gelisah. Padahal setahun dari sekarangpun kita tidak akan pernah mengingatnya lagi. Hanya segelintir masalahlah yang merupakan masalah besar yang perlu benar-benar kita perhatikan.
Ketiga, untuk bisa mengetahui mana persoalan besar dan mana persoalan kecil dalam hidup kita, anda harus meluangkan waktu untuk berpikir dan menemukan, "Apa yang Paling Penting." Ini penting sekali, karena sebelum anda dapat menemukannya, segala sesuatu akan nampak penting. Sebuah masalah kecilpun dapat membuat kita "kebakaran jenggot." Karena itu tugas terpenting dalam hidup adalah menemukan apa yang paling penting. Dengan demikian semuanya akan nampak sangat sederhana. Hidup adalah sederhana jika kita mengetahui apa yang penting.
Keempat, kita perlu merubah pandangan kita mengenai target dan hasil. Urusan hasil adalah urusan Tuhan. Yang bisa kita lakukan sebagai manusia hanyalah berusaha dengan sekuat tenaga. Usaha ada dalam kontrol kita sementara hasil sepenuhnya berada dalam kekuasaan Tuhan. Karena itu yang perlu kita pikirkan adalah usaha. Memikirkan mengenai hasil hanyalah akan membuat kita stres dan tertekan karena semua itu berada di luar kontrol kita. Dengan demikian, anda akan memiliki pandangan yang baru terhadap kesuksesan. Sukses berarti mengerjakan yang terbaik yang dapat kita kerjakan. Sukses terletak dalam kerja, bukan dalam perolehan, dalam usaha, bukan dalam kemenangan.
Kelima anda juga perlu merubah cara pandang anda mengenai efektivitas dan efisiensi. Banyak orang yang mengartikan efektivitas dan efisiensi dengan melakukan berbagai hal sekaligus. Padahal untuk bisa menikmati hidup anda justru harus melakukan tugas anda satu demi satu. Melakukan tugas satu demi satu akan membuat anda berada dalam kondisi sadar sepenuhnya. Kesadaran adalah kunci menikmati hidup. Hidup yang nikmat adalah hidup yang dijalani dengan penuh kesadaran, dari waktu ke watku dan dari detik ke detik. Dengan demikian setiap tarikan nafas yang kita lakukan akan terasa begitu nyata dan begitu indah. Hidup yang indah bukanlah hidup yang dijalani dengan penuh ketergesaan. Hidup yang indah bukanlah dilakukan dengan melakukan berbagai pekerjaan sekaligus demi menghemat waktu. Hidup yang indah adalah melakukan pekerjaan satu per satu sambil mencurahkan seluruh kesadaran kita untuk masuk ke dalam apapun yang kita kerjakan.
Hidup itu indah! Pernyataan ini bukanlah slogan yang dibuat-buat sekedar untuk menghibur diri. Hidup yang indah adalah suatu kenyataan. Namun keindahan hidup itu tidaklah tergantung dari apa yang kita miliki. Keindahan hidup tergantung dari cara kita melihat, dari jendela yang kita gunakan untuk melihat dunia. Kalau kita melihat dari jendela-jendela keindahan, hidup akan terlihat indah. Sebaliknya, kalau jendela kita kotor, hidup pun akan terlihat kotor dan coreng moreng.
Kunci kebahagiaan hidup ada di dalam, bukan di luar. Ada satu pernyataan Stephen Covey yang sangat terkenal, "If you think the problem is out there, that very thought is a problem" kalau anda merasa masalahnya ada di luar sana, pikiran itu sendiri adalah masalahnya. Kebahagiaan itu sendiri sebenarnya adalah sesuatu yang tidak membutuhkan syarat apapun juga karena ia bersumber pada sesuatu yang ada di dalam.
Bagaimana dengan hidup anda sendiri? Apakah anda merasa berbahagia atau tidak? Kalau jawabannya tidak, saya akan menunjukkan kiat yang sangat sederhana dan dapat anda praktekkan saat ini juga: bersihkan jendela anda, rubahlah cara anda memandang hidup ini. Untuk itu ada beberapa paradigma dan cara memandang hidup yang perlu anda pertimbangkan.
Pertama, anda harus merubah cara pandang anda terhadap masalah. Kalau biasanya anda mengeluh setiap berhadapan dengan masalah, kini anda harus justru bersyukur. Masalah menunjukkan bahwa anda benar-benar hidup! Jangan memandang masalah sebagai suatu bencana dan hambatan. Masalah justru adalah suatu peluang untuk maju dan berkembang. Masalah yang pelik akan membuat otak kita berpikir keras mencari solusi yang kreatif. Masalah akan membuat kita mengerahkan segenap daya dan kemampuan kita untuk menyelesaikannya. Dan kalau kita dapat menjalani prosesnya dengan benar, kita akan mendapatkan kenikmatan hidup begitu kita dapat menyelsaikan masalahnya. Kuncinya, hadapilah setiap masalah dengan tenang, pandanglah itu sebagai kesempatan berharga untuk tumbuh. Orang yang tidak pernah berpikir keras tidak akan menjadi orang yang tangguh dan kreatif. David Brinkley, seorang jurnalis senior dan komentator televisi terkenal di Amerika Serikat pernah mengatakan, "Orang sukses adalah orang yang dapat membangun pondasi dari batu-batu yang dilemparkan oleh orang lain padanya."
Kedua, anda juga harus sadar bahwa kebanyakan masalah yang kita hadapi sebenarnya hanyalah masalah kecil saja. Masalah-masalah ini seringkali membuat kita pusing, sedih, dan gelisah. Padahal setahun dari sekarangpun kita tidak akan pernah mengingatnya lagi. Hanya segelintir masalahlah yang merupakan masalah besar yang perlu benar-benar kita perhatikan.
Ketiga, untuk bisa mengetahui mana persoalan besar dan mana persoalan kecil dalam hidup kita, anda harus meluangkan waktu untuk berpikir dan menemukan, "Apa yang Paling Penting." Ini penting sekali, karena sebelum anda dapat menemukannya, segala sesuatu akan nampak penting. Sebuah masalah kecilpun dapat membuat kita "kebakaran jenggot." Karena itu tugas terpenting dalam hidup adalah menemukan apa yang paling penting. Dengan demikian semuanya akan nampak sangat sederhana. Hidup adalah sederhana jika kita mengetahui apa yang penting.
Keempat, kita perlu merubah pandangan kita mengenai target dan hasil. Urusan hasil adalah urusan Tuhan. Yang bisa kita lakukan sebagai manusia hanyalah berusaha dengan sekuat tenaga. Usaha ada dalam kontrol kita sementara hasil sepenuhnya berada dalam kekuasaan Tuhan. Karena itu yang perlu kita pikirkan adalah usaha. Memikirkan mengenai hasil hanyalah akan membuat kita stres dan tertekan karena semua itu berada di luar kontrol kita. Dengan demikian, anda akan memiliki pandangan yang baru terhadap kesuksesan. Sukses berarti mengerjakan yang terbaik yang dapat kita kerjakan. Sukses terletak dalam kerja, bukan dalam perolehan, dalam usaha, bukan dalam kemenangan.
Kelima anda juga perlu merubah cara pandang anda mengenai efektivitas dan efisiensi. Banyak orang yang mengartikan efektivitas dan efisiensi dengan melakukan berbagai hal sekaligus. Padahal untuk bisa menikmati hidup anda justru harus melakukan tugas anda satu demi satu. Melakukan tugas satu demi satu akan membuat anda berada dalam kondisi sadar sepenuhnya. Kesadaran adalah kunci menikmati hidup. Hidup yang nikmat adalah hidup yang dijalani dengan penuh kesadaran, dari waktu ke watku dan dari detik ke detik. Dengan demikian setiap tarikan nafas yang kita lakukan akan terasa begitu nyata dan begitu indah. Hidup yang indah bukanlah hidup yang dijalani dengan penuh ketergesaan. Hidup yang indah bukanlah dilakukan dengan melakukan berbagai pekerjaan sekaligus demi menghemat waktu. Hidup yang indah adalah melakukan pekerjaan satu per satu sambil mencurahkan seluruh kesadaran kita untuk masuk ke dalam apapun yang kita kerjakan.
Tuesday, June 21, 2005
21 Kualitas Pemimpin Sejati (bagian 2)
Tulisan ini berdasarkan buku karangan John C Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of a Leader. Tiada maksud untuk menulis ulang buku ini (takut kena urusan copyright hehehe ...), tapi lebih berupa ringkasan berdasarkan pemahaman saya .. :-O
2. Karisma; kesan pertamalah yang terpenting
Saya belum pernah menjumpai seseorang yang seberapa tinggipun posisinya, tidak melakukan pekerjaan yang lebih baik dan berupaya lebih keras jika didukung ketimbang jika dikritik - Charles Schwab, Industriawan
Apa sih karisma itu? Menurut Maxwell, karisma adalah kemampuan untuk menarik perhatian orang kepada anda. Seperti layaknya karakter, karisma adalah sesuatu yang bisa dikembangkan, dan bukan kualitas bawaan dari lahir. Jadi, bagaimana mengembangkannya?
- Cintailah kehidupan
Orang senang pada pemimpin yang mencintai kehidupan. Bayangkanlah orang-orang dengan siapa anda ingin melewatkan waktu. Penggerutu? Selalu memandang dari segi negatif? Selalu pusing? Tentu tidak ... (mirip iklan apa ya?). Anda ingin melewatkan waktu anda dengan seseorang yang selalu riang, ceria dan penuh semangat, orang yang menyenangi kehidupan ini.
- Berikanlah nilai 10 kepada setiap orang
Salah satu hal terbaik yang bisa kita lakukan bagi orang lain ialah dengan mengharapkan yang terbaik dari mereka. Selalu lihat segi positifnya, pandanglah mereka sebagai seseorang yang mampu dan cakap dalam hidup ini. Kenapa? Ini membantu mereka menghargai diri sendiri, yang pada saat yang bersamaan juga membantu anda menghargai diri anda sendiri. So, cobalah menghargai keunikan dan potensi orang lain, hargai usaha-usaha mereka, dan berikan dorongan kepada mereka; mereka akan mengasihi anda karenanya.
- Berikan pengharapan
Jadilah orang yang positif dan luaskan sikap itu kepada orang-orang di sekitar anda. Jangan pernah putus asa, selama hayat masih dikandung badan, harapan harus senantiasa dipasang. Be positif man!
- Berbagilah
Orang senang pada pemimpin yang suka berbagi tentang perjalanan hidupnya. Berbagilah dengan kesempatan-kesempatan yang anda dapatkan, kegembiraan, kesenangan. Bahkan, dahulukan mereka ketimbang diri kita sendiri ...
Hmmm ... dimana kita saat ini?
- Apakah kita congkak?
Biasanya orang tidak suka memiliki pemimpin yang merasa dirinya tahu segala-galanya.
- Merasa tidak mapan?
Jika anda tidak merasa nyaman dengan diri anda sendiri, lha gimana bisa mengharapkan orang lain merasa nyaman dengan anda?
- Selalu berubah-ubah?
Jika orang tidak apakah mereka bisa berharap sesuatu dari anda, maka jelas mereka akan berhenti mengharap ...
- Perfeksionis
Setiap orang memiliki keunikan dan adalah mustahil untuk mengharapkan orang untuk memenuhi standar diri kita sendiri ...
- Sinis
Ini paling buruk, jika kita selalu mencari-cari kesalahan orang lain dan sama sekali tidak melihat sisi positifnya
So, dimana kita saat ini?
2. Karisma; kesan pertamalah yang terpenting
Saya belum pernah menjumpai seseorang yang seberapa tinggipun posisinya, tidak melakukan pekerjaan yang lebih baik dan berupaya lebih keras jika didukung ketimbang jika dikritik - Charles Schwab, Industriawan
Apa sih karisma itu? Menurut Maxwell, karisma adalah kemampuan untuk menarik perhatian orang kepada anda. Seperti layaknya karakter, karisma adalah sesuatu yang bisa dikembangkan, dan bukan kualitas bawaan dari lahir. Jadi, bagaimana mengembangkannya?
- Cintailah kehidupan
Orang senang pada pemimpin yang mencintai kehidupan. Bayangkanlah orang-orang dengan siapa anda ingin melewatkan waktu. Penggerutu? Selalu memandang dari segi negatif? Selalu pusing? Tentu tidak ... (mirip iklan apa ya?). Anda ingin melewatkan waktu anda dengan seseorang yang selalu riang, ceria dan penuh semangat, orang yang menyenangi kehidupan ini.
- Berikanlah nilai 10 kepada setiap orang
Salah satu hal terbaik yang bisa kita lakukan bagi orang lain ialah dengan mengharapkan yang terbaik dari mereka. Selalu lihat segi positifnya, pandanglah mereka sebagai seseorang yang mampu dan cakap dalam hidup ini. Kenapa? Ini membantu mereka menghargai diri sendiri, yang pada saat yang bersamaan juga membantu anda menghargai diri anda sendiri. So, cobalah menghargai keunikan dan potensi orang lain, hargai usaha-usaha mereka, dan berikan dorongan kepada mereka; mereka akan mengasihi anda karenanya.
- Berikan pengharapan
Jadilah orang yang positif dan luaskan sikap itu kepada orang-orang di sekitar anda. Jangan pernah putus asa, selama hayat masih dikandung badan, harapan harus senantiasa dipasang. Be positif man!
- Berbagilah
Orang senang pada pemimpin yang suka berbagi tentang perjalanan hidupnya. Berbagilah dengan kesempatan-kesempatan yang anda dapatkan, kegembiraan, kesenangan. Bahkan, dahulukan mereka ketimbang diri kita sendiri ...
Hmmm ... dimana kita saat ini?
- Apakah kita congkak?
Biasanya orang tidak suka memiliki pemimpin yang merasa dirinya tahu segala-galanya.
- Merasa tidak mapan?
Jika anda tidak merasa nyaman dengan diri anda sendiri, lha gimana bisa mengharapkan orang lain merasa nyaman dengan anda?
- Selalu berubah-ubah?
Jika orang tidak apakah mereka bisa berharap sesuatu dari anda, maka jelas mereka akan berhenti mengharap ...
- Perfeksionis
Setiap orang memiliki keunikan dan adalah mustahil untuk mengharapkan orang untuk memenuhi standar diri kita sendiri ...
- Sinis
Ini paling buruk, jika kita selalu mencari-cari kesalahan orang lain dan sama sekali tidak melihat sisi positifnya
So, dimana kita saat ini?
Knowledge Management
Tadi siang ada presentasi mengenai knowledge management. Salah satu 'kampanye' yang rame belakangan ini di dunia bisnis. Intinya informasi adalah senjata ampuh untuk membuat perusahaan kita lebih unggul dari perusahaan lain. Oleh karena itu, informasi harus dikelola sebaik-baiknya. Mulai dari proses meng-capture-nya, mengolah, hingga penyajian maupun distribusinya sehingga bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi si perusahaan untuk bertahan dan menang dalam percaturan bisnis yang makin ketat saat ini.
Yang menarik, ialah pada saat sang presenter menyajikan presentasinya, beliau memperlihatkan gambar gunung es dan menggunakannya sebagai analogi. Bagian gunung es yang timbul adalah explicit knowledge yang sudah ada, mungkin dalam bentuk tulisan, multimedia, dan lain sebagainya. Sementara bagian gunung es yang berada di dalam air - yang notabe jauuuh lebih besar - adalah tacit (bahasa apaan sih ini?) knowledge, yaitu informasi yang belum tergali, masih ada di benak orang-orang dan belum tertuang dalam bentuk tulisan dll di atas.
Saya jadi berfikir ... berarti blog ini bisa dibilang salah satu media untuk 'menuangkan' si-tacit ini menjadi explicit knowledge ya? Kan sebagian besar proses blogging (bener nggak?) ialah menuangkan isi hati maupun kepala kita ke bentuk lain - tulisan dalam hal ini - yang dapat dipahami oleh orang lain ...
Hmmm ... so 'the bloggers' we are actually doing some part of knowledge management ... :-). Belum lagi kalau bicara bagaimana sesama blogger membaca blog lainnya sehingga terjadi proses knowledge sharing ... :-P.
Bangga juga rasanya ... hehehe. But, what next after proses 'penuangan' dan sharing ini? Hmm ... melamun lagi ah ... mau kemana ya habis ini?
Yang menarik, ialah pada saat sang presenter menyajikan presentasinya, beliau memperlihatkan gambar gunung es dan menggunakannya sebagai analogi. Bagian gunung es yang timbul adalah explicit knowledge yang sudah ada, mungkin dalam bentuk tulisan, multimedia, dan lain sebagainya. Sementara bagian gunung es yang berada di dalam air - yang notabe jauuuh lebih besar - adalah tacit (bahasa apaan sih ini?) knowledge, yaitu informasi yang belum tergali, masih ada di benak orang-orang dan belum tertuang dalam bentuk tulisan dll di atas.
Saya jadi berfikir ... berarti blog ini bisa dibilang salah satu media untuk 'menuangkan' si-tacit ini menjadi explicit knowledge ya? Kan sebagian besar proses blogging (bener nggak?) ialah menuangkan isi hati maupun kepala kita ke bentuk lain - tulisan dalam hal ini - yang dapat dipahami oleh orang lain ...
Hmmm ... so 'the bloggers' we are actually doing some part of knowledge management ... :-). Belum lagi kalau bicara bagaimana sesama blogger membaca blog lainnya sehingga terjadi proses knowledge sharing ... :-P.
Bangga juga rasanya ... hehehe. But, what next after proses 'penuangan' dan sharing ini? Hmm ... melamun lagi ah ... mau kemana ya habis ini?
IT Blogging Is One-Sided
Ternyata vendor-vendor IT memakai blog juga ya untuk salah satu cara untuk berkomunikasi dengan usernya ... very interesting. Hmmm, kelihatannya udah kelamaan nih nggak nyimak perkembangan industri IT. Time to go back and watch ... (emangnya cuma film yang bisa ditonton ... :-P).
IT Blogging is One-Sided
Vendors embrace the concept, but users are slow to join in
by Patrick Thibodeau
MAY 30, 2005 (COMPUTERWORLD) - Major IT vendors are encouraging employees to start blogs to reach out to users in new ways and help make the companies seem less impersonal. But so far, the blogging conversation is mostly one-sided.
As yet, there aren't many IT managers blogging about big-picture technology issues, based on interviews with vendors and Internet searches conducted by Computerworld.
"Clearly, vendors have much stronger pressure on them to have a relationship with the world," said Tim Bray, director of Web technologies at Sun Microsystems Inc. But CIO blogs would get instant attention from vendors, Bray added. "If a few of those guys started doing that, you can darn well bet that we would be reading them. I sure would," he said.
Among the IT managers who do blog is Alex Scoble, who heads IT at Palo Alto, Calif.-based law firm Tomlinson Zisko LLP. Scoble said last week that he blogs mostly about technical issues, seeking product recommendations from other users and even writing about customer support snafus.
The blog, which he started about 18 months ago, has served as a good way to record his work and solicit advice, Scoble said. There's also some personal satisfaction involved. "If I can help a couple of people with experiences that I've had, that's great," he said.
And Scoble sees professional benefits to writing a blog as well. It puts his IT knowledge and experience "out there," he noted. "It tells prospective employers what you know."
Scoble may be more comfortable with blogging than are most IT managers partly because of the efforts of his well-known blogging brother, Robert Scoble, who is an employee at Microsoft Corp.
Robert Scoble writes a blog called "Scobleizer: Microsoft Geek Blogger" that's ranked No. 31 on the list of the 100 most-linked blogs compiled by Technorati Inc.'s blog-tracking search engine.
Christopher Sloop, chief technology officer at AWS Convergence Technologies Inc. in Gaithersburg, Md., participates in a public group blog at his company, which develops the widely used WeatherBug software. Sloop said he thinks it's important to communicate about the software and discuss technical issues with users.
But he added that it's difficult to find the time to work on the blog. That may also be an issue for other IT managers, Sloop said. Blogging by users "may occur more on a customer support level or a programmer level," he said.
Among major vendors, IBM this month detailed a policy that encourages its 320,000 employees to blog. IBM isn't prohibiting workers from blogging about the company but said they should include their names and, when relevant, roles at IBM. The company also said bloggers need to follow its conduct code, not reveal sensitive issues and not cite customers without their approval.
Sun is hosting more than 1,000 employee blogs that are public and said it lets workers discuss any topic in them. Microsoft has some 1,500 blogs, many on technical issues related to its products. IBM currently hosts about 30 blogs written by employees, and Hewlett-Packard Co. said it's also hosting a relatively small number at this point.
David Gee, vice president of marketing for the management software business at HP, said he believes blogging will take root at user companies as they hire younger IT workers who blogged regularly in college. "It will be pushed by that generation doing what they do at home and wanting to have it in the office," said Gee, who has his own blog. "We've seen history of that in the industry time and time again."
IT Blogging is One-Sided
Vendors embrace the concept, but users are slow to join in
by Patrick Thibodeau
MAY 30, 2005 (COMPUTERWORLD) - Major IT vendors are encouraging employees to start blogs to reach out to users in new ways and help make the companies seem less impersonal. But so far, the blogging conversation is mostly one-sided.
As yet, there aren't many IT managers blogging about big-picture technology issues, based on interviews with vendors and Internet searches conducted by Computerworld.
"Clearly, vendors have much stronger pressure on them to have a relationship with the world," said Tim Bray, director of Web technologies at Sun Microsystems Inc. But CIO blogs would get instant attention from vendors, Bray added. "If a few of those guys started doing that, you can darn well bet that we would be reading them. I sure would," he said.
Among the IT managers who do blog is Alex Scoble, who heads IT at Palo Alto, Calif.-based law firm Tomlinson Zisko LLP. Scoble said last week that he blogs mostly about technical issues, seeking product recommendations from other users and even writing about customer support snafus.
The blog, which he started about 18 months ago, has served as a good way to record his work and solicit advice, Scoble said. There's also some personal satisfaction involved. "If I can help a couple of people with experiences that I've had, that's great," he said.
And Scoble sees professional benefits to writing a blog as well. It puts his IT knowledge and experience "out there," he noted. "It tells prospective employers what you know."
Scoble may be more comfortable with blogging than are most IT managers partly because of the efforts of his well-known blogging brother, Robert Scoble, who is an employee at Microsoft Corp.
Robert Scoble writes a blog called "Scobleizer: Microsoft Geek Blogger" that's ranked No. 31 on the list of the 100 most-linked blogs compiled by Technorati Inc.'s blog-tracking search engine.
Christopher Sloop, chief technology officer at AWS Convergence Technologies Inc. in Gaithersburg, Md., participates in a public group blog at his company, which develops the widely used WeatherBug software. Sloop said he thinks it's important to communicate about the software and discuss technical issues with users.
But he added that it's difficult to find the time to work on the blog. That may also be an issue for other IT managers, Sloop said. Blogging by users "may occur more on a customer support level or a programmer level," he said.
Among major vendors, IBM this month detailed a policy that encourages its 320,000 employees to blog. IBM isn't prohibiting workers from blogging about the company but said they should include their names and, when relevant, roles at IBM. The company also said bloggers need to follow its conduct code, not reveal sensitive issues and not cite customers without their approval.
Sun is hosting more than 1,000 employee blogs that are public and said it lets workers discuss any topic in them. Microsoft has some 1,500 blogs, many on technical issues related to its products. IBM currently hosts about 30 blogs written by employees, and Hewlett-Packard Co. said it's also hosting a relatively small number at this point.
David Gee, vice president of marketing for the management software business at HP, said he believes blogging will take root at user companies as they hire younger IT workers who blogged regularly in college. "It will be pushed by that generation doing what they do at home and wanting to have it in the office," said Gee, who has his own blog. "We've seen history of that in the industry time and time again."
Kajian 21 Juni 2005
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah? QS An Nisaa' 122.
Monday, June 20, 2005
Negosiasi
Dalam kehidupan sehari-hari kita biasa bernegosiasi. Mulai dari kelas layang (nego sama tukang sayur), kelas welter (nego sama tukang koran mau beli koran terbitan kemarin), kelas ringan (nego di toko), sampai kelas berat (nego yang berhubungan dengan pekerjaan). Untung nggak nego sama Mike Tyson ya .. :-P.
Ada orang yang tidak senang bernegosiasi, cenderung menghindarinya. Ada pula yang sudah menjadi suratan hidupnya. Kalau nggak nego nggak pas dah! Duit 500 perak juga bisa panjang lebar hehehe ....
Suka tidak suka, negosiasi dalam berbagai bentuk adalah bagian dari hidup yang harus kita hadapi. Kalau mau dihubungkan dengan tulisan di bawah soal 21 kualitas pemimpin, ini mungkin bagian 'benturan' di dalam hidup ini yang harus dihadapi, dalam rangka membangun karakater kita.
So, bagaimana nih supaya kita bisa lincah, gesit, dan ampuh (kaya' obat aja) dalam bernegosiasi?
1. Win-win
Negosiasi harus menyenangkan kedua belah pihak. Kita tidak bisa memaksakan keinginan kita, demikian pula sebaliknya. Negosiasi yang berhasil ialah ketika kedua belah pihak meninggalkan 'meja perundingan' dengan rasa puas.
2. Take-and-Give
Proses negosiasi biasanya dan selalu ada take-and-give. Kita minta sesuatu, lawan kita menyetujui, namun untuk itu dia minta sesuatu sebagai balasannya. Demikian pula sebaliknya. Seperti tarik-ulur-tali. Semakin ahli kita bernegosiasi, semakin panjang tali yang berhasil kita tarik, namun pun demikian lawan kita merasa puas dan senang.
Kalau hanya take saja, ini mah seperti menang perang. Demikian pula kalau menyerahkan segalanya (ceile ..), itu mah artinya Knock Out alias KO .. :-)
Sering kali kita tidak paham, dan cenderung berada di salah satu sisi ini. Kita bisa saja ngotot minta semuanya, sehingga lawan kita terpaksa (tidak ada unsur win-win lagi) memberikannya. Bisa pula kita demikian tersudutnya, sehingga harus memberikan segalanya. Dalam negosiasi, sebaiknya ini dihindari, apalagi dalam posisi tersudut. Seberapa tersudutnya pun kita, kita harus punya keberanian untuk 'menarik' talinya, biarpun cuma sedikit. Pengalaman saya, kita sendiri akan takjub menyaksikan 'sang pemenang' akan cenderung meluluskan permintaan kita. And .... at that time, The Empire strikes back!!
3. Options
Proses negosiasi biasanya mendukung proses kreativitas. Kita akan mencoba berbagai pilihan yang ada, mengkombinasikannya, mengutak-utiknya untuk mendapatkan pilihan akhir yang optimal. Karena ada dua belah pihak yang bekerja, proses ini semakin menarik dan menantang.
Kalau kita jarang menghadapi proses ini sehari-hari, banyak film yang menyuguhkan negosiasi dalam berbagai sudut. Biasanya yang klasik itu adalah soal penyanderaan (hostage). Biasanya ada satu tim (atau 1 orang?) yang terlatih untuk memimpin proses negosiasi dengan penyandera. Proses win-win (misalnya penyandera bisa pergi sementara semua sandera selamat), take-and-give (penyandera dapat mobil, sandera anak-anak dan wanita dilepas), hingga options yang harus dipilih.
So, bagaimana menurut anda sendiri? Sudah sering bernegosiasi, ada tips-tips yang bisa dishare? Atau anda mau mencoba tips-tips di atas? Kalau belum pernah, cobalah ... agak 'menyeramkan' memang di awalnya, tapi ada kenikmatan tersendiri kalau anda bisa mulai tarik-ulur. Dan mungkin lama-lama akan ketagihan hehehe ...
Ada orang yang tidak senang bernegosiasi, cenderung menghindarinya. Ada pula yang sudah menjadi suratan hidupnya. Kalau nggak nego nggak pas dah! Duit 500 perak juga bisa panjang lebar hehehe ....
Suka tidak suka, negosiasi dalam berbagai bentuk adalah bagian dari hidup yang harus kita hadapi. Kalau mau dihubungkan dengan tulisan di bawah soal 21 kualitas pemimpin, ini mungkin bagian 'benturan' di dalam hidup ini yang harus dihadapi, dalam rangka membangun karakater kita.
So, bagaimana nih supaya kita bisa lincah, gesit, dan ampuh (kaya' obat aja) dalam bernegosiasi?
1. Win-win
Negosiasi harus menyenangkan kedua belah pihak. Kita tidak bisa memaksakan keinginan kita, demikian pula sebaliknya. Negosiasi yang berhasil ialah ketika kedua belah pihak meninggalkan 'meja perundingan' dengan rasa puas.
2. Take-and-Give
Proses negosiasi biasanya dan selalu ada take-and-give. Kita minta sesuatu, lawan kita menyetujui, namun untuk itu dia minta sesuatu sebagai balasannya. Demikian pula sebaliknya. Seperti tarik-ulur-tali. Semakin ahli kita bernegosiasi, semakin panjang tali yang berhasil kita tarik, namun pun demikian lawan kita merasa puas dan senang.
Kalau hanya take saja, ini mah seperti menang perang. Demikian pula kalau menyerahkan segalanya (ceile ..), itu mah artinya Knock Out alias KO .. :-)
Sering kali kita tidak paham, dan cenderung berada di salah satu sisi ini. Kita bisa saja ngotot minta semuanya, sehingga lawan kita terpaksa (tidak ada unsur win-win lagi) memberikannya. Bisa pula kita demikian tersudutnya, sehingga harus memberikan segalanya. Dalam negosiasi, sebaiknya ini dihindari, apalagi dalam posisi tersudut. Seberapa tersudutnya pun kita, kita harus punya keberanian untuk 'menarik' talinya, biarpun cuma sedikit. Pengalaman saya, kita sendiri akan takjub menyaksikan 'sang pemenang' akan cenderung meluluskan permintaan kita. And .... at that time, The Empire strikes back!!
3. Options
Proses negosiasi biasanya mendukung proses kreativitas. Kita akan mencoba berbagai pilihan yang ada, mengkombinasikannya, mengutak-utiknya untuk mendapatkan pilihan akhir yang optimal. Karena ada dua belah pihak yang bekerja, proses ini semakin menarik dan menantang.
Kalau kita jarang menghadapi proses ini sehari-hari, banyak film yang menyuguhkan negosiasi dalam berbagai sudut. Biasanya yang klasik itu adalah soal penyanderaan (hostage). Biasanya ada satu tim (atau 1 orang?) yang terlatih untuk memimpin proses negosiasi dengan penyandera. Proses win-win (misalnya penyandera bisa pergi sementara semua sandera selamat), take-and-give (penyandera dapat mobil, sandera anak-anak dan wanita dilepas), hingga options yang harus dipilih.
So, bagaimana menurut anda sendiri? Sudah sering bernegosiasi, ada tips-tips yang bisa dishare? Atau anda mau mencoba tips-tips di atas? Kalau belum pernah, cobalah ... agak 'menyeramkan' memang di awalnya, tapi ada kenikmatan tersendiri kalau anda bisa mulai tarik-ulur. Dan mungkin lama-lama akan ketagihan hehehe ...
Kajian 20 Juni 2005
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang QS An Nisaa' 110.
Sunday, June 19, 2005
21 Kualitas Pemimpin Sejati (bagian 1)
Tulisan ini berdasarkan buku karangan John C Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of a Leader. Tiada maksud untuk menulis ulang buku ini (takut kena urusan copyright hehehe ...), tapi lebih berupa ringkasan berdasarkan pemahaman saya .. :-O
1. Karakter; jadilah bagian dari batu karang
Maxwell menulis bahwa bagian dari proses pembelajaran seseorang ialah ketika ia menghadapi suatu krisis, persimpangan jalan, saat dia harus memilih. Biasanya hanya ada 2 pilihan, tetap dengan idealisme, atau berkompromi. Setiap kali ia memilih idealisme, ia akan makin kuat, makin berkarakter, meski katakan hasil pilihan itu membawa dia ke situasi yang negatif (misalnya harus keluar dari suatu pekerjaan karena tidak mau korupsi).
Apa sih karakter itu?
- Karakter adalah apa yang anda lakukan. Karakter bukan sekedar perkataan. Jika perbuatan kita bertentangan dengan apa-apa yang kita katakan, tentu ada yang tidak beres.
- Karakter adalah pilihan. Kita menjadi kita saat ini dengan idealisme kita, adalah hasil pilihan kita di masa lampau. Demikian pula kita di masa depan akan berdasarkan pada pilihan kita saat ini. Kita menciptakan karakter setiap kita membuat berbagai pilihan - menghadapi atau menghindari, membengkokkan kebenaran atau teguh mendukungnya, mengambil jalan pintas atau membayar harganya. Apapun pilihan anda, hasilnya akan menentukan karakter anda.
- Seorang pemimpin tidak dapat melampaui keterbatasan karakternya. Kita sering lihat orang yang sempat sukses tapi kemudian jatuh. Ini biasanya karena ketidakmampuan dirinya untuk bertahan pada kesuksesan itu. Ibarat naik pohon, makin tinggi anginnya makin banyak dan kencang.
So, what should we do untuk membangun karakter kita?
- Pelajari kelemahan-kelemahan karakter kita. Tuliskan. Setiap hari. Agar kita selalu ingat untuk memperbaikinya.
- Hadapi kenyataan. Di masa lalu mungkin kita melakukan 'pembelokan'. Sekarang saatnya untuk maju dan membayar harganya.
- Bangun kembali. Pikirkan jalan ke depan dan siap menghadapinya.
1. Karakter; jadilah bagian dari batu karang
Maxwell menulis bahwa bagian dari proses pembelajaran seseorang ialah ketika ia menghadapi suatu krisis, persimpangan jalan, saat dia harus memilih. Biasanya hanya ada 2 pilihan, tetap dengan idealisme, atau berkompromi. Setiap kali ia memilih idealisme, ia akan makin kuat, makin berkarakter, meski katakan hasil pilihan itu membawa dia ke situasi yang negatif (misalnya harus keluar dari suatu pekerjaan karena tidak mau korupsi).
Apa sih karakter itu?
- Karakter adalah apa yang anda lakukan. Karakter bukan sekedar perkataan. Jika perbuatan kita bertentangan dengan apa-apa yang kita katakan, tentu ada yang tidak beres.
- Karakter adalah pilihan. Kita menjadi kita saat ini dengan idealisme kita, adalah hasil pilihan kita di masa lampau. Demikian pula kita di masa depan akan berdasarkan pada pilihan kita saat ini. Kita menciptakan karakter setiap kita membuat berbagai pilihan - menghadapi atau menghindari, membengkokkan kebenaran atau teguh mendukungnya, mengambil jalan pintas atau membayar harganya. Apapun pilihan anda, hasilnya akan menentukan karakter anda.
- Seorang pemimpin tidak dapat melampaui keterbatasan karakternya. Kita sering lihat orang yang sempat sukses tapi kemudian jatuh. Ini biasanya karena ketidakmampuan dirinya untuk bertahan pada kesuksesan itu. Ibarat naik pohon, makin tinggi anginnya makin banyak dan kencang.
So, what should we do untuk membangun karakter kita?
- Pelajari kelemahan-kelemahan karakter kita. Tuliskan. Setiap hari. Agar kita selalu ingat untuk memperbaikinya.
- Hadapi kenyataan. Di masa lalu mungkin kita melakukan 'pembelokan'. Sekarang saatnya untuk maju dan membayar harganya.
- Bangun kembali. Pikirkan jalan ke depan dan siap menghadapinya.
Meng-audit email ...
Tidak bisa kita pungkiri kalau email saat ini sudah menjadi salah satu alat komunikasi yang digunakan di dunia bisnis. Sangat mudah, praktis, tersedia dimana-mana, membuat orang tidak bisa lepas dari email. BTW, jadi melenceng sedikit, jadi ingat bos saya di perusahaan lama. One time, dia gave up with all of problems yang kita hadapi. Dia bialng, I am done, I am going to retire, get a house in Lombok and stay out of business ... terus saya tanya, no laptop? No. Internet? No. Handphone? No. Email? Hehehe ... dia mikir sebentar terus nyengir, please I need that ....
Balik ke soal email, banyak sekali deal-deal bisnis yang dilakukan via email. Email dijawab, diteruskan, di-attach, disimpan sebagai bukti kontrak, perjanjian dan sebagainya. Padahal kita tahu dari segi email management, email relatif mudah diselewengkan. Nama pengirimnya diganti, isinya dirubah, tidak ada (digital) signature yang menyatakan email itu asli dan sebagainya. Email juga saat ini biasanya tersimpan di masing-masing desktop pengirimnya dan tidak tersentralize dan di-manage sebagaimana layaknya dokumen-dokumen kontrak, arsip-arsip penting dan lainnya.
Ini menjadi masalah serius saat ini di dunia IT. Bahkan sudah melebar hingga ke mana-mana. Sarbanes Oxley Act misalnya di Amerika, sudah memaksa perusahaan-perusahaan multinasional untuk mulai memikirkan dan menindaklanjuti hal ini.
Saya sudah lama tidak mengikuti topik ini. Tapi seingat saya dulu, ada yang namanya PGP (Pretty Good Privacy), a public encryption program, yang bisa kita gunakan untuk 'menandai' keaslian dan keabsahan diri kita di dunia internet/maya. Untuk produk komersial mungkin seperti Trusted Enterprise, CipherTrust Inc's IronMail, SecureMail dan lain sebagainya.
Bagaimana kita bisa meng-audit suatu email jika kita tidak tahu apakah email ini asli dan 'asli'? :-D
Balik ke soal email, banyak sekali deal-deal bisnis yang dilakukan via email. Email dijawab, diteruskan, di-attach, disimpan sebagai bukti kontrak, perjanjian dan sebagainya. Padahal kita tahu dari segi email management, email relatif mudah diselewengkan. Nama pengirimnya diganti, isinya dirubah, tidak ada (digital) signature yang menyatakan email itu asli dan sebagainya. Email juga saat ini biasanya tersimpan di masing-masing desktop pengirimnya dan tidak tersentralize dan di-manage sebagaimana layaknya dokumen-dokumen kontrak, arsip-arsip penting dan lainnya.
Ini menjadi masalah serius saat ini di dunia IT. Bahkan sudah melebar hingga ke mana-mana. Sarbanes Oxley Act misalnya di Amerika, sudah memaksa perusahaan-perusahaan multinasional untuk mulai memikirkan dan menindaklanjuti hal ini.
Saya sudah lama tidak mengikuti topik ini. Tapi seingat saya dulu, ada yang namanya PGP (Pretty Good Privacy), a public encryption program, yang bisa kita gunakan untuk 'menandai' keaslian dan keabsahan diri kita di dunia internet/maya. Untuk produk komersial mungkin seperti Trusted Enterprise, CipherTrust Inc's IronMail, SecureMail dan lain sebagainya.
Bagaimana kita bisa meng-audit suatu email jika kita tidak tahu apakah email ini asli dan 'asli'? :-D
Saturday, June 18, 2005
Menerima input ...
Berhubung banyak yang kasih input soal 'kegelapan' blog ini akhirnya saya ganti templatenya. Link yang ada juga saya rubah plus hit-counter ... biar tahu banyak nggak sih yang mampir kemari .. :-).
So, any futher feedback? Please let me know ...
So, any futher feedback? Please let me know ...
Horee ... situs ini masuk google!
Bangga juga ... tapi sekalian mikir-mikir, kenapa ya? Rasanya yang mampir ke mari jarang .. :-P
Akhir Episode I bersama BlackBerry
Weekend ini tangan gatal juga ngoprek si BB. Pikiran saya kalaupun nggak bisa diapa-apain, masa' themes, walpaper, dan ringtones nggak bisa dirubah? Hari gini ... (niru iklan frenship) ... :-D
Dari Desktop Manager saya coba cari-cari cara transfer image files dan ringtones (mid). Nggak ada option .. OK.
Nyari-nyari di internet akhirnya ketemu 1 theme dari Vodafone untuk BB. Bentuknya .zip. Asyik, saya extract di satu folder kemudian dari Desktop Manager saya coba install. Sukses ... but ... ??? Si BB bengong hampir 5 menit. Udah serem aja .. mikir-mikir bakal musti lapor ke kantor nih untuk ngereset device ini hehehe ...
Akhirnya setelah 5 menit plus pake restart segala, si BB balik kembali. Masuk ke Options-Themes, ada pilihan baru. Hmmm ... saya coba aktifkan, eh 'dia' ngomel. Coba beberapa kali ... nggak bisa juga. Akhirnya karena jengkel saya hapus en back to square one.
Cari-cari lagi internet ketemu file-manager untuk BB en beberapa jpg untuk wallpaper, gif untuk screen saver, dan mid files untuk ringtones. Hmmm ... semangat timbul kembali. Let's try!
Install file manager, terinstall aplikasi di desktop dan di BB. Ada option connect ke network via network provider yang kita pakai. Saya coba di BB, hmmm ... error waktu mencoba masuk ke URL tertentu. Mungkin karena memang service ini belum diaktifkan barangkali .... maklum di BB ini browser aja nggak ada. Mungkin juga soal setting devicenya, proxy dll ...
OK lah, saya coba main-main file manager di desktop. Ada option untuk mengcopy file ke BB. Saya coba, ternyata dia minta kita sync setelah memindahkan file-file. OK then, I'll sync.
Sync selesai. Makan waktu sekitar 1 menit hanya untuk mentransfer 12 kb file. Kelihatannya si BB ini processornya masih pake 286 kali ya ... lambat banget. File sudah tertransfer, mantap! Saya coba buka di file-managernya, gif dan jpg dengan sukses saya buka, sementara mid files dia nggak bisa. Alright .... almost there!
Saya masuk lagi ke interface standard BB, coba ganti wallpapernya. Eh, nggak muncul filenya di pilihan wallpaper! Pusing ... OK, masuk ke profile dulu deh, coba ganti ringtonenya. Eh, nggak muncul juga di pilihannya!!!!!!!
Akhir saya coba lihat-lihat lagi si file-manager. Setelah saya perhatikan ternyata dia seperti bikin file-system sendiri di dalam BB ini. Saya tidak bisa lihat file-file system di BB ini, saya cuma bisa lihat file-file yang saya transfer dari desktop. Arrrgggh ....
OK, back to square one. Saya menemukan link untuk mengganti ringtones, cuma caranya harus download langsung dari BBnya. Lha yang ada sekarang ini nggak ada browsernya, gimana mau download? Musti pasang terminal+wget kali ya? :-P
Terakhir, mutar-mutar di internet, masuk ke vodafone. Di situ dijelaskan kalau versi 7290 ini tidak bisa dipakai untuk download ringtones ... ???
So, kelihatannya harus tutup buku nih ngoprek BB. Kecuali ketemu situs underground yang bisa 'membuka' file sistem BB barangkali. Saya sempat lihat juga ada yang nanya-nanya Linux vs Blackberry. Mungkin kalau menelusuri link ini, bisa ketemu cara 'menghack' device ini. Karena biasanya kalau Linux sudah bisa berinteraksi dengan device ini, artinya kita bisa menggunakan 'bahasa' yang lazim dan tidak sekedar mengandalkan suatu software tanpa mengerti proses yang sesungguhnya berjalan.
Mungkin next week kalau ada semangat, saya coba telusuri jalur Linux ini ... for now, it is enough .. :-P
Dari Desktop Manager saya coba cari-cari cara transfer image files dan ringtones (mid). Nggak ada option .. OK.
Nyari-nyari di internet akhirnya ketemu 1 theme dari Vodafone untuk BB. Bentuknya .zip. Asyik, saya extract di satu folder kemudian dari Desktop Manager saya coba install. Sukses ... but ... ??? Si BB bengong hampir 5 menit. Udah serem aja .. mikir-mikir bakal musti lapor ke kantor nih untuk ngereset device ini hehehe ...
Akhirnya setelah 5 menit plus pake restart segala, si BB balik kembali. Masuk ke Options-Themes, ada pilihan baru. Hmmm ... saya coba aktifkan, eh 'dia' ngomel. Coba beberapa kali ... nggak bisa juga. Akhirnya karena jengkel saya hapus en back to square one.
Cari-cari lagi internet ketemu file-manager untuk BB en beberapa jpg untuk wallpaper, gif untuk screen saver, dan mid files untuk ringtones. Hmmm ... semangat timbul kembali. Let's try!
Install file manager, terinstall aplikasi di desktop dan di BB. Ada option connect ke network via network provider yang kita pakai. Saya coba di BB, hmmm ... error waktu mencoba masuk ke URL tertentu. Mungkin karena memang service ini belum diaktifkan barangkali .... maklum di BB ini browser aja nggak ada. Mungkin juga soal setting devicenya, proxy dll ...
OK lah, saya coba main-main file manager di desktop. Ada option untuk mengcopy file ke BB. Saya coba, ternyata dia minta kita sync setelah memindahkan file-file. OK then, I'll sync.
Sync selesai. Makan waktu sekitar 1 menit hanya untuk mentransfer 12 kb file. Kelihatannya si BB ini processornya masih pake 286 kali ya ... lambat banget. File sudah tertransfer, mantap! Saya coba buka di file-managernya, gif dan jpg dengan sukses saya buka, sementara mid files dia nggak bisa. Alright .... almost there!
Saya masuk lagi ke interface standard BB, coba ganti wallpapernya. Eh, nggak muncul filenya di pilihan wallpaper! Pusing ... OK, masuk ke profile dulu deh, coba ganti ringtonenya. Eh, nggak muncul juga di pilihannya!!!!!!!
Akhir saya coba lihat-lihat lagi si file-manager. Setelah saya perhatikan ternyata dia seperti bikin file-system sendiri di dalam BB ini. Saya tidak bisa lihat file-file system di BB ini, saya cuma bisa lihat file-file yang saya transfer dari desktop. Arrrgggh ....
OK, back to square one. Saya menemukan link untuk mengganti ringtones, cuma caranya harus download langsung dari BBnya. Lha yang ada sekarang ini nggak ada browsernya, gimana mau download? Musti pasang terminal+wget kali ya? :-P
Terakhir, mutar-mutar di internet, masuk ke vodafone. Di situ dijelaskan kalau versi 7290 ini tidak bisa dipakai untuk download ringtones ... ???
So, kelihatannya harus tutup buku nih ngoprek BB. Kecuali ketemu situs underground yang bisa 'membuka' file sistem BB barangkali. Saya sempat lihat juga ada yang nanya-nanya Linux vs Blackberry. Mungkin kalau menelusuri link ini, bisa ketemu cara 'menghack' device ini. Karena biasanya kalau Linux sudah bisa berinteraksi dengan device ini, artinya kita bisa menggunakan 'bahasa' yang lazim dan tidak sekedar mengandalkan suatu software tanpa mengerti proses yang sesungguhnya berjalan.
Mungkin next week kalau ada semangat, saya coba telusuri jalur Linux ini ... for now, it is enough .. :-P
Thursday, June 16, 2005
Kenikmatan menulis
Beberapa tahun yang lalu ketika saya masih giat-giatnya mempromosikan Linux di Jakarta, saya rajin menulis, membuat makalah, dan melakukan presentasi di seminar umum maupun di kuliah umum di kampus-kampus. Namun seiring dengan kesibukan di kantor, aktivitas ini berangsur-angsur surut. Hobi saya yang lain, membaca, juga perlahan-lahan tertinggalkan, berganti dengan hobi baru (main gadget ... hehehe) ...
Namun rupanya blog ini bisa 'mengembalikan' kedua hobi ini. Selain mulai rajin membaca kembali, saya juga mulai menekuni 'upacara' tulis-menulis. Yang paling menarik ialah saya menemukan kenikmatan melakukan kedua kegiatan ini.
Seperti kata istri tercinta, dengan menulis kita seperti menciptakan 'dunia' sendiri dengan kita sebagai dalangnya. Kita yang mengatur skenario, para pelaku, kisah awal, hingga akhir 'dunia' ini (jika memang mau diakhiri). Kita bisa membuat 'dunia' ini penuh suka cita, duka cita, menggambarkan perilaku manusia, mencerminkan pengalaman yang kita alami sehari-hari dan seterusnya. Pendeknya, kita 'berkuasa' penuh di 'dunia' ini ... (tentunya jangan dibandingkan sama sekali dengan Yang Maha Besar lagi Berkuasa).
Kata istri, siapa tahu dari berbagai tulisan di blog ini bisa jadi bahan sebuah buku? Ide yang menarik ... membuka wawasan baru (en penghasilan baru hehehe) ... siapa tahu bukan? :-D
Namun rupanya blog ini bisa 'mengembalikan' kedua hobi ini. Selain mulai rajin membaca kembali, saya juga mulai menekuni 'upacara' tulis-menulis. Yang paling menarik ialah saya menemukan kenikmatan melakukan kedua kegiatan ini.
Seperti kata istri tercinta, dengan menulis kita seperti menciptakan 'dunia' sendiri dengan kita sebagai dalangnya. Kita yang mengatur skenario, para pelaku, kisah awal, hingga akhir 'dunia' ini (jika memang mau diakhiri). Kita bisa membuat 'dunia' ini penuh suka cita, duka cita, menggambarkan perilaku manusia, mencerminkan pengalaman yang kita alami sehari-hari dan seterusnya. Pendeknya, kita 'berkuasa' penuh di 'dunia' ini ... (tentunya jangan dibandingkan sama sekali dengan Yang Maha Besar lagi Berkuasa).
Kata istri, siapa tahu dari berbagai tulisan di blog ini bisa jadi bahan sebuah buku? Ide yang menarik ... membuka wawasan baru (en penghasilan baru hehehe) ... siapa tahu bukan? :-D
Menikmati blog sendiri
Mengasyikkan juga membaca-baca tulisan sendiri ... :-). Berbagai ide yang mungkin sudah kita lupakan muncul kembali dengan membaca catatan-catatan di blog ini. Seperti siang ini, saya sempat terpekur menatapi tulisan sendiri ... dan meresapinya kembali. Banyak sekali memang manfaat blog ini ..
Tapi kalau dilihat dari sudut lain, blog hanya suatu media/alat. Kembali kepada kita untuk bagaimana menggunakan alat dan memanfaatkannya seoptimal mungkin bagi hidup dan kehidupan kita. Alat bisa canggih, bisa juga primitif, namun kita sebagai manusia yang harus mampu berkreasi dan kreatif dalam menggunakannya. Memang sih kelebihan blog ialah anywhere, anytime as long as there is internet connection ...
Yang menarik ialah apakah kita masih mengenali maksud maupun latar belakang tulisan kita sendiri setelah jangka waktu yang cukup lama, misalnya 1 tahun? Bisa aja kita heran,"Apa ya maksud tulisan ini?" :-D. Tapi bisa juga kita tersenyum karena pemikiran yang tertuang di tulisan itu sudah kita lakukan/lewati, atau bisa juga kita bersedih ... karena ternyata hidup kita 'mundur' dibandingkan dengan 1 tahun yang lalu.
Hmmm ...
Tapi kalau dilihat dari sudut lain, blog hanya suatu media/alat. Kembali kepada kita untuk bagaimana menggunakan alat dan memanfaatkannya seoptimal mungkin bagi hidup dan kehidupan kita. Alat bisa canggih, bisa juga primitif, namun kita sebagai manusia yang harus mampu berkreasi dan kreatif dalam menggunakannya. Memang sih kelebihan blog ialah anywhere, anytime as long as there is internet connection ...
Yang menarik ialah apakah kita masih mengenali maksud maupun latar belakang tulisan kita sendiri setelah jangka waktu yang cukup lama, misalnya 1 tahun? Bisa aja kita heran,"Apa ya maksud tulisan ini?" :-D. Tapi bisa juga kita tersenyum karena pemikiran yang tertuang di tulisan itu sudah kita lakukan/lewati, atau bisa juga kita bersedih ... karena ternyata hidup kita 'mundur' dibandingkan dengan 1 tahun yang lalu.
Hmmm ...
Adakah keadilan di negeri ini?
Kalau anda sempat baca berita di internet sore ini, misalnya di detik.com, anda bisa menemukan 2 keputusan pengadilan terhadap 2 persidangan yang menarik khalayak ramai. Yang sangat mengecewakan ialah keputusan pengadilan yang sungguh luar biasa, di luar perkiraan saya. Apalagi menimbang giatnya KPK belakangan ini menyeret para koruptor ke pengadilan.
Geram rasanya hati ini .... sungguh ... adakah keadilan di negeri ini??
Geram rasanya hati ini .... sungguh ... adakah keadilan di negeri ini??
Kajian 16 Juni 2005
Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang ditujunya), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang QS An Nisaa' 100.
Wednesday, June 15, 2005
My Romance: an evening with Jim Brickman
Wuaaah hari yang sangat melelahkan ... did we achieved something today? Yes! Alhamdulillah ...
Apa yang anda inginkan seusai hari yang melelahkan? Leha-leha melemaskan anggota badan, otak, dan fikiran sambil mendengarkan musik? Atau sambil membaca buku/koran? Atau bercengkrama dengan anggota keluarga? Atau 'mendudukkan' diri di sajadah dan mensyukuri nikmatNya?
Kemarin malam saya sempat memutar salah satu DVD musik yang berjudul My Romantic: an evening with Jim Brickman. Jim Brickman adalah salah satu pianis pop yang beraliran romantis. So, anda bisa bayangkan ... :-)
Stagenya bernuansa gelap dan biru. Jim sendiri berpenampilan rapi dan keren tentunya. Musiknya pop, santai, dan romantis tentunya. Kalau anda punya sistem home theather yang bagus, saya yakin anda akan 'terbuai' .... bahkan Jim sendiri mengatakan dalam pembukaan konsernya, "Just pretend that I am over at your house, playing piano for you. You just sit back and relax, and you could holding your partner's hand while enjoying the music ... just enjoy ...," katanya dengan ramah dan kalem ...
So, I enjoyed the music ... it is nice to listen to it after the whole day work ... spreadsheet, email, word, powerpoint, paper work, listening to users ... and not mentioning that you still have to drive home. Just lay down and relax ....
Tiga buah lagu favorit saya dari CD ini ialah Valentine dan Change of Heart yang dinyanyikan oleh Olivia Newton John. Lagu Valentine cukup populer dan penggemar musik pop Barat pasti mengenal lagu ini. Sementara lagu Change of Heart mendemonstrasikan kerjasama yang indah antara Olivia dan Jim. Very nice performance ...
Satu lagu lagi ialah Know You by Heart dengan saxophone oleh Dave Koz. Dave dengan mulusnya menyajikan bagaimana suatu alat musik - saxophone tentunya dalam hal ini - bisa memberikan ekspresi dan jiwa terhadap suatu lagu. Lekuk-lekuknya, variasi hembusan, keras dan lembut, hingga ekspresi tubuhnya benar-benar membuat lagu ini seperti membuat kontak batin dengan yang melihat dan mendengarnya. Apalagi Dave dan Jim benar-benar saling mengisi ... betotan sang saxophone ditingkahi oleh ketukan romantis piano ..... benar-benar membuat terlena ... :-P
So, anda capek? Coba deh beli dan pasang DVD ini. Mudah-mudahan bisa memberikan suasana rileks ....
Apa yang anda inginkan seusai hari yang melelahkan? Leha-leha melemaskan anggota badan, otak, dan fikiran sambil mendengarkan musik? Atau sambil membaca buku/koran? Atau bercengkrama dengan anggota keluarga? Atau 'mendudukkan' diri di sajadah dan mensyukuri nikmatNya?
Kemarin malam saya sempat memutar salah satu DVD musik yang berjudul My Romantic: an evening with Jim Brickman. Jim Brickman adalah salah satu pianis pop yang beraliran romantis. So, anda bisa bayangkan ... :-)
Stagenya bernuansa gelap dan biru. Jim sendiri berpenampilan rapi dan keren tentunya. Musiknya pop, santai, dan romantis tentunya. Kalau anda punya sistem home theather yang bagus, saya yakin anda akan 'terbuai' .... bahkan Jim sendiri mengatakan dalam pembukaan konsernya, "Just pretend that I am over at your house, playing piano for you. You just sit back and relax, and you could holding your partner's hand while enjoying the music ... just enjoy ...," katanya dengan ramah dan kalem ...
So, I enjoyed the music ... it is nice to listen to it after the whole day work ... spreadsheet, email, word, powerpoint, paper work, listening to users ... and not mentioning that you still have to drive home. Just lay down and relax ....
Tiga buah lagu favorit saya dari CD ini ialah Valentine dan Change of Heart yang dinyanyikan oleh Olivia Newton John. Lagu Valentine cukup populer dan penggemar musik pop Barat pasti mengenal lagu ini. Sementara lagu Change of Heart mendemonstrasikan kerjasama yang indah antara Olivia dan Jim. Very nice performance ...
Satu lagu lagi ialah Know You by Heart dengan saxophone oleh Dave Koz. Dave dengan mulusnya menyajikan bagaimana suatu alat musik - saxophone tentunya dalam hal ini - bisa memberikan ekspresi dan jiwa terhadap suatu lagu. Lekuk-lekuknya, variasi hembusan, keras dan lembut, hingga ekspresi tubuhnya benar-benar membuat lagu ini seperti membuat kontak batin dengan yang melihat dan mendengarnya. Apalagi Dave dan Jim benar-benar saling mengisi ... betotan sang saxophone ditingkahi oleh ketukan romantis piano ..... benar-benar membuat terlena ... :-P
So, anda capek? Coba deh beli dan pasang DVD ini. Mudah-mudahan bisa memberikan suasana rileks ....
Tuesday, June 14, 2005
Menikmati hidup
Kemarin dalam perjalanan pulang, saya kembali sadar betapa mudahnya menikmati hidup. Saat itu sambil mengemudikan mobil saya memasang lagu-lagu Ebiet G Ade. Pertama hanya bersenandung mengikuti iramanya. Kemudian lambat laun mencoba mengikuti liriknya. Dan saat itulah saya tertegun karena baru menyadari indahnya syair lagu-lagu Ebiet. Mungkin begitulah hidup, jika kita bisa mengkonsentrasikan pada apa-apa yang kita temui, hadapi, lewati, niscaya akan kita temukan keindahannya!
Berikut salah satu lirik lagu beliau:
Senandung Pucuk-Pucuk Pinus
Bila kita tak segan mendaki
Lebih jauh lagi
Kita akan segera rasakan
Betapa bersahabatnya alam
Setiap sudut seperti menyapa
Bahkan teramat akrab
Seperti kita turut membangun
Seperti kita yang merencanakan
Pucuk-pucuk Pinus seperti berebut
Bergesek berdesak, berjalin tangan
Ranting kering luruh adalah nyanyian
Selaksa puisi bergayut di dahan
Leburlah di sini
Kini tinggal menunggu
Datang hembusan angin
Oh sempurnalah segalanya
Bila kita tak segan menyatu
Lebih erat lagi
Kita akan segera percaya
Betapa bersahaja alam
Lumpur kering adalah pedoman
Untuk temukan jalan
Dan butir embun adalah lentera
Dalam segenap kegelapan
Berikut salah satu lirik lagu beliau:
Senandung Pucuk-Pucuk Pinus
Bila kita tak segan mendaki
Lebih jauh lagi
Kita akan segera rasakan
Betapa bersahabatnya alam
Setiap sudut seperti menyapa
Bahkan teramat akrab
Seperti kita turut membangun
Seperti kita yang merencanakan
Pucuk-pucuk Pinus seperti berebut
Bergesek berdesak, berjalin tangan
Ranting kering luruh adalah nyanyian
Selaksa puisi bergayut di dahan
Leburlah di sini
Kini tinggal menunggu
Datang hembusan angin
Oh sempurnalah segalanya
Bila kita tak segan menyatu
Lebih erat lagi
Kita akan segera percaya
Betapa bersahaja alam
Lumpur kering adalah pedoman
Untuk temukan jalan
Dan butir embun adalah lentera
Dalam segenap kegelapan
Menjaga lisan
Memang sulit menjaga lisan/kata-kata ya? Sering kali kita sudah terlanjur berkata-kata, dan seketika itu keluar dari mulut itu seketika itu pula terlintas fikiran di kepala kita, "Aduh ... seharusnya tak kukatakan hal itu ..."
Salah satu trik menjaga kata-kata tentunya dengan berhemat dalam berbicara. Sulitnya, kadang-kadang ini ditafsirkan orang sebagai sombong, pendiam, atau sok serius ... :-)
Sulit memang menjaga lisan.
Salah satu trik menjaga kata-kata tentunya dengan berhemat dalam berbicara. Sulitnya, kadang-kadang ini ditafsirkan orang sebagai sombong, pendiam, atau sok serius ... :-)
Sulit memang menjaga lisan.
Kajian 14 Juni 2005
Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah? QS An Nisaa' 87.
Monday, June 13, 2005
Kajian 13 Juni 2005
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat leh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui QS An Nisaa' 69-70.
Sunday, June 12, 2005
Kajian 12 Juni 2005
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan RasulNya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya, QS An Nisaa' 59
Rasa menjadi public figure
Bagaimana rasanya ya jadi public figure? Seperti selalu dikerumuni orang, ditanya segala macam, dan semua tidak sabar mendapatkan jawaban ... pertama kali mungkin senang ya, tapi lama-lama tentunya akan terganggu dan mungkin makin lama makin terganggu sehingga muncul rasa stress. Akhirnya mungkin seperti yang kita sering lihat di TV, public figure 'lari' dikejar-kejar, baik oleh penggemar maupun oleh insan press.
Kebetulan saya mengalami hal ini weekend kemarin. Mau makan siang di 'food court'. Bukan food court seperti di mall-mall sih, tepatnya kumpulan pedagang yang biasa berkeliling seperti bakso, nasi goreng, gado-gado, sate, soto, nasi rames, dst.
Begitu duduk, para pedagang langsung menyerbu, "Sate?" "Soto?" "Minumnya apa? "Nasi rames pak?" "Nasi padang?" "Soto Tangkar pak?" "Juice pak" Bertubi-tubi tanpa memberikan waktu untuk bernafas. Yang lebih seru lagi, selain memberikan 'pressure' dengan kata-kata, mereka menyodorkan menu dari masing-masing jualannya, dan semuanya berdiri mengelilingi saya yang duduk di meja.
Apa nggak stress tuh? Hehehe ... saya udah sempat bilang, "Ya ya ... saya lihat dulu ya" Tapi tetap aja mereka berdiri, mengelilingi saya, sambil masih berceletuk sana-sini, "Sate? Soto? Nasi rames? ...."
Sempat agak terganggu juga ... tapi difikir-fikir mereka mencari rezeki, dan itulah cara yang menurut mereka paling efektif untuk mendapatkan pembeli. Jadi ya kenapa musti terganggu ... untunglah setelah melihat menu 1-2 menit, saya 'berhasil' memilih makan siang saya.
Yang saya surprise ialah setelah saya mengumumkan pilihan saya (hehehe ... kan public figure) mereka lalu bubar dengan tenang. Tidak ada rasa kekesalan bagi yang tidak terpilih dan yang terpilih segera menyiapkan makanannya. Tidak ada pula yang masih berusaha untuk merubah pilihan saya ...
Indah sekali melihat contoh persaingan positif yang mereka perlihatkan. Kenapa ya kita sulit melakukan hal-hal seperti mereka? Harus gontok-gontokan, penuh intrik, tipu muslihat, money politics, dan sebagainya ...
Kebetulan saya mengalami hal ini weekend kemarin. Mau makan siang di 'food court'. Bukan food court seperti di mall-mall sih, tepatnya kumpulan pedagang yang biasa berkeliling seperti bakso, nasi goreng, gado-gado, sate, soto, nasi rames, dst.
Begitu duduk, para pedagang langsung menyerbu, "Sate?" "Soto?" "Minumnya apa? "Nasi rames pak?" "Nasi padang?" "Soto Tangkar pak?" "Juice pak" Bertubi-tubi tanpa memberikan waktu untuk bernafas. Yang lebih seru lagi, selain memberikan 'pressure' dengan kata-kata, mereka menyodorkan menu dari masing-masing jualannya, dan semuanya berdiri mengelilingi saya yang duduk di meja.
Apa nggak stress tuh? Hehehe ... saya udah sempat bilang, "Ya ya ... saya lihat dulu ya" Tapi tetap aja mereka berdiri, mengelilingi saya, sambil masih berceletuk sana-sini, "Sate? Soto? Nasi rames? ...."
Sempat agak terganggu juga ... tapi difikir-fikir mereka mencari rezeki, dan itulah cara yang menurut mereka paling efektif untuk mendapatkan pembeli. Jadi ya kenapa musti terganggu ... untunglah setelah melihat menu 1-2 menit, saya 'berhasil' memilih makan siang saya.
Yang saya surprise ialah setelah saya mengumumkan pilihan saya (hehehe ... kan public figure) mereka lalu bubar dengan tenang. Tidak ada rasa kekesalan bagi yang tidak terpilih dan yang terpilih segera menyiapkan makanannya. Tidak ada pula yang masih berusaha untuk merubah pilihan saya ...
Indah sekali melihat contoh persaingan positif yang mereka perlihatkan. Kenapa ya kita sulit melakukan hal-hal seperti mereka? Harus gontok-gontokan, penuh intrik, tipu muslihat, money politics, dan sebagainya ...
Stok film DVD
Barusan ngecek film-film (DVD) yang belum ditonton .... ada 60 film! Ini gara-gara punya hobi baru .... :-P. Cuma udah tahu gitu kenapa juga masih beli film aja? Dasar manusia dengan nafsunya ... :-D
Saturday, June 11, 2005
Oh blackberry (again) ...
Kemarin sempat ngetik beberapa email di alat ini terus kepikiran infra-red keyboard yang nganggur di rumah. Apa bisa ya dipakai di BB? Utak-utik sebentar, ternyata ..... :-(. Meski BB ada bluetoothnya, tapi bluetooth servicenya benar-benar hanya dan hanya untuk pemakaian bluetooth handsfree. Tidak bisa dipakai untuk bluetooth keyboard, file transfer sesama bluetooth devices, etc etc.
Ada beberapa orang di internet yang mengusulkan untuk mengirim file yang ingin disimpan di BB seperti gambar, file Word, Excel dsb dengan cara mengirimkan email kepada diri sendiri! What a workaround ....
Definitely device ini masih harus diexplore lebih jauh. Apakah benar-benar limited seperti finding so far? ... :-(
Ada beberapa orang di internet yang mengusulkan untuk mengirim file yang ingin disimpan di BB seperti gambar, file Word, Excel dsb dengan cara mengirimkan email kepada diri sendiri! What a workaround ....
Definitely device ini masih harus diexplore lebih jauh. Apakah benar-benar limited seperti finding so far? ... :-(
Thursday, June 09, 2005
KISAH DARI NEGERI YANG MENGGIGIL
(untuk adinda: Khaerunisa)
Kesedihan adalah kumpulan layang-layang hitam
yang membayangi dan terus mengikuti
hinggap pada kata-kata
yang tak pernah sanggup kususun
juga untukmu, adik kecil
Belum lama kudengar berita pilu
yang membuat tangis seakan tak berarti
saat para bayi yang tinggal belulang
mati dikerumuni lalat karena busung lapar
: aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Lalu kulihat di televisi
ada anak-anak kecil
memilih bunuh diri
hanya karena tak bisa bayar uang sekolah
karena tak mampu membeli mie instan
juga tak ada biaya rekreasi
Beliung pun menyerbu
dari berbagai penjuru
menancapi hati
mengiris sendi-sendi diri
sampai aku hampir tak sanggup berdiri
: sekali lagi aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Lalu kudengar episodemu adik kecil
Pada suatu hari yang terik
nadimu semakin lemah
tapi tak ada uang untuk ke dokter
atau membeli obat
sebab ayahmu hanya pemulung
kaupun tak tertolong
Ayah dan abangmu berjalan berkilo-kilo
tak makan, tak minum
sebab uang tinggal enam ribu saja
mereka tuju stasiun
sambil mendorong gerobak kumuh
kau tergolek di dalamnya
berselimut sarung rombengan
pias terpejam kaku
Airmata bercucuran
peluh terus bersimbahan
Ayah dan abangmu
akan mencari kuburan
tapi tak akan ada kafan untukmu
tak akan ada kendaraan pengangkut jenazah
hanya matahari mengikuti
memanggang luka yang semakin perih
tanpa seorang pun peduli
: aku pun bertanya sambil berteriak pada diri
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Tolong bangunkan aku, adinda
biar kulihat senyummu
katakan ini hanya mimpi buruk
ini tak pernah terjadi di sini
sebab ini negeri kaya, negeri karya.
Ini negeri melimpah, gemerlap.
Ini negeri cinta
Ah, tapi seperti duka
aku pun sedang terjaga
sambil menyesali
mengapa kita tak berjumpa, Adinda
dan kau taruh sakit dan dukamu
pada pundak ini
Di angkasa layang-layang hitam
semakin membayangi
kulihat para koruptor
menarik ulur benangnya
sambil bercerita
tentang rencana naik haji mereka
untuk ketujuh kalinya
Aku putuskan untuk tak lagi bertanya
pada diri, pada ayah bunda, atau siapa pun
sementara airmata menggenangi hati dan mimpi.
: aku memang sedang berada di negeriku
yang semakin pucat dan menggigil
(Abdurahman Faiz, 7 Juni 2005)
Kesedihan adalah kumpulan layang-layang hitam
yang membayangi dan terus mengikuti
hinggap pada kata-kata
yang tak pernah sanggup kususun
juga untukmu, adik kecil
Belum lama kudengar berita pilu
yang membuat tangis seakan tak berarti
saat para bayi yang tinggal belulang
mati dikerumuni lalat karena busung lapar
: aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Lalu kulihat di televisi
ada anak-anak kecil
memilih bunuh diri
hanya karena tak bisa bayar uang sekolah
karena tak mampu membeli mie instan
juga tak ada biaya rekreasi
Beliung pun menyerbu
dari berbagai penjuru
menancapi hati
mengiris sendi-sendi diri
sampai aku hampir tak sanggup berdiri
: sekali lagi aku bertanya pada diri sendiri
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Lalu kudengar episodemu adik kecil
Pada suatu hari yang terik
nadimu semakin lemah
tapi tak ada uang untuk ke dokter
atau membeli obat
sebab ayahmu hanya pemulung
kaupun tak tertolong
Ayah dan abangmu berjalan berkilo-kilo
tak makan, tak minum
sebab uang tinggal enam ribu saja
mereka tuju stasiun
sambil mendorong gerobak kumuh
kau tergolek di dalamnya
berselimut sarung rombengan
pias terpejam kaku
Airmata bercucuran
peluh terus bersimbahan
Ayah dan abangmu
akan mencari kuburan
tapi tak akan ada kafan untukmu
tak akan ada kendaraan pengangkut jenazah
hanya matahari mengikuti
memanggang luka yang semakin perih
tanpa seorang pun peduli
: aku pun bertanya sambil berteriak pada diri
benarkah ini terjadi di negeri kami?
Tolong bangunkan aku, adinda
biar kulihat senyummu
katakan ini hanya mimpi buruk
ini tak pernah terjadi di sini
sebab ini negeri kaya, negeri karya.
Ini negeri melimpah, gemerlap.
Ini negeri cinta
Ah, tapi seperti duka
aku pun sedang terjaga
sambil menyesali
mengapa kita tak berjumpa, Adinda
dan kau taruh sakit dan dukamu
pada pundak ini
Di angkasa layang-layang hitam
semakin membayangi
kulihat para koruptor
menarik ulur benangnya
sambil bercerita
tentang rencana naik haji mereka
untuk ketujuh kalinya
Aku putuskan untuk tak lagi bertanya
pada diri, pada ayah bunda, atau siapa pun
sementara airmata menggenangi hati dan mimpi.
: aku memang sedang berada di negeriku
yang semakin pucat dan menggigil
(Abdurahman Faiz, 7 Juni 2005)
Indahnya Nol
Ismail - Cafe deGromiest
Pagi itu Kang Bejo pergi ke sawah dengan wajah sumringah sambil senyam-senyum sendiri. Padahal, baru kemaren sore padinya porak-poranda oleh tiupan Gatotkaca alias angin puting beliung. Hujan lebat mengguyuri seluruh permukaan desa. Maklum, lagi musim penghujan. Aneh, kalau mengharapkan kemarau. Melawan takdir, apa?
Ketika berpapasan di depan kuburan, satu-satunya jalan menuju sawahnya, aku tak bisa menahan diri untuk bertanya.
“Sugeng enjing Kang. Dungaren kok pagi ini senyam-senyum terus.”
“Pagi, Cak Mangil. Kalau ndak senyum, musti gimana Cak.”
“Bukannya sawah sampeyan lagi rusak dan panen terancam gagal?”
“Lha yo wis terjadi, mau gimana lagi Cak. Awake dewe kan cuma petani. Kalau Kanjeng Gusti punya maksud lain, mau apa kita.”
Wah, batinku, hebat tenan Kang Bejo ini. Berhektar-hektar sawahnya rusak, tapi tetap tenang.
Memang, di desa kami, Kang Bejo ini terkenal sebagai petani yang paling rajin dan ndak banyak keinginan. Yang bikin hebat lagi, dia ndak stress ketika panennya gagal. Soalnya, aku denger di desa sebelah, Kaji Somad bunuh diri karena stress. Ikan gurame di 10 tambaknya pada mati, terkena arus bawah yang naik ke atas ketika hujan lebat kemaren. Katanya sih karena modalnya masih pinjeman dari bank. Mungkin stress ndak tahu gimana ngembaliinnya. Padahal perhitungannya sudah matang. Menjelang lebaran, kebutuhan terhadap ikan tinggi. Jika penen tahun ini sukses, dia akan untung besar. Hutang langsung lunas, bisa berangkat haji, dan masih ada sisa untuk modal. Namun hujan lebat itu telah menghancurkan segala impian dan rencannya.
“Apa ndak sedih sampeyan Kang?”
“Kalau mau dibawa sedih ya jadi sedih, kalau dibawa enak ya enak. Tinggal milih siapa yang membawa.”
Wah, makin ndak ngerti saya apa maksud Kang Bejo.
“Tinggal milih gimana, Kang? Ndak mudeng saya.”
“Gimana bisa mudeng, lha sampeyan kalau jalan selalu buru-buru. Seperti ngejar setoran.”
“Kan musti kerja keras Kang. Waktu musti dimanfaatin dengan sungguh-sungguh. Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren. Bener tho, Kang?”
“Iya, bener. Kalau pingin ngerti, monggo, coba perhatikan dan rasakan embun pagi yang menyentuh wajahmu setiap berangkat ke sawah. Jangan sawahnya mulu yang dipikirin sepanjang jalan.”
Hebat, Kang Bejo mulai mengeluarkan ilmunya, nih..
“Terus, apa hubungannya?”
“Kebanyakan tanya sampeyan itu Cak, he.he.. Wis, pokoknya begitu. Rasain aja sendiri. Maaf ya, aku musti belok ke kanan, ke sawahku. Pingin ndengerin suara gemericik air. Assalamu’alaikum Cak Mangil.”
“Walaikum salam Kang Bejo,” jawabku sambil bingung di akhir percakapan pagi itu. Bukannya dia sedih tanamannya rusak, tapi malah pingin ndengerin air. Apa asyiknya?
Sesampainya aku di sawahku, kulihat tanaman padi yang kemaren masih rapi dan subur, kini sudah patah-patah, rusak ndak karuan. “Duh Gusti, kenapa sawahku juga kena? Mau makan apa anak istriku?” Aku lupa kalau baru saja ketemu Kang Bejo yang tenang itu. Yang ada di pikiranku hanyalah kegagalan dan kerugian di depan mata. Tubuhku lemes, ndak ada harapan. Aku memang petani baru di desa itu, dan baru kali ini mendapatkan kegagalan panen.
Esok paginya, aku berangkat lagi ke sawah. Tiba-tiba aku ingat pesan Kang Bejo, “Coba rasakan embun pagi yang menyentuh wajahmu…”
Sambil memanggul cangkul, sebelum menyusuri jalan, aku merasakan titik-titik kecil embun di wajahku. Aku pejamkan mata dan bernafas dalam-dalam. Kurasakan udara pagi yang sejuk menyentuh setiap permukaan lobang hidung, mengisi paru-paru, dan kurasakan dada mengembang. Kutahan sebentar, dan aaahh… Serasa lepas semua beban pikiran. Yang kurasakan hanya kesejukan di dada. Berulang-ulang kulakukan, sambil berjalan ke sawah.
Aha.. ini rupanya yang dimaksud Kang Bejo.. Selama ini aku terlalu berpusat pada kesadaran atas, kesadaran pikiran, kepada rencana-rencana. Aku menelusuri jalan yang sama setiap hari, tapi aku tidak pernah memperhatikan jalan-jalan itu. Aku memandang pohon-pohon, tetapi aku tidak malihatnya. Aku lupa dan tidak mempedulikan sama sekali kepada kesadaran bawah, kesadaran hati, kepada embun dan udara pagi yang sejuk mengisi dadaku. Aku lupa, tanpa embun, tidak ada pagi yang sejuk. Tanpa udara sejuk dan bersih, tidak ada kesegaran dalam diri di pagi hari. Aku tidak mendengar suara-suara burung di sepanjang jalan itu.
Kini, aku pun menikmati segala yang ada di depanku, merasakannya hingga ke dalam hati. Aku berbincang dengan embun-embun itu, menanyakan kabarnya semalam. Aku resapi suara burung di pohon-pohon pinggir jalan, kurasakan kerikil-kerikil kecil memijit-mijit kaki ku yang telanjang.
Kurasakan sebuah pelepasan.. pelepasan yang sangat mendalam. Pelepasan pikiran. Dan kurasakan hatiku pun semakin sejuk terisi. Dalam pelepasan, kurasakan pengisian. Dalam pelepasan kurasakan keindahan. Kurasakan surga setiap hari, baik dikala sukses maupun gagal.
Dan aku pun tersenyum, seperti Kang Bejo…
“Sugeng enjing Cak Mangil. Tumben senyam-senyum…” sapa Kang Bejo pagi itu.
Pagi itu Kang Bejo pergi ke sawah dengan wajah sumringah sambil senyam-senyum sendiri. Padahal, baru kemaren sore padinya porak-poranda oleh tiupan Gatotkaca alias angin puting beliung. Hujan lebat mengguyuri seluruh permukaan desa. Maklum, lagi musim penghujan. Aneh, kalau mengharapkan kemarau. Melawan takdir, apa?
Ketika berpapasan di depan kuburan, satu-satunya jalan menuju sawahnya, aku tak bisa menahan diri untuk bertanya.
“Sugeng enjing Kang. Dungaren kok pagi ini senyam-senyum terus.”
“Pagi, Cak Mangil. Kalau ndak senyum, musti gimana Cak.”
“Bukannya sawah sampeyan lagi rusak dan panen terancam gagal?”
“Lha yo wis terjadi, mau gimana lagi Cak. Awake dewe kan cuma petani. Kalau Kanjeng Gusti punya maksud lain, mau apa kita.”
Wah, batinku, hebat tenan Kang Bejo ini. Berhektar-hektar sawahnya rusak, tapi tetap tenang.
Memang, di desa kami, Kang Bejo ini terkenal sebagai petani yang paling rajin dan ndak banyak keinginan. Yang bikin hebat lagi, dia ndak stress ketika panennya gagal. Soalnya, aku denger di desa sebelah, Kaji Somad bunuh diri karena stress. Ikan gurame di 10 tambaknya pada mati, terkena arus bawah yang naik ke atas ketika hujan lebat kemaren. Katanya sih karena modalnya masih pinjeman dari bank. Mungkin stress ndak tahu gimana ngembaliinnya. Padahal perhitungannya sudah matang. Menjelang lebaran, kebutuhan terhadap ikan tinggi. Jika penen tahun ini sukses, dia akan untung besar. Hutang langsung lunas, bisa berangkat haji, dan masih ada sisa untuk modal. Namun hujan lebat itu telah menghancurkan segala impian dan rencannya.
“Apa ndak sedih sampeyan Kang?”
“Kalau mau dibawa sedih ya jadi sedih, kalau dibawa enak ya enak. Tinggal milih siapa yang membawa.”
Wah, makin ndak ngerti saya apa maksud Kang Bejo.
“Tinggal milih gimana, Kang? Ndak mudeng saya.”
“Gimana bisa mudeng, lha sampeyan kalau jalan selalu buru-buru. Seperti ngejar setoran.”
“Kan musti kerja keras Kang. Waktu musti dimanfaatin dengan sungguh-sungguh. Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren. Bener tho, Kang?”
“Iya, bener. Kalau pingin ngerti, monggo, coba perhatikan dan rasakan embun pagi yang menyentuh wajahmu setiap berangkat ke sawah. Jangan sawahnya mulu yang dipikirin sepanjang jalan.”
Hebat, Kang Bejo mulai mengeluarkan ilmunya, nih..
“Terus, apa hubungannya?”
“Kebanyakan tanya sampeyan itu Cak, he.he.. Wis, pokoknya begitu. Rasain aja sendiri. Maaf ya, aku musti belok ke kanan, ke sawahku. Pingin ndengerin suara gemericik air. Assalamu’alaikum Cak Mangil.”
“Walaikum salam Kang Bejo,” jawabku sambil bingung di akhir percakapan pagi itu. Bukannya dia sedih tanamannya rusak, tapi malah pingin ndengerin air. Apa asyiknya?
Sesampainya aku di sawahku, kulihat tanaman padi yang kemaren masih rapi dan subur, kini sudah patah-patah, rusak ndak karuan. “Duh Gusti, kenapa sawahku juga kena? Mau makan apa anak istriku?” Aku lupa kalau baru saja ketemu Kang Bejo yang tenang itu. Yang ada di pikiranku hanyalah kegagalan dan kerugian di depan mata. Tubuhku lemes, ndak ada harapan. Aku memang petani baru di desa itu, dan baru kali ini mendapatkan kegagalan panen.
Esok paginya, aku berangkat lagi ke sawah. Tiba-tiba aku ingat pesan Kang Bejo, “Coba rasakan embun pagi yang menyentuh wajahmu…”
Sambil memanggul cangkul, sebelum menyusuri jalan, aku merasakan titik-titik kecil embun di wajahku. Aku pejamkan mata dan bernafas dalam-dalam. Kurasakan udara pagi yang sejuk menyentuh setiap permukaan lobang hidung, mengisi paru-paru, dan kurasakan dada mengembang. Kutahan sebentar, dan aaahh… Serasa lepas semua beban pikiran. Yang kurasakan hanya kesejukan di dada. Berulang-ulang kulakukan, sambil berjalan ke sawah.
Aha.. ini rupanya yang dimaksud Kang Bejo.. Selama ini aku terlalu berpusat pada kesadaran atas, kesadaran pikiran, kepada rencana-rencana. Aku menelusuri jalan yang sama setiap hari, tapi aku tidak pernah memperhatikan jalan-jalan itu. Aku memandang pohon-pohon, tetapi aku tidak malihatnya. Aku lupa dan tidak mempedulikan sama sekali kepada kesadaran bawah, kesadaran hati, kepada embun dan udara pagi yang sejuk mengisi dadaku. Aku lupa, tanpa embun, tidak ada pagi yang sejuk. Tanpa udara sejuk dan bersih, tidak ada kesegaran dalam diri di pagi hari. Aku tidak mendengar suara-suara burung di sepanjang jalan itu.
Kini, aku pun menikmati segala yang ada di depanku, merasakannya hingga ke dalam hati. Aku berbincang dengan embun-embun itu, menanyakan kabarnya semalam. Aku resapi suara burung di pohon-pohon pinggir jalan, kurasakan kerikil-kerikil kecil memijit-mijit kaki ku yang telanjang.
Kurasakan sebuah pelepasan.. pelepasan yang sangat mendalam. Pelepasan pikiran. Dan kurasakan hatiku pun semakin sejuk terisi. Dalam pelepasan, kurasakan pengisian. Dalam pelepasan kurasakan keindahan. Kurasakan surga setiap hari, baik dikala sukses maupun gagal.
Dan aku pun tersenyum, seperti Kang Bejo…
“Sugeng enjing Cak Mangil. Tumben senyam-senyum…” sapa Kang Bejo pagi itu.
Blackberry (again) ...
Ternyata setelah mencoba beberapa hari, blackberry ternyata bisa membantu mengoptimalkan waktu kerja kita. Saat menunggu seperti naik bis, sedang santai makan siang, saat teman kerja kita sibuk mencari barang yang hendak dia perlihatkan kepada kita, saat berolahraga dengan sepeda statis dll kita bisa gunakan waktu sejenak untuk menjawab email-email yang masuk. Biasanya email yang kita bisa jawab pada saat-saat kilat ini ialah email yang sifatnya tidak penting (not important) tetapi perlu segera dijawab (seperti permintaan waktu untuk rapat, konfirmasi pembelian, dst dst).
So, boleh lah dipakai. Tapi awas! Jangan sampai kecanduan ... karena barang ini bisa dengan mudah 'menjebak' anda untuk bekerja 24 jam, 7 hari seminggu, 365 hari setahun ... :-)
So, boleh lah dipakai. Tapi awas! Jangan sampai kecanduan ... karena barang ini bisa dengan mudah 'menjebak' anda untuk bekerja 24 jam, 7 hari seminggu, 365 hari setahun ... :-)
Kajian 9 Juni 2005
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai istri-istri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh dan nyaman QS An Nisaa' 57.
Wednesday, June 08, 2005
Puncak
Apa yang kita rasakan ketika kita berhasil mencapai suatu puncak. Entah puncak gunung, bukit, atau 'puncak' seperti selesainya tugas/pekerjaan yang besar? Senang, bahagia? Rasa lelah yang perlahan lenyap dan berganti dengan kepuasan? Sujud syukur karena telah mencapai puncak ini?
Saat kita akan mendaki kita biasa 'mendongak' ke atas untuk melihat tujuan yang hendak kita capai. Jauh, panjang, melelahkan, itu mungkin yang terbayang di benak kita.
Namun setelah sampai di puncak tersebut apa yang kita sadari? Kita lalu sadar akan 2 hal:
- Setelah beristirahat, saatnya untuk turun kembali
Inilah hidup ini barangkali ya ... ada saat puncak dan ada saat turun. Suka tidak suka, itulah suratan alam.
- Sambil beristirahat, kita melihat sekitar kita dan kita baru sadar, kalau masih banyak puncak-puncak lain yang jauh lebih tinggi dan puncak yang kita baru saja daki menjadi biasa-biasa saja.
Makin tinggi kita mendaki, makin banyak pula puncak-puncak lain yang menunggu. Makin pula kita sadar, bahwa pencapaian kita itu sangat kecil dibandingkan kebesaran hidup dan alam ini.
Maha Besar Allah, Sang Maha Pencipta ...
Saat kita akan mendaki kita biasa 'mendongak' ke atas untuk melihat tujuan yang hendak kita capai. Jauh, panjang, melelahkan, itu mungkin yang terbayang di benak kita.
Namun setelah sampai di puncak tersebut apa yang kita sadari? Kita lalu sadar akan 2 hal:
- Setelah beristirahat, saatnya untuk turun kembali
Inilah hidup ini barangkali ya ... ada saat puncak dan ada saat turun. Suka tidak suka, itulah suratan alam.
- Sambil beristirahat, kita melihat sekitar kita dan kita baru sadar, kalau masih banyak puncak-puncak lain yang jauh lebih tinggi dan puncak yang kita baru saja daki menjadi biasa-biasa saja.
Makin tinggi kita mendaki, makin banyak pula puncak-puncak lain yang menunggu. Makin pula kita sadar, bahwa pencapaian kita itu sangat kecil dibandingkan kebesaran hidup dan alam ini.
Maha Besar Allah, Sang Maha Pencipta ...
Apresiasi
Apresiasi ... penghargaan.
Apa yang anda rasakan jika anda telah menyelesaikan suatu tugas dengan baik kemudian atasan anda mengapresiasi hasil dengan dengan hati yang tulus? Ia mungkin memberikan segepok uang sebagai penghargaan. Namun mungkin pula ia 'hanya' menepuk bahu anda sambil menjabat tangan anda. Namun bentuk apapun penghargaan itu, ia lakukan dengan hati yang tulus, demikian tulusnya sehingga anda bisa merasakan kehangatannya.
Bagaimana jika anda berada pada posisi sebaliknya, sebagai seorang atasan, anda sangat senang dan puas dengan hasil pekerjaan bawahan anda. Anda memberikan penghargaan, di depan orang banyak, dengan wajah yang berseri-seri dan jabatan tangan yang hangat. Apa yang anda rasakan?
Lalu bagaimana jika sebaliknya, yaitu justru bawahan anda yang memberikan anda penghargaan? Mereka menganggap anda telah melaksanakan tugas anda sebagai atasan dan pemimpin mereka. Mereka menghargai itu dan juga sekaligus mendorong anda untuk melaksanakan tugas sebagai atasan, pemimpin, pembimbing, pendukung, dan fasilitator lebih baik lagi. Apa yang anda rasakan?
:-)
Apapun kasusnya, kita manusia harus senantiasa bersyukur. Kita harus bisa mengembalikan semua penghargaan itu kepadaNya, yang telah begitu banyak memberikan rezeki yang tiada putus-putusnya kepada kita. Kita juga harus sadar kalau penghargaan itu adalah satu titik tonggak dalam kehidupan kita, mungkin pitstop dalam balap Formula 1. Kita boleh berhenti sejenak untuk merenung dan merefleksi yang telah lewat. Namun setelah itu saatnya itu berangkat kembali untuk menapaki hidup yang cuma sebentar ini.
Alhamdulillah ...
Apa yang anda rasakan jika anda telah menyelesaikan suatu tugas dengan baik kemudian atasan anda mengapresiasi hasil dengan dengan hati yang tulus? Ia mungkin memberikan segepok uang sebagai penghargaan. Namun mungkin pula ia 'hanya' menepuk bahu anda sambil menjabat tangan anda. Namun bentuk apapun penghargaan itu, ia lakukan dengan hati yang tulus, demikian tulusnya sehingga anda bisa merasakan kehangatannya.
Bagaimana jika anda berada pada posisi sebaliknya, sebagai seorang atasan, anda sangat senang dan puas dengan hasil pekerjaan bawahan anda. Anda memberikan penghargaan, di depan orang banyak, dengan wajah yang berseri-seri dan jabatan tangan yang hangat. Apa yang anda rasakan?
Lalu bagaimana jika sebaliknya, yaitu justru bawahan anda yang memberikan anda penghargaan? Mereka menganggap anda telah melaksanakan tugas anda sebagai atasan dan pemimpin mereka. Mereka menghargai itu dan juga sekaligus mendorong anda untuk melaksanakan tugas sebagai atasan, pemimpin, pembimbing, pendukung, dan fasilitator lebih baik lagi. Apa yang anda rasakan?
:-)
Apapun kasusnya, kita manusia harus senantiasa bersyukur. Kita harus bisa mengembalikan semua penghargaan itu kepadaNya, yang telah begitu banyak memberikan rezeki yang tiada putus-putusnya kepada kita. Kita juga harus sadar kalau penghargaan itu adalah satu titik tonggak dalam kehidupan kita, mungkin pitstop dalam balap Formula 1. Kita boleh berhenti sejenak untuk merenung dan merefleksi yang telah lewat. Namun setelah itu saatnya itu berangkat kembali untuk menapaki hidup yang cuma sebentar ini.
Alhamdulillah ...
Kajian 8 Juni 2005
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun QS An Nisaa' 49.
Tuesday, June 07, 2005
Naik KRL untuk mengubur anaknya
Salemba, Warta Kota
PEJABAT Jakarta seperti ditampar. Seorang warganya harus menggendong mayat anaknya karena tak mampu sewa mobil jenazah.
Penumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta Bogor pun geger Minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3thn). Supriono akan memakamkan si kecil di Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa KRL. Tapi di Stasiun Tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi,Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.
Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa Khaerunisa untuk berobat ke Puskesmas Kecamatan Setiabudi. "Saya hanya sekali bawa Khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari".
Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA di Cikini itu. Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit Khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggarai hingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya.
Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (5/6) pukul 07.00. Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya.
Supriono dan Muriski termangu. Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak Musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari Manggarai hingga ke Stasiun Tebet, Supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.
Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di Stasiun Tebet. Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap Sang Khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika KRL jurusan Bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri Supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang KRL yang mendengar penjelasan Supriono langsung berkerumun dan Supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet.
Polisi menyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam. Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.
Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat Khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski.
Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor. Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan. Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. "Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa.
Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia", ujarnya. Koordinator Urban Poor Consortium, Wardah Hafidz, mengatakan peristiwa itu seharusnya tidak terjadi jika pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi orang yang tidak mampu. Yang terjadi selama ini, pemerintah hanya memerangi kemiskinan, tidak mengurusi orang miskin kata Wardah.
PEJABAT Jakarta seperti ditampar. Seorang warganya harus menggendong mayat anaknya karena tak mampu sewa mobil jenazah.
Penumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta Bogor pun geger Minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3thn). Supriono akan memakamkan si kecil di Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa KRL. Tapi di Stasiun Tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi,Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.
Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa Khaerunisa untuk berobat ke Puskesmas Kecamatan Setiabudi. "Saya hanya sekali bawa Khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari".
Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA di Cikini itu. Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit Khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggarai hingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya.
Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (5/6) pukul 07.00. Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya.
Supriono dan Muriski termangu. Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak Musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari Manggarai hingga ke Stasiun Tebet, Supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.
Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di Stasiun Tebet. Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap Sang Khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika KRL jurusan Bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri Supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang KRL yang mendengar penjelasan Supriono langsung berkerumun dan Supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet.
Polisi menyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam. Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.
Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat Khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski.
Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor. Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan. Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. "Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa.
Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia", ujarnya. Koordinator Urban Poor Consortium, Wardah Hafidz, mengatakan peristiwa itu seharusnya tidak terjadi jika pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi orang yang tidak mampu. Yang terjadi selama ini, pemerintah hanya memerangi kemiskinan, tidak mengurusi orang miskin kata Wardah.
Kisah Tentang Lapar
Zaim Uchrowi
"Pernahkah hari-hari ini engkau ketemu orang yang tidak makan nasi?"
Saya menggeleng.
Berita kelaparan telah beberapa kali saya dengar. Foto anak-anak yang mencoba mengisap tetek ibunya yang telah kering menggelayut beberapa kali menyita perhatian saya. Juga mereka yang bersusah payah mencoba menelan bubur ransum bantuan lembaga-lembaga dunia. Atau yang terbaring sebagai kulit dan tulang dengan pandangan mata kosong. Sedangkan lalat berkerumun di sekitar bibirnya.
Potret-potret kelaparan dari Ethiopia dan belahan lain benua Afrika menyodok nurani kita di era 1980-an. Lalu dari Burundi dan Rwanda. Daerah-daerah yang sebagian kecil pemimpinnya 'sukses' memanipulasi masyarakat untuk mempertahankan permusuhan abadi.
Kisah kelaparan - di saat kita sering tak menghabiskan makanan di piring - itupun mendekat. Agustus dan September lalu tersiar kabar. Satu demi satu orang di Kabupaten Jayawijaya, Irian Jaya, mati lantaran kemarau. Angka itu terus merangkak naik hingga sekitar 330-an, atau bahkan lebih. Umumnya mereka adalah penduduk desa-desa di lembah terpencil pedalaman Irian.
"Tak semua mati karena kelaparan," demikian kabar yang tersiar. Sebagian meninggal lantaran penyakit. Wabah yang meluas akibat buruknya sanitasi air di musim kering lalu. Namun, sebagian yang lain, meninggal lantaran tidak makan. Sebuah cara mati yang saya tak membayangkan masih terjadi saat ini.
Begitu sering kita mendengar berita kelaparan. Sampai kita menganggap kematian demikian adalah hal biasa. Tidak istimewa. Tidak perlu dipersoalkan. Masih adanya orang yang tidak makan di sekitar kita bukan tragedi. Sama dengan kebakaran hutan, meruyaknya korupsi, atau bahkan kemerosotan rupiah.
Saya hampir hampir se-pekak dan sepayah itu pula. Berita kelaparan menjadi tak ubahnya berita pertandingan sepakbola. Atau berita pernikahan Tamara Blezinsky. Saya tak siap ketika Zainul - kawan kecil saya - bertanya:"Pernahkah hari-hari ini kau ketemu orang yang tak makan nasi?"
"Kalian orang-orang kota tak akan pernah ketemu mereka," kata peternak ayam itu. "Di desa-desa (Jawa sekalipun) masih sangat banyak."
Dituturkannya apa yang beberapa kali ia lakukan beberapa bulan terakhir. Dengan istri dan anak-anaknya ia acap berkeliling ke daerah-daerah tandus wilayah Selatan Jawa. Kijangnya ia penuhi dengan beras dan mie instant. Ia datang ke desa-desa dan bertanya" "Siapa yang paling kesulitan di desa itu?" Sedikit beras dan mie pun diulurkannya.
"Mereka cuma makan ketela dan sambal. Habis mau apa lagi. Pohon pisang - yang daunnya dapat dijual pula - mati karena kemarau." Saya pun teringat mereka yang sekarat di Irian (mudah-mudahan tidak ada lagi) karena ketela dan ubi pun tak ada. Saya teringat pada seorang kenalan (keluarga pegawai negeri) yang memindahkan milyaran uang pribadinya ke Singapura. Saya juga teringat pada diri saya sendiri yang ternyata belum berbuat apa-apa.
19 Desember 1997
"Pernahkah hari-hari ini engkau ketemu orang yang tidak makan nasi?"
Saya menggeleng.
Berita kelaparan telah beberapa kali saya dengar. Foto anak-anak yang mencoba mengisap tetek ibunya yang telah kering menggelayut beberapa kali menyita perhatian saya. Juga mereka yang bersusah payah mencoba menelan bubur ransum bantuan lembaga-lembaga dunia. Atau yang terbaring sebagai kulit dan tulang dengan pandangan mata kosong. Sedangkan lalat berkerumun di sekitar bibirnya.
Potret-potret kelaparan dari Ethiopia dan belahan lain benua Afrika menyodok nurani kita di era 1980-an. Lalu dari Burundi dan Rwanda. Daerah-daerah yang sebagian kecil pemimpinnya 'sukses' memanipulasi masyarakat untuk mempertahankan permusuhan abadi.
Kisah kelaparan - di saat kita sering tak menghabiskan makanan di piring - itupun mendekat. Agustus dan September lalu tersiar kabar. Satu demi satu orang di Kabupaten Jayawijaya, Irian Jaya, mati lantaran kemarau. Angka itu terus merangkak naik hingga sekitar 330-an, atau bahkan lebih. Umumnya mereka adalah penduduk desa-desa di lembah terpencil pedalaman Irian.
"Tak semua mati karena kelaparan," demikian kabar yang tersiar. Sebagian meninggal lantaran penyakit. Wabah yang meluas akibat buruknya sanitasi air di musim kering lalu. Namun, sebagian yang lain, meninggal lantaran tidak makan. Sebuah cara mati yang saya tak membayangkan masih terjadi saat ini.
Begitu sering kita mendengar berita kelaparan. Sampai kita menganggap kematian demikian adalah hal biasa. Tidak istimewa. Tidak perlu dipersoalkan. Masih adanya orang yang tidak makan di sekitar kita bukan tragedi. Sama dengan kebakaran hutan, meruyaknya korupsi, atau bahkan kemerosotan rupiah.
Saya hampir hampir se-pekak dan sepayah itu pula. Berita kelaparan menjadi tak ubahnya berita pertandingan sepakbola. Atau berita pernikahan Tamara Blezinsky. Saya tak siap ketika Zainul - kawan kecil saya - bertanya:"Pernahkah hari-hari ini kau ketemu orang yang tak makan nasi?"
"Kalian orang-orang kota tak akan pernah ketemu mereka," kata peternak ayam itu. "Di desa-desa (Jawa sekalipun) masih sangat banyak."
Dituturkannya apa yang beberapa kali ia lakukan beberapa bulan terakhir. Dengan istri dan anak-anaknya ia acap berkeliling ke daerah-daerah tandus wilayah Selatan Jawa. Kijangnya ia penuhi dengan beras dan mie instant. Ia datang ke desa-desa dan bertanya" "Siapa yang paling kesulitan di desa itu?" Sedikit beras dan mie pun diulurkannya.
"Mereka cuma makan ketela dan sambal. Habis mau apa lagi. Pohon pisang - yang daunnya dapat dijual pula - mati karena kemarau." Saya pun teringat mereka yang sekarat di Irian (mudah-mudahan tidak ada lagi) karena ketela dan ubi pun tak ada. Saya teringat pada seorang kenalan (keluarga pegawai negeri) yang memindahkan milyaran uang pribadinya ke Singapura. Saya juga teringat pada diri saya sendiri yang ternyata belum berbuat apa-apa.
19 Desember 1997
Blackberry ...
Hmm seperti nama buah ya? But, this time ini mengenai ... dari pada repot saya kutip dari www.blackberry.com:
BlackBerry® is a leading wireless connectivity solution, providing access to a wide range of applications on a variety of wireless devices around the world. It combines award winning devices, software and services to keep mobile professionals in touch with the people, data and resources that drive their day.
BlackBerry keeps you ‘in-the-loop’ while you’re on the go with push-based technology that automatically delivers email and other data to your BlackBerry device. And with the integrated phone, SMS, browser and organizer applications, you can easily manage all your information and communications from a single, integrated device.
So, coba-coba sebentar ternyata aplikasi standar yang ada di Blackberry yang saya coba (tipe 7210?) ternyata sangat terbatas. Persis seperti bawaan standar milik Palm maupun PocketPC. Diperlukan software PIM (Personal Information Manager) yang bagus untuk menutupi ini, seperti PocketInformant untuk PocketPC maupun Agendus untuk Palm. Sayang juga padahal kalau lihat dari definisi di atas, harusnya kemampuan PIM yang canggih merupakan fasilitas standar Blackberry.
Cari-cari software tambahan ... rupanya di handango cukup banyak juga. Ada nggak ya *****nya di sini? :-P
BlackBerry® is a leading wireless connectivity solution, providing access to a wide range of applications on a variety of wireless devices around the world. It combines award winning devices, software and services to keep mobile professionals in touch with the people, data and resources that drive their day.
BlackBerry keeps you ‘in-the-loop’ while you’re on the go with push-based technology that automatically delivers email and other data to your BlackBerry device. And with the integrated phone, SMS, browser and organizer applications, you can easily manage all your information and communications from a single, integrated device.
So, coba-coba sebentar ternyata aplikasi standar yang ada di Blackberry yang saya coba (tipe 7210?) ternyata sangat terbatas. Persis seperti bawaan standar milik Palm maupun PocketPC. Diperlukan software PIM (Personal Information Manager) yang bagus untuk menutupi ini, seperti PocketInformant untuk PocketPC maupun Agendus untuk Palm. Sayang juga padahal kalau lihat dari definisi di atas, harusnya kemampuan PIM yang canggih merupakan fasilitas standar Blackberry.
Cari-cari software tambahan ... rupanya di handango cukup banyak juga. Ada nggak ya *****nya di sini? :-P
Kajian 7 Juni 2005
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diriQS An Nisaa' 36.
Monday, June 06, 2005
DVD Musik
Suka dengar musik dan nonton 'live'nya lewat DVD? Favorit saya untuk DVD musik so far ialah Josh Groban, Diana Krall di Paris dan Rod Stewart di Royal Albert Hall.
Josh Groban, kita udah tahu suaranya asyik banget. Udah gitu orangnya imut-imut ... apalagi ada David Foster di piano dan arranger. Dengerin dan nonton DVD musik ini bikin 'melayang-layang' hehehe ...
Kalau Diana Krall, kualitas rekaman dan gambarnya jempolan. Pengiring, baik standar jazz maupun orkestranya mantap banget. Dan puncaknya suara dan penampilan Diana Krall. Sexy banget ... membuat terbuai kemana-mana hehehe ... somehow, menurut saya Diana mampu membuat suatu lagu menjadi berbeda, benar-benar khas Diana. Dengan bertukar suara, dari bariton, kemudian sengau, kadang kala malas, membuat keseluruhan penampilan bisa memukau yang menontonnya.
Rod Stewart? Suaranya khas sekali ... senyumannya juga keren. Yang saya bilang bagus sekali dari DVD ini ialah suasana panggungnya sendiri (Royal Albert Hall) dan kualitas orkestra pengiringnya. Tentu pula dengan pengiring gitar dan biola yang mampu memberikan nuansa bening dan tajam 'membelah' musik yang disajikan. Yang pasti sepanjang pertunjukan ini respons penonton luar biasa, mereka sibuk turut bernyanyi .. kadang-kadang sampai tidak memberikan peluang kepada Rod untuk bernyanyi!
Beralih ke rock ... :-), saya sampai sekarang masih suka mutar DVD musik Led Zeppelin. Kualitas rekaman biasa saja (bahkan mungkin kurang bagus), begitu juga kualitas gambar, boleh dibilang buruk. Cuma saya selalu terpana menyaksikan bagaimana Jimmy Page 'menggaruk' gitarnya dengan presisi dan kecepatan yang dahsyat ... cepat sekali tapi tidak 'terpleset' sedikitpun!
Josh Groban, kita udah tahu suaranya asyik banget. Udah gitu orangnya imut-imut ... apalagi ada David Foster di piano dan arranger. Dengerin dan nonton DVD musik ini bikin 'melayang-layang' hehehe ...
Kalau Diana Krall, kualitas rekaman dan gambarnya jempolan. Pengiring, baik standar jazz maupun orkestranya mantap banget. Dan puncaknya suara dan penampilan Diana Krall. Sexy banget ... membuat terbuai kemana-mana hehehe ... somehow, menurut saya Diana mampu membuat suatu lagu menjadi berbeda, benar-benar khas Diana. Dengan bertukar suara, dari bariton, kemudian sengau, kadang kala malas, membuat keseluruhan penampilan bisa memukau yang menontonnya.
Rod Stewart? Suaranya khas sekali ... senyumannya juga keren. Yang saya bilang bagus sekali dari DVD ini ialah suasana panggungnya sendiri (Royal Albert Hall) dan kualitas orkestra pengiringnya. Tentu pula dengan pengiring gitar dan biola yang mampu memberikan nuansa bening dan tajam 'membelah' musik yang disajikan. Yang pasti sepanjang pertunjukan ini respons penonton luar biasa, mereka sibuk turut bernyanyi .. kadang-kadang sampai tidak memberikan peluang kepada Rod untuk bernyanyi!
Beralih ke rock ... :-), saya sampai sekarang masih suka mutar DVD musik Led Zeppelin. Kualitas rekaman biasa saja (bahkan mungkin kurang bagus), begitu juga kualitas gambar, boleh dibilang buruk. Cuma saya selalu terpana menyaksikan bagaimana Jimmy Page 'menggaruk' gitarnya dengan presisi dan kecepatan yang dahsyat ... cepat sekali tapi tidak 'terpleset' sedikitpun!
Kajian 6 Juni 2005
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu QS An Nisaa' 29.
Sunday, June 05, 2005
Memahami vs mengharapkan
Dalam kehidupan kita seringkali terbiasa menaruh bingkai prinsip-prinsip hidup kita pada orang lain dan mengharapkan orang itu berperilaku sesuai dengan bingkai tersebut. Mengapa begitu? Mungkin karena orang itu adalah anggota tim kita, mungkin pula dia adalah tetangga kita, atau bahkan mungkin orang itu adalah anak dan istri/suami kita. Karena interaksi antar kita yang sedemikian eratnya, biasanya timbul harapan bahwa orang-orang itu akan berperilaku sesuai dengan harapan kita, sesuai dengan standard yang telah kita 'patok' dalam kehidupan kita pribadi.
Apa yang biasanya terjadi? Umumnya yang terjadi ialah kita kecewa, karena memang 'bingkai' itu hanya cocok pada diri kita sendiri. Orang mungkin bisa menyesuaikan diri, namun ada unsur 'keterpaksaan' di situ, karena dia sebenarnya punya 'bingkai' sendiri yang berbeda dengan kita.
Stephen Covey menyinggung ini dalam 7 Habitsnya. Ia mengatakan "Seek First to Understand then be Understood". Sebelum kita meminta orang memahami/menggunakan bingkai kita, yang pertama kita harus lakukan ialah justru mencoba memahami bingkai/prinsip-prinsip yang ia miliki. Dengan memahami bingkai miliknya, kita bisa mengerti pribadinya secara keseluruhan. Dengan demikian biasanya cara pandang kita terhadap dirinya akan berubah, mungkin akhirnya kita berkesimpulan bahwa bingkai miliknya sudah mencukupi (atau bahkan lebih indah dan sempurna dibandingkan milik kita!) untuk mencapai tujuan bersama yang ingin kita capai.
Satu hal lagi, setiap orang adalah pribadi yang unik. Oleh karena itu 'bingkai' masing-masing akan berbeda dan tidak ada yang persis sama ...
Aa Gym membawa pemikiran ini lebih jauh lagi ... terhadap orang kita harus bisa 'duduk' dalam posisi memahami. Sementara kita tidak bisa berharap agar orang menggunakan bingkai kita. Harapan kita hanyalah dan hanya boleh digantungkan pada 1 hal, yakni Sang Pencipta. Kita akan selalu kecewa jika kita menggantungkan harapan kita pada seseorang, namun yakinlah kita tidak akan kecewa dengan berharap kepadaNya .... Yang Maha Berkuasa ...
Any comments?
Apa yang biasanya terjadi? Umumnya yang terjadi ialah kita kecewa, karena memang 'bingkai' itu hanya cocok pada diri kita sendiri. Orang mungkin bisa menyesuaikan diri, namun ada unsur 'keterpaksaan' di situ, karena dia sebenarnya punya 'bingkai' sendiri yang berbeda dengan kita.
Stephen Covey menyinggung ini dalam 7 Habitsnya. Ia mengatakan "Seek First to Understand then be Understood". Sebelum kita meminta orang memahami/menggunakan bingkai kita, yang pertama kita harus lakukan ialah justru mencoba memahami bingkai/prinsip-prinsip yang ia miliki. Dengan memahami bingkai miliknya, kita bisa mengerti pribadinya secara keseluruhan. Dengan demikian biasanya cara pandang kita terhadap dirinya akan berubah, mungkin akhirnya kita berkesimpulan bahwa bingkai miliknya sudah mencukupi (atau bahkan lebih indah dan sempurna dibandingkan milik kita!) untuk mencapai tujuan bersama yang ingin kita capai.
Satu hal lagi, setiap orang adalah pribadi yang unik. Oleh karena itu 'bingkai' masing-masing akan berbeda dan tidak ada yang persis sama ...
Aa Gym membawa pemikiran ini lebih jauh lagi ... terhadap orang kita harus bisa 'duduk' dalam posisi memahami. Sementara kita tidak bisa berharap agar orang menggunakan bingkai kita. Harapan kita hanyalah dan hanya boleh digantungkan pada 1 hal, yakni Sang Pencipta. Kita akan selalu kecewa jika kita menggantungkan harapan kita pada seseorang, namun yakinlah kita tidak akan kecewa dengan berharap kepadaNya .... Yang Maha Berkuasa ...
Any comments?
Tie A Yellow Ribbon Round The Old Oak Tree
Pernah dengar lagu ini? Lagu lama, tahun 70-an ... kenapa saya mendadak ingat lagu ini?
Sebenarnya nggak mendadak sih. Kebetulan kemarin baru ikut training personal power. Dalam salah sesinya, sesi renungan dan refleksi diri, lagu ini dipilih oleh sang fasilitator training sebagai pengantar.
Ceritanya sbb (kalau mau baca ini jangan lupa cuci muka, tangan, kaki, en siap-siap tidur ya ... soalnya bakal panjang hehehe). Ada seorang pemuda yang telah melakukan kesalahan, dan akibat kesalahan itu ia harus masuk penjara. Selama di penjara ia menyadari kesalahannya serta mengirim surat ke istrinya, yang isinya menyatakan permohonan maaf.
Berulang kali surat dikirim, namun tak ada juga balasan dari istrinya, apakah ia memaafkan kesalahan pemuda itu. Namun pemuda itu tak pernah putus asa, ia terus mengirim surat hingga menjelang hari kebebasannya.
Sebelum ia dibebaskan, ia sempat mengirim surat yang terakhir kepada istrinya yang tercinta. Sang pemuda kembali meminta maaf atas segala perbuatannya. Namun ia juga minta 1 hal kepada istrinya. Yaitu untuk mengikat 1 buah pita kuning di salah satu ranting pohon Oak tua yang ada di tengah kota tempat mereka tinggal. Ia akan pulang naik bis dan ia akan melihat dari bis apakah ada pita kuning di pohon itu. Jika tak ada, maka ia tak akan berhenti di kota itu dan akan melanjutkan perjalanannya ... entah ke mana.
Seperti sebelum-sebelumnya, tak ada balasan dari istrinya hingga hari pembebasannya tiba. Rasa optimisnya perlahan-lahan memudar seiring dengan kepergiannya meninggalkan penjara, menaiki bis, hingga dalam perjalanannya melewati kota tempat tinggalnya. Kegelisahannya kian memuncak, sehingga mau tak mau memancing perhatian orang lain yang ada di bis itu.
Mereka menanyakan kepadanya dan ia menceritakan permintaannya itu kepada istrinya. Orang-orang pun kemudian bersimpati dan mulai melihat dari jendela bis, tak sabar menunggu waktu sampai di kota itu untuk melihat apakah ada pita kuning di pohon yang tua itu.
Ia sendiri semakin lama semakin gelisah dan tak sanggup memandang keluar ...
Akhirnya bis telah memasuki kota dan semakin dekat dengan pohon tua itu. Hatinya semakin gelisah, rasanya ingin pecah ... ingin melihat keluar rasanya tak sanggup jika ternyata melihat tak ada satu pun pita kuning, namun jika tak melihat, bagaimana jadinya. Bolak-balik dan benar-benar membuat dirinya tak sanggup menguasai dirinya hingga akhirnya hanya tepekur saja memandangi lantai bis tanpa sanggup melihat sedikitpun keluar.
Namun tiba-tiba seorang di bis itu berteriak dan menepuk bahunya sambil berseru, "Lihat ... lihat!"
Dengan segala kekuatan yang ada akhirnya ia sanggup menolehkan kepalanya dan melihat ke luar jendela. Apa yang dilihatnya?
Seluruh ranting pohon Oak yang tua itu dipenuhi oleh pita kuning!
Akhir cerita tentunya anda sudah bisa menebak ...
Pelajaran yang dipetik dari kisah (nyata?) ini ialah pentingnya memaafkan orang lain. Bagaimana dengan memaafkan orang lain, kita telah membuka dunia selebar-lebarnya bagi dirinya. Dan yang lebih penting lagi bagi diri kita sendiri untuk terbebas dari kenangan gelap masa lalu.
Ditarik balik ke kita ... apakah kita punya masa lalu dimana orang pernah membuat kita jengkel, marah, dendam? Maafkan semua itu, lupakan saja kenangan-kenangan itu, biarkan itu semua menjadi bagian sejarah kita yang perlu kita lewati, tutup, dan tidak menghantui kita lagi dalam melangkah ke depan ...
Sesungguhnya kedengkian itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar ...
Maafkan ... dan lupakan ... dan gunakan segala energi yang kita miliki untuk menghadapi tantangan kini dan ke depan .. :-)
Sebenarnya nggak mendadak sih. Kebetulan kemarin baru ikut training personal power. Dalam salah sesinya, sesi renungan dan refleksi diri, lagu ini dipilih oleh sang fasilitator training sebagai pengantar.
Ceritanya sbb (kalau mau baca ini jangan lupa cuci muka, tangan, kaki, en siap-siap tidur ya ... soalnya bakal panjang hehehe). Ada seorang pemuda yang telah melakukan kesalahan, dan akibat kesalahan itu ia harus masuk penjara. Selama di penjara ia menyadari kesalahannya serta mengirim surat ke istrinya, yang isinya menyatakan permohonan maaf.
Berulang kali surat dikirim, namun tak ada juga balasan dari istrinya, apakah ia memaafkan kesalahan pemuda itu. Namun pemuda itu tak pernah putus asa, ia terus mengirim surat hingga menjelang hari kebebasannya.
Sebelum ia dibebaskan, ia sempat mengirim surat yang terakhir kepada istrinya yang tercinta. Sang pemuda kembali meminta maaf atas segala perbuatannya. Namun ia juga minta 1 hal kepada istrinya. Yaitu untuk mengikat 1 buah pita kuning di salah satu ranting pohon Oak tua yang ada di tengah kota tempat mereka tinggal. Ia akan pulang naik bis dan ia akan melihat dari bis apakah ada pita kuning di pohon itu. Jika tak ada, maka ia tak akan berhenti di kota itu dan akan melanjutkan perjalanannya ... entah ke mana.
Seperti sebelum-sebelumnya, tak ada balasan dari istrinya hingga hari pembebasannya tiba. Rasa optimisnya perlahan-lahan memudar seiring dengan kepergiannya meninggalkan penjara, menaiki bis, hingga dalam perjalanannya melewati kota tempat tinggalnya. Kegelisahannya kian memuncak, sehingga mau tak mau memancing perhatian orang lain yang ada di bis itu.
Mereka menanyakan kepadanya dan ia menceritakan permintaannya itu kepada istrinya. Orang-orang pun kemudian bersimpati dan mulai melihat dari jendela bis, tak sabar menunggu waktu sampai di kota itu untuk melihat apakah ada pita kuning di pohon yang tua itu.
Ia sendiri semakin lama semakin gelisah dan tak sanggup memandang keluar ...
Akhirnya bis telah memasuki kota dan semakin dekat dengan pohon tua itu. Hatinya semakin gelisah, rasanya ingin pecah ... ingin melihat keluar rasanya tak sanggup jika ternyata melihat tak ada satu pun pita kuning, namun jika tak melihat, bagaimana jadinya. Bolak-balik dan benar-benar membuat dirinya tak sanggup menguasai dirinya hingga akhirnya hanya tepekur saja memandangi lantai bis tanpa sanggup melihat sedikitpun keluar.
Namun tiba-tiba seorang di bis itu berteriak dan menepuk bahunya sambil berseru, "Lihat ... lihat!"
Dengan segala kekuatan yang ada akhirnya ia sanggup menolehkan kepalanya dan melihat ke luar jendela. Apa yang dilihatnya?
Seluruh ranting pohon Oak yang tua itu dipenuhi oleh pita kuning!
Akhir cerita tentunya anda sudah bisa menebak ...
Pelajaran yang dipetik dari kisah (nyata?) ini ialah pentingnya memaafkan orang lain. Bagaimana dengan memaafkan orang lain, kita telah membuka dunia selebar-lebarnya bagi dirinya. Dan yang lebih penting lagi bagi diri kita sendiri untuk terbebas dari kenangan gelap masa lalu.
Ditarik balik ke kita ... apakah kita punya masa lalu dimana orang pernah membuat kita jengkel, marah, dendam? Maafkan semua itu, lupakan saja kenangan-kenangan itu, biarkan itu semua menjadi bagian sejarah kita yang perlu kita lewati, tutup, dan tidak menghantui kita lagi dalam melangkah ke depan ...
Sesungguhnya kedengkian itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar ...
Maafkan ... dan lupakan ... dan gunakan segala energi yang kita miliki untuk menghadapi tantangan kini dan ke depan .. :-)
Subscribe to:
Posts (Atom)