Sunday, June 05, 2005

Tie A Yellow Ribbon Round The Old Oak Tree

Pernah dengar lagu ini? Lagu lama, tahun 70-an ... kenapa saya mendadak ingat lagu ini?

Sebenarnya nggak mendadak sih. Kebetulan kemarin baru ikut training personal power. Dalam salah sesinya, sesi renungan dan refleksi diri, lagu ini dipilih oleh sang fasilitator training sebagai pengantar.

Ceritanya sbb (kalau mau baca ini jangan lupa cuci muka, tangan, kaki, en siap-siap tidur ya ... soalnya bakal panjang hehehe). Ada seorang pemuda yang telah melakukan kesalahan, dan akibat kesalahan itu ia harus masuk penjara. Selama di penjara ia menyadari kesalahannya serta mengirim surat ke istrinya, yang isinya menyatakan permohonan maaf.

Berulang kali surat dikirim, namun tak ada juga balasan dari istrinya, apakah ia memaafkan kesalahan pemuda itu. Namun pemuda itu tak pernah putus asa, ia terus mengirim surat hingga menjelang hari kebebasannya.

Sebelum ia dibebaskan, ia sempat mengirim surat yang terakhir kepada istrinya yang tercinta. Sang pemuda kembali meminta maaf atas segala perbuatannya. Namun ia juga minta 1 hal kepada istrinya. Yaitu untuk mengikat 1 buah pita kuning di salah satu ranting pohon Oak tua yang ada di tengah kota tempat mereka tinggal. Ia akan pulang naik bis dan ia akan melihat dari bis apakah ada pita kuning di pohon itu. Jika tak ada, maka ia tak akan berhenti di kota itu dan akan melanjutkan perjalanannya ... entah ke mana.

Seperti sebelum-sebelumnya, tak ada balasan dari istrinya hingga hari pembebasannya tiba. Rasa optimisnya perlahan-lahan memudar seiring dengan kepergiannya meninggalkan penjara, menaiki bis, hingga dalam perjalanannya melewati kota tempat tinggalnya. Kegelisahannya kian memuncak, sehingga mau tak mau memancing perhatian orang lain yang ada di bis itu.

Mereka menanyakan kepadanya dan ia menceritakan permintaannya itu kepada istrinya. Orang-orang pun kemudian bersimpati dan mulai melihat dari jendela bis, tak sabar menunggu waktu sampai di kota itu untuk melihat apakah ada pita kuning di pohon yang tua itu.

Ia sendiri semakin lama semakin gelisah dan tak sanggup memandang keluar ...

Akhirnya bis telah memasuki kota dan semakin dekat dengan pohon tua itu. Hatinya semakin gelisah, rasanya ingin pecah ... ingin melihat keluar rasanya tak sanggup jika ternyata melihat tak ada satu pun pita kuning, namun jika tak melihat, bagaimana jadinya. Bolak-balik dan benar-benar membuat dirinya tak sanggup menguasai dirinya hingga akhirnya hanya tepekur saja memandangi lantai bis tanpa sanggup melihat sedikitpun keluar.

Namun tiba-tiba seorang di bis itu berteriak dan menepuk bahunya sambil berseru, "Lihat ... lihat!"

Dengan segala kekuatan yang ada akhirnya ia sanggup menolehkan kepalanya dan melihat ke luar jendela. Apa yang dilihatnya?

Seluruh ranting pohon Oak yang tua itu dipenuhi oleh pita kuning!

Akhir cerita tentunya anda sudah bisa menebak ...

Pelajaran yang dipetik dari kisah (nyata?) ini ialah pentingnya memaafkan orang lain. Bagaimana dengan memaafkan orang lain, kita telah membuka dunia selebar-lebarnya bagi dirinya. Dan yang lebih penting lagi bagi diri kita sendiri untuk terbebas dari kenangan gelap masa lalu.

Ditarik balik ke kita ... apakah kita punya masa lalu dimana orang pernah membuat kita jengkel, marah, dendam? Maafkan semua itu, lupakan saja kenangan-kenangan itu, biarkan itu semua menjadi bagian sejarah kita yang perlu kita lewati, tutup, dan tidak menghantui kita lagi dalam melangkah ke depan ...

Sesungguhnya kedengkian itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar ...

Maafkan ... dan lupakan ... dan gunakan segala energi yang kita miliki untuk menghadapi tantangan kini dan ke depan .. :-)

1 comment:

Anonymous said...

Sangat inspiratif, semoga kita bisa terus belajar 'mengubur' kesalahan2 orang lain terhadap kita.
Salam jabat erat ;))