Ya, mungkin ini keinginan masing-masing kita. Kita ingin merubah dunia. Dunia ini bisa kecil, bisa pula besar. Bisa artinya keluarga, adik, kakak, papa, mama atau anak, istri/suami. Bisa pula artinya lingkungan rumah, suasana jalan, kampus, lingkungan kerja, jenis pekerjaan, bawahan, atasan, rekan kerja. Bisa pula dunia dalam arti yang lebih besar lagi, soal lingkungan hidup, ekonomi, ketertiban dan keamanan dan lain-lain. (dalam hati mikir ... tulisan ane kok makin lama makin kebanyakan seriusssnya yakh??)
Bagaimana cara paling mudah merubah dunia? Mengaitkannya dengan bukti adanya Prima Causa (Sebab Utama), Yang Maha Pencipta, banyak orang kemudian berangan-angan, bagaimana jika dirinya menjadi Tuhan Yang Maha Berkuasa. Dengan demikian dengan mudahnya kita bisa mengatur dan merubah hidup dan dunia ini menjadi lebih baik (menurut versi kita). Contoh paling gampang ya pilemnya Michael Landon ketika dia menjadi malaikat - Highway to Heaven - atau yang terbaru Jim Carrey yang jadi Tuhan dalam Bruce Almighty ...... (btw, saya nggak nonton dan tidak berminat nonton film ini, menurut otak saya terlalu ‘jauh’ impian dan kengawurannya ... hehehe)
Padahal kita semua tahu ini adalah hil yang mustahal (hal yang mustahil). Jangankan merubah dunia, lha merubah diri sendiri aja butuh waktu, usaha, dan pengorbanan ... :-P
Stephen Covey mengajarkan prinsip yang ia sebut sebagai prinsip inside-out. Dalam mengatasi masalah hidup ini (soal papa-mama, istri, atasan, soal ekonomi dll di atas), kita harus mulai dari diri sendiri. Berikut kutipan dari tulisannya di buku 7 Habits:
It says if you want to have a happy marriage, be the kind of person who generates positive energy and sidesteps negative energy rather then empowering it. If you want to have a more pleasant, cooperative teenager, be a more understanding, empathic, consistent, loving parent. If you want to have more freedom, more latitude in your job, be a more responsible, a more helpful, a more contributing employee. If you want to be trusted, be a trustworthy. If you want the secondary greatness of recognized talent, focus first on primary greatness of character.
Kelihatannya memang rada ‘antik’ ya? Ketimbang merubah dunia, eh alih-alih kita malah harus sibuk merubah diri sendiri. Kembali lagi perputaran diskusi ini ialah pada pentingnya merubah diri sendiri sebelum mengharapkan orang lain berubah.
What do you think?
No comments:
Post a Comment